Anda di halaman 1dari 9

STRATEGI PENGEMBANGAN KAMPUNG WISATA TENUN

KHATULISTIWA KECAMATAN PONTIANAK UTARA


Sekar Aprilia Maharani1), Gusti Zulkifli Mulki2), Erni Yuniarti2)
1)
Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
2)
Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
(Email: skrapriliam@gmail.com)
ABSTRAK
Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa terletak di Kelurahan Batu Layang Kecamatan Pontianak Utara. Pada
kawasan ini terdapat 17 rumah tenun memproduksi kain tenun Songket Sambas dan Corak Insang Pontianak.
Namun kawasan ini mengalami berbagai permasalahan seperti kurang dikenalnya keberadaan kawasan, belum
luasnya jaringan pemasaran, harga jual yang tinggi, kurangnya pengembangan inovasi produk, serta
infrastruktur penunjang pariwisata kurang memadai. Tujuan penelitian adalah merumuskan strategi
pengembangan Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian
kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi literatur. Berdasarkan hasil
analisis deskriptif kualitatif diperoleh bahwa sentra industri kain tenun tradisional di kawasan ini merupakan
warisan budaya yang mengandung nilai adat istiadat masyarakat setempat dan telah dikenal hingga
Internasional. Namun, permodalan belum mandiri, minimnya kapasitas pengrajin tenun, pemasaran bergantung
dengan daerah lain, belum optimalnya pengelolaan daya tarik wisata, dan tidak adanya keterkaitan dengan
objek wisata lain. Berdasarkan hasil analisis SWOT diperoleh bahwa pengembangan Kampung Wisata Tenun
Khatulistiwa berada pada kuadran I atau strategi S-O artinya kawasan ini sangat memungkinkan untuk dapat
meningkatkan kapasitas keahlian pengrajin tenun, memperluas pemasaran skala Internasional, membentuk
regulasi perlindungan budaya, optimalisasi daya tarik wisata minat khusus, membangun pengembangan
kawasan yang sinergis dengan objek wisata lainnya, serta menciptakan pengembangan berbasis partisipasi
masyarakat.
Kata kunci: kampung wisata, strategi pengembangan, tenun khatulistiwa
ABSTRACT
[Title: The Development of Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa In Pontianak City]
Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa is located in Batu Layang Village, North Pontianak. In this area, 17
weaving houses that produce woven fabrics, among others Songket Sambas and Corak Insang Pontianak.
However, this area is still experiencing various problems such as the unknown existence of the region, the vast
marketing network, high selling prices, the lack of development of the resulting product innovation, and
inadequate supporting infrastructure for tourism. The purpose of this research is to formulate a strategy for
developing Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa. The research approach used is qualitative research. Data
collection techniques are done through interviews, observation, and study of literature. Based on the results of
a qualitative descriptive analysis, it is found that the traditional woven fabric industrial centers in this area
are cultural heritage that contains the values of the customs of the local community and has been known to
International. Howeverit was found that capital was not yet independent, the lack of capacity of weaving
craftsmen, marketing depended on other regions, the management of tourism attractions was not yet optimal,
and there were no links with other attractions. Based on the results of the SWOT analysis, it is found that the
development of Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa is in quadrant I or S-O strategy, meaning that this region
is very possible to be able to increase the capacity of weaving craftsman skills, expand international scale
marketing, establish cultural protection regulations, optimize the attraction of special interest tourism, build
development an area that is synergistic with other attractions and creates community-based development.
Keywords: kampung wisata, strategy development, tenun khatulistiwa

I. PENDAHULUAN Pontianak Utara. Kampung Tenun Khatulistiwa


terletak di RW 15 Gang Sambas Jaya Kelurahan
Perkembangan Kota Pontianak Batu Layang Kecamatan Pontianak Utara yang
berdasarkan sejarahnya dapat ditelusuri melalui telah ditetapkan sebagai kawasan Kampung
keberadaan kampung-kampung kota. Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa. Atraksi wisata atau
kota tersebut merupakan bagian dari warisan daerah tujuan wisata, merupakan motivasi utama
sejarah yang membentuk konsep keruangan bagi para wisatawan dalam melakukan kegiatan
perkotaan dan telah ada dalam kurun waktu yang kunjungan wisata (Fitroh dkk, 2017). Daya tarik
lama (Widjaja, 2013). Kota Pontianak memiliki yang dimiliki objek wisata di Kampung Wisata
beberapa kampung kota, satu diantaranya adalah Tenun Khatulistiwa adalah aktivitas pembuatan
Kampung Tenun Khatulistiwa Kecamatan kain tenun tradisional corak khas Kalimantan
Barat yang masih dilakukan oleh penduduk asli 2. Menganalisis faktor internal dan faktor
kawasan tersebut. Melalui kain tenun tradisional eksternal pengembangan Kampung Wisata
dapat dilihat kekayaan warisan budaya yang Tenun Khatulistiwa Kecamatan Pontianak
tidak saja terlihat dari teknik, aneka ragam corak Utara.
serta jenis kain yang dibuat. Akan tetapi, dapat
juga dikenal berbagai fungsi dan arti kain dalam II. METODOLOGI
kehidupan masyarakat Indonesia yang Penelitian ini menggunakan pendekatan
mencerminkan adat istiadat, kebudayaan, dan kualitatif. Adapun penentuan sampel
kebiasaan budaya (culturalhabit), yang bermuara menggunakan purposive sampling dan accidental
pada jati diri masyarakat (Nurmeisarah dkk, sampling. Sampel yang dipilih yaitu,
2015). a. Purposive sampling: Dinas Pemuda,
Olahraga, dan Pariwisata, KOTAKU,
Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa Kecamatan Pontianak Utara, Bappeda Kota
dihuni oleh mayoritas masyarakat Suku Madura Pontianak, Kelurahan Batu Layang, Ketua
yang mengungsi akibat kerusuhan antar suku di RW/ Ketua Balai Pengelola Kawasan
Kabupaten Sambas pada tahun 1998. Masyarakat Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa,
tersebut datang dan bermukim pada tahun 1999 Ketua RT, Ketua Dewan Pengarah,
kemudian meneruskan usaha tenunnya seperti Pengrajin Tenun
yang dilakukan saat di Kampung Nagor b. Accidental sampling: Wisatawan yang
Kabupaten Sambas. Hingga kini di kawasan ditemui secara tidak sengaja.
tersebut terdapat 17 rumah tenun yang
memproduksi kain tenun menggunakan alat Variabel penelitian: adalah segala sesuatu
produksi tradisional corak khas Kalimantan yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
Barat, dengan mayoritas pekerjanya adalah peneliti sehingga diperoleh informasi tentang
perempuan. Adapun produk unggulan yang telah hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya
ditekuni masyarakat secara turun temurun adalah (Sugiyono, 2016).
kerajinan tenun songket Sambas. Namun di balik Tabel 1. Variabel Penelitian (Hasil Analisis,
potensi daya tarik wisata di kawasan ini, terdapat 2020)
permasalahan yang dihadapi yaitu masih kurang
Variabel Sub Variabel
dikenalnya keberadaan kawasan di kalangan Aktivitas Permodalan
masyarakat umum. Dari segi pemasaran hasil tenun Manajemen SDM
produksi kain tenun sebagian besar dipasarkan tradisional Manajemen Produksi
langsung ke Kabupaten Sambas. Permasalahan Manajemen Pemasaran
lainnya adalah kurangnya pengembangan Daya Tarik Atraksi Wisata
inovasi produk kain tenun saat dipasarkan. Wisata Fasilitas
Selain itu, harga jual yang tinggi menjadi Aksesibilitas
tantangan utama yang dihadapi saat ini karena Pelayanan Tambahan
bersaing dengan produk–produk kain tenun Keterkaitan Keterkaitan objek wisata
modern yang dipasarkan dengan harga lebih dengan Objek
murah. Hal ini dikarenakan proses pembuatan Wisata Lain
kain tenun tradisional membutuhkan bahan, Pelaku Pemerintah
Pariwisata Masyarakat Lokal
keahlian khusus, dan waktu pembuatan yang
Akademisi
lama. Berdasarkan kondisi lapangan,
Swasta
infrastruktur penunjang pariwisata di kawasan
Wisatawan
juga belum memadai. Oleh karena itu merujuk
pada potensi dan permasalahan yang ada, maka Pengumpulan data: merupakan tahapan
penelitian ini bertujuan untuk merumuskan yang dilakukan pada saat melakukan penelitian.
Strategi Pengembangan Kampung Wisata Tenun Dalam penelitian ini, pengumpulan data terdiri
Khatulistiwa Kecamatan Pontianak Utara, yang dari dua kategori yaitu pengumpulan data
diharapkan dapat menarik wisatawan dan dapat primer dan pengumpulan data sekunder.
memberikan manfaat bagi masyarakat setempat
a. Pengumpulan Data Primer
terutama dalam meningkatkan kondisi
Metode pengumpulan data primer
perekonomiannya. Adapun sasaran yang ingin
dilakukan melalui teknik wawancara mendalam,
dicapai dari penelitian ini sebagai berikut:
dokumentasi, dan observasi lapangan.
1. Mengidentifikasi karakteristik Kampung
b. Pengumpulan Data Sekuner
Wisata Tenun Khatulistiwa Kecamatan
Pengumpulan data sekunder merupakan
Pontianak Utara.
data tidak langsung dan seringkali dapat
diperoleh dengan kajian literatur dan kajian
instansional. Tahapan ini dilakukan untuk
mengumpulkan informasi yang berkaitan
dengan penulisan, yang berupa teori, studi
kasus, contoh penerapan dan hal-hal lain yang
relevan.
Metode analisis merupakan tahapan
membuat urutan data agar lebih mudah
diinterpretasikan. Penelitian ini menggunakan
teknik analisis deskriptif kualitatif dan analisis
SWOT.
Gambar 1. Kuadran SWOT (Sumber : Rangkuti,
Tabel 2. Metode Analisis (Hasil Analisis, 2020) 2018)
Sasaran Metode Berdasarkan kuadran SWOT terdapat 4 kuadran
Mengidentifikasi karakteristik Analisis antara lain,
Kampung Wisata Tenun deskriptif
• Kuadran I, merupakan posisi yang sangat
Khatulistiwa Pontianak kualitiatif
Menganalisis faktor internal dan Analisis
menguntungkan. Kampung Wisata Tenun
faktor eksternal pengembangan SWOT Khatulistiwa ini memiliki peluang dan kekuatan
daya tarik wisata tenun di sehingga dapat memanfaatkan peluang yang
Kampung Wisata Tenun ada. Strategi kebijakan pertumbuhan yang
Khatulistiwa Pontianak agresif.
• Kuadran II, meskipun menghadapi berbagai
Teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu
ancaman, Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa
proses analisis data secara kualitatif
masih memiliki kekuatan dari segi internal.
menggunakan data primer dan sekunder. Adapun
Strategi diversifikasi (produk/pasar).
langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis
• Kuadran III, Kampung Wisata Tenun
deskriptif kualitatif antara lain, (Sugiyono, 2016).
Khatulistiwa menghadapi peluang besar, tetapi
1. Reduksi data adalah proses penyempurnaan
disisi lain ia menghadapi beberapa kendala atau
data, baik pengurangan terhadap data yang
kelemahan internal.
dianggap kurang perlu dan tidak relevan,
maupun penambahan data yang dirasa masih • Kuadran IV, merupakan kondisi yang sangat
kurang. tidak menguntungkan, Kampung Wisata Tenun
2. Penyajian data merupakan proses Khatulistiwa menghadapi berbagai ancaman
pengumpulan informasi yang disusun dan kelemahan.
berdasarkan kategori atau pengelompokan- III. HASIL DAN PEMBAHASAN
pengelompokan yang diperlukan Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa secara
3. Verifikasi data dilakukan apabila kesimpulan administratif berada pada RW 15 Kelurahan Batu
awal yang dikemukan masih bersifat Layang Kecamatan Pontianak Utara. Penduduk
sementara, dan akan ada perubahan- yang menempati Kampung Wisata Tenun
perubahan bila tidak dibarengi dengan bukti- Khatulistiwa berjumlah 1.112 jiwa, terbagi menjadi
bukti pendukung yang kuat. 5 RT dengan luas eksisting 14,38 Ha (Bappeda
Tahapan berikutnya melanjutkan hasil yang Kota Pontianak, 2019). Berdasarkan sejarahnya,
didapatkan pada sasaran 1 yaitu mengidentifikasi Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa pertama kali
karakteristik Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa didiami oleh suku Madura yang merupakan
menggunakan Analisis SWOT. Pengumpulan data penduduk pengungsi akibat kerusuhan antar etnis
dalam laporan ini diklasifikasikan dalam faktor di Kabupaten Sambas tahun 1998 silam.
internal dan faktor eksternal Kampung Wisata
Tenun Khatulistiwa. Faktor internal yaitu kekuatan Identifikasi Karakteristik Kampung Wisata
(strengths) dan kelemahan (weakness). Faktor Tenun Khatulistiwa
eksternal yaitu peluang (opportunity) dan ancaman Identifikasi Kampung Wisata Tenun
(threats). Khatulistiwa pada penelitian ini membahas 4
variabel antara lain aktivitas tenun tradisional, daya
tarik wisata, keterkaitan dengan wisata lain, dan
pelaku pariwisata.
Gambar 2. Peta Kawasan Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa (Sumber: Hasil Analisis, 2020)
Aktivitas Tenun Tradisional: Sentra industri pendapatan menyebabkan pekerjaan menenun
kerajinan kain tenun tradisional di Kampung Wisata bukan sebagai tumpuan utama, melainkan
Tenun Khatulistiwa merupakan sentra industri tenun pekerjaan sampingan. Pekerjaan utamanya adalah
yang cukup potensial di Kota Pontianak. Dalam berladang, membuka usaha warung, beternak sapi,
aktivitasnya, para pengrajin tenun melewati beberapa dan bekerja kantoran. Sehingga hal ini berimplikasi
tahapan meliputi permodalan, manajemen sumber terhadap proses menenun di rumah para pengrajin
daya manusia, manajemen produksi, dan manajemen tidak bisa dipatok dengan waktu pasti yang
pemasaran. seragam.
• Permodalan
Kerajinan kain tenun tradisional membutuhkan
biaya modal sebagai penunjang pengembangan
usaha. Permodalan usaha tenun di Kampung Wisata
Tenun Khatulistiwa pada umumnya menggunakan
modal pribadi. Sementara itu, sebagian kecil lainnya
sudah mulai melakukan pinjaman lewat menjalin
hubungan kemitraan dengan pihak swasta. Pengrajin (a) (b)
tenun masih terus bergantung lewat metode barter
yang dianggap efektif karena tidak perlu Gambar 3. Pekerjaan harian pengrajin tenun (a)
mengeluarkan biaya modal produksi untuk pembelian Ternak sapi (b) Warung di depan rumah
benang. (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020)
• Manajemen SDM
• Manajemen Produksi
Para pengrajin tenun ini berjumlah 30 orang
Proses produksi kain tenun tradisional di
yang tersebar di 17 rumah tenun, sementara yang
Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa melewati
tergabung dalam beberapa Kelompok Swadaya
beberapa tahapan persiapan dan pelaksanaan
Masyarakat (KSM) dengan beranggotakan 21 orang
antara lain,
tenaga kerja. KSM ini dibentuk oleh program yang
1) Tahap Persiapan dimulai dengan membuat
digulirkan dari pemerintah melalui Program
pola dan motif, mempersiapkan alat bahan
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
yang dibutuhkan dalam proses pelaksanaan.
Mandiri Perkotaan tahun 2008. Ketidakstabilan
2) Tahap Pelaksanaan membuat kain tenun • Aksesibilitas
tradisional memerlukan beberapa tahapan yang Lokasi Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa
panjang sehingga membutuhkan kesabaran dan mudah dijangkau dari Kota Pontianak. Jarak
ketelitian. Tahapannya antara lain, narraw, lokasi ini dari Tugu Khatulistiwa yaitu 1,77 km
nganik, nattar, ngubung, nenun. dengan jarak tempuh 1,8 km dapat diakses baik
dengan kendaraan umum maupun kendaraan
pribadi. Sirkulasi di Kampung Wisata Tenun
Khatulistiwa mudah untuk dilalui menggunakan
kendaraan roda dua seperti motor, sepeda,
maupun jalan kaki. Kampung Wisata Tenun
Khatulistiwa terbagi menjadi dua gang yaitu Gang
Sambas Jaya dan Gang Sambas Mandiri. Lokasi
Gambar 4. Pelaksanaan produksi (a) Alat tenun Gang Sambas Jaya memiliki panjang jalan yaitu
tradisional (b) Proses menenun 800 meter dengan lebar 3 meter dan panjang jalan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020) Gang Sambas Mandiri 600 meter dengan lebar
saat ini bervariasi.
• Manajemen Pemasaran
• Fasilitas Wisata
Sebagian besar cara penjualan diserahkan
Fasilitas yang saat ini sudah tersedia di
kepada pengumpul di Kabupaten Sambas lewat
Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa antara lain
pertukaran bahan baku dan kain hasil jadi. Setiap
tempat berbelanja, warung-warung kecil, dan
pengrajin yang diberi bahan baku menyetor kain
fasilitas ibadah. Tempat berbelanja di Kampung
tenun kepada pengumpul. Produk unggulan yang
Wisata Tenun Khatulistiwa terletak di rumah
disetor adalah Songket Sambas khas Kabupaten
pengrajin tenun yang berstatus sebagai Ketua
Sambas. Para pengrajin akan mendapatkan upah
KSM Mekar Sari II. Warung di Kampung Wisata
sebanyak kain tenun yang dihasilkan. Kemudian kain
Tenun Khatulistiwa merupakan usaha kecil
tenun akan dipasarkan lebih luas oleh pengumpul
rumahan yang menjual sembako hingga jajanan
untuk area Kabupaten Sambas hingga pembelinya
makan dan minum. Terdapat dua masjid di
mencakup berbagai negara seperti Brunei
Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa tepatnya
Darussalam dan Malaysia. Panjangnya rantai
yang berada di Gang Sambas Jaya dan Gang
pemasaran untuk sampai ke konsumen melalui
Sambas Mandiri.
pengumpul ini menyebabkan akses perluasan pasar
yang dilakukan secara mandiri lebih terbatas. • Pelayanan Tambahan
Pelayanan tambahan (ancilliary) merupakan
hal-hal yang mendukung kepariwisataan.
Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa terdapat
beberapa pelayanan tambahan seperti lembaga
pengelola, lokasi parkir, hingga pusat promosi
dan informasi yang berperan dalam
kepariwisataan.

Gambar 5. Kain tenun Kampung Wisata Tenun


Khatulistiwa (Sumber: Dokumentasi
Pribadi, 2020)

Daya tarik wisata: terdiri dari empat komponen


yang harus dimiliki oleh sebuah objek wisata, yaitu
atraksi (attraction), aksesibilitas (accessibility), (a) (b)
fasilitas (amenity), dan pelayanan tambahan Gambar 6. Papan Informasi dan Promosi (a) Spot
(ancilliaary), Cooper (dalam Febrina dkk, 2015). Foto (b) Peta Wisata (Sumber:
Dokumentasi Pribadi, 2020)
• Atraksi Wisata
Daya tarik wisata di Kampung Wisata Tenun Keterkaitan dengan objek wisata lain: Secara
Khatulistiwa menawarkan wisata minat khusus. geografis keberadaan Kampung Wisata Tenun
Berbagai atraksi wisata dapat ditemukan antara Khatulistiwa berada satu jalur yang sama dengan
lain, produksi kain tenun tradisional, kerajinan wisata Tugu Khatulistiwa dan Makam Batulayang
manik-manik kristal, dan kerajinan olahan pangan yang berlokasi di Jalan Khatulistiwa Kelurahan Batu
tradisional. Kerajinan kain tenun tradisional Layang Kecamatan Pontianak Utara. Kondisi yang
adalah atraksi unggulan di Kampung Wisata strategis ini dapat menjadi peluang bagi Kampung
Tenun Khatulistiwa. Wisata Tenun Khatulistiwa.
Gambar 8. Peta Titik Wisata Kota Pontianak (Sumber: Hasil Analisis, 2020)
No Faktor Strategis Internal Bobot Bobot Nilai Bobot
Pelaku Pariwisata: Pelaku pariwisata adalah setiap Relatif x Nilai
pihak yang berperan dan terlibat dalam kegiatan
pariwisata. Pelaku pariwisata yang terlibat aktif 2 Usaha kain tenun 4 0,058 4 0,23
dalam pengembangan Kampung Wisata Tenun tradisional sebagai
Khatulistiwa antara lain masyarakat lokal, pengrajin sumber pendapatan
masyarakat lokal.
tenun, pemerintah, akademisi, dan wisatawan. 3 Pangsa pasar pasti kain 3 0,043 3 0,13
tenun tradisional di
Kabupaten Sambas.
Analisis SWOT 4 Terdapat atraksi wisata 3 0,043 3 0,13
Strategi pengembangan Kampung Wisata kain tenun tradisional,
Tenun Khatulistiwa dilakukan menggunakan Analisis kerajinan manik-manik,
olahan pangan
SWOT yang membandingkan antara faktor eksternal tradisional.
peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan 5. Penyediaan transportasi 4 0,058 4 0,23
lokal menuju rumah
dan kelemahan. Komponen kekuatan, kelemahan, pengrajin tenun.
peluang, dan ancaman diperoleh melalui wawancara 6. Tersedia sentra 3 0,043 3 0,13
kepada pemerintah dan masyarakat, melakukan produksi dan
pemasaran produk
observasi lapangan, dan mengumpulkan berbagai tenun tradisional di
fakta dan informasi terkait terkait Kampung Wisata Rumah Ketua KSM
Mekar Sari II.
Tenun Khatulistiwa. IFAS (Internal Analysis 7. Tersedia Badan 4 0,058 4 0,23
Summary) disusun dengan merumuskan kekuatan dan Pengelola Kampung
kelemahan yang membawa pengaruh untuk Wisata Tenun
Khatulistiwa
pengembangan Kampung Wisata Tenun 8. Tingginya antusiasme 4 0,058 4 0,23
Khatulistiwa. partisipasi masyarakat
lokal
Tabel 3. IFAS (Hasil Analisis, 2020) 9. Pelatihan dan bantuan 4 0,058 4 0,23
yang diberikan
No Faktor Strategis Internal Bobot Bobot Nilai Bobot stakeholder
Relatif x Nilai
meningkatkan kapasitas
dan produktivitas
pengrajin tenun.
STRENGTHS (KEKUATAN)
JUMLAH 33 0,478 33 1,78
1 Terdapat 17 rumah 4 0,058 4 0,23
pengrajin tenun dengan WEAKNESS (KELEMAHAN)
total 46 pengrajin tenun
No Faktor Strategis Internal Bobot Bobot Nilai Bobot No. Faktor Strategis Eksternal Bobot Bobot Nilai Bobot
Relatif x Nilai Faktor Relatif x
Nilai
9. Lokasi kawasan strategis 3 0,050 3 0,15
10 Ketergantungan modal 3 0,043 2 0,09 dijangkau dari pusat kota
produksi tenun dengan dan dekat negara tetangga.
pengumpul di 10. Wisata minat khusus yang 4 0,067 4 0,27
Kabupaten Sambas. menawarkan edukasi
11 Rendahnya kesadaran 4 0,058 2 0,12 menenun.
anak muda untuk mau JUMLAH 37 0,617 36 2,23
menenun.
THREATS (ANCAMAN)
12 Kegiatan menenun 3 0,043 1 0,04
11. Tingginya persaingan 3 0,050 2 0,10
dijadikan pekerjaan
dengan kompetitor kain
sampingan. tenun modern pabrikan.
13 Keterbatasan keahlian 4 0,058 2 0,12
12. Klaim hak cipta tenun oleh 3 0,050 2 0,10
proses produksi dan
negara lain
pemasaran.
14 Kurangnya minat 3 0,043 1 0,04 13. Pengaruh nilai tukar 3 0,050 2 0,10
pengrajin tenun rupiah dengan dollar
membuat diversifikasi terhadap harga kain tenun
produk. 14. Pengaruh globalisasi 3 0,050 1,0 0,05
15 Kurangnya promosi 4 0,058 2 0,12 dalam mode berpakaian
Kampung Wisata modern.
15. Pengusaha kecil gulung 3 0,050 1 0,05
Tenun Khatulistiwa . tikar karena liberalisasi
16 Pemasaran didominiasi 4 0,058 2 0,12 barang dan jasa MEA
ke Kabupaten Sambas 16. Penipuan investasi oleh 3 0,050 2 0,10
17 Minimnya penyediaan 4 0,058 2 0,12 oknum
atraksi, fasilitas, dan
aksesibilitas wisata 17. Daya saing objek wisata 2 0,033 1 0,03
18 Belum optimalnya 4 0,058 2 0,12 Kampung Tenun di daerah
Badan Pengelola lain.
Kampung Wisata
18. Degradasi nilai sosial dan 3 0,050 1 0,05
Tenun Khatulistiwa.
tercemarnya lingkungan
19 Kolaborasi aktif pelaku 3 0,043 1 0,04
karena kegiatan wisata
wisata dalam
pengembangan JUMLAH 23 0,383 12 0,58
kawasan. TOTAL PELUANG + 60 1,00 48 2,82
JUMLAH 36 0,522 17 0,91 ANCAMAN
TOTAL KEKUATAN + 69 1,00 50 2,70
KELEMAHAN
Diagram SWOT: adalah alat yang digunakan untuk
EFAS (Eksternal Analysis Summary) menyusun faktor-faktor strategis Kampung Wisata
disusun dengan merumuskan peluang dan ancaman Tenun Khatulistiwa. Diagram SWOT terdiri dari 4
yang berpengaruh terhadap pengembangan Kampung kuadran yaitu Kuadran I, II, III, dan IV.
Wisata Tenun Khatulistiwa.
Tabel 4. EFAS (Hasil Analisis, 2020)
IFAS
No. Faktor Strategis Eksternal Bobot Bobot Nilai Bobot STRENGTH (S) WEAKNESS (W)
Faktor Relatif x EFAS
Nilai
OPPORTUNITY (PELUANG) Strategi SO Strategi WO
1,78 + 2,24 = 4,02 0,91 + 2,24 =
1. Pangsa pasar global 4 0,067 4 0,27 OPPORTUNITIES 3,15
potensial untuk tenun (O) I
tradisional II
2. Kain tenun tradisional 3 0,050 4 0,20 Strategi ST Strategi WT
sebagai warisan budaya 1,78 + 0,58 = 2,36 0,91 + 0,58 =
Internasional. THREATS (T) 1,49
3. Tingginya daya saing pasar 4 0,067 4 0,27 III
bebas memicu peningkatan IV
kualitas produk.
4. Nilai tradisional seiring 3 0,050 3 0,15 Gambar 9. Matriks SWOT (Hasil Analisis, 2020)
dengan perkembangan
dunia fashion berpeluang
meningkatkan permintaan Hasil di atas menunjukkan bahwa strategi utama
konsumen. yang dihasilkan adalah strategi utama yang dihasilkan
5. Keinginan konsumen 4 0,067 3 0,20 adalah strategi SO dengan nilai tertinggi 4,02 pada
dapat diakomodasi lewat
konsep mazz posisi I yang memiliki arti bahwa strategi ini dibuat
customization. berdasarkan jalan pikir yaitu dengan memanfaatkan
6. Ajang Internasional yang 4 0,067 4 0,27 seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan
mengangkat tema tenun
tradisional
peluang sebesar-besarnya.
7. Pemanfaatan E-commerce 4 0,067 4 0,27
di era Revolusi 4.0
8. Meningkatnya investasi 4 0,067 3 0,20
asing
• Pemberian label merek dagang di packaging
hasil produksi tenun tradisional untuk
memperkenalkan kepada publik.

4. Mengembangkan wisata minat khusus yang


mengedepankan edukasi, seperti edukasi belajar
menenun dan membuat kerajinan.
• Wisata foto menggunakan kain tenun
tradisional di spot foto yang disediakan,
membuka jasa sewa kain tenun tradisional,
belajar menenun tradisional dengan
bimbingan secara berkala, dan wisata
berbelanja hasil produk tenun tradisional.
Gambar 10. Kuadran SWOT (Hasil Analisis, 2020) • Wisata berbelanja souvenir kerajinan lokal.
Hasil analisis strategi pengembangan • Wisata kuliner tradisional Kota Pontianak
dengan menggunakan analisis SWOT diperoleh yang dijajakan sepanjang rumah setempat.
strategi pengembangan Kampung Wisata Tenun
5. Pembangunan rumah produksi tenun
Khatulistiwa Kecamatan Pontianak Utara dapat
(showroom)
dirumuskan sebagai berikut,
• Menampilkan proses produktif produksi
1. Memperluas jaringan pemasaran di tingkat
menenun hingga hasil tenun tradisional,
lokal, nasional, hingga internasional melalui
membuka les belajar menenun untuk
penjualan di e-commerce, informasi, dan
wisatawan, dan menjual variasi kain tenun.
promosi melalui media online dan cetak.
• Menyediakan spot foto menarik untuk foto
• Melakukan pemasaran di marketplace.
mengenakan kain tenun tradisional.
• Menyebarluaskan promosi lewat media
• Menyediakan papan informasi terkait
online dengan mengedepankan manajemen
sejarah kawasan, petunjuk arah, dan
konten, tampilan foto, tulisan, dan video.
identitas rumah tenun.
• Mencetak dan mendistribusikan booklet di
pusat Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa 6. Mengikuti berbagai event di kancah
dan objek wisata lain. Internasional maupun pameran.
• Menjalin hubungan dengan tourist • Event tahunan yang mengundang berbagai
information center Kota Pontianak untuk komunitas untuk saprahan di sepanjang jalan
memperluas informasi. Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa,
mengadakan lomba fashion show dengan
2. Meningkatkan keahlian pengrajin tenun lewat
kain tenun tradisional, dan lomba menenun.
kegiatan pelatihan dan studi banding.
• Ikut serta dalam Pameran Tenun Tradisional
• Mengadakan pelatihan dan pendampingan
membawa hasil produk tenun dengan
secara berkelanjutan terkait dengan aktivitas
berbagai variasi, bekerja sama dengan
menenun mulai dari permodalan,
desainer lokal untuk menciptakan
manajemen SDM, produksi, hingga
diversifikasi produk, dan model yang dapat
pemasaran. Selain itu untuk pengembangan
menggunakan kostum kain tenun saat
kampung wisata perlu adanya pelatihan tour
kegiatan festival dilaksanakan.
guide, dan pemberdayaan wirausaha lokal.
• Memfasilitasi pengrajin tenun untuk dapat 7. Menjalin hubungan kemitraan dengan penyedia
melakukan studi banding dan belajar bahan baku, produsen, konsumen dan
peningkatan kualitas hasil tenun ke distributor.
kampung tenun lainnya di Indonesia. • Menyediakan bahan baku benang yang
dikirim secara berkala dan berlangganan.
3. Membentuk regulasi dengan membuat • Menjalin hubungan kerjasama dalam hal
peraturan Hak Cipta sehingga eksploitasi pengembangan kapasitas antar pengrajin
budaya tenun tradisional dapat dihindari. tenun dan memperkuat proses produksi saat
• Mendaftarkan hasil karya kain tenun ke pesanan melebihi kapasitas tenaga.
Dirjen HAKI untuk mendapatkan • Membangun hubungan dengan influencer
pengesahan dari badan hukum dan lokal dan nasional untuk mempromosikan
mendapatkan sertifikat atas motif kain kain tenun tradisional di Kampung Wisata
tenun. Tenun Khatulistiwa.
• Menjalin hubungan kerjasama dengan meningkatkan daya tarik wisata serta
distributor sebagai penyalur target pasar keterkaitannya dengan objek wisata lain.
offline maupun online.
REFERENSI
IV. KESIMPULAN Bappeda Kota Pontianak. (2019). Penyusunan
Simpulan hasil penelitian Strategi Master Plan Kampung Wisata Tenun
Pengembangan Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa Khatulistiwa.
Kecamatan Pontianak Utara adalah sebagai berikut, Pontianak: Bappeda Kota Pontianak.
Febrina, N., Ira M. C., dan Waryono. (2015).
1. Identifikasi karakteritistik Kampung Wisata Persepsi Wisatawan Tentang Daya Tarik
Tenun Khatulistiwa diperoleh beberapa Wisata Pemandian Tirta Alami Kabupaten
karakteristik antara lain, Padang Pariaman. Jurnal Manajemen
• Aktivitas tenun melibatkan 46 pengrajin tenun Perhotelan.
dengan 17 rumah tenun. Pengrajin tenun Fitroh, S. K. A., Djamhur, dan Luchman. (2017).
melewati proses persiapan dengan membuat Pengaruh Atraksi Wisata dan Motivasi
motif dan persiapan alat bahan, sementara untuk Wisatawan Terhadap Keputusan
tahapan pelaksanaan dilalui dengan lima Berkunjung. Jurnal Administrasi Bisnis.
tahapan. Selama proses produksi, pengrajin 42(2): 18-25.
tenun masih memiliki keterbatasan keahlian di Nurmeisarah, Trisna, I. G., Sudhirta, dan Angendari
awal proses sebelum menenun dan sebagian (2015). Tinjauan Tentang Tenun Tradisional
besar pemasaran dilakukan di Kabupaten Dusun Sade Desa Rambitan Kecamatan
Sambas melalui pengumpul. Pujut Kabupaten Lombok Tengah. Jurnal
• Daya tarik wisata tenun meliputi atraksi wisata Pendidikan
seperti produksi kain tenun tradisional, Kesejahterahan Keluarga.
kerajinan manik-manik, dan kerajinan olahan Rangkuti, F. (2018). Analisis SWOT Teknik
pangan tradisional yang masih dalam tahapan Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT.
pengembangan. Fasilitas penunjang pariwisata Gramedia Pustaka
di dilengkapi dengan tempat berbelanja, tempat Utama.
makan dan minum, dan peribadatan. Pelayanan Sugiyono. (2016). Metode Penelitian dan
tambahan antara lain Badan Pengelola Pengembangan. Bandung: Alfabeta.
Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa, pusat Widjaja, P. (2013). Kampung Kota Bandung.
promosi dan informasi berupa spot foto, media Yogyakarta: Graha Ilmu
sosial, dan website.
• Keterkaitan Kampung Wisata Tenun
Khatulistiwa dengan wisata lain dapat diukur
melalui radius antar lokasi. Secara geografis,
Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa berada
paling dekat dengan Makam Batu Layang dan
Tugu Khatulistiwa.. Namun, peluang ini belum
nyata dimanfaatkan secara optimal oleh ketiga
tempat wisata tersebut.
• Pelaku pariwisata yang terlibat dalam
pengembangan Kampung Wisata Tenun
Khatulistiwa antara lain, pemerintah,
masyarakat lokal, swasta, akademisi, dan
wisatawan.
2. Strategi pengembangan Kampung Wisata
Tenun Khatulistiwa berada pada kuadran I
artinya posisi yang sangat menguntungkan
mendukung kebijakan pertumbuhan agresif.
Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa berada
pada kondisi yang positif sehingga
memungkinkan pelaku wisata lebih giat
mengatasi pengembangan kawasan wisata yang
kompetitif dalam rangka memperbesar jumlah
wisatawan, menumbuhkan aktivitas kain tenun
tradisional, memperluas pemasaran, dan

Anda mungkin juga menyukai