Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Alya Daratullaila & Febrisha

Kelas : ABT 8A

Permasalahan:

Konflik agraria terjadi karena konflik antara aparat dengan warga di Desa Wadas bermula dari
rencana proyek pembangunan Bendungan Bener di Kabupaten Purworejo. Bendungan Bener
merupakan salah satu Proyek Strategis nasional (PSN) yang akan memasok sebagaian besar
kebutuhan air ke Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) di Kabupaten Kulon Progo,
Yogyakarta. Proyek tersebut memerlukan pasokan batuan andesit sebagai material
pembangunan. Oleh pemerintah, kebutuhan batu andesit ini diambil dari Desa Wadas.

Dari laman petisi "Hentikan Rencana Pertambangan Batuan Andesit di Desa Wadas"
terungkap, luas lahan Desa Wadas yang akan dikeruk untuk penambangan andesit mencapai
145 hektare. Sebagian warga pun menolak rencana penambangan tersebut. Sebab, hal itu
dikhawatirkan akan merusak 28 titik sumber mata air warga desa. Rusaknya sumber mata air
akan berakibat pada kerusakan lahan pertanian. Lebih lanjut, warga kehilangan mata
pencaharian dan pertanian. Penambangan itu juga dikhawatirkan akan menyebabkan Desa
Wadas semakin rawan longsor. Selain itu, bagi masyarakat wadas menjaga tanah dan
lingkungan sekitar adalah bentuk keyakinan mereka. Dan juga lahan di desa wadas subur dan
banyak tanaman tumbuh.

Sumber: Kompas.com. 2022. https://nasional.kompas.com/read/2022/02/09/18264541/duduk-


perkara-konflik-di-desa-wadas-yang-sebabkan-warga-dikepung-dan?page=all

Penyebab
▪ Penyebab terjadinya konflik Wadas tersebut adalah karena sebagian warga menolak rencana
aktivitas penambangan batu andesit. Penolakan tersebut ditandai dengan serangkaian aksi
protes yang berujung bentrokan dengan aparat yang bersenjata lengkap. Kejadian tersebut
dinyatakan sebagai konflik agraria karena ada proses 2 (dua) proyek pengadaan tanah untuk
kepentingan umum. Proyek pertama adalah pengadaan tanah untuk kepentingan umum
dengan tujuan pembangunan bendungan, dan proyek kedua adalah pengadaan tanah untuk
kepentingan umum yaitu penambangan batu andesit yang digunakan untuk membangun
proyek pertama (Bendungan Bener).
▪ Menurut Taj Yasin, akar masalah sejak awal adalah persoalan komunikasi. Bagi dia, apabila
komunikasi dibangun secara baik dan transparan sejak awal, maka tidak akan menimbulkan
masalah besar.
▪ Tidak adanya transparasi dan sosialisasi sejak awal dari pihak aparatur desa menjadi salah
satu dari penyebab konflik Wadas ini. Harga pengganti untuk lahan yang digusur juga bukan
merupakan kesepakatan kedua belah pihak terlebih dahulu. Pihak desa langsung
memberitahukan harga pengganti untuk setiap lahan kepada warga, dan warga diminta
untuk disetujui, bukan di musyawarahkan terlebih dahulu di harga berapa yang diinginkan
oleh warga.
▪ Situasi panas di Wadas terjadi karena pemerintah memaksakan proyek yang dirancang tanpa
konsultasi dan persetujuan masyarakat lokal, kata pegiat hak asasi manusia.
▪ Masyarakat tidak mau membebaskan lahan untuk penambangan batu andesit yang akan
digunakan untuk pembangunan waduk di Kabuaten Purworejo itu, karena takut pemerintah
ingkar janji dan tidak membayar lahan yang sudah digusur.

Akibat
Adanya renacana proyek tersebut telah mengakibatkan beberapa hal berikut:
▪ proyek tambang di Desa Wadas ini merupakan tambang quarry atau penambangan terbuka
(dikeruk tanpa sisa) yang rencananya berjalan selama 30 bulan. Penambangan batu itu
dilakukan dengan cara dibor, dikeruk, dan diledakkan menggunakan 5.300 ton dinamit atau
5.280.210 kilogram, hingga kedalaman 40 meter. Tambang quarry batuan andesit di Desa
Wadas menargetkan 15,53 juta meter kubik material batuan andesit untuk pembangunan
Bendungan Bener. Jika hal itu terjadi, maka akan menghilangkan bentang alam dan tidak
ada bedanya dengan memaksa warga untuk hidup denhan kerusakan ekosistem. Sementara
itu, Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Asep Komaruddin menilai, penambangan
batu andesit di Desa Wadas berpotensi menimbulkan tanah longsor dan kekeringan.
Selain itu, adanya tindakan penolakan dari warga mengakibatkan beberapa hal berikut:
▪ Terjadi bentrokan antara petugas keamanan dan warga setempat yang mengakibatkan
beberapa warga mengalami luka.
▪ Warga yang bentrok berujung ditangkap dan diamankan ke Polres Purworejo.
▪ Sejumlah warga Wadas memutuskan untuk mengungsi keluar desa demi menghindari
intimidasi dan paksaan aparat.
▪ Warga yang menolak mengajukan upaya hukum, mereka menggugat ke PTUN dan ditolak
hakim. Warga juga melayangkan gugatan sampai tingkat kasasi dan juga ditolak. Artinya,
karena PTUN dan kasasi sudah ditolak, berarti tidak ada proses yang dilanggar.

Solusi:

1. Mencari tau akar permasalahan dari warga yang melakukan penolakan


2. Pemerintah daerah dan stakeholder terkait diharapkan melakukan pendekatan dialogis
untuk sosialisasi dan komunikasi terhadap warga masyarakat baik yang pro dan juga
kontra
3. Pemerintah melakukan kajian, evaluasi, dan perhitungan Kembali untuk pembangunan
bendungan bener, pemetaan lokasi tanahnya
4. Pemerintah menetapkan lokasi jalan yang tidak mengganggu kegiatan warga
masyarakat dan tidak memberikan pekerjaan tersebut pada pihak ketiga
5. Pihak kepolisian daerah jawa tengah melakukan pendekatan dialogis dan humanis
terhadap seluruh warga, serta mengedepankan keadilan dalam rangka menjaga
kondusivitas keamanan dan ketertiban masyarakat
6. Pemerintah agar menuntaskan pembayaran ganti rugi terhadap warga yang berada pada
lokasi tersebut yang telah setuju untuk mendapatkan haknya secara cepat dan layak
7. Melakukan pengawasan dan pemantauan secara berkelanjutan terhadap proses
penyelesaian sengketa secara berkeadilan dan bijaksana antar pemerintah dan warga
pemilik tanah.
8. Pemerintah mencari material atau pengganti lahan pembangunan bendungan bener
tersebut.

Negosiasi yang dilakukan:

Jauh sebelum pengukuran tanah yang berujung terjadinya bentrokan, Komnas HAM diminta
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo untuk menengahi persoalan desa Wadas. Karena itu Komnas
HAM berupaya menjadi mediator dengan menggelar dialog. Pertemuan digelar 20 Januari
2022. Selain mengundang pihak pro dan kontra, juga mengundang Polda Jateng, DPRD
Purowrejo, BBWS dan BPN. Namun pihak warga yang menolak pertambangan, tidak hadir
dalam pertemuan. Komnas HAM bertandang ke Wadas. Ternyata warga menolak kedatangan
mereka. Warga meminta dialog langsung dengan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Komnas
HAM menyampaikan permintaan warga pada Ganjar. Berdasar data yang dikantongi Komnas
HAM, dari 617 warga Wadas yang tanahnya akan dijadikan lokasi penambangan, 346 warga
sudah menyetujui.

Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jawa Tengah melakukan pendekatan dialog dengan warga
yang belum setuju yaitu dengan meminta maaf kepada warga, yaitu dialog yang bertemu
sampai win win solution. Dialog yang didasari niat baik juga sangat bagus jika dimaksimalkan
untuk memberikan pemahaman dan penyadaran kepada warga tentang arti penting proyek
pemerintah tersebut untuk kesejahteraan masyarakat. Pada saat yang sama dialog akan
membuat publik tak terlalu punya banyak waktu untuk mendengarkan hasutan dan provokasi.

Sumber: https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2569-kedepankan-dialog-di-
wadas

Upaya yang dilakukan tim Kantor Staf Presiden (KSP) yang turun langsung ke lapangan
menemui warga desa wadas itu merupakan bentuk tabayyun, mencari informasi yang lengkap.
Dan diharapkan dapat menampung semua aspirasi warga desa Wadas, baik yang pro maupun
yang kontra, untuk kemudian disampaikan kepada Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dan
Presiden Joko Widodo untuk mencari solusi terbaik.

Sumber: https://m.mediaindonesia.com/infografis/detail_infografis/471468-upaya-tabayyun-
ksp-di-desa-wadas-diapresiasi

Anda mungkin juga menyukai