Anda di halaman 1dari 13

EKSISTENSI BATIK SENG DALAM PEMBERDAYAAN

EKONOMI MASYARAKAT DESA SENGGURUH


KECAMATAN KEPANJEN

Proposal Karya Tulis Ilmiah

Diajukan untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah

Ahmad Basori
Moh. Azam Fikrillah Kh.
Muhammad Minanur Rohman

Madrasah Tsanawiyah Negeri 6 Malang


Jl. Raya Sukoraharjo 36 Kepanjen Malang Telp. (0341) 395759
Kementerian Agama Kabupaten Malang
Propinsi Jawa Timur
April, 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang sudah diakui oleh UNESCO sebagai
Indonesian Cultural Heritage. Hal ini menjadikan industri dan pariwisata batik semakin
digemari (Iskandar & Kustiah,2017:2465). Terbukti dengan terdapatnya event-event bertema
batik yang mengundang masyarakat untuk datang melihat, membeli, dan investasi.
Eksistensi batik menjadikan banyak bermunculan kampung- kampung bertema batik.
Kampung - kampung bertema batik tersebut tidak hanya memproduksi dan menjual batik,
akan tetapi juga menawarkan wisata edukasi. Salah satunya dapat melihat proses pembatikan
dan diajari cara membatik. Pengalaman membatik inilah yang menarik minat pengunjung
sehingga banyak yang penasaran dan ingin mencoba.
Selain itu batik juga dapat meningkatkan pemberdayan ekonomi masyarakat.
Pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti tenaga atau kekuatan,
proses, cara, perbuatan pemberdayaan. Pemberdayaan adalah upaya yang membangun
masyarakat dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi
yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya.
Pemberdayaan diarahkan guna meningkatkan ekonomi masyarakat sehingga mampu
menghasilkan nilai ekonomi. Upaya peningkatan kemampuan untuk menghasilkan nilai
tambah dan harus ada perbaikan akses terhadap empat hal, yaitu: akses terhadap sumber
daya, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar, dan akses terhadap permintaan (Aeni,
2017:32).
Adapun alasan yang mendorong penulis mengangangkat tema pemberdayaan
ekonomi Batik Seng di Kampung Budaya Sengguruh sebagai karya tulis adalah :
Pertama, dampak dari adanya aktivitas membatik di Sengguruh menimbulkan
perubahan bagi pola kehidupan masyarakat sekitar, karena menciptakan lapangan pekerjaan.
Peningkatan ekonomi yang terjadi pada masyarakat desa Sengguruh setelah adanya aktivitas
produksi Batik Seng adalah terbantunya biaya operasional sekolah melalui hasil penjualan
kan batik yang dihitung perlembar. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Evi Wahyu Astutik,
selaku orang pertama yang andil mengajari membatik Seng “Awalnya hanya memberikan
pelatihan walisantri yang menunggui anaknya belajar di sekolah alam MI Bilingual Al-Ikhlas.
Jika terjual, hasilnya untuk bantu biaya operasional sekolah” (Malangpostonline.com).
Kedua, yaitu kurang adanya penelitian yang langsung terjun di lingkungan
masyarakat, apalagi adanya kampung budaya ini sangat menarik untuk diteliti, dikarenakan
selain merupakan salah satu wisata budaya baru di Kepanjen juga merupakan satu satunya
wisata dengan menggunakan batik sebagai objek pemberdayaan ekonomi masyarakat
setempat. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Kampung Budaya Batik
Sengguruh.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti berpendapat bahwa penting untuk
melakukan penelitian dengan judul, “ EKSISTENSI BATIK SENG DALAM
PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi ekonomi Desa Sengguruh sebelum adanya produksi Batik
Seng ?
2. Bagaimana kontribusi Batik Seng terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat ?
3. Bagaimana bentuk kontribusi Batik Seng dalam meningkatkan pemberdayaan
ekonomi masyarakat ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian tentang “Eksistensi Batik Seng Dalam Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat” antara lain:
1. Dapat mengetahui kondisi ekonomi Desa Sengguruh sebelum adanya produksi
Batik Seng.
2. Dapat mengetahui alasan batik dipilih sebagai pemberdayaan ekonomi
masyarakat.
3. Dapat mengetahui kontribusi Batik Seng terhadap pemberdayaan ekonomi
masyarakat.
4. Dapat mengetahui bentuk kontribusi Batik Seng dalam meningkatkan
pemberdayaan ekonomi masyarakat.
D. Manfaat Penelitian
Sebagaimana yang diuraikan penulis mengenai tujuan penelitian yang telah ditulis
sebelumnya, maka diharapkan penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah:
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan infomasi dan referensi
penelitian dalam bidang pemberdayaan ekonomi masyarakat.
b. Bagi pengembang ilmu pengetahuan diharapkan hasil dari penelitian ini dapat
memberikan sumbang pikiran dalam pengembangan ilmu ekonomi dalam
bidang pemberdayaan ekonomi masyarakat.
2. Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
a. Bagi batik yang diteliti
Dengan mengetahui analisis yang dilakukan, diharapkan pelaku usaha batik
dapat mengetahui bagaimana proses pewarnaan batik alam yang baik untuk
meningkatkan kepuasan pembeli. Selain itu, juga dapat menjadi salah satu
wadah promosi Batik Seng untuk diperkanalkan kepada khalayak umum.
b. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan
terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang dapat
menumbuhkan kemampuan serta keterampilan meneliti.

E. Definisi Operasional
Menghindari kesalah pahaman terhadap pemahaman judul diatas serta agar dapat
memahami gambaran yang jelas, maka disini penyusun perlu menjelaskan istilah
sebagai berikut.
1. Eksistensi
Eksistensi berarti keberadaan sesuatu baik seseorang, barang, ataupun tempat.
Proses yang dinamis serta memiliki aktualisasi yang menekankan bahwa sesuatu
itu ada baik berupa seseorang, barang, ataupun tepat.
2. Batik
Seni lukis khas pada kain yang dibuat secara khusus dengan menuliskan cairan
lilin malam dan diolah dengan cara tertentu sehingga memiliki kekhasan dan
motif yang menarik.
3. Batik seng
Batik khas dari Kampung Budaya, Sengguruh, Kepanjen yang memiliki motif
motif berbeda dari batik lain sebagai ciri khas dari batik tersebut.
4. Pemberdayaan
Proses pembangunan dimana masyarakat berinisiatif memulai proses kegiatan
sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri, serta memberikan
penguatan kepada masyarakat. Hal tersebut bertujuan untuk memperkuat
kelompok lemah serta mencapai perubahan sosial.
5. Ekonomi masyarakat
Kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok masyarakat yang ditentukan
oleh jenis aktifitas ekonomi serta pendapatan. Dimana kegiatan tersebut
diselenggarakan oleh masyarakat yang berakar pada potensi dan kekuatan
masyarakat untuk menjalankan roda perekonomian mereka sendiri dalam rangka
memenuhi kebutuhannya.
6. Pemberdayaan ekonomi masyarakat
Usaha untuk menjadikan ekonomi lebih kuat, besar dan berdaya saing tinggi
dalam mekanisme pasar yang bertujuan untuk merubah kondisi ekonomi
masyarakat dari ekonomi lemah ke ekonomi kuat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Eksistensi
Eksistensi berasal dari kata bahasa latin existere yang artinya muncul, ada,
timbul, memiliki keberadaan aktual. Exixtere disusun dari ex yang artinya keluar
dan sistere yang artinya tampil atau muncul. Terdapat beberapa pengertian
tentang eksistensi yang dijelaskan menjadi empat pengertian. Pertama, eksistensi
adalah apa yang. Kedua, eksistensi adalah apa yang memiliki aktualitas. Ketiga,
eksistensi adalah segala sesuatu yang dialami dan menekankan bahwa sesuatu itu
ada. Keempat, eksistensi adalah kesempurnaan
(https://id.wikipedia.org/wiki/Eksistensi, diakses 6 Februari 2020 pkl 10.30).
Eksistensi diartikan sebagai keberadaan. Dimana keberadaan yang dimaksud
adalah adanya pengaruh atas ada atau tidak adanya kita. Eksistensi ini perlu
“diberikan” orang lain kepada kita, karena adanya respon dari orang di sekeliling
kita ini membuktikan bahwa keberadaan atau kita akui (Sjafirah dan Prasanti,
2016). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa eksistensi merupakan
keberadaan sesuatu hal yang berpengaruh dengan kondisi sosial, karena
membutuhkan respon antara satu dengan yang lainnya.
2. Batik
Batik merupakan salah satu hasil karya seni bangsa Indonesia yang harus
dilestarikan. Ditinjau dari morfologi bahasa, kata “batik” terdiri dari dua kata
yang bergabung menjadi satu yaitu kata “ba” dan “tik”. Batik berasal dari kata
“am” dan kata “tik”, sehingga kalau digabung menjadi “ambatik” yang
mempunyai arti membuat titik (Purwoto & Sukirno, 2012:219). Hal tersebut
dikarenakan batik terbentuk diawali dengan titik yang tersambung menjadi garis
hingga berkembang menjadi sebuah bentuk. Pendapat lain mengatakan bahwa
batik secara etimologi berasal dari bahasa Jawa kuno: titi yang berarti “dengan
teliti atau cermat”, atau kata titik yang berarti “diberi tanda titik”. Kamus Besar
Bahasa Indonesia menjelaskan arti kata batik adalah “ kain bergambar yang
pembuatannya secara khusus dengan menerakan malam pada kain itu kemudian
pengolahannya diproses dengan cara tertentu”. Iwan Tirta (2009) mengemukakan
bahwa batik adalah sebuah teknik menghias permukaan tekstil dengan cara
menahan pewarna. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa batik adalah
teknik atau proses menghias permukaan kain menggunakan teknik pemberian
titik dengan cara menahan warna.
Motif pada batik pada umumnya bersifat monumental yang terinspirasi dari
alam dan lingkungan sekitar. Sedangkan warna pada batik tradisional mempunyai
warna simbolik yang dihubungkan dengan makna simbolik motifnya. Jadi,
terdapat keterkaitan antara motif dan warna batik tradisional. Oleh karena itu,
batik sangat dikagumi bukan hanya karena prosesnya yang rumit tetapi juga
dalam motif dan warnanya yang unik dan indah, yang sarat akan makna simbolik
(Indarmaji, 1983: 123).
3. Batik Seng
Evi, warga RT/RW 002 Desa Jenggolo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten
Malang, menjelaskan warga di sekitar bendungan Sengguruh berkarya dan
memproduksi desain baru batik sejak 2014 atas binaan PT Pembangkitan Jawa
Bali (PJB) Unit Pembangkitan Brantas dan Universitas Merdeka Malang. Adapun
ikon “batik seng” konotasinya adalah batik Sengguruh, nama desa dan bendungan
di daerah setempat. Dilansir dari mediaindonesia.com Evi memberikan penjelasan
"Seng dalam bahasa Jawa juga menunjukkan aroma harum, harapannya
mengharumkan bangsa dan negara," tegasnya.
Batik lokal Malangan terus menunjukkan eksistensinya. Seperti batik lokal
asli kampung Desa Sengguruh Kepanjen yang kini berproses menjadi banyak
sentra pengrajin batik. Batik lokal ini terlahir sejak 2014 silam, dan lebih dikenal
dengan Batik Seng.
Awalnya, kerajinan membatik di tempat ini hanya keterampilan waktu luang
para ibu warga sekitar, sembari menunggu anaknya sekolah. UMKM yang
berlokasi di Jalan Gondomono, Desa Sengguruh, Kecamatan Kepanjen,
Kabupaten Malang ini akan berinovasi dalam produksi batik dengan pewarna
alam berbahan dasar limbah kopi.
Pengelola Griya Batik Seng, Evi Wahyu Astutik mengaku sudah punya relasi
dengan berbagai warung kopi di Kepanjen untuk pemasokan bahan baku usaha
batik. Cara mengolah menjadi tinta sama dengan bahan pewarna alam lainya,
yakni dengan cars ekstraksi selama beberapa hari hingga akhirnya warna alami
dari bahan baku tersebut tercipta. Dilansir dari merdeka.com
(https://www.merdeka.com/uang/menengok-batik-seng-dengan-pewarna-dari-limbah-
kopi.html)
Melalui pembinaan dari anak perusahaan PLN, Pembangkit Jawa Bali (PJB),
sumber daya manusia (SDM) yang ada di kawasan tersebut agar lebih produktif
dan memiliki keterampilan khususnya dalam membatik.
Batik Seng Sengguruh memang beda daripada batik pada umumnya. Di
tengah pesatnya modernisasi, Batik Seng masih mempertahankan cara produksi
dengan menggunakan pewarna alami. Dalam waktu dekat Batik Seng akan
berubah menjadi kampung budaya.
Pembina Batik Seng, Wahyudi Siswanto menerangkan, kini pihaknya sedang
menyiapkan masyarakat setempat guna mengangkat konsep kampung budaya.
Wahyudi dalam UKM Batik Sengguruh ini juga berperan dalam menciptakan
motif batik.
"Di kampung budaya ini nanti keinginan kami akan menjadi pusat konservasi
batik, didalamnya ada edukasi mulai dari proses, museum, hingga pusat oleh-oleh
dan cinderamata khas dari Sengguruh," tutur Wahyudi.
Guru Besar Universitas Negeri Malang itu menuturkan, ide melahirkan
kampung budaya tersebut sudah direncanakannya sejak lima tahun yang lalu. Dia
berharap batik pewarna alam bisa terus eksis untuk genarasi mendatang.

4. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) dan pembangunan
masyarakat (community development) dimaksudkan sebagai pemberdayaan
masyarakat yang sengaja dilakukan pemerintah untuk memfasilitasi masyarakat
lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya yang
dimiliki sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian
secara ekonomi, ekologi dan sosial secara berkelanjutan. Oleh karena itu
pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya berkaitan erat dengan sustainable
development yang membutuhkan pra-syarat keberlanjutan kemandirian
masyarakat secara ekonomi, ekologi dan sosial yang selalu dinamis.
Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) sering kali sulit
dibedakan dengan pembangunan masyarakat (community development) karena
mengacu pada pengertian yang tumpang tindih dalam penggunaannya di
masyarakat
Dalam kerangka ini upaya untuk memberdayakan masyarakat (empowering)
dapat dikaji dari 3 (tiga) aspek : Pertama, Enabling yaitu menciptakan suasana
yang memungkinkan potensi masyarakat dapat berkembang. Kedua, Empowering
yaitu memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat melalui langkah-langkah
nyata yang menyangkut penyediaan berbagai input dan pembukaan dalam
berbagai peluang yang akan membuat masyarakat semakin berdaya. Ketiga,
Protecting yaitu melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah (Noor,
2011).
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan pada penelitian
ini. Penjelasan tersebut terbagi menjadi beberapa sub bab, yaitu (a) pendekatan dan jenis
penelitian, (b) kehadiran peneliti, (c) lokasi penelitian, (d) data dan sumber data, (e) prosedur
pengumpulan data, (f) analisis data, dan (g) tahap-tahap penelitian. Hal-hal tersebut
dijabarkan sebagai berikut.

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian


deskriptif. Pada penelitian kualitatif, objek diteliti dalam kondisi alami (Indrana,
2008). Peneliti tidak mengubah kondisi objek untuk menggali informasi , objek
peneliti dibiarkan bertindak sebagaimana biasanya. Penelitian kualitatif berfokus pada
tindakan dan pengalaman manusia (Putra, 2013). Penelitian kualitatif objeknya adalah
manusia atau segala sesuatu yang dipengaruhi manusia. Penelitian ini dilakukan
dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk
menyelidiki keadaan, kondisi, situasi, dan peristiwa yang hasilnya dipaparkan dalam
bentuk laporan penelitian (Arikunto, 2014).

B. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini yaitu sebagai instrumen sekaligus


pengumpul data. Pelaksanaan penelitian dirancang dan dilakukan seluruhnya oleh
peneliti. Peneliti melakukan persiapan, pelaksanaan, dan penyesuaian penelitian.
Peneliti pula yang berhubungan secara langsung dengan data dan sumber data
sehingga kehadiran peneliti dalam penelitian ini menjadi sentral.

Peneliti bertindak sebagai pengamat partisipan, yaitu mengamati interaksi yang


terjadi dalam pelaksanaan pengembangan kemampuan literasi dasar. Peneliti harus
mengerti dan memahami kondisi lapangan sehingga diperlukan peran aktif di tempat
penelitian melalui kegiatan wawancara dengan subjek penelitian yang sesuai dengan
fokus penelitian.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sengguruh, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten


Malang, Jawa Timur. Observasi dilakukan di MTs Negeri 6 Malang dan Desa
Sengguruh. Penentuan lokasi observasi atau pengamatan data didasarkan penuturan
informan yang diwawancara. Sedangkan untuk wawancara dilakukan dirumah
informan sebelum memulai acara.

D. Data dan Sumber Data

Data diperoleh langsung dari narasumber melalui observasi dan wawancara.


Observasi dilakukan dengan mengamati, mencatat, dan mendokumentasikan aktivitas
yang dilakukan oleh pengrajin batik. Wawancara dilakukan pada masyarakat di Desa
Sengguruh tepatnya di kampung Budaya dengan penentuan informan secara
Snowball. Teknik Snowball diawali dengan memilih satu orang, kemudian peneliti
mencari informan lain yang dianggap lebih tahu dan dapat melengkapi data yang
diberikan informan sebelumnya. Pengambilan data dihentikan jika terjadi
pengulangan informasi dan tidak ada informasi baru.

E. Prosedur Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah cara untuk mengumpulkan data-data yang
diperlukan untuk menjawab permasalahan. Instrumen pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu (1) pedoman observasi, dan (2) pedoman
wawancara.
1. Pedoman Observasi
Salah satu tenik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
observasi. Observasi dilakukan untuk menggali kondisi ekonomi Desa Sengguruh
sebelum adanya produksi Batik Seng, serta bentuk kontribusi Batik Seng dalam
meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Teknik observasi penelitian ini menggunakan gabungan dari observasi


partisipan dengan observasi terstruktur. Observasi partisipan dilakukan dengan cara
peneliti terlibat secara langsung dengan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh
objek penelitian. Sementara, observasi terstruktur dilakukan dengan cara
menggunakan pedoman observasi sudah dirancang secara sistematis tentang apa saja
yang akan diamati, kapan, dan dimana tempatnya.

Pengumpulan data dengan meggunakan teknik observasi pada penelitian ini


dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap pemberdayaan ekonomi
masyarakat di Desa Sengguruh, Kepanjen, Malang. Penelitian ini menggunakan
instrumen berupa pedoman observasi yang dapat dilihat pada lembar lampiran.

Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti dengan melakukan pengamatan


secara langsung terhadap eksistensi Batik Seng dalam pemberdayaan ekonomi
masyarakat Desa Sengguruh dan melakukan sedikit wawancara. Hal ini bertujuan
untu k mengamati situasi yang nyata pada objek terutama pada kegiatan masyarakat
dalam membuat Batik Seng.
2. Pedoman Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara bertanya langsung kepada responden atau informan. Teknik wawancara
dilakukan untuk menemukan data secara jelas dan konkret sehubungan dengan
pemberdayaan ekonomi masyarakat di Desa Sengguruh. Pertanyaan-pertanyaan pada
wawancara diarahkan pada proses pengembangan dan pemberdayan Desa Sengguruh
menjadi Kampung Budaya Batik.
Selain itu, teknik wawancara juga dilakukan untuk memperdalam temuan. Hal
tersebut dilakukan jika data yang diperoleh dari hasil observasi belum mampu
menguraikan bentuk kontribusi batik seng dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Wawancara tersebut dilakukan kepada pendiri Batik Seng, pembatik, dan pemeritah
desa setempat dengan menggunakan teknik wawancara semi standar. Dengan
pertimbangan dapat tercipta suasana akrab dan terbuka dalam berdialog, sehingga data
yang didapatkan lebih mendalam.

F. Analisis Data
Analisis data merupakan bagian terpenting dalam metode ilmiah untuk
mendeskripsikan data sehingga dapat dipahami, serta untuk membuat kesimpulan atau
menarik kesimpulan berdasarkan data yang didapatkan dari sampel. Analisis data
dalam penelitian ini meggunakan teknik analisis data Model Miles dan Huberman
(dalam Sugiyono, 2014) yang terdiri dari tiga alur kegiatan, yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi temuan.
Pertama, tahap reduksi data. Pada tahapan ini difokuskan untuk menghapus
data-data yang tidak sesuai dengan tujuan penelitian.
1) Mengumpulkan data berupa observasi dan rekaman wawancara.
2) Rekaman wawancara berupa audio ditranskrip ke dalam tabel transkrip
wawancara.
3) Mengamati dan menghapus data responden hasil wawancara yang tidak sesuai
dengan tujuan penelitian.
4) Mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian (kodifikasi data).
Kedua, tahap penyajian data. Pada tahapan ini difokuskan untuk menguraikan
data yang telah dikategorikan sebelumnya.
1) Selanjutnya, hasil transkrip wawancara diuraikan untuk menjawab tujuan
penelitian.
Ketiga, tahap penarikan kesimpulan. Pada tahap ini difokuskan untuk
melakukan pemaknaan terhadap data yang telah dikumpulkan.
1) Data yang telah diuraikan kemudian diverifikasi.
2) Pengambilan kesimpulan mengenai kontribusi Batik Seng terhadap
pemberdayaan ekonmomi masyarakat Desa Sengguruh .
G. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi
tiga, yaitu (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap penyelesaian.
Tahap-tahap penelitian dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, tahap persiapan. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan
ialah sebagai berikut.
1) Menyusun rancangan penelitian. Pada penelitian ini peneliti menyusun rancangan
penelitian yang berisi latar belakang, rumusan masalah, kajian pustaka, dan
metode penelitian yang digunakan.
2) Mengkaji rujukan yang relevan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah
mencari rujukan yang sesuai dengan masalah penelitian.
3) Melakukan studi pustaka yang mendukung penelitian.
4) Menyusun instrumen penelitian berupa pedoman observasi, dan pedoman
wawancara.
Kedua, tahap pelaksanaan. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan
adalah sebagai berikut.
1) Mengurus perizinan, melakukan observasi, dan melakukan wawancara.
2) Mengumpulkan data. Pada kegaiatan ini yang dilakukan adalah mengumpulkan
data yang sudah diidentifikasi.
3) Mengolah data. Pada kegiatan ini setelah data dikumpulkan dan diuraikan
berdasarkan tujuan pemnelitian
4) Menyimpulkan data. Pada kegiatan ini merupakan kegiatan paling akhir dalam
proses penelitian ini. Setelah data diolah kemudian peneliti mengambil
kesimpulan terhadap hasil pengolah data tersebut.
Ketiga, tahap penyelesaian. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap
penyelesaian ialah sebagai berikut.
1) Menyusun laporan penelitian. Pada kegiatan ini yang dilakukan adalah
menyajikan laporan penelitian.
2) Merevisi laporan penelitian. Pada kegiatan ini yang dilakukan adalah melakukan
perbaikan-perbaikan dalam laporan penelitian.
3) Menggandakan laporan penelitian tentang Eksisten Batik Seng Dalam
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Pada kegiatan ini yang dilakukan adalah
menggandakan laporan penelitian.
DAFTAR RUJUKAN

Aeni, Nur LY.2017. Kontribusi Kampung Warna Jodipan Kota Malang Dalam Meningkatkat
Pemberdayaan Ekonomi dan Pendidikan Sosial Masyarakat Menuju Smart City. Universitas
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Indarmaji, 1983, Seni Kerajinan Batik, Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta.Tirta,
Iwan. 2009. Batik Sebuah Lakon. Jakarta : Gaya Favorit Press

mediaindonesia.com (https://mediaindonesia.com/read/detail/260408-perajin-batik-seng-
malang-miliki-18-haki)
merdeka.com (https://www.merdeka.com/uang/menengok-batik-seng-dengan-pewarna-dari-
limbah-kopi.html)

Noor, Munawar. 2011. Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ilmiah Civis. (Online),


(http://journal.upgris.ac.id/index.php/civis/article/) diakses pada 5 Maret 2020.

Poerwanto & Sukirno, Zakaria. 2012. Inovasi produk dan Motif Seni Batik

Anda mungkin juga menyukai