Anda di halaman 1dari 9

NILAI TUGAS FILSAFAT KOMUNIKASI : 89

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM MEMPERKENALKAN


TRADISI OMED-OMEDAN DESA SESETAN BALI
(Studi Deskriptif Pada Teruna-Teruni Banjar Kaja)

Putu Dea Anggita Yanti


(1502174131)

ABSTRAK
Dibalik keunikan dan kekhasan yang dimiliki oleh tradisi Omed-omedan tidak jarang ada beberapa
oknum yang mencemooh atau bahkan mendiskriminasi tradisi yang dimiliki oleh Banjar Kaja ini
karena, dianggap tidak sesuai dengan norma yang berlaku secara umum khususnya budaya orang
Timur. Dikarenakan kondisi yang terjadi dilapangan terkait tradisi Omed-omedan yang banyak
disalah artikan dibutuhkan suatu strategi komunikasi untuk mengimplementasikan program yang
digunakan untuk tujuan yakni memperenalkan tradisi Omed-omedan. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui strategi komunikasi dalam memperkenalkan tradisi Omed-omedan yang dilakukan
oleh teruna-teruni Banjar Kaja dengan menggunakan metode penelitian desktiptif kualitatif. Teori
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perencanaan Komunikasi Cultip dan Center. Teknik
pengumpulan data didapat melalui observasi, wawancara serta dokumentasi. Hasil penelitian yang di
dapat dalam penelitian ini yaitu 1) Tahap Penemuan Fakta yang ditemukan melalui pemahaman latar
belakang tradisi Omed-omedan. 2) Tahap Perencanaan membuat sebuah perencanaan komunikasi
seperti siapa yang akan menjadi komunikator, pesan apa yang disampaikan, media yang digunakan,
menetapkan target sasaran, dan menyusun perencanaan program. 3) Tahap Aksi Komunikasi
dilakukan dengan mengimplementasikan Sesetan Heritage Omed-Omedan Festival. 4) Tahap
Evaluasi hanya evaluasi internal yang dilakukan rutin saat pelaksaan acara Sesetan Heritage Omed-
Omedan Festival berakhir, bertujuan untuk mengetahui faktor pendukung serta penghambat dari
festival yang telah dirancang.

Kata kunci: Strategi Komunikasi, Tradisi Omed-omedan, Festival, Sesetan Heritage Omed-Omedan
Festival

PENDAHULUAN
Salah satu dari beberapa tradisi dan kebudayaan yang dimiliki oleh Bali yaitu tradisi
tarik-menarik atau yang dikenal dengan sebutan tradisi Omed-omedan. Keberadaan tradisi
Omed-omedan ini telah menjadi jati diri bagi masyarakat Banjar Kaja, Desa Sesetan, Kota
Denpasar, Bali. Hal ini terbukti dikarenakan sampai saat ini tradisi Omed-omedan sudah
menjadi bagian dari salah satu tradisi unik yang ada di Bali. Keunikan yang dimiliki oleh
tradisi Omed-omedan terdapat pada kegiatan yang dilakukannya yaitu, seluruh teruna-teruni
(muda-mudi) Banjar Kaja berkumpul dan membentuk dua barisan perempuan dan laki-laki
yang kemudian kedua barisan tersebut saling menghampiri satu dengan yang lain sehingga

Jurnal Komunikasi: Strategi Komunikasi Pariwisata, 2020


terjadi adegan berpelukan dan kemudian seolah terlihat saling berciuman sesuai dengan adat
serta pakem yang dibuat oleh masyarakat Banjar Kaja, Desa Sesetan.
Pelaksanaan tradisi Omed-omedan secara rutin dilakukan oleh teruna-teruni Banjar
Kaja, Desa Sesetan, tepatnya saat ngembak geni (rangkaian akhir dari perayaan Hari Raya
Nyepi). Dibalik keunikan dan kekhasan yang dimiliki oleh tradisi Omed-omedan tidak jarang
ada beberapa oknum yang mencemooh atau bahkan mendiskriminasi tradisi yang dimiliki
oleh Banjar Kaja ini karena, dianggap tidak sesuai dengan norma yang berlaku secara umum
khususnya budaya orang Timur. Ketika berbicara dalam sisi etika, melakukan kegiatan
berpelukan kemudian saling berciuman dengan lawan jenis yang tidak memiliki hubungan
tentu memang tidak pantas bagi adat ketimuran. I Gusti Ngurah Oka Putra yang merupakan
salah seorang keturunan di Puri Oka Banjar Kaja, Desa Sesetan pun sempat merencanakan
untuk meniadakan tradisi Omed-omedan. Dasar pemikiran beliau pada saat itu karena,
mendengar beberapa cemoohan dari luar Desa Sesetan yang mengatakan bahwa teruna-teruni
Banjar Kaja mengadakan hiburan dengan berciuman dan berpelukan di depan umum. Namun,
Beliau mengurungkan niat tersebut karena, ditiadakannya tradisi Omed-omedan
mengakibatkankan datangnya dua ekor babi yang berkelahi sampai berdarah kemudian
menghilang begitu saja. Kejadian tersebut dianggap sebagai pertanda buruk oleh masyarakat
Banjar Kaja dan akhirnya tradisi Omed-omedan digelar kembali sampai sekarang ini
(Mahardika, 2015).
Dikarenakan kondisi yang terjadi dilapangan terkait tradisi Omed-omedan yang
banyak disalah artikan, teruna-teruni Banjar Kaja mulai mengemas tradisi yang mereka
miliki melalui sebuah acara tahunan. Keberadaan acara ini dipandang sangat efektif dalam
membantu memperkenalkan tradisi Omed-omedan. Hal ini terbukti dari semakin
berkembangnya pengemasan tradisi Omed-omedan, yang dimana sebelum puncak
pelaksanaan tradisi Omed-omedan, telah dibentuk kegiatan tahunan yang diberi nama Sesetan
Heritage Omed-Omedan Festival yang selanjutnya akan disebut dengan Sesetan Heritage
Omed-Omedan Festival. Didalam festival tahunan ini, wisatawan atau masyarakat lokal yang
datang berkunjung dapat menyaksikan secara langsung tradisi Omed-omedan (Cahyadinata,
2013). Pengemasan tradisi Omed-omedan ini merupakan salah satu bentuk strategi yang
dibuat oleh teruna-teruni Banjar Kaja.
Sebuah festival yang dapat dijadikan sebagai wadah dalam memperkenalkan suatu
kebudayaan dan tradisi khas yang dimiliki oleh suatu daerah menjadi hal yang penting dan
memerlukan sebuah strategi komunikasi didalamnya agar sesuai dengan tujuan yang ingin

Jurnal Komunikasi: Strategi Komunikasi Pariwisata, 2020


dicapai. Beberapa hal diatas kemudian akan menjadi sebuah dasar dalam membangun serta
mewujudkan tujuan dari teruna-teruni Banjar Kaja dalam memperkenalkan tradisi Omed-
omedan melalui sebuah festival tahunan yaitu Sesetan Heritage Omed-Omedan Festival.
Melalui sebuah festival yang dikemas oleh teruna-teruni Banjar Kaja, tradisi Omed-omedan
mulai dikenal oleh masyarakat luas. Namun, banyaknya festival yang mengangkat mengenai
kebudayaan dan tradisi di Bali menjadi sebuah tantangan bagi teruna-teruni Banjar Kaja
dalam mengoptimalkan strategi komunikasi untuk memperkenalkan keunikan yang dimiliki
oleh tradisi Omed-omedan.
Dalam menyusun penelitian ini, adapun beberapa konsep yang digunakan,
diantaranya Strategi Komunikasi Rogers (dalam Cangara, 2017) menyebutkan bahwa sebuah
strategi komunikasi merupakan suatu rancangan atau perencanaan yang dibuat untuk
mengubah perilaku manusia dalam skala yang lebih besar melalui pengiriman ide-ide dan
gagasan baru. Sebuah strategi dapat diartikan sebagai seluruh tindakan yang akan dilakukan
guna mencapai tujuan (Arifin, 2004). Penelitian ini menggunakan model Perencanaan
Komunikasi Cutlip dan Center yang menyatakan bahwa proses perencanaan komunikasi
yaitu menjadi landasan atau acuan untuk melakukan pelaksanaan, meliputi penemuan fakta
(fact finding), perencanaan (planning), aksi komunikasi (communication action), evaluasi
(evaluation) (dalam Ruslan, 2006). Kemudian, tradisi tradisi merupakan bentuk keseragaman
benda material dan gagasan yang berasal dari masa lalu namun masih ada hingga kini dan
bukan merupakan sebuah kesengajaan tetapi ada maksud didalammnya (Sztompka, 2007).
Konsep selanjutnya yaitu festival, dimana Janiskee (dalam Yanthi, 2015) menjelaskan bahwa
festival dan acara dapat dipahami sebagai kegiatan dengan sejumlah program-program yang
menyenangkan, terdapat hiburan, atau acara formal memiliki karakter meriah dan terbuka
dengan tujuan merayakan hari-hari besar yang terkait dengan budaya-budaya suatu wilayah.
Sementara itu, berdasarkan telaahan kajian penelitian yang sejenis terdapat beberapa
hal yang dapat memperkuat akan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi pariwisata
yang dilakukan oleh peneliti, diantaranya Jurnal pertama yang berjudul “Strategi Komunikasi
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau sebagai Pusat Kebudayaan Melayu di Asia
Tenggara Tahun 2020” oleh Mega Purnamasari yang dimuat dalam jurnal jom.unri (Vol. 4,
No. 1) tahun 2017 menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan dengan tujuan menjadikan
kebudayaan Melayu sebagai sebuah identitas yang kuat pada masyarakat Riau. Didalamnya
penelitian ini mengidentifikasi peranan komunikator, mengenali sasaran komunikasi,
pengkajian tujuan pesan komunikasi, serta pemanfaatan media oleh Dinas Pendidikan dan

Jurnal Komunikasi: Strategi Komunikasi Pariwisata, 2020


Kebudayaan Provinsi Riau dalam pencapaian tujuan Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu
di Asia Tenggara tahun 2020. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan peran Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau dalam mewujudkan tujuan diatas adalah dengan
bertanggung jawab dalam setiap penyusunan dan penyelenggaraan kegiatan yang terkait
dengan pelestarian keragaman dan kearifan lokal kebudayaan Melayu. Kemudian, dalam
penentuan target sasarannya yaitu Pemerintah, masyarakat Riau dan masyarakat luar pulau
Riau. Dilihat dari segi pesan yang disampaikan kepada khalayak secara garis besar berisikan
program untuk pengembangan dan pelestarian nilai-nilai kebudayaan Melayu. Kemudian
yang terakhir dari mengenai media komunikasi yang digunakan berupa media komunikasi
tidak langsung (media massa) dan komunikasi tatap muka (Word of Mouth).
Kemudian jurnal kedua yang berjudul “Strategi Komunikasi Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Kuantan Singingi dalam Mempromosikan Budaya Perahu
Baganduang” yang ditulis oleh Ilham Fajri serta dimuat dalam jurnal jom.unri (Vol. 5, Edisi
II) tahun 2018. Di dalam penelitian yang dilakukan memuat cara Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Kuantan Singingi dalam mempromosikan kebudayaan yang
dimilikinya melalui sebuah festival yaitu Festival Perahu Baganduang. Berdasarkan hasil
penelitian, dapat disimpulkan beberapa strategi komunikasi yang terdapat dalam
mempromosikan kebudayan Perahu Baganduang yaitu, strategi khalayak, strategi pesan dan
strategi media yang digunakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kuantan
Sengigi. Di dalam menetapkan khalayak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Kuantan Singingi tentunya tidak memiliki sasaran yang terlalu spesifik dalam
mempromosikan budaya perahu baganduang ini. Dari segi pengemasan pesan, pesan yang
digunakan harus bersifat persuasif dan mampu menarik minat dan perhatian khalayak.
Kemudian ditinjau media yang digunakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Kuantan Singingi dalam mempromosikan budaya perahu baganduang ini adalah melalui
media partner. Dengan melihat penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti
di atas, maka dapat ditarik benang merah bahwa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
telah mampu memberikan sumbangan berupa hasil analisis yang berguna bagi peneliti
berikutnya dari berbagai bidang keilmuan utamanya yang terakit dengan strategi komunikasi.
Sebuah festival yang dapat dijadikan sebagai wadah dalam memperkenalkan suatu
kebudayaan dan tradisi khas yang dimiliki oleh suatu daerah menjadi hal yang penting dan
memerlukan sebuah strategi komunikasi didalamnya agar sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Beberapa hal diatas kemudian akan menjadi sebuah dasar dalam membangun serta

Jurnal Komunikasi: Strategi Komunikasi Pariwisata, 2020


mewujudkan tujuan dari teruna-teruni Banjar Kaja dalam memperkenalkan tradisi Omed-
omedan melalui sebuah festival tahunan yaitu SHOOF.
Terkait hal tersebut, adanya sebuah strategi komunikasi merupakan suatu upaya
dalam menyusun rencana komunikasi untuk menentukan langkah sehingga memperoleh hasil
yang sesuai dengan tujuan. Penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat
dalam mengoptimalisasikan festival sebagai media untuk memperkenalkan tradisi yang
dimiliki oleh suatu daerah. Sebagai salah satu tradisi unik yang ada di Bali serta berdasarkan
hasil pemaparan latar belakang diatas maka, peneliti tertarik mengetahui bagaimana Strategi
Komunikasi Pariwisata dalam Memperkenalkan Tradisi Omed-Omedan Desa Sesetan (Studi
Deskriptif pada Teruna-teruni Banjar Kaja).

METODE
Menurut Hillway (dalam Pujileksono, 2015), penelitian merupakan suatu metode
yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu
masalah yang ada, sehingga memperoleh suatu pemecahan yang tepat terkait masalah yang
diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi deskriptif analitik, dimana pendekatan ini digunakan guna mendapatkan
data yang diinginkan secara mendalam yang bertujuan untuk menjelaskan bagaimana strategi
komunikasi pariwisata yang dilakukan oleh teruna-teruni Banjar Kaja dalam
memperkenalkan tradisi Omed-omedan dalam hal ini khususnya melalui Sesetan Heritage
Omed-Omedan Festival. Berdasarkan hal tersebut maka, peneliti berperan sebagai alat
(instrumen) yang konsisten sepenuhnya dan hasil penelitian diperoleh secara langsung
melalui observasi dan wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti (Moleong, 2011).
Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive
sampling yang merupakan sebuah teknik pemilihan informan dengan mempertimbangkan
aspek-aspek tertentu serta membuat kriteria yang digunakan sebagai pertimbangan dalam
memilih informan (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini, terdapat empat informan kunci
yang didalamnya itu merupakan teruna-teruni Banjar Kaja serta dua orang informan ahli
yaitu seorang budayawan dan dosen pariwisata.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Keberadaan strategi komunikasi menjadi hal diharapkan mampu membantu dalam
menyusun rencana sampai dengan pelaksanaannya untuk suatu tujuan tertentu agar tercapai

Jurnal Komunikasi: Strategi Komunikasi Pariwisata, 2020


dengan optimal. Berdasarkan hal tersebut, pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan
menurut Effendy (dalam Tatang, 2016) bahwasannya strategi komunikasi merupakan penentu
keberhasilan dari komunikasi yang efektif. Berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan
pada sub bab sebelumnya, maka pada bagian ini peneliti akan menghubungkan hasil
penelitian dengan yang dikaitkan dengan tahapan-tahapan model perencanaan komunikasi
Cultip dan Center yaitu, penemuan fakta, perencanaan, aksi komunikasi, dan evaluasi serta
teori lainnya yang mendukung sehingga mendapatkan sebuah pembahasan mengenai strategi
komunikasi pariwisata teruna-teruni Banjar Kaja dalam memperkenalkan tradisi Omed-
omedan.
Penemuan fakta merupakan sebuah langkah yang mencangkup penyelidikan dan
pemantauan yang meliputi opini, sikap serta perilaku pihak-pihak terkait serta dipengaruhi
oleh sebuah tindakan dan kebijakan organisasi. Pada dasarnya dalam langkah ini menentukan
mengenai, “apa yang sedang terjadi saat ini?” (Ruslan, 2006). Dalam hal ini, untuk mencari
tahu fakta terkait tradisi Omed-omedan peneliti menemukan indikator Penemuan Fakta
dilapangan dilakukan melalui pemahaman terhadap latar belakang tradisi Omed-omedan.
Tradisi diartikan sebagai warisan yang benar atau warisan masa lalu yang secara turun-
temurun diteruskan dari generasi ke generasi melalui sebuah tindakan komunikasi. Namun
sebuah tradisi yang terjadi berulang-ulang di dalam sekelompok masyarakat bukanlah
dilakukan secara kebetulan atau disengaja (Sztompka, 2007).
Sama halnya dengan tradisi Omed-omedan yang ada di Banjar Kaja, berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa tradisi Omed-omedan berasal dari kata dasar “omed” yang berarti
“tarik”, sehingga “omed-omedan” berarti “tarik menarik satu sama lain” merupakan sebuah
tradisi turun temurun yang diwariskan dari generasi ke generasi yang dilakukan secara
sengaja guna mempererat tali silatursahmi antar masayarakat Banjar Kaja. Pernyatan tersebut
kemudian didukung oleh sebuah artikel yang mengatakan bahwa Tradisi Omed-omedan itu
sendiri sudah digelar sejak jaman penjajahan Belanda dan dipercaya bahwa jika tradisi ini
tidak diadakan seperti biasa maka dipercaya membawa malapetaka. Hal ini dipercaya karena,
awalnya tradisi Omed-omedan ini sempat ingin diberhentikan, seketika ada dua ekor babi
yang tengah berkelahi dan membuat keributan sehingga membuat masyarakat Banjar Kaja
berkumpul. Masyarakat Banjar Kaja percaya bahwa hal tersebut merupakan sebuah pertanda
buruk. Maka, sejak saat itu tradisi Omed-omedan pun secara rutin dilakukan setiap tahunnya
tepatnya pada ngembak geni (sehari setelah perayaan Hari Raya Nyepi).

Jurnal Komunikasi: Strategi Komunikasi Pariwisata, 2020


Kemudian, tahap kedua yakni merumuskan sebuah perencanaan berdasarkan
informasi yang terkumpul pada langkah pertama digunakan untuk membuat keputusan
mengenai publik, sasaran, tindakan dan strategi komunikasi, taktik, dan tujuan program.
Langkah kedua ini menjawab, “Kita telah mempelajari situasi ini berdasarkan apa-apa yang
harus diubah, suatu kebijakan, baik itu strategi maupun program yang akan dijalankan”
(Ruslan, 2006). Pada tahap perencanaan strategi komunikasi teruna-teruni Banjar Kaja
melakukan persiapan terakait pelaksanaan Sesetan Heritage Omed-Omedan Festival.
Perencanaan yang dibuat mengenali khalayak, menyusun pesan, menentukan metode dan
memilih media (Arifin, 2004). Persiapan yang dilakukan oleh teruna-teruni Banjar Kaja
terdiri dari pembentukan panitia, penentuan tema, membuat konsep acara, menentukan target
sasara, menentukan media yang digunakan, menyusun timeline serta susunan acara Sesetan
Heritage Omed-Omedan Festival serta mempersiapkan anggaran. Semua persiapan tersebut
dilakukan dalam waktu kurang lebih enam bulan lamanya dimulai dari bulan April di setiap
tahunnya sampai dengan puncak acara Sesetan Heritage Omed-Omedan Festival pada bulan
Maret. Peran teruna-teruni Banjar Kaja dalam hal ini yaitu sebagai pelaku perencanaan
Sesetan Heritage Omed-Omedan Festival dalam upaya memperkenalkan tradisi Omed-
omedan.
Tahap selanjutnya adalah Aksi Komunikasi. Dalam aksi komunikasi sebuah strategi
melibatkan implementasi program dari tindakan dan komunikasi yang telah didesain untuk
mencapai tujuan spesifik bagi setiap publik untuk mencapai sasaran program. Pertanyaan
pada Langkah ini, “Siapa yang akan melakukan dan memberitahukan program ini, serta
kapan, dimana, dan bagaimana?” (Ruslan, 2006). Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam
paradigma Lasswell (dalam Tatang, 2016:42) sebuah proses komunikasi merupakan pihak
komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui saluran tertentu
kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu. Maka dari itu, komunikasi
kemudian menjadi hal yang penting begitu pula dalam mencapai tujuan teruna-teruni Banjar
Kaja yakni memperkenalkan tradisi Omed-omedan. Aksi komunikasi yang dilakukan oleh
teruna-teruni Banjar Kaja untuk mencapai tujuan tersebut adalah membuat sebuah wadah
berupa festival bagi tradisi Omed-omedan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Getz
(dalam Yanthi, 2015) bahwa sebuah festival memiliki peran untuk menarik wisatawan (ke
tempat-tempat tertentu, dan untuk mengatasi jenis wisatawan musiman), memberikan
kontribusi seperti jenis pemasaran (termasuk pembentukan citra dan destination branding),
menghidupkan atraksi, dan bertindak sebagai generator ekonomi untuk pembangunan

Jurnal Komunikasi: Strategi Komunikasi Pariwisata, 2020


destinasi tersebut. Dalam hal ini, teruna-teruni Banjar Kaja membuat festival yang mampu
menarik wisatawan untuk datang dan menyaksikan tradisi Omed-omedan yang diberi nama
Sesetan Heritage Omed-Omedan Festival (SHOOF).
Sesetan Heritage Omed-Omedan Fetival ini diadakan pada saat ngembak geni (sehari
setelah perayaan Hari Raya Nyepi). Rangkaian Sesetan Heritage Omed-Omedan Fetival ini
sendiri dibagi menjadi tiga kelompok bagian kegiatan, diantaranya ada peken paiketan atau
pasar rakyat, parade seni dan kemudian acara puncaknya ditutup dengan tradisi Omed-
omedan. Selama kegiatan festival berlangsung pengunjung akan disuguhi berbagai kuliner
khas daerah dan juga penampilan seni yang mampu mengedukasi pengunjung. Pengemasan
festival yang direncanakan dengan penuh pertimbangan ini merupakan salah satu wujud dari
implementasi strategi komunikasi yang dilakukan oleh teruna-teruni Banjar Kaja dalam
upaya memperkenalkan tradisi unik yang dimiliki.
Tahap ini terakhir pada proses ini merupakan evaluasi yang melibatkan kesiapan
penilaian, implementasi, dan hasil dari program terimplementasi berdasarkan umpan balik
evaluasi mengenai bagaimana program tersebut berhasil atau tidak. Program dapat
dilanjutkan atau dihentikan berdasarkan pertanyaan “Bagaimana yang telah kita kerjakan”
(Ruslan, 2006). Pada tahap evaluasi dapat dilihat bahwa teruna-teruni Banjar Kaja lebih
fokus dalam melalukan evaluasi secara internal. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
faktor penghambat serta pendukung acara Sesetan Heritage Omed-Omedan Festival ini dalam
mencapai tujuannya yaitu memperkenalkan tradisi Omed-omedan. Kemudian evaluasi ini
juga dilakukan sebagai acuan untuk Sesetan Heritage Omed-Omedan Festival kedepannya
agar dapat lebih berkembang dengan berbagai inovasi serta memperbaiki kesalahan-
kesalahan yang terjadi pada tahun sebelumnya. Pada tahap evaluasi teruna-teruni Banjar Kaja
dapat mengetahui bahwa tujuan Sesetan Heritage Omed-Omedan Festival dalam
memperkenalkan tradisi Banjar Kaja yaitu Omed-omedan telah berhasil. Dikatakan demikian
karena acara Sesetan Heritage Omed-Omedan Festival ini telah mendapat feedback positif
dari pengunjung serta mendatangi Sesetan Heritage Omed-Omedan Festival.

KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan diatas dampat disimpulkan bahwa strategi komunikasi yang
dilakukan oleh teruna-teruni Banjar Kaja dalam memperkenalkan tradisi Omed-omedan
sudah berjalan sesuai dengan tujuan. Hal ini terbukti dari banyaknya feedback positif dari
pengunjung serta mendatangi Sesetan Heritage Omed-Omedan Festival. Strategi komunikasi

Jurnal Komunikasi: Strategi Komunikasi Pariwisata, 2020


yang dilakukan teruna-teruni Banjar Kaja ada empat tahap yang sesuai dengan model
perencanaan komunikasi Cultip dan Center. Pada tahap penemuan fakta yang ditemukan
melalui pemahaman terhadap tradisi Omed-omedan. Kemudian, dilanjutkan dengan tahap
perencanaan dimana dalam tahap ini teruna-teruni Banjar Kaja membuat sebuah perencanaan
komunikasi meliputi penentuan media, penentuan khalayak, penentuan metode serta
menyusun pesan. Sementara itu, pada tahap aksi komunikasi merupakan implementasi dari
program yang telah dirancang pada tahap perencanaan yaitu terkait pelaksanaan Sesetan
Heritage Omed-Omedan Festival. Tahap terakhir yaitu evaluasi, dalam hal ini teruna-teruni
Banjar Kaja melakukan evaluasi secara internal untuk mengetahui faktor penghambat serta
pendukung dalam pelaksanaan Sesetan Heritage Omed-Omedan Festival.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, A. (2004) Strategi Komunikasi. Bandung: Armilo.
Cahyadinata, I. P. A. A. (2013) ‘Perspektif Sosio-Budaya Dan Religius Terhadap Tradisi
Omed-Omedan Di Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan, Kota Denpasar, Bali’, Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699. doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.
Cangara, H. (2017) Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Depok: PT. Rajagrafindo
Persada.
Didik Roy Mahardika, I. W. (2015) ‘Festival Heritage Omed-Omedan Sebagai Daya Tarik
Wisata Di Sesetan, Denpasar’, Jurnal Master Pariwisata (JUMPA), 1, pp. 117–133.
doi: 10.24843/jumpa.2015.v01.i02.p08.
Moleong, J. L. (2011) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Pujileksono, S. (2015) Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang: Kelompok Intrans
Publishing.
Ruslan, R. (2006) Manajemen Public Relations & Media komunikasi. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
Sugiyono (2012) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sztompka, P. (2007) Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenanda Media Grup.
Tatang (2016) Dinamika Komunikasi. Bandung: Pustaka Setia.
Yanthi, P. . dan D. K. (2015) ‘Festival Sebagai Daya Tarik Pariwisata Bali’, pp. 1–9.

Jurnal Komunikasi: Strategi Komunikasi Pariwisata, 2020

Anda mungkin juga menyukai