Anda di halaman 1dari 11

PARIWISATA KREATIF DALAM MENINGKATKAN SKILL

MEMBATIK : STUDI DI YULIATI WARNO BATIK PATI

Tamzis Al Anas
NIM. 041709125
Email : tamzisalanas@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi Yuliati Warno Batik sebagai
pelaku pariwisata kreatif dalam mewujudkan visi dan misi perusahaan. Metode
penelitian pada penelitian ini deskriptif kualitatif dengan menggunakan data
primer. Adapun Teknik pengambilan data dengan wawancara Bersama informan
kunci yaitu Yuliati Warno, karyawan serta wisatawan peserta eduwisata batik.
Hasil wawancara dianalisis dengan menggunakan Teknik reduksi data, reduksi
penyajian dan verifikasi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa: 1) Yuliati Warno
Batik merupakan pelaku pariwisata kreatif dengan mencetuskan eduwisata batik
di Kabupaten Pati; 2) Selain eduwisata batik, Yuliati Warno Batik juga membuka
LKP dan TUK Tazkia untuk meningkatkan kompetensi membatik sehingga
melahirkan pengrajin batik dan entrepreneur profesional yang berkontribusi
terhadap pertumbuhan ekonomi. Kedua strategi Yuliati Warno Bati tersebut
sebagai upaya pelestarian batik sebagai budaya dunia yang berasal dari
Indonesia.

Kata Kunci : Pariwisata kreatif; Eduwisata Batik; Yuliati Warno Batik;


Sertifikasi Batik.

PENDAHULUAN
Batik merupakan produk asli Indonesia yang tidak dihasilkan oleh negara
manapun sebelumnya. Batik merupakan hasil karya bangsa Indonesia yang
merupakan warisan budaya. Batik memiliki berbagai motif dan corak sebagai
identitas suatu daerah. Seiring dengan perkembangan waktu, batik mengalami
perkembangan dari segi motif maupun corak. Bahkan, semakin banyak pengrajin
batik bermunculan di setiap daerah yang mengusung ciri khas atau identitas dari
daerahnya masing-masing. Oleh karena itu, Indonesia harus mempertahankan
kecintaan masyarakatnya terhadap batik sebagai upaya untuk mempertahankan
produk asli Indonesia.
Batik juga sebagai komoditas yang berasal dari Indonesia dan paling digemari
oleh wisatawan nusantara maupun mancanegara. Daya tarik batik bagi wisatawan
menjadikan peluang usaha batik memiliki progress yang bagus, sehingga

1
bermunculan pengrajin-pengrajin batik yang mana motif dalam batik tersebut
sesuai dengan hasil bumi tiap daerah. Dalam hal ini, batik memiliki keunggulan
komparatif dalam bidang ekonomi sehingga dapat meningkatkan penghasilan
masyarakat. Semakin meningkatnya pengrajin batik menjadikan setiap pengrajin
harus mampu membuat distingsi dari batiknya. Distingsi tersebut dapat berupa
perbedaan strategi dalam menarik calon konsumen.
Perbedaan strategi dalam menarik customer batik dari tiap pengrajin
dibedakan menjadi dua dimensi, yaitu dimensi institusi dan dimensi produk. Pada
dimensi istitusi, terdiri dari tiga hal yang berbeda yaitu negara, industri dan
perusahaan. Sedangkan dalam dimensi produk, suatu produk dikatakan memiliki
daya saing jika kualitas produk tersebut lebih baik daripada produk lain yang sama
harganya. Selain memiliki kualitas yang lebih baik, produk yang sama juga harus
memiliki keunikan (uniqueness) (Chan 2010). Keunikan batik akan muncul dalam
segi motif maupun pewarnaan. Selain itu, keunikan ini harus ada dalam strategi
pemasarannya sehingga customer lebih tertarik untuk mengunjungi rumah batik.
Pariwisata kreatif melalui Program eduwisata pada rumah batik merupakan
salah satu strategi untuk menarik customer dan juga sebagai strategi untuk
melestarikan warisan budaya berupa batik untuk mempertanahankan sustainability
pengrajin batik (Putri 2019). Program eduwisata batik di Kabupaten Pati, Jawa
Tengah hanya dilaksanakan di Yuliati Warno Batik. Edukasi wisata batik di Yuliati
Warno Batik selain menawarkan berbagai motif batik Bakaran, juga menawarkan
praktik membatik dan sertifikasi batik.
Pariwisata kreatif di Yuliati Warno Batik menawarkan program edukasi wisata
berupa praktik membatik bagi pengunjung/wisatawan dari berbagai jenjang sekolah
yaitu SD hingga perguruan tinggi. Berbagai program eduwisata tentang batik
tersebut merupakan sebuah uniqueness yang dimiliki oleh Yuliati Warno Batik.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dibahas terkait dengan Pariwisata kreatif
di Yuliati Warno Batik Pati. Hasil penelitian ini dapat memberikan pembelajaran
bagi pengrajin batik untuk dapat mengembangkan edukasi wisata batik sehingga
dapat meningkatkan rasa kecintaan generasi muda terhadap batik serta
meningkatkan pendapatan pengrajin batik.

2
KAJIAN PUSTAKA
Pariwisata Kreatif
Wisata merupakan kegiatan yang dilakukan wisatawan selama dalam
perjalanan pariwisata (Rahutami and Lestari 2009). Wisatawan disebut melakukan
kegiatan wisata apabila tempat yang dituju merupakan wisata sejarah. Dalam hal
ini kegiatan yang dilakukan adalah menikmati objek bersejarah. Kegiatan tersebut
dapat ditentukan oleh minat dari wisatawan. Namun hal itu juga bisa berdasarkan
sumber daya pariwisata yang tersedia (Putri 2019). Generasi pertama atas
pariwisata menurut UNESCO adalah wisata pantai, dimana orang-orang ke pantai
untuk berwisata dan relaksasi. Generasi kedua atas pariwisata adalah wisata
budaya. Wisata budaya berorientasi pada wisata musem dan budaya (Creative
Cities Network 2006).
Pariwisata kreatif merupakan generasi baru wisata yang melibatkan lebih
banyak interaksi dimana wisatawan memiliki pendidikan, emosional, interaksi
sosial, dan sikap partisipatif dengan lingkungan, budaya serta masyarakat lokal.
Banyak kegiatan yang menjadi dasar dalam pariwisata kreatif seperti memasak,
melukis, musik, fotografi, kerajinan, tari dan sebagainya yang dihubungkan dengan
daerah tujuan wisata karena harus disesuaikan dengan potensi daerah tersebut
(Ilincic 2011). Pariwisata kreatif lebih dari sekedar memberikan pengalaman
belajar, tetapi juga melibatkan karakter daerah tujuan wisata, pemberian makna dan
identitas daerah wisata (Ilincic 2011).
Manfaat pariwisata kreatif diantaranya adalah meningkatkan pendapatan
daerah serta menciptakan lapangan pekerjaan melalui perkembangan budaya
(Creative Cities Network 2006). Obyek pariwisata kreatif dalam penelitian ini
adalah membatik. Perkembangan pariwisata kreatif melalui wisata edukasi
membatik dapat meningkatkan perkembangan perekonomian masyarakat lokal
serta melestarikan batik sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia
(Ernawati, Coastera, and Rodiah 2018). Terdapat jenis-jenis wisata edukasi sebagai
berikut (Putri 2019) : 1) Wisata edukasi science, merupakan wisata edukasi yang
berbasis pada ilmu pengetahuan; 2) wisata edukasi sport, merupakan wisata edukasi
yang berbasis pada olahraga; 3) wisata edukasi culture, merupakan wisata edukasi

3
yang berbasis pada kebudayaan, seni dan adat istiadat; 4) wisata edukasi agrobisnis,
merupakan wisata edukasi yang berbasis pada Pendidikan pertanian dan peternakan
yang juga merupakan bisnis dari perusahaan.

Macam-Macam Skills
Keterampilan (skills) dibagi menjadi dua yaitu : 1) Hard Skills, merupakan
sebuah keterampilan seseorang yang berupa penguasaan ilmu pengetahuan,
keterampilan teknis, dan teknologi yang berhubungan dengan bidang ilmunya
(Limantokoh 2008). Hard skills merujuk kepada pengetahuan dan keterampilan
teknis dalam hal tertentu yang berhubungan dengan suatu proses, alat dan teknis
tertentu; 2) Soft Skills, merupakan keterampilan seseorang dalam berhubungan
dengan orang lain (termasuk dengan dirinya sendiri). Dengan demikian, atribut
softskulls meliputi nilai yang dianut, motivasi, perilaku, kebiasaan, karakter dan
sikap (Fitra, Elfayetti, and Tumiar 2016). Soft skills merupakan seluruh aspek dari
generic skills yang termasuk dalam elemen-elemen kognitif dan berhubungan
dengan non academic skills. Soft skills meliputi tujuh elemen penting yaitu
keterampilan berkomunikasi, keterampilan berfikir dan menyelesaikan masalah,
kekuatan kerja tim, belajar sepanjang hayat dan pengelolaan informasi,
keterampilan wirausaha, etika, moral dan profesionalisme, serta keterampilan
kepemimpinan (Fitra et al. 2016).
Dalam hal ini, program edukasi wisata dengan belajar membatik yang
ditawarkan oleh Yuliati Warno Batik dapat meningkatkan hard skills dan soft skills
bagi peserta. Peningkatan hard skills terimplementasi melalui peningkatan
keterampilan teknis membatik, sedangkan peningkatan soft skills
diimplementasikan melalui kemampuan bekerja tim dan keterampilan
berwirausaha, etika, moral dan profesionalisme.

Jenis-Jenis Batik
Membatik adalah sebuah Teknik menahan warna dengan menggunakan lilin
malam. secara berulang-ulang di atas kain. Berdasarkan cara membuat, batik
dibedakan menjadi tiga macam yaitu : 1) Batik tulis, adalah jenis batik yang

4
dikerjakan dengan menggunakan canting; 2) Batik cap, merupakan jenis batik yang
dibuat dengan menggunakan cap, sehingga motif pada batik cap ini teratur dan
sama; 3) Batik printing, merupakan jenis batik yang motifnya dibuat dengan
menggunakan printing atau sablon (Sari. 2013).
Desain motif batik dikelompokkan menjadi empat macam yaitu :1) motif
hewan, merupakan motif dengan bentuk hewan misalnya kupu-kupu, ikan,
kumbang, kerbau, ayam, burung dan sebagainya; 2) motif tumbuhan, merupakan
motif batik dengan bentuk flora misalnya bunga, kelapa, buah-buahan dan
sebagainya; 3) motif bangun ruang, merupakan motif batik dengan bentuk geometri
seperti lingkaran, garis-garis, segitiga, persegi, belah ketupat dan lain sebagainya;
4) motif manusia, merupakan motif batik dengan mengambil tokoh dalam
pewayangan maupun tokoh-tokoh yang bersejarah (Sari. 2013).
Desain pada motif batik disesuaikan dengan hal-hal yang bersejarah maupun
menjadi ciri khas pada setiap daerah. Hal ini menjadikan pengrajin batik untuk
tanggap dan dapat mengeksplor kekayaan daerah masing-masing untuk
memunculkan ciri khas maupun karakteristik tertentu dalam batik yang ciptakannya
sebagai bentuk distingsi dengan daerah lain, meskipun jenis batiknya sama.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif
merupakan penelitian yang menggambarkan peristiwa, gejala dan kejadian yang
sedang terjadi dengan menggunakan data berupa kata, kalimat, gerak tubuh,
ekspresi wajah, bagan dan foto (Sugiyono 2009). Penelitian ini dilaksanakan di
Rumah Batik Yuliati Warno yang beralamatkan di Desa Langenharjo, Pati, Jawa
Tengah. Data pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui
informan sebagai subyek penelitian. Informan dalam penelitian ini terdiri dari
informan kunci yaitu pemilik Yuliati Warno Batik, ibu Yuliati Warno. Serta
informan pendukung yaitu pengunjung dan karyawan Yuliati Warno Batik. Metode
pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan
wawancara. Data yang diperoleh dari wawancara dan fakta-fakta yang diperoleh

5
dari observasi dianalisis dengan menggunakan teknik reduksi data, penyajian data
dan verifikasi data.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pariwisata Kreatif pada Yuliati Warno Batik Melalui Program Eduwisata
Batik
Adapun visi Yuliati Warno Batik adalah menjadi sentra pelestarian batik
melalui pencapaian kualitas dan keahlian membatik di pasar Internasional pada
tahun 2030. Visi dari Yuliati Warno Batik akan dicapai melalui misi diantaranya
sebagai berikut : 1) Menyelenggarakan edukasi bersama lingkungan sekitar dan
komunitas wisata di Pati dengan wadah destinasi wisata batik Pati; 2) Menjalin
kerjasama dengan mitra usaha baik dalam negeri maupun luar negeri; 3) Menjalin
kerjasama dengan pemerintah; 4) menyelenggarakan sertifikasi batik; serta 5)
berperan aktif sebagai penguji batik kementrian dan BNSP LSP 3.
Program eduwisata batik merupakan bagian dari pelaksanaan misi Yuliati
Warno Batik. Eduwisata batik dibuka sejak tahun 2015. Program eduwisata batik
ini diikuti oleh peserta dari siswa sekolah mulai dari siswa jenjang SD sampai
mahasiswa di perguruan tinggi. Program eduwisata batik terdiri dari pengamatan
proses membatik, sampai praktik membatik bagi wisatawan. Pelaksanaan praktik
membatik membutuhkan waktu 1-2 jam dimulai dari menggambar motif batik,
mencanting, mewarnai serta pelorot. Pada pelaksanaan eduwisata ini disediakan
beberapa pelatih yang fokus pada tugasnya masing-masing, diantaranya bagian
menggambar, pelatih bagian mencanting, pelatih bagian mewarnai serta khusus
bagian plorot. Dengan adanya spesialisasi pelatih tersebut diharapkan peserta
eduwisata batik dapat berlatih membatik dengan baik sehingga peserta memiliki
minat yang tinggi dengan batik.
Peserta eduwisata batik sebelum memulai menggambar akan diberikan
pengetahuan tentang motif batik secara filosofis terlebih dahulu. Hal ini bertujuan
agar peserta dapat menuangkan ide masing-masing serta terinspirasi dari
karakteristik lingkungan di sekitarnya. Dalam menggambar motif batik
membutuhkan kreatifitas, ketelitian serta kesabaran yang mana dalam hal ini hard

6
skills dan soft skills peserta eduwisata batik sangat diuji. Adapun arti filosofis dari
motif batik yang dijelaskan oleh pelatih diantaranya adalah motif klasik seperti
motif sidomukti yang berarti terwujudnya impian, motif parang yang identik
dengan ombak kencang berarti semangat berapi-api, serta batik Pati Bumi Mina
Tani yang memiliki motif hasil bumi daerah Pati seperti ikan Bandeng, Kelapa
Kopyor, Jeruk Pamelo dan lain-lain. Peserta diberikan edukasi tentang filosofi
motif batik untuk memunculkan kreatifitas. Dalam pelaksaan praktik membatik,
peserta eduwisata batik diminta membatik sapu tangan, taplak meja maupun sarung.
Adapun hasil praktik membatik tersebut dapat dimiliki oleh peserta eduwisata batik.
Eduwisata batik oleh Yuliati Warno Batik tidak hanya bertujuan untuk menarik
wisatawan, tetapi lebih pada tujuan untuk mengenalkan batik pada generasi muda
sehingga dapat meningkatkan kecintaan generasi muda terhadap batik sebagai
warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia. Hal ini sebagai upaya
melestarikan eksistensi batik pada setiap generasi.

Program Pelatihan dan Sertifikasi Batik Oleh Yuliati Warno Batik


Program eduwisata batik pada Yuliati Warno Batik ditargetkan untuk
wisatawan. Sedangkan bagi masyarakat yang tertarik dan ingin serius
mengembangkan keterampilan membatik serta ingin berwirausaha batik, Yuliati
Warno Batik membuka Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Tazkia. Selain itu,
Yuliati Warno Batik juga membuka Tempat Uji Kompetensi (TUK) Tazkia yang
merupakan Lembaga uji kompetensi batik di Jawa Tengah. LKP Tazkia
memberikan pelatihan batik bagi masyarakat sehingga melahirkan pengrajin-
pengrajin batik serta entrepreneur batik baru. Dengan adanya LKP Tazkia dapat
menekan tingkat pengangguran dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat
sekitar. Sampai saat ini, LKP Tazkia telah mencetak lebih dari seratus entrepreneur
batik di area Jawa Tengah. Peserta LKP akan dilatik membatik sampai bisa serta
diberikan pelatihan entrepreneur. Selain itu, peserta LKP secara otomatis menjadi
anggota komunitas pengrajin batik dan akan diundang saat ada seminar batik
maupun acara lain yang dapat meningkatkan keterampilan pengrajin batik. Bagi

7
peserta LKP juga dapat langsung mendaftar untuk mengikuti uji sertifikasi batik
jika menginginkan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan RI No 104 Tahun 2014
tentang penetapan standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI) kategori
industri pengolahan golongan pokok industry tekstil bidang industry dan kain batik,
dimana batik merupakan salah satu sector kerja yang perlu dilindungi karena
Teknik dan prosesnya harus mengacu pada kriteria batik Indonesia sebagai warisan
budaya tak benda karya manusia. Pengukuhan tersebut dikarenakan batik memiliki
tiga kriteria diantaranya adalah sebagai berikut : 1) mengandung tradisi lisan,
ekspresi dan Bahasa asli; 2) hadir dalam tradisi social; dan 3) berbasis kerajinan
tradisi (traditional craftmenship). Ketiga kriteria tersebut berdampak pada
meningkatnya permintaan terhadap batik.
Penetapan SKKNI batik merupakan upaya untuk mengukur dan meningkatkan
kualitas pekerja batik di seluruh Indonesia sekaligus memberikan perlindungan
terhadap batik Indonesia melalui Batasan proses, bahan, alat dan motif. Sehingga
tujuan dari ditetapkannya SKKNI batik berdasarkan Perpres No 8 Tahun 2012 dan
Permen Ketenagakerjaan No 2 Tahun 2016 adalah sebagai berikut : 1) Tersedianya
standar kompetensi pada kelompok industry batik yang mengacu kepada peraturan
Menteri Ketenagakerjaan Nomor 2 Tahun 2016 yang berorientasi kepada
kebutuhan nyata di industry batik; 2) dimilikinya standar kompetensi batik yang
selaras dan sesuai dengan bestpractice dan peraturan perundang-undangan yang
terkait; 3) Tersedianya acuan bagi program Pendidikan dan pelatihan berbasis
kompetensi pada sector industri batik; 4) Tersedianya acuan bagi program
Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi pada sector industri batik.
Berdasarkan Perpres No 8 Tahun 2012 dan Permen Ketenagakerjaan No 2
Tahun 2016 tersebut, maka Yuliati Warno Batik menyiapkan diri sebagai Lembaga
Uji Sertifikasi batik di Jateng. Hal ini sebagai salah satu upaya dalam mewujudkan
visi Yuliati Warno Batik. Kegiatan sertifikasi batik di TUK Mandiri Tazkia
bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Pati.

8
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh simpulan sebagai berikut : (1)
Yuliati Warno Batik merupakan pelaku wisata kreatif di Kabupaten Pati, Jawa
Tengah yang mencetuskan program eduwisata batik. Eduwisata batik merupakan
program belajar membatik bagi para wisatawan yang mengunjungi rumah batik
Yuliati Warno Batik. Program eduwisata batik bertujuan untuk mengenalkan batik
bagi generasi muda dan meningkatkan skills serta rasa cinta generasi muda terhadap
produk lokal yaitu batik, dalam rangka melestarikan batik sebagai warisan budaya
dunia asli dari Indonesia; (2) Selain eduwisata batik, Yuliati Warno Batik juga
membuka LKP Tazkia dan TUK Mandiri Tazkia yang bertujuan untuk menciptakan
pengrajin-pengrajin batik baru serta melahirkan entrepreneur kreatif di bidang batik
yang professional. Adanya Eduwisata, LKP Tazkia maupun TUK Mandiri Tazkia
oleh Yuliati Warno Batik merupakan wujud nyata kontribusi entrepreneur ekonomi
kreatif untuk meningkatkan pendapatan daerah serta menciptakan lapangan
pekerjaan melalui perkembangan budaya.

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan tersebut, diajukan saran sebagai
berikut : (1) Seiring dengan perkembangan usaha Yuliati Warno Batik, maka
sebaiknya perusahan segera berbenah dengan membentuk badan hukum baru untuk
perusahaannya dan menempatkan usaha-usaha lainnya sebagai anak-anak
perusahaan sehingga manajemen dari masing-masing usahanya dapat lebih fokus
dan menjadi lebih terorganisir; (2) Yuliati Warno Batik sebaiknya meningkatkan
aktivitas promosi melalui media social serta membuka website dan aktif
memberikan informasi terkait dengan produk serta kegiatan Yuliati Warno Batik
agar semakin di kenal di dunia sehingga visi dari Yuliati Warno Batik segera dapat
tercapai; 3) Pemerintah Kabupaten Pati agar memfasilitasi para pelaku ekonomi
kreatif agar semakin berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Chan, Jennifer Kim Lian. 2010. “Building Sustainable Tourism Destination and
Developing Responsible Tourism: Conceptual Framework , Key Issues and
Challenges.” Tourism Development Journal 8(1):24–32.

Creative Cities Network. 2006. “Towards Sustainable Strategies for Creative


Tourism Discussion Report of the Planning Meeting for 2008 International
Conference on Creative Tourism.” Discussion Report of ThePlanning Meeting
for 2008 International Conference on Creative Tourism (December 2007):1–
7.

Ernawati, Ernawati, Funny Farady Coastera, and Yuli Rodiah. 2018. “Batik Design
Training Sebagai Upaya Pembekalan Soft Skill Di Bidang Desain Grafis
Terhadap Siswa-Siswi Smk Negeri 5 Kota Bengkulu.” Dharma Raflesia :
Jurnal Ilmiah Pengembangan Dan Penerapan IPTEKS 13(1):54–60. doi:
10.33369/dr.v13i1.4158.

Fitra, D., S. Elfayetti, and Tumiar. 2016. “Peningkatan Soft Skills Dan Hard Skills
Mahasiswa Melalui Project-Based Learning Pada Mata Kuliah Perencanaan
Pembelajaran Geografi.” Jurnal Geografi 8(2):124–35.

Ilincic, Milica. 2011. “Downloaded by the Authors , on September 9 Th , 2014


Chapter 9 : Benefits of Creative Tourism Milica Ilincic Downloaded by the
Authors , on September 9 Th , 2014.” 99–113.

Kementerian Ketegakerjaan. 2014. Surat Keputusan Menteri Ketenagakerjaan


Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI). Jakarta : Kementerian Dalam Negeri.

Limantokoh, Elev Septivianto. 2008. “Buku-Pengembangan-Softskills-2008.”


Lesson from the Top 2–57.

Pemerintah Indonesia. 2012. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang


Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Lembaran RI
Tahun 2012. Jakarta: Sekretariat Negara.

Putri, S. S. I. 2019. “Pelestarian Batik Melalui Wisata Edukasi Berbasis Budaya


Visual Nusantara Di Wilayah Kediri.” Seminar Nasional Seni Dan Desain
2019 (September):407–12.

Rahutami, Angeliana Ika, and Murti Lestari. 2009. “Strategi Meningkatkan Daya
Saing Batik Melalui Culturepreneur:Refleksi Dari Batik Giriloyo Imogiri.”
Working Paper: (August). doi: 10.13140/RG.2.2.10453.12000.

10
Sari., Rina Pandan. 2013. Keterampilan Membatik Untuk Anak. Jakarta: Rineka
Cipta.

Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

11

Anda mungkin juga menyukai