Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan menjadi isu utama bagi negara-negara berkembang yang

harus dicari jalan keluarnya, tidak terkecuali bagi Indonesia. Sampai saat ini,

Indonesia belum terlepas dari masalah kemiskinan. Indonesia adalah negara

yang kaya, tetapi isu kemiskinan masih sangat marak dan merajalela (Wahyu

Iriani dkk : 2015). Berbagai upaya pengentasan kemiskinan telah dilakukan,

salah satunya dengan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan menjadi salah

satu upaya dalam proses pembangunan dalam meningkatkan kualitas hidup

masyarakat. Pemberdayaan dilakukan untuk mendorong masyarakat agar

mampu mengidentifikasi kebutuhan masyarakat itu sendiri dan mampu

mengelola masalah – masalah sosialnya secara mandiri dengan mengandalkan

kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Menurut Sunartiningsih (2004),

pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai upaya membantu masyarakat

dalam mengembangkan kemampuan sendiri sehingga bebas dan mampu unuk

mengatasi masalah dan mengambil keputusan secara mandiri.

Suatu pemberdayaan erat hubungannya dengan partisipasi

masyarakat itu sendiri. Karena partisipasi masyarakat merupakan salah satu

faktor dalam keberhasilan pemberdayaan. Dalam PP Nomor 45 Tahun 2017

pasal 1 ayat 1 tentang partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah, yang menyebutkan partisipasi masyarakat dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang selanjutnya disebut partisipasi


2

masyarakat adalah peran serta masyarakat untuk menyalurkan aspirasi,

pemikiran, dan kepentingan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Partisipasi masyarakat menjadi bentuk kesadaran, kepekaan, kepedulian, dan

tanggungjawab masyarakat dalam memahami pentingnya sebuah

pembangunan (Theresia dkk,2015).

Bentuk warisan budaya Indonesia yang menjadi bahan

pembicaraan saat ini salah satunya adalah batik. Pada tanggal 2 Oktober 2009,

United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation (UNESCO)

menetapkan batik sebagai warisan budaya milik Indonesia. Batik dimasukkan

dalam Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity,

yang merupakan pengakuan internasional batik sebagai salah satu mata

budaya Indonesia (Wahyu Iriani dkk : 2015).

Batik mampu memberikan kepercayaan diri bagi beberapa daerah

di Indonesia seperti Pekalongan, Cirebon, Yogyakarta, dan Solo. Batik

dianggap mencirikan daerah tersebut dengan kekhasan batiknya masing-

masing. Selain daerah-daerah tersebut, salah satu daerah yang memiliki

potensi batik adalah Kabupaten Kebumen. Beberapa motif yang menjadi ciri

khas motif batik Kebumen antara lain jagatan, wajikan, glebagan, srikit dan

lainnya. Dan jenis batik yang ada di Kabupaten Kebumen yaitu batik tulis, cap,

dan printing. Warna batik Kebumen didominasi warna coklat, biru dan hijau.

Batik adalah salah satu bentuk karya seni, semakin berkembangnya

karya seni juga dapat memberikan keuntungan tersendiri, seperti halnya batik

menjadi sebuah industri yang menjanjikan. Potensi batik begitu besar untuk

dikembangkan apabila terdapat partisipasi aktif dari masyarakat untuk


3

mendukung sentra industri batik. Selain itu, sentra industri batik juga dapat

meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat dan kampung batik meningkatkan

kualitas ekonomi daerah. Yang awalnya pengrajin batik menghasilkan batik

secara individu, sekarang terbentuk menjadi kelompok berupa toko yang

didalamnya terdapat pengelola toko, pengrajin batik dan pekerja untuk

mengemas dan memasarkan batik.

Di Kabupaten Kebumen, daerah yang memiliki potensi batik

terletak di Desa Gemeksekti, dan terdapat dua dusun yaitu Dusun Tanuraksan

dan Dusun Watubarut. Di daerah ini adalah pusat pembuatan batik yang

sudah berjalan turun temurun dari awal mula adanya batik di Kebumen pada

sekitar abad ke-19. Pemerintah Kabupaten Kebumen melihat potensi batik di

Desa Gemeksekti yang layak diberikan predikat kampung batik. Kawasan

Batik merupakan salah satu lokasi pembangunan perdesaan sesuai Keputusan

Bupati Kebumen Nomor 410/178/KEP/2016 tentang Lokasi Pembangunan

Kawasan Perdesaan Kabupaten Kebumen Tahun 2016. Kawasan Perdesaan

adalah wilayah yang mempunyai potensi, termasuk pengelolaan sumber daya

alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan,

pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Sesuai

Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2012 pasal 1 ayat 13 dan pasal 28 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kebumen Tahun 2011 –

2031, Program Pemberdayaan Kampung Batik Kebumen ini merupakan

Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK).

Beberapa upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Kebumen


4

dalam pemberdayaan masyarakat Perajin batik di Kebumen adalah sebagai

berikut (Nurhidayat, 2010: 130):

1. Penetapan Klaster Unggulan. Batik dijadikan produk unggulan dari

Kabupaten Kebumen

2. Sosialisasi Produk Pemerintah Kabupaten Kebumen juga melakukan

kegiatan pengenalan produk batik Kebumen kepada masyarakat, baik

masyarakat lokal maupun masyarakat luar. Salah satu bentuk

kegiatannya adalah mengadakan kompetisi desain motif batik.

Sosialisasi dilakukan dalam bentuk sosialisasi produk secara fisik serta

dengan melakukan sosialisasi melalui website.

3. Pelatihan Pengembangan Keterampilan Beberapa pelatihan telah

difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Kebumen melalui Dinas

Perindustrian Perdagangan dan Pasar Kabupaten Kebumen. Jenis

kegiatan yang dilakukan yaitu penetapan kelembagaan, pelatihan

motivasi, desain, teknik pewarnaan, permodalan, sampai pada kegiatan

promosi.

4. Pendaftaran Hak Cipta atas Beberapa Motif Batik Kebumen

Pemerintah Kabupaten Kebumen memfasilitasi Perajin Batik untuk

bisa mendaftarkan hasil karya motif mereka ke Ditjen HKI, untuk

mendapatkan sertifikat hak cipta dan hak merek.

5. Bantuan Modal dan Alat. Penyaluran dana untuk pembangunan

kawasan kampung batik disalurkan dari pemerintah Kabupaten

Kebumen untuk masyarakat di Desa Gemeksekti untuk menunjang

kegiatan kampung batik.


5

Partisipasi dan pemberdayaan merupakan dua kondisi yang bersinergi.

Partisipasi menjadi prasyarat dan parameter pemberdayaan sebaliknya upaya

pemberdayaan menjadi mustahil tanpa adanya partisipasi. Demikian pula

dalam pembangunan kampung batik muaranya adalah keberdayaan

masyarakat. Segala upaya pemerintah sudah dilakukan dan pelestarian batik

selalu diupayakan di kampung batik, tetapi informasi yang didapat dari dan

pengrajin batik, pemerintah Desa Gemeksekti, dan Dinas Perdagangan

Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Kebumen (Disperindagkop), bahwa

jumlah pengrajin batik mengalami penurunan. Kemudian permasalahan lain

terletak pada regenerasi dari pengrajin batik itu sendiri, susahnya mencari

pengrajin yang mempunyai minat dan bakat untuk membatik, hal ini terjadi

dikarenakan banyaknya masyarakat didaerah-daerah sentra industri batik yang

lebih memilih bekerja diluar daerah dengan harapan mempunyai penghasilan

yang besar dari pada menjadi pengrajin. Dilihat dari data penurunan pengrajin

batik sebagai berikut :

Tabel 1. Data Pengrajin Batik

Tahun Jumlah Pengrajin Batik


2009 178
2011 155
2013 98
2017 70
2018 55
2019 40
Sumber : diolah oleh peneliti dari Disperindagkop, Kelurahan Desa

Gemeksekti, dan Pengrajin Batik

Dari data diatas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan pengrajin batik,

sehingga akan terancam susah memiliki penerus pengrajin guna melestarikan


6

seni di kampung batik. Jika tejadi penurunan terus menerus, maka akan

menghambat sentra industri batik dan mempengaruhi kondisi ekonomi

masyarakat. Hal ini tentu saja menjadi pertanyaan, mengingat batik telah

ditetapkan sebagai budaya Indonesia yang memiliki nilai lebih untuk

dikembangkan dan meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat

Motivasi merupakan hal yang sangat mendasar untuk menanamkan

niat dalam partisipasi masyarakat khususnya generasi muda untuk

berkontribusi dalam pemberdayaan kampung batik tersebut. Apalagi dilihat

potensi kampung batik ini sangat besar untuk menghasilkan pendapatan dan

mengurangi angka kemiskinan serta angka pengangguran. Seharusnya hal ini

menjadi faktor motivasi bagi masyarakat Desa Gemeksekti itu sendiri namun

ternyata, dalam pemberdayaan kampung batik tersebut, masyarakat masih

dihadapkan dengan berbagai kendala yang menyebabkan kesulitan dalam

mengembangkan usaha batik tersebut.

Berbagai macam penelitian telah dilakukan untuk mengkaji masalah

partisipasi masyarakat. Berbagai penelitian tersebut diantaranya, partisipasi

masyarakat dalam pemberdayaan kampung pelangi di kota semarang (Achmad

Fatchul, 2018), peran pemerintah dalam pemberdayaan usaha batik tulis di

kabupaten kebumen (Nur Arifah, 2015), usaha pengembangan sentra industry

batik di Desa Gemeksekti Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen (Ratna

Khoirunnisa, 2012), pemberdayaan batik di Kabupaten Kebumen (Wahyu

Iriani dkk, 2015). Analisis Partisipasi Pemuda Dalam Pengembangan Desa

Wisata Di Desa Candirejo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang (Liya

Ftiyani, 2017). Dari beberapa penelitian tersebut, memberikan gambaran dan


7

memudahkan penulis dalam meneliti partisipasi masyarakat dalam program

pemberdayaan kampung batik.

Untuk meneliti lebih lanjut mengenai masalah tersebut, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Partisipasi Masyarakat

Dalam Program Pemberdayaan Kampung Batik Di Kabupaten Kebumen

(Study Kasus : Desa Gemeksekti Kecamatan Kebumen Kabupaten

Kebumen)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang dikemukakan,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

Bagaimana partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan Kampung

Batik di Kabupaten Kebumen?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu:

Mengidentifikasi dan menganalisis partisipasi masyarakat dalam program

pemberdayaan Kampung Batik di Kabupaten Kebumen.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

a) Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan

wawasan di bidang Ilmu Administrasi Negara


8

b) Sebagai sumber informasi bagi pihak – pihak yang berminat

mengadakan penelitian sejenis.

2. Manfaat praktis

a) Bagi Universitas Tidar penelitian ini dapat menambah koleksi

bacaan sehingga dapat digunakan sebagai sarana acuan dalam

meningkatkan dan menambah wawasan.

b) Bagi masyarkat di tempat penelitian ini dapat memberikan

informasi yang berkaitan dengan permasalahan – permasalahan

dalam kampung batik.

c) Bagi lembaga yang terkait penelitian ini diharapkan mampu

memberikan informasi mengenai partisipasi masyarakat dalam

pemberdayaan kampung batik dan permaslahan-permasalahan

yang ada di kampung batik serta solusi untuk mengatasi

permasalahan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai