Anda di halaman 1dari 3

PERMASALAHAN DAMPAK DALAM ASPEK LINGKUNGAN PADA PEMBANGUNAN BENDUNGAN BENER

DI DESA WADAS

Dampak pada aspek lingkungan kegiatan pembangunan bendungan bener serta pengelolaan
suatu lokasi tambang terlihat begitu kompleks. Selain aspek lingkungan fisik, adapun faktor
penerimaan masyarakat juga menjadi salah satu pertimbangan yang harus dicermati dari
kegiatan tambang. Pertimbangan masyarakat ini diperlukan karena merekalah yang nantinya
akan berhadapan dengan faktor-faktor risiko dan dampak yang ditimbulkan dari aktivitas
penambangan tersebut, karena mereka yang terdampak langsung dengan kegiatan tambang di
area mereka tidak menutup kemungkinan, nantinya mereka bisa kehilangan lahan
pertanian/perkebunan untuk penghidupan hingga peluang migrasi ke lokasi lain karena itulah,
komunikasi dengan warga yang tinggal di sekitar lokasi yang direncanakan sebagai area
penambangan harus dilakukan secara terbuka. Dalam permasalahan penolakan tersebut yang
di mana dimana warga masyarakat sekitar ingin mendapatkan hak mereka untuk
mendapatkan hak atas lingkungan yang baik dan sehat, Pada perspektif warga masyarakat
inilah yang nanti nya menjadi korban atas dampak lingkungan yang akan timbul kedepannya,
dan kerugian-kerugian yang ada. Proyek yang di lakukan sehingga warga wadas menolak
tersebut karena adanya proyek pertama yaitu pembangunan bendungan dan proyek kedua
yaitu penambangan batu andesit yang digunakan untuk membangun proyek pertama
(Bendungan Bener). Dari kedua kegiatan ini memiliki dampak yang berbeda. Apalagi
penambangan batu andesit ini jelas akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan
seharusnya kedua aspek tersebut dipisah sebagaimana yang telah diatur dalam UU No 3
Tahun 2020. Dalam dokumen ANDAL pun tidak memperhatikan secara serius dampak dari
penambangan andesit di Desa Wadas Lahan yang akan dieksploitasi dalam pembangunan dan
penambangan ini sebagaimana yang tercantum dalam amdal seluas 145 hektar dan termasuk
lahan untuk pertanian masyarakat desa wadas, apalagi mengingat bahwa 95% masyarakat
desa wadas sangat bergantung pada lahan pertanian tersebut sebagai suber penghasilan utama
mereka.

Kemudian dampak permasalahan Tambang batu andesit dinilai merugikan masyarakat karena
merusak lahan pertanian dan perkebunan yang subur serta menghilangkan puluhan sumber
mata air. Dimana Tambang quarry atau tambang terbuka merupakan salah satu cara
mendapatkan material untuk pembuatan beton yang dilakukan dengan cara mengeruk.
Metode menambang tersebut dilakukan dengan penggalian, pemanasan, pengikisan, hingga
peledakan area tambang. Tambang quarry atau tambang terbuka merupakan salah satu cara
mendapatkan material untuk pembuatan beton yang dilakukan dengan cara mengeruk.
Metode menambang tersebut dilakukan dengan penggalian, pemanasan, pengikisan, hingga
peledakan area tambang. Hal ini penetapan wilayah Desa Wadas sebagai lokasi tambang
ditolak oleh warga setempat. Tambang batu andesit dinilai merugikan masyarakat karena
merusak lahan pertanian dan perkebunan yang subur serta menghilangkan puluhan sumber
mata air. Adapun didalam penambangan batuan andesit untuk pembangunan bendungan di
wadas juga tidak memiliki IUP, penambangan ini hanya didasarkan pada surat dirjen minerba
saja. Sedangkan dalam melakukan penambangan harus memiliki IUP. Hal ini jelas melanggar
Undang-undang nomor 3 tahun 2020 pasal 35 tentang perizinan berusahan pertambangan
minerba. Dan juga pasal 38 tentang Izin Usaha Pertambangan. Serta di dalam pasal 158 juga
menyebutkan bahwa setiap orang yang melakukan penambangan tanpa adanya izin
sebagaimana didalam pasal 35 maka dapat dipidanakan dengan penjara paling lama 5 tahun
dan denda sebanyak 1 milyar. Aspek keberlanjutan ini membahas tentang pengelolaan lahan
sebelum dan pascatambang. Kemudian secara legal, pengawas yang dilakukan oleh
pemerintah yang mendasari kegiatan pasca-tambang terdapat didalam peraturan PP 55 tahun
2010 yaitu tepatnya pada pasal 16 dan pasal 28. Proses pengembalian kondisi lahan ini juga
merujuk pada kegiatan-kegiatan perbaikan kualitas lingkungan, seperti pemenuhan humus
tanah hingga jenis tanaman pionir. Pada Bedah Analisis Dampak Lingkungan menurut Abdil
Mughis, sosiolog dari UNJ, menyampaikan proyek pembanguann infrastruktur dan kegiatan
pertambangan selama ini dikerjakan untuk tujuan apa, siapa dan menguntungkan bagi siapa.
Manipulasi legislasi dan manipulasi partisipasi masyarakat dalam pembuatan kebijakan
memicu konflik sosial yang terjadi di masyarakat. Dampak selanjutnya, rusaknya sistem
sosial diwilayah-wilayah yang desanya menjadi objek pembangunan. Pembangunan
bendungan bener tidak memiliki kejelasan tujuan. Jika bendungan bener bertujuan untuk
membangun saluran irigasi, akan tetapi pembangunan ini justru menghancurkan ruang hidup
dan penghidupan masyarakat, khususnya di Desa Wadas. Sosialisasi atau musyawarah
sebagai sarana untuk mempertemukan perbedaan kepentingan dan keinginan dari pihak yang
memerlukan tanah dengan pihak yang tanahnya diperlukan untuk kepentingan umum.
Sebaiknya pelaksanaan pengadaan tanah tetap mengikuti tahapan sesuai dengan peraturan
perundangan sehingga tidak menimbulkan permasalahan dikemudian hari.

Untuk itu dikarenakan menyangkut berbagai faktor kehidupan warga di masa depan,
komunikasi ke masyarakat terkait rencana penambangan tidak bisa dilakukan secara tergesa-
gesa. Artinya, dibutuhkan pendekatan yang humanis, mulai dari memahami pola ikatan sosial
yang terbentuk antarwarga hingga sejarah dan nilai penting tanah yang mereka tempati saat
ini. Dalam undang-undang 32 tahun 2009 pasal 26 terutama ayat (2) yang mana didalamnya
menyebutkan “Pelibatan masyarakat harus dilakukan berdasarkan prinsip pemberian
informasi yang Transparan dan lengkap serta diberitahukan sebelum kegiatan
dilaksanakan’’. Jika tidak Sejak awal diberi pemahaman yang terang akan apa saja dampak
dari kegiatan –kegiatan yang Akan diberi izinnya, maka masyarakat akan sangat kurang
dalam memahami beban Eksternalitas yang harus mereka tanggung kedepannya. Potensi ini
dengan gampang diselesaikan dengan melakukan sosialisasi kepada warga untuk
menyamakan persepsi dan mengatasi dampak potensial kerawanan sosial ini dengan
melakukan koordinasi bersama aparat kepolisian. Sosialisasi atau negosiasi penting skarena
menjadi sarana untuk memadukan kepentingan dan aspirasi yang berbeda antara yang
membutuhkan tanah dan yang membutuhkan untuk kepentingan umum. Pelaksanaan
pengadaan tanah harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, sehingga tidak menimbulkan permasalahan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai