Anda di halaman 1dari 4

Bendungan Bener dan Tambang Andesit di Desa

Wadas, Purworejo, Jawa Tengah

Tim Oposisi(Kontra) Kelompok 2

Chily Hitatarisyah Zaliantin


Dinov Argi Kenang Ramadhan
Muhammad Minanur Rohman

Profil Desa Wadas


Desa Wadas terletak di bagian tengah Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah
dan berbatasan langsung dengan Desa Kaliurip, Kaliwader, Kedungloteng, Bleber,
Pekacangan, Cacabankidul, serta Cacabanlor, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Letaknya
ada di dataran perbukitan dan lembah, dengan ketinggian sekitar 213-258 mdpl. Dikutip dari
lama resmi Desa Wadas, desa ini memiliki luas 405.820 hektar, dengan rincian 381.820
hektar berupa tanah kering dan 24.000 hektar sisanya berupa tanah sawah. Kawasan Desa
Wadas sendiri terbelah Sungai Juweh dengan pemukiman penduduk yang mengikuti aliran
sungai ini. Desa Wadas terkenal sebagai desa dengan pengelolaan masyarakat yang baik. Hal
ini ditunjukkan dengan catatan pada 2017, sebagai desa pertama yang melunasi Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB). Selain itu, hampir seluruh siswa tingkat Sekolah Dasar (SD) dari desa
ini juga memperoleh beasiswa yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Purworejo.
(Kalau sudah dibaca tim pro gk usah profilnya)

Topik Kontra
Keanekaragaman Hayati
Desa Wadas memiliki potensi yang melimpah dan saat ini dimanfaatkan sebagai mata
pencaharian warganya. Diberitakan Kompas.com (9/2/2022), Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia (WALHI) mencatat, Desa Wadas sebagai lahan produktif yang memiliki
keanekaragaman hayati. Beberapa komoditas per tahun dari Desa Wadas di antaranya aren,
pisang, kelapa, mahoni, akasia, karet, kapulaga, jati, cabai petai, cengkeh, dan sengon. Pohon
aren yang terdapat dalam

Desa Wadas dianggap memiliki beragam manfaat, seperti menyimpan cadangan kebutuhan
air, mitigasi bencana longsor, serta memperkuat struktur lahan. Hal tersebut tentu sangat
mendukung topografi Desa Wadah yang berada di dataran ketinggian dan daerah rawan
longsor.

Selain itu, Pasal 54 Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 27 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purworejo Tahun 2011-2031, menetapkan
Kecamatan Bener termasuk Desa Wadas, sebagai kawasan peruntukan perkebunan, utamanya
cengkeh, kopi robusta, aren, dan kakao.
Dengan dibangunnya tambang andesit disana maka akan mempengaruhi kondisi lingkungan
sekitar dan membuat potensi alam hayati menurun.

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) mengungkapkan potensi hasil perkebunan di Desa


Wadas, Bener, Kabupaten Purworejo mencapai Rp8,5 Milyar per tahun. Bisa lebih dari itu
jika ditambah komoditas kayu keras yang mencapai Rp5 Miliar per lima tahun. Pendapatan
tertinggi merupakan hasil kebun dari Pohon Aren.

Selain aren, banyak komoditas lain yang juga bernilai tinggi seperti mahoni, jati, durian,
sengon, dan kemukus. Termasuk bahan pangan sehari-hari seperti cabai, petai, pisang, dan
kelapa yang juga memiliki potensi cukup tinggi. Durian, misalnya, bisa menghasilkan Rp1,24
Miliar per tahun setiap kali panen. Nilai serupa juga berlaku untuk Kemukus dengan Rp1,35
M per tahun. Sedangkan cabai bisa mencapai Rp75 juta tiap bulan dan cengkeh bisa meraup
Rp64 juta pertahun.

Tak hanya karena nilainya yang tinggi, hasil perkebunan di Desa Wadas juga hasil
pengelolaan lingkungan yang baik. Pasalnya, terdapat keragaman tanaman untuk menjaga
kelestarian lingkungan.

Dengan Dibangunnya tambang andesit disana maka penghasilan warga desa Wadas akan
menurun dan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat di desa Wadas

(Desa Wadas menjadi sorotan usai aparat kepolisian dalam jumlah besar dikerahkan ke sana
pada Selasa (8/2). Mereka diberi tugas mendampingi tim dari Badan Pertanahan Nasional
yang melakukan pengukuran lahan.

Sedikitnya 67 warga Desa Wadas ditangkap polisi lalu dibebaskan. Diketahui, banyak warga
Desa Wadas menolak pembuatan tambang andesit yang akan menjadi bahan utama
pembangunan Bendungan Bener.)

Penentangan dilakukan penduduk desa Wadas karena mereka akan kehilangan pertanian dan
adanya risiko kerusakan lingkungan

Pemerkasa Proyek Balai Besar Wilayah Serayu Opak, bersikeras menambang andesit di desa
Wadas sebanyak 8,5 juta meter kubik atau setara 3 juta ton

Alasan melakukan penambangan di desa Wadas karena lokasinya yang dekat dan
mengatakan akan menggunakan jalan yang akan dibuat sendiri dan tidak menggunakan
jalanan umum

Pemerintah sempat mengalihkan biaya sebagai alasan, jika alasan tersebut digunakan maka
pemerintah harus mawas diri. Sebab, pada 2018 anggaran waduk Bener sebesar 2 triliun
rupiah namun kini telah meningkat dengan sendirinya menjadi sebesar 3,8 triliun rupiah
Sumber : https://youtu.be/GYME3anAKWA
Bendungan Bener terletak diantara Wonosobo-Purworejo dan berada di kawasan rawan
bencana, fakta ini tercantum dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purworejo
2011-2031 dan 2021-2041
Lembaga Bantuan Hukum (LBH) pernahenggugat pembaruan Izin Penangkapan Lokasi (IPL)
yang diterbitkan Gubernur Jateng pada 2021, namun mengalami kekalahan pada tingkat
kasasi, karena menurut LBH, hakim tidak memrhatikan betul saksi dan ahli yang diajukan
oleh LBH

LBH juga mempermasalahkan izin yang digunakan dalam pembangunan waduk Bener,
dalam pengajuannya izin disatukan antara izin pembangunan waduk Bener dan penambangan
batu andesit. Yang seharusnya izin diajukan terpisah sesuai dengan undang-undang yang
mengaturnya

IPL merupakan produk dari undang-undang pengadaan tanah untuk kepentingan umum
dalam undang undang no.2 tahun 2012, dimana terdapat kategori proyek yang bisa dijadikan
sebagai objek pengadaan tanah untuk kepentingan umum, dan memang pembangunan waduk
Bener sesuai, tetapi pertambangan batuan andesit tidak termasuk kedalam undang undang ini
Sumber : https://youtu.be/7YLoONqTb2M

Warga Desa Wadas, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah menolak penambangan batu andesit
karena mengancam keberadaan mata air di wilayah tersebut. Penolakan batu andesit akan
digunakan sebagai material pembangunan Bendungan Bener yang masuk salah satu proyek
stategis nasional.

Karena kegiatan pembangunan waduk Bener yang masuk dalam kategori kepentingan umum
dipaketkan dengan kegiatan pengambilan batu andesit yang merupakan usaha pertambangan.
Maka dari itu tidak masuk dalam kategori kepentingan umum.

jika mengacu pada kebijakan hukum publik, seharusnya pemerintah melaksanakan sosialisasi
dan dialog dengan warga yang menjadi korban. Informasi harus diberikan secara terbuka agar
masyarakat paham. Ketika ada sumbatan informasi dan komunikasi, pasti akan ada konflik
dengan masyarakat.

Dalam negara demokrasi, ada partisipasi masyarakat. Undang-Undang Keterbukaan


Informasi Publik harus karena mereka yang melihat. pemerintah harus mengurangi kebijakan
yang bersifat birokratis dan penyelesaian dengan pendekatan ekonomi. Pemerintah harus
melibatkan masyarakat dan terbuka. Dialog dengan pendekatan sosial, budaya harus
dilakukan.

Kebijakan apa pun yang menyangkut hajat hidup orang banyak, apalagi tanah di Jawa, harus
tetap libatkan masyarakat. Mereka harus diberikan kompensasi yang seimbang

Anda mungkin juga menyukai