Anda di halaman 1dari 10

STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BERBASIS POTENSI

INDUSTRI KREATIF SENI BATIK DI KABUPATEN NGAWI

Julianus Johnny Sarungu, RB Soemanto, Riwi Sumantyo


Pusat Penelitian dan Pengembangan Pariwisata dan Budaya, LPPM Universitas Sebelas Maret
Surakarta

Abstrak

Penelitian tentang “Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Potensi Industri


Kreatif Seni Batik di Kabupaten Ngawi” ini secara khusus bertujuan untuk: (1) Mengeksplorasi
industri seni batik Ngawi sebagai salah satu kekuatan potensi pengembangan ekonomi lokal;
(2) Mengkaji hambatan yang dihadapi oleh pengusaha dan pengrajin batik Ngawi, dalam
mengembangkan potensi industri seni batik; (3) Mengetahui diversifikasi produksi batik Ngawi
yang telah dilakukan oleh pengusaha dan pengrajin batik Ngawi; (4) Menganalisis kontribusi
produksi batik Ngawi terhadap penguatan ekonomi lokal di Kabupaten Ngawi; (5) Mengkaji
kebijakan dan program Pemerintah Kabupaten Ngawi dalam mengembangkan potensi batik
Ngawi; (6) Menyusun rekomendasi strategi pengembangan ekonomi lokal berbasis potensi
industri kreatif seni batik di Kabupaten Ngawi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan beberapa
metode, yakni observasi lapangan, wawancara, diskusi kelompok terarah (FGD/Focus Group
Discussion), dan metode simak dokumen. Untuk memperoleh keabsahan data digunakan
triangulasi sumber. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis interaktif (Miles &
Huberman, 1984) dan analisis supply-demand (Blank & Stigler, 1957). Luaran yang
ditargetkan dari penelitian ini adalah: (1) strategi pengembangan ekonomi lokal berbasis
potensi industri kreatif seni batik di Kabupaten Ngawi, dan (2) publikasi artikel ilmiah pada
jurnal terakreditasi nasional (DIKTI). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak terkait termasuk menjadi acuan bagi pihak pemangku kepentingan
(stakeholder) dalam rangka mendukung upaya pengembangan ekonomi lokal berbasis
industri kreatif seni batik untuk mendukung peningkatan perekonomian daerah dan
pembangunan kesejahteraan masyarakat.
Kata Kunci: Batik Ngawi, Ekonomi Lokal, Industri Kreatif.

1
Julianus Johnny Sarungu, RB Soemanto, Riwi Sumantyo : Strategi …

PENDAHULUAN batik telah mendukung pengembangan


ekonomi lokal di banyak daerah di seluruh
Batik merupakan aset budaya pelosok nusantara. Pengembangan ekonomi
adiluhung yang dimiliki oleh bangsa lokal melalui industri batik diharapkan
Indonesia yang telah menjadi identitas dan dapat menunjang upaya pemerintah untuk
jati diri. Batik mampu mengekspresikan mengembangkan perekonomian wilayah
makna simbolis dan nilai estetis yang tinggi serta membangun kesejahteraan
melalui motif atau corak dan warna yan masyarakat.
beragam. Keunikan batik juga Kabupaten Ngawi merupakan
mencerminkan karakter budaya bangsa salah satu daerah penghasil batik. Di
Indonesia yang membedakan dari bangsa Kabupaten Ngawi seni batik telah
lain. Batik dapat ditemukan di banyak berkembang, khususnya di Desa Munggut
daerah di Indonesia. Setiap orang dari Kecamatan Padas serta Desa Banyubiru
berbagai suku dan kelas, kini merasa Kecamatan Widodaren. Keindahan dan
bangga menggunakan batik. Kini makna kekayaan alam termasuk keberagaman flora
batik sebagai identitas mengalami yang dimiliki oleh Kabupaten Ngawi dapat
pergeseran dari lingkup daerah ke lingkup dijadikan inspirasi dan dituangkan dalam
nasional, bahkan internasional. Pada tataran berbagai motif batik yang indah. Motif
internasional keberadaan batik sebagai Batik Ngawi dibedakan menjadi dua yaitu,
identitas dan warisan budaya bangsa batik motif yang dibuat di Desa Munggut,
Indonesia semakin diakui sejak Kecamatan Padas, dan Desa Banyubiru,
ditetapkannya batik sebagai world heritage Kecamatan Widodaren. Motif batik yang
oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009, yang dibuat di Desa Munggut Kecamatan Padas
langsung disambut oleh Pemerintah cenderung merupakan motif kreasi yang
Indonesia dengan ditetapkannya 2 Oktober didasarkan pada potensi sekitar seperti
sebagai hari batik nasional. Pengakuan motif Benteng Pendem, Bambu Jati, Bambu
yang diberikan oleh lembaga dan Jati Abang, Bambu Rebung, Bambu Trinil,
masyarakat internasional terhadap terhadap Pring Gadhing, Kedelai, Melon Khas
batik sebagai salah satu mata budaya Ngawi, Jati Aking, Padi Mendhung, Padi
Indonesia diharapkan dapat memotivasi dan Sawah, Teh Jamus, Teh Pucuk, Mawar,
mengangkat harkat para pengrajin batik Kupu-Kupu, Kali Tempuk, Pithecantropus
serta dapat mendukung upaya untuk Erectus, Trinil Bledak, Parang Trinil,
meningkatkan pendapatan dan Perang Antar Suku, Lereng Ceplok Trinil,
kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu Ngawi Joyo I dan II, Lereng Gading,
kewajiban generasi sekarang dan generasi Nomaden, dan masih banyak lagi motif
yang akan datang adalah memberikan yang lainnya. Sedangkan motif yang dibuat
apresiasi yang tinggi terhadap karya budaya di Desa Banyubiru Kecamatan Widodaren
agung tersebut dengan senantiasa cenderung merupakan motif klasik seperti
memelihara, melestarikan, dan Gringsing, Bokor Kencono, dan Sido
mengembangkannya. Mukti.
Pembuatan batik telah memberikan Namun demikian terdapat
peluang pekerjaan bagi masyarakat lokal beberapa permasalahan yang berkaitan
sehingga dapat meningkatkan dengan pengembangan seni batik Ngawi
perekonomian mereka. Dengan demikian untuk mendukung pembangunan ekonomi

2
Cakra Wisata Vol 19 Jilid 1 Tahun 2018

lokal. Meskipun batik Ngawi memiliki dan dokumen terkait. Dalam hal ini
peluang untuk berkembang, saat ini informan terdiri atas unsur swasta,
diversifikasi produknya masih terbatas. masyarakat serta pemerintah, termasuk
Pengusaha batik Ngawi perlu melihat pejabat terkait di Dinas Koperasi, UMKM
perkembangan pasar yang dinamis dan Perindustrian Kabupaten Ngawi,
sehingga mereka akan selalu siap BAPPEDA Kabupaten Ngawi, dan Dinas
menyesuaikan dengan keinginan Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah
konsumen. Mereka harus senantiasa Raga Kabupaten Ngawi, yang memiliki
tangkas dan siap untuk dapat bersaing kapasitas dalam merencanakan program
dengan produk batik dari daerah lain di pengembangan seni batik Ngawi untuk
sekitarnya mengingat di wilayah yang tidak mendukung pembangunan ekonomi lokal.
terlalu jauh dari Kabupaten Ngawi, Pengumpulan data dilakukan
utamanya di daerah Solo (Surakarta), dengan metode observasi lapangan
terdapat beraneka ragam produk batik. (pengamatan langsung), diskusi kelompok
Demikian pula para pengrajin batik Ngawi, terarah (FGD), wawancara mendalam (in-
yang sebagian besar merupakan kaum depth interview), dan metode simak atau
perempuan, perlu ditingkatkan existing document study. Agar setiap
kompetensinya, baik dalam hal informasi yang digali dari observasi,
pengetahuan maupun keterampilan diskusi kelompok terarah, wawancara, dan
sehingga mereka dapat menghasilkan karya metode simak dapat tercatat dengan baik
seni kerajinan batik yang berkualitas. Saat dan lengkap digunakan alat perekam
ini mereka belum mendapatkan penghasilan berupa catatan lapangan (field note), alat
yang memadai sebanding dengan jerih perekam suara (digital voice recorder) dan
payahnya. Hal ini antara lain karena kamera untuk membantu tersajinya
kemampuan mereka masih terbatas kelengkapan data.
sehingga kualitas batik yang dihasilkan Teknik cuplikan (sampling
belum memiliki nilai jual tinggi. technique) yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling
METODE PENELITIAN dan snowball. Dalam hal ini sampel
penelitian diambil berdasarkan tujuan atau
Penelitian tentang seni batik Ngawi purpose tertentu, yakni yang berkaitan
ini merupakan penelitian deskriptif dengan dengan strategi pengembangan ekonomi
menggunakan pendekatan kualitatif. lokal berbasis potensi industri kreatif seni
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten batik di Kabupaten Ngawi dengan
Ngawi, daerah yang memiliki potensi seni mempertimbangkan penguasaan dan
batik, termasuk batik yang dikembangkan pengetahuan responden selaku informant
di Desa Banyubiru, Desa Krandegan, Desa terhadap masalah yang diteliti tersebut.
Bringin, Desa Padas, dan Desa Karangasri Penentuan key informant bersifat
Kabupaten Ngawi yang merupakan salah menggelinding seperti bola salju atau
satu seni kerajinan tradisional yang penting snowball yakni dengan mencari informasi
untuk dilestarikan sebagai identitas dan tentang orang-orang kunci berikutnya yang
aset budaya bangsa. mengusai permasalahan tentang strategi
Sumber data yang dikaji berupa pengembangan ekonomi lokal berbasis
informan, tempat dan peristiwa serta arsip potensi industri kreatif seni batik di

3
Julianus Johnny Sarungu, RB Soemanto, Riwi Sumantyo : Strategi …

Kabupaten Ngawi melalui orang kunci dapat dibuat apabila seluruh proses
yang pertama kali ditemui. pengumpulan data berakhir.
Teknik analisis data yang Teknik analisis supply-demand
digunakan pada penelitian ini adalah berbasis pada logika dasar bahwa
teknik analisis interaktif (interactive model hubungan antara permintaan (demand)
of analysis) yang dikemukakan oleh Miles dengan penawaran (supply) sangat erat dan
& Huberman (1984) dan teknik analisis saling menentukan. Dari kacamata teori
supply-demand yang dikemukakan oleh supply-demand, setiap transaksi
Blank & Stigler, 1957). Teknik analisis mempunyai dua dimensi, yaitu permintaan
interaktif memiliki tiga komponen utama, dan penawaran (pasokan). Menurut teori
yakni reduksi data (data reduction), sajian atau pendekatan ini suatu situasi surplus
data (data display), dan penarikan akan terjadi apabila jumlah pasokan
kesimpulan (conclusion drawing). Reduksi melebihi yang dibutuhkan. Pada umumnya
Data merupakan proses seleksi, situasi ini akan menyebabkan penurunan
pemfokusan, penyederhanaan, dan harga. Sebaliknya, situasi minus atau
abstraksi data kasar yang ada dalam catatan defisit pasokan akan terjadi apabila
lapangan. Data dari lapangan yang berupa permintaan lebih dan pasokan kurang.
hasil wawancara atau rangkuman data Situasi seperti ini bisa menyebabkan
sekunder yang kemudian direduksi dan kenaikan harga. Terakhir adalah situasi
dipilih hal yang menonjol. Dengan yang berimbang atau equilibrium, yang
melakukan reduksi data, peneliti akan merupakan tahap yang ideal di setiap pasar.
memperoleh data yang akurat, karena Dalam situasi seperti itu, harga tidak sangat
peneliti dapat mengecek apakah adakah rendah dan juga tidak terlalu tinggi. Situasi
data penelitian yang sama dengan yang seperti lah yang diinginkan oleh pasar atau
diperoleh sebelumnya, sehingga dapat masyarakat pembeli manapun karena dapat
menghindari adanya ketumpangtindihan. menjamin stabilitas harga.
Penyajian data merupakan suatu rakitan
organisasi informasi dalam bentuk HASIL DAN PEMBAHASAN
klasifikasi atau kategorisasi yang Batik merupakan salah satu potensi
memungkinkan penarikan kesimpulan daerah di Kabupaten Ngawi yang telah ada
penelitian dapat dilakukan. Dalam hal ini sejak tahun 1995. Seorang pengusaha batik
display meliputi berbagai jenis matriks, telah berusaha merintis pengembangan
gambar atau skema, jaringan kerja, batik di wilayah tersebut. Namun demikian
keterkaitan kegiatan, dan tabel yang perkembangannya tergolong sangat lambat.
terkait. Penarikan Kesimpulan merupakan Seiring berjalannya waktu Pemerintah
suatu pengorganisasian data yang telah Kabupaten Ngawi mulai memberikan
terkumpul sehingga dapat dibuat suatu
perhatian secara sungguh-sungguh pada
kesimpulan akhir penelitian. Dalam awal upaya pengembangan batik Ngawi. Berkat
pengumpulan data, peneliti berusaha perhatian, keberpihakan, dan fasilitasi
memahami keteraturan, pola, pernyataan, pemerintah daerah tersebut batik Ngawi
konfigurasi, arahan sebab akibat dan mulai berkembang pesat sejak tahun 2011.
proposisi-proposisi. Peneliti bersikap Saat ini di Kabupaten Ngawi terdapat 7
terbuka dan skeptis. Kesimpulan akhir baru (tujuh) UKM yang memproduksi batik

4
Cakra Wisata Vol 19 Jilid 1 Tahun 2018

dengan berbagai teknik termasuk tulis, cap, oleh UKM Batik Sidomulyo yang sudah
kombinasi tulis dan cap, printing, dan berdiri sejak tahun 1994 juga masih
kombinasi ikat celup dan tulis. Ke tujuh terbatas. Sebagai contoh, meskipun UKM
UKM tersebut adalah Batik Sidomulyo, ini mengembangan teknik batik dengan
Batik Widi Nugroho, Batik Pringgondani, metode printing, namun UKM ini belum
Batik Seyvana, Batik Sidomukti, Batik memiliki meja print (meja untuk mencetak)
Enjang Pelangi, dan Batik Karunia. yang memadai. Ukuran meja print yang
Pengembangan seni kerajinan batik dimiliki oleh UKM Batik Sidomulyo masih
Ngawi masih terkendala oleh beberapa sangat pendek, yakni sekitar 5 meter.
hambatan yang dihadapi oleh masing- Sebagian besar UKM batik di
masing UKM batik. Beberapa hal yang Ngawi belum mengoptimalkan upayanya
dianggap menjadi hambatan bagi untuk melakukan promosi dan pemasaran.
pengembangan batik Ngawi adalah belum Strategi yang digunakan saat ini masih
optimalnya kemampuan pengrajin batik di terbatas, misalnya melalui pameran dan
Ngawi, minimnya peralatan produksi batik gethok tular. Beberapa UKM sudah
yang dimiliki UKM batik di Ngawi, memiliki show room, namun masih terdapat
terbatasnya strategi promosi dan pemasaran UKM yang belum memiliki show room
batik Ngawi, dan Terbatasnya pengetahuan yang memadai. Pemanfaatan teknologi
UKM batik di Ngawi tentang manajemen informasi dan komunikasi, baik melalui
usaha. penggunaan Internet maupun media sosial
Pada umumnya pengrajin batik seperti Facebook, Whatsapp dll untuk
Ngawi adalah para pemula karena usaha mempromosikan dan memasarkan batik
pembuatan batik di Ngawi baru dimulai Ngawi masih relatif minim.
pada empat tahun lalu, yakni sekitar tahun Sebagian UKM batik di Ngawi
2011. Demikian pula para pengusahanya belum memiliki pengetahuan tentang
juga masih dalam tahap pemula, kecuali manajemen perusahaan secara profesional.
pengusaha batik pertama di Ngawi, yakni Hal ini antara lain dapat dilihat dari belum
Bapak Suwandi yang mendirikan UKM dilakukan pembukuan usaha yang
Batik Sidomulyo di Desa Banyubiru profesional. Secara umum manajemen
Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi. usaha masih dilakukan secara kekeluargaan
Demikian pula kemampuan para pengrajin atau masih menggunakan cara tradisional.
batik di Ngawi yang baru bergabung Kalkulasi atau penghitungan modal, biaya
dengan UKM batik masih terbatas. Hal ini produksi, laba dan sebagainya masih
antara lain dikarenakan mereka belum dilakukan secara perkiraan atau estimasi.
memiliki pengalaman yang memadai dan Diversifikasi produk yang
belum banyak terlibat dalam pelatihan- dilakukan oleh UKM-UKM batik yang
pelatihan untuk meningkatkan keetrampilan terdapat di Kabupaten Ngawi pada
dan pengetahuan/kemampuan membatik umumnya meliputi lima hal, yakni
baik yang diselenggarakan oleh pihak UKM diversifikasi teknik pembatikan,
sendiri maupun oleh lembaga terkait. diversifikasi motif, diversifikasi media atau
Sejalan dengan usianya yang relatif bahan (kain), diversifikasi bahan pewarna,
muda, maka sebagian besar UKM batik di dan diversifikasi produk akhir.
Ngawi baru memiliki beberapa peralatan Diversifikasi bahan bervariasi mulai dari
sederhana. Bahkan peralatan yang dimiliki kain katun primisima, katun prima, kain

5
Julianus Johnny Sarungu, RB Soemanto, Riwi Sumantyo : Strategi …

poplin, kain dolby, kaos, hingga kain sutera. UKM batik di Ngawi mendapatkan
Diversifikasi bahan pewarna meliputi kesempatan untuk mempromosikan dan
bahan pewarna kimia atau sintetis dan memasarkan produknya kepada khalayak
bahan pewarna alam. Bahan pewarna kimia pasar yang lebih luas.
antara lain berupa naphtol, rhemasol, dan Selain itu Pemerintah Kabupaten
indigosol. Sedangkan bahan pewarna alam Ngawi juga mewajibkan seluruh
terdiri atas kulit kayu, daun, akar, bunga, pegawainya untuk mengenakan batik
dan buah. Contoh bahan warna alam adalah Ngawi pada jam kerja pada hari-hari
kulit kayu mahoni, kulit manggis, daun tertentu. Kebijakan ini telah memberikan
mangga, bunga pisang, dan buah duwet. dampak positif kepada peekembangan batik
Diversifikasi motif meliputi motif umum Ngawi karena produksi masing-masing
yang dikembangkan menjadi motif khas UKM batik di Ngawi meningkat cukup
Ngawi dengan karakter khusus sesuai signifikan. Selain dikenakan oleh para
dengan improvisasi dan kreasi masing- pegawai di lingkungan Pemerintah
masing UKM batik. Sedangkan Kabupaten Ngawi, batik yang diproduksi
diversifikasi produk akhir berupa oleh UKM-UKM batik di Ngawi juga
pengembangan produk berupa kain batik dikenakan oleh banyak anggota organisasi
menjadi produk baju jadi, seperti hem swasta seperti paguyuban, guru-guru
(kemeja) untuk pria, rok dan blus untuk sekolah swasta, PKK, karang taruna,
wanita, serta pakian anak. kelompok seniman, dan sebagainya. Di
Pemerintah Kabupaten Ngawi telah samping penggunaan batik Ngawi oleh para
merumuskan beberapa kebijakan yang pegawai sebagai siswa sekolah juga telah
bertujuan untuk mengembangkan potensi mengenakan seragam berupa kain batik
daerah, termasuk potensi batik Ngawi. Ngawi. Tren tersebut telah mendukung
Disamping menuangkan kebijakan dalam percepatan pembangunan industri batik di
berbagai program dalam dokumen tertulis Kabupaten Ngawi.
seperti di atas, Pemerintah Kabupaten Berdasarkan pembahasan mengenai
Ngawi juga telah menunjukkan perhatian potensi, faktor penghambat, kontribusi
dan komitmennya untuk mengembangkan batik Ngawi terhadap pengembangan
batik Ngawi melalui beberapa kegiatan ekonomi lokal, dan kebijakan Pemerintah
nyata seperti Ngawi Batik Fashion yang Kabupaten Ngawi, maka dapat
diselenggrakan setiap tahun dalam rangka direkomendasikan kepada seluruh elemen
peringatan hari jadi Kabupaten Ngawi. pemangku kepentingan (stakeholders)
Dalam pelaksanaan Batik Fashion tersebut beberapa strategi yang dapat dijadikan
seluruh peserta diwajibkan menggunakan dasar pengembangan potensi batik Ngawi
batik Ngawi untuk ditampilkan dalam event yakni embangun identitas berbasis
tersebut. Dengan demikian UKM-UKM keunikan seni batik Ngawi,
batik di Ngawi banyak menerima pesanan mengembangkan kualitas batik Ngawi,
dari peserta. Selain ditampilkan dalam meningkatkan kompetensi pengusaha dan
acara batik fashion show beraneka ragam pengrajin batik Ngawi, mengembangkan
produk batik Ngawi juga dipamerkan dalam sistem manajemen berbasis hulu hilir untuk
acara batik expo yang merupakan satu pengembangan batik Ngawi, serta
rangkain dengan batik fashion show. mewujudkan alokasi anggaran
Dengan adanya batik expo tersebut seluruh pembangunan daerah yang berpihak pada

6
Cakra Wisata Vol 19 Jilid 1 Tahun 2018

pengembangan potensi batik Ngawi (lihat Strategi pengembangan batik Ngawi


Gambar 1). perlu didukung upaya untuk meningkatkan

Gambar 1: Strategi Pengembangan Batik kualitas sehingga produk batik Ngawi


Ngawi. mendapatkan tempat di hati pembeli.
Dengan adanya kualitas batik yang baik
Menciptakan keunikan produk maka pembeli akan memilih produk batik
merupakan salah satu hal penting untuk Ngawi. Batik yang berkualitas akan mampu
membangun branding dari produk tersebut. menciptakan branding positif sehingga
Demikian pula halnya dengan produk batik menarik minat pembeli. Penjualan produk
Ngawi. Untuk mengembangkan ekonomi batik Ngawi dalam kuantitas yang besar
lokal berbasis potensi seni batik Ngawi akan dapat mendukung penguatan
perlu memperkenalkan batik Ngawi kepada perekonomian lokal. Di satu sisi produksi
pasar, baik pasar lokal maupun pasar non batik berkualitas dalam jumlah besar akan
lokal, melalui inovasi dan kreasi untuk memberikan peluang kepada pengusaha
menemukan kekhasan batik Ngawi yang untuk memperoleh pendapatan dari laba
dapat menjadi label atau ciri khusus batik usahanya. Di sisi lain para pengrajin akan
tersebut. Dalam hal ini kekhasan dapat mendapatkan upah dari pekerjaan di bidang
diciptakan melalui motif, warna, maupun pembuatan batik.
desain. Meskipun mode, tren, dan Pengembangan batik Ngawi perlu
keinginan pasar selalu berubah namun didukung oleh kompetensi pengusaha dan
dalam rangka menciptakan kekhasan pengrajin batik. Pengusaha dituntut untuk
produk dapat dilakukan pengembangan memiliki kompetensi dalam mengelola
kreativitas dan inovasi dengan mengikuti usahanya dalam pembuatan batik.
selera dan permintaan pasar namun tetap Kompetensi pengusaha lebih berkaitan
menyertakan penanda khusus yang dengan kemampuan untuk mengelola
menunjukkan bahwa hal tersebut sektor hulu (produksi) dan sektor hilir
merupakan ciri khas batik Ngawi. (pasar). Di sektor produksi pengusaha harus

7
Julianus Johnny Sarungu, RB Soemanto, Riwi Sumantyo : Strategi …

memiliki kemampuan untuk mengelola dapat dilihat dari banyaknya tenaga kerja
sumber daya manusia (SDM) pengrajin yang diserap oleh UKM-UKM yang
untuk menghasilkan produk yang memproduksi batik. Banyaknya tenaga
berkualitas serta kemampuan untuk kerja yang terserap juga mendukung upaya
mengelola keuangan perusahaan. mengurangi pengangguran dan kemiskinan.
Kompetensi pengrajin meliputi Semenjak dikembangkan secara intensif
pengetahuan dan keterampilan membuat dengan dukungan dan fasilitasi dari
batik sehingga menghasilkan batik yang Pemerintah Kabupaten Ngawi, batik Ngawi
berkualitas. Peningkatan kompetensi dapat memiliki kekuatan yang dapat mendukung
dilakukan melalui berbagai cara termasuk pengembangan batik sebagai aset budaya
pelatihan, studi banding, dan magang. daerah Kabupaten Ngawi. Batik Ngawi
Pengelolaan usaha batik perlu memiliki potensi untuk dikembangkan
dilandasi pengetahuan tentang manajemen, sebagai komoditas unggulan daerah karena
baik manajemen sektor hulu maupun memiliki keunggulan seperti peluang untuk
manajemen sektor hilir. Manajemen sektor mengangkat ciri khas Ngawi, khususnya
hulu berkaitan dengan produksi, sedangkan dalam hal motif, yang dapat dikaitkan
manajemen sektor hilir berkaitan dengan dengan upaya revitalisasi aset sejarah
pasar (pembeli). Pengembangan batik nasional maupun aset budaya lokal serta
sebagai salah satu aset budaya daerah aset sumber daya alam, dukungan sumber
memerlukan keberpihakan dari pemerintah daya manusia, pasar yang tidak hanya
daerah. Keberpihakan tersebut antara lain bersifat lokal, tetapi juga dalam cakupan
dapat berupa fasilitasi dalam bentuk yang lebih luas, seperti di daerah
alokasi anggaran, untuk membiayai sektor Yogyakarta, Surabaya, dan kota-kota
hulu (produksi) maupun sektor hilir lainnya, kekuatan untuk mendukung
(pasar). Fasilitasi Pemerintah Kabupaten pengembangan pariwisata daerah karena
Ngawi dalam bentuk kegiatan aplikatif produk batik Ngawi dapat diperkenalkan di
dapat dilakukan oleh dinas terkait seperti berbagai lokasi daya tarik wisata yang
Dinas Koperasi, UMKM, dan terdapat di Kabupaten Ngawi sebagai
Perdagangan, maupun Dinas Kebudayaan cenderamata. Demikian pula proses
dan Pariwisata. Kegiatan sektor hulu dapat pembuatan batik dapat dijual sebagai
berupa pelatihan untuk meningkatkan atraksi wisata minat khusus.
keterampilan pengrajin di bidang Oleh karena itu dalam rangka
pengembangan motif, pembatikan, dan mendukung pengembangan batik Ngawi
pewarnaan. Sedangkan kegiatan di sektor untuk menunjang pembangunan ekonomi
hilir dapat berupa pendampingan promosi lokal diperlukan strategi yang efektif, baik
melalui berbagai media, baik cetak maupun dalam pengembangan produksi maupun
elektronik serta pendampingan pemasaran pemasaran. Demikian pula perlu adanya
(penjualan) seperti pameran dan pengadaan fasilitasi secara berkelanjutan serta
showroom bersama. monitoring dan evaluasi secara periodik
dari pemerintah daerah setempat, dalam hal
PENUTUP ini Pemerintah Kabupaten Ngawi melalui
Pada dasarnya batik Ngawi Dinas Koperasi, UMKM dan Perindustrian
memiliki potensi untuk mendukung dalam bentuk pelatihan, magang, studi
perekonomian lokal. Hal ini antara lain

8
Cakra Wisata Vol 19 Jilid 1 Tahun 2018

banding, dan pameran untuk meningkatkan Indonesia. A master thesis. James


kualitas batik Ngawi. Cook University Australia.
Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009
Tentang Pengembangan Ekonomi
DAFTAR PUSTAKA Kreatif.
Ismadi, tt, Seni kerajinan/kriya batik,
Blank, David, M. & George J. Stigler, 1957, Yogyakarta: Pendidikan Seni
Demand and Supply: methods of Kerajinan Jurusan Pendidikan Seni
analysis, Dalam The Demand and Rupa FBS UNY,
Supply of scientific personnel, http://staff.uny.ac.id/sites/default/fil
http://www.nber.org/chapters/c266 es/pendidikan/Ismadi,%20S.Pd.,%2
2.pdf 0M.A./Pengertian%20&%20Sejara
Departemen Perdagangan RI, 2008, h%20Batik.pdf
Industri kreatif di Indonesia, Kemenparekraf, 2014, Ekonomi kreatif:
Sumber: kekuatan baru Indonesia menuju
http://ventammo.blogspot.com/200 2015, Rencana aksi jangka
8/06/definisi-kelompok-industri- menengah 2015 – 2019. Jakarta:
kreatif.html Kementerian Pariwisata dan
Desy Nur Cahyani. 2009. Peran Ekonomi Kreatif.
Masyarakat Kecamatan Tirtomoyo Kvale, S., 1996, Interviews: an
dalam Pengembangan Desain Batik introduction to qualitative research
Wonogiren. Cakra Wisata No. 10 interviewing. Dalam Rara Sugiarti,
Vol. 1. (1998), The potential for developing
Endang Widiyastuti, 2013, Pengembangan ecologically sustainable rural
Seni Kerajinan Batik Girilayu tourism in Surakarta, Central Java,
Menuju Ekonomi Kreatif Untuk Indonesia, A master thesis, James
Memberdayakan Masyarakat dan Cook University Australia.
Mendukung Pembangunan Miettenen, S., 2002, Arts and crafts tourism
Pariwisata di Kabupaten in Lapland, Finland, Dalam G.
Karanganyar, Surakarta: Richards (ed). Developing and
Universitas Sebelas Maret (Laporan marketing culture tourism, Tilburg,
Penelitian Hibah Bersaing). The Netherlands: ATLAS.
Fernandes, C. & Ligia Sousa, 2002, Miles, M. B. & Huberman, A. M, 1984,
Initiatives for developing arts and Qualitative Data Analysis: A
crafts in the Alto Minho, Portugal, Sourcebook of New Methods.
Dalam G. Richards (ed), London: Sage Publications.
Developing and marketing culture Nian S. Djuemena. 1986. Batik: its
tourism, Tilburg, The Netherlands: mystery and meaning, Jakarta:
ATLAS. Jambatan.
Hayes, N. 1997. Doing qualitative analysis Rara Sugiarti, 2010, Regenerasi Seniman
in psychology. Dalam Rara Sugiarti. Batik untuk Mendukung
(1998). The potential for developing Revitalisasi Seni Kerajinan
ecologically sustainable rural Tradisional Menuju Industri Kreatif
tourism in Surakarta, Central Java, dan untuk Mendorong

9
Julianus Johnny Sarungu, RB Soemanto, Riwi Sumantyo : Strategi …

Pengembangan Pariwisata Budaya, Widodo, Sunarya & Iswahyudi, 2012,


Surakarta: Universitas Sebelas Pewarnaan Bahan Alam Pada Batik
Maret (Laporan Penelitian Hibah Lurik Karya “Batik Natural
Strategis Nasional DIKTI). Sarwidi” Bayat Klaten Jawa
Sarah Rum Handayani, 2002, Tengah,
Pengembangan model dan desain http://journal.student.uny.ac.id/jurn
kerajinan jumputan dan colet di al/artikel/1068/28/200
Desa Wirun Kabupaten Sukoharjo,
Surakarta: PUSPARI UNS
(Laporan Penelitian).
Sariyatun. 2001. Usaha batik masyarakat
Cina di Surakarta awal abad ke-20.
Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada. Tesis.
Sariyatun, 2006, Pengembangan model
revitalisasi seni batik klasik melalui
interpretasi sebagai upaya untuk
melestarikan warisan budaya dan
mendukung pengembangan
pariwisata di Surakarta, Surakarta:
PUSPARI UNS (Laporan
Penelitian).
Slamet Supriyadi, 2008, Pengembangan
Model Revitalisasi Industri Batik
Bakaran Sebagai Upaya
Meningkatkan Ekonomi
Masyarakat Sekitarnya Melalui
Program Pariwisata Budaya (Studi
Kasus Seni Batik Tradisional
Bakaran di Kabupaten Pati),
Surakarta: PUSPARI UNS
(Laporan Penelitian).
Suzane Brener. 1991. Domesticating the
market: history, culture and
economy in Javanese merchant
community. Dissertation for the
degree doctor philosophy in
antropology. Cornell University.
Titi Hartini, 2009, Upaya pemberdayaan
perempuan usaha kecil.
http://www.asppuk.or.id/index.php
?option=com_content&task=view
&id=85&Itemid=9

10

Anda mungkin juga menyukai