Anda di halaman 1dari 16

PENCEMARAN LINGKUNGAN

AKIBAT TAMBANG ILEGAL


DI KETAPANG

DISUSUN OLEH

MUHAMMAD FADHILAH SEVANANDA


A1011221234

DOSEN PENGAMPU

SUBIYATNO,SH.,MH

ILMU HUKUM
2024

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang " Pencemaran Lingkungan Akibat
Tambang Ilegal Di Ketapang".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah
hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.
ii
DAFTAR ISI
Sampul..........................................................................................................................................i
Kata Pengantar..............................................................................................................................ii
Daftar isi........................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A.Latar Belakang.................................................................................................................1
B.Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C.Tujuan Penulisan..............................................................................................................4

BAB II
PEMBAHASAN...............................................................................................................5

A. Bagaimana cara mengatasi kerusakan lingkungan akibat tambang illegal…………….5

B. Apa saja hambatan pemerintah dalam mengatasi tambang illegal…………………….6

C. Dampak yang ditimbulkan dari tambang illegal……………………………………….8

BAB III PENUTUP..........................................................................................................................9


Kesimpulan.......................................................................................................................9
iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Pertambangan merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan yang dikuasai
oleh negara serta merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup orang banyak dan
mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional, sehingga pengelolaannya harus
dapat secara maksimal memberikan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Hal ini sebagaimana
yang diamanatkan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, yang berbunyi “bumi
dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat”. Pada Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar
1945 menyebutkan bahwa “sumber daya alam dikuasai oleh negara”, makna dari penguasaan
negara adalah negara memiliki kebebasan atas hak dan kekuasaan penuh (volldige bevoegdheid)
akan memutuskan kebijaksanaan yang dibutuhkan dalam bentuk mengatur (regelen), mengurus
(bersturen) dan mengawasi (toezichthouden).

Bahan tambang yang ada di Indonesia sangat banyak sekali, salah satunya adalah emas. Emas
merupakan salah satu logam mulia yang bernilai tinggi, dan banyak diserbu masyarakat karena
dapat dijadikan investasi yang menguntungkan dengan sedikit resiko. Agar dapat mengambil dan
mengelola bahan galian tambang emas, seseorang atau badan usaha harus terlebih dahulu
mendapatkan izin pertambangan dari pemerintah. Izin merupakan syarat utama yang harus
dilakukan oleh seseorang atau badan usaha untuk melakukan kegiatan pertambangan agar
usahanya legal di mata hukum. Kegiatan pertambangan yang tanpa memiliki izin dari pemerintah
yang berwenang merupakan pertambangan ilegal dan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral


dan Batubara sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
1

Batubara dan Perpu Cipta Kerja, izin yang diperlukan dalam melakukan usaha pertambangan
meliputi Izin Pertambangan Rakyat (IPR), Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Izin Usaha
Pertambangan Khusus (IUPK). Semenjak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah, pemerintah kabupaten/kota tidak lagi berwenang untuk
mengeluarkan izin pertambangan. Penertiban izin pertambangan merupakan kewenangan
pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.

Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) adalah salah satu pertambangan tidak resmi yang kini
menjadi ancaman bagi semua pihak, baik dari pihak pemerintah maupun masyarakat yang secara
langsung terkena dampak Pertambangan Emas Tanpa Izin berupa kerusakan lingkungan. Kasus
kerusakan lingkungan hidup yang terjadi pada saat ini adalah banyaknya kegiatan PETI yang
mengakibatkan terjadi kerusakan lingkungan disekitarnya berupa pencemaran air dan tanah yang
dikarenakan adanya galian-galian pada tanah dan sungai.

Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) merupakan usaha pertambangan yang dilakukan oleh
perseorangan, sekelompok orang, atau badan hukum yang dalam operasinya tidak memiliki Izin
dan instansi pemerintah sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku. PETI diawali oleh
keberadaan para penambang tradisional, yang kemudian berkembang karena adanya faktor
kemiskinan, keterbatasan lapangan kerja dan kesempatan usaha, keterlibatan pihak lain yang
bertindak sebagai cukong dan backing, ketidakharmonisan hubungan antara perusahaan dengan
masyarakat setempat, serta krisis ekonomi berkepanjangan yang diikuti oleh penafsiran keliru
tentang reformasi. Di sisi lain, kelemahan dalam penegakan hukum dan peraturan perundang-
undangan yang menganaktirikan pertambangan rakyat, juga ikut mendorong maraknya PETI.
Kegiatan PETI yang tidak mengikuti kaidah-kaidah pertambangan yang benar, telah
mengakibatkan kerusakan lingkungan, pemborosan sumber daya mineral, dan kecelakaan
tambang. Hal ini menimbulkan bencana jika tidak di kelola dengan baik dan benar.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wira Fuji Astuti tentang dampak aktivitas PETI di
gunung Pongkor, Cisarua, Kec.Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ditemukan data bahwa
2

keberadaan PETI mulai marak sejak fenomena krisis tahun 1998, pertambangan ini berdampak
pada wilayah tambang sekitar dan perbatasannya. Sejak tahun 1980-an fenomena keberadaan
pertambangan secara tradisional masih jauh lebih sedikit dibandingkan dengan tahun-tahun
setelahnya.

Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) adalah salah satu pertambangan tidak resmi yang kini
menjadi ancaman bagi semua pihak, baik dari pihak pemerintah maupun masyarakat yang secara
langsung terkena dampak Pertambangan Emas Tanpa Izin berupa kerusakan lingkungan. Kasus
kerusakan lingkungan hidup yang terjadi pada saat ini adalah banyaknya kegiatan PETI yang
mengakibatkan terjadi kerusakan lingkungan disekitarnya berupa pencemaran air dan tanah yang
dikarenakan adanya galian-galian pada tanah dan sungai.

Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) merupakan usaha pertambangan yang dilakukan oleh
perseorangan, sekelompok orang, atau badan hukum yang dalam operasinya tidak memiliki Izin
dan instansi pemerintah sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku. PETI diawali oleh
keberadaan para penambang tradisional, yang kemudian berkembang karena adanya faktor
kemiskinan, keterbatasan lapangan kerja dan kesempatan usaha, keterlibatan pihak lain yang
bertindak sebagai cukong dan backing, ketidakharmonisan hubungan antara perusahaan dengan
masyarakat setempat, serta krisis ekonomi berkepanjangan yang diikuti oleh penafsiran keliru
tentang reformasi. Di sisi lain, kelemahan dalam penegakan hukum dan peraturan perundang-
undangan yang menganaktirikan pertambangan rakyat, juga ikut mendorong maraknya PETI.
Kegiatan PETI yang tidak mengikuti kaidah-kaidah pertambangan yang benar, telah
mengakibatkan kerusakan lingkungan, pemborosan sumber daya mineral, dan kecelakaan

tambang. Hal ini menimbulkan bencana jika tidak di kelola dengan baik dan benar2.

i
3

B.RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana cara mengatasi kerusakan lingkungan akibat tambang illegal


2. Apa saja hambatan pemerintah dalam mengatasi tambang illegal
3. Dampak yang ditimbulkan dari tambang ilegal

C.TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengaturan pengendalian kerusakan lingkungan sebagai akibat


i i i i i i i i i i i i i i i i i

kegiatan pertambangan rakyat tanpa izin di Kabupaten Ketapang Provinsi


i i i i i i i i i i i i i i i i i i i

Kalimantan Barat.
i i i i i i

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pengendalian kerusakan lingkungan sebagai


i i i i i i i i i i i i i i i i

akibat kegiatan pertambangan rakyat tanpa izin di Kabupaten Ketapang Provinsi


i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i

Kalimantan Barat.
i i i i i i

4
BAB 2
PEMBAHASAN

A.BAGAIMANA CARA MENGATASI KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT


TAMBANG ILEGAL

1. Penegakan Hukum dan Pengawasan


o Penegakan hukum terhadap praktik tambang ilegal oleh pemerintah.
o Pengawasan wilayah rawan tambang ilegal dengan teknologi modern.
2. Reklamasi dan Rehabilitasi Lahan
o Program reklamasi lahan bekas tambang ilegal.
o Memulihkan ekosistem dan tanah yang rusak akibat tambang ilegal.
3. Pendidikan dan Penyuluhan
o Edukasi masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan.
o Program penyuluhan kepada penambang ilegal untuk beralih ke kegiatan yang
lebih berkelanjutan.
4. Kebijakan Perlindungan Lingkungan
o Kebijakan yang lebih ketat terkait persyaratan lingkungan untuk izin tambang.
o Mekanisme pengawasan dan audit lingkungan yang lebih kuat.
5. Pengawasan Pasar dan Perdagangan
o Memastikan hasil tambang ilegal tidak diperjualbelikan secara ilegal.
o Mengurangi permintaan akan hasil tambang ilegal melalui sertifikasi sumber daya
yang berkelanjutan.
6. Pemberdayaan Masyarakat
o Memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam.
o Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait lingkungan dan
sumber daya alam.

5
B.HAMBATAN PEMERINTAH DALAM MENGATASI TAMBANG ILEGAL

1. Keterbatasan Sumber Daya

- Keterbatasan SDM, Keuangan, dan Teknis

- Dampaknya terhadap Pengawasan dan Penindakan

2. Korupsi dalam Sistem Penegakan Hukum

- Peran Korupsi dalam Melindungi Pelaku Tambang Ilegal

- Studi Kasus atau Contoh yang Menguatkan Hambatan Ini

3. Ketidakmampuan Hukum dan Kebijakan yang Tidak Memadai

- Kekurangan dalam Sistem Hukum

- Pentingnya Reformasi Kebijakan untuk Penanganan Tambang Ilegal

4. Ketidakpahaman Lokal dan Dukungan Masyarakat

- Pengaruh Dukungan Masyarakat terhadap Tambang Ilegal

- Strategi Edukasi dan Sosialisasi yang Diperlukan

6
5. Keterlibatan Kelompok Bersenjata atau Kriminal

- Ancaman dari Kelompok Bersenjata terhadap Penanganan Tambang Ilegal

- Tantangan dalam Penegakan Hukum terhadap Kelompok Bersenjata

6. Permintaan Tinggi atas Mineral

- Hubungan antara Permintaan Tinggi dan Praktik Tambang Ilegal

- Dampak terhadap Upaya Pengendalian Tambang Ilegal

7. Keterbatasan Teknologi dalam Pengawasan

- Perlunya Teknologi Canggih dalam Penanganan Tambang Ilegal

- Tantangan dan Peluang dalam Penggunaan Teknologi

8. Keterlibatan Pihak Lain dalam Tambang Ilegal

- Peran Pemilik Lahan atau Pihak terkait dalam Tambang Ilegal

- Implikasi terhadap Penegakan Hukum dan Penanganan Tambang Ilegal

7
C. DAMPAK YANG DITIMBULKAN DARI TAMBANG ILEGAL

DAMPAK LINGKUNGAN

1. Deforestasi: Tambang ilegal seringkali menyebabkan deforestasi yang parah karena


pohon-pohon ditebang secara tidak terkendali untuk membuka akses ke lokasi tambang.
2. Kerusakan Ekosistem: Penggalian yang tidak terkontrol merusak ekosistem alami,
termasuk sungai, tanah, dan kehidupan hewan di sekitarnya.
3. Kontaminasi Air: Proses penambangan dapat mencemari air dengan zat-zat berbahaya
seperti logam berat, menyebabkan keracunan dan merusak ekosistem akuatik.
4. Pencemaran Udara: Debu, asap, dan gas berbahaya dari tambang ilegal dapat
mencemari udara, berdampak buruk pada kesehatan manusia dan hewan
5. Kontaminasi Tanah: Limbah tambang yang tidak diolah dengan benar dapat mencemari
tanah dengan bahan kimia berbahaya. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan tanaman,
mengurangi produktivitas lahan, dan membuat tanah tidak dapat digunakan untuk
pertanian atau keperluan lainnya.

DAMPAK EKONOMI
1. Kehilangan Pendapatan Negara: Tambang ilegal menyebabkan kerugian besar bagi
negara karena hilangnya pendapatan dari pajak dan royalti tambang yang seharusnya
diperoleh dari kegiatan penambangan yang sah.
2. Kerugian Potensial bagi Industri Tambang yang Legal: Tambang ilegal menciptakan
persaingan yang tidak sehat dengan industri tambang yang beroperasi secara legal. Ini
dapat mengurangi daya saing perusahaan-perusahaan yang sah dan menghambat investasi
dalam industri ini.
3. Menyusutnya Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan: Penambangan ilegal sering
kali tidak memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pengelolaan sumber daya
alam. Hal ini dapat menyebabkan habisnya cadangan mineral dan logam berharga secara
prematur, meninggalkan generasi mendatang tanpa akses terhadap sumber daya yang
sama.

8
BAB 3
PENUTUP
KESIMPUALN

kegiatan pertambangan memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan. Berbagai


masalah seperti pencemaran air, kerusakan lahan, hilangnya biodiversitas, dan dampak sosial
bagi masyarakat sekitar menjadi perhatian utama dalam diskusi ini. Pentingnya kesadaran akan
perlindungan lingkungan dan implementasi praktik tambang yang berkelanjutan menjadi
semakin mendesak.

Kita perlu memperhatikan bagaimana tambang dapat berdampak jangka panjang terhadap
ekosistem dan kehidupan manusia. Upaya-upaya konservasi dan restorasi perlu ditingkatkan,
sambil memperhatikan kebutuhan akan sumber daya mineral yang masih diperlukan bagi
kemajuan manusia.

Pencemaran air oleh limbah pertambangan seperti logam berat dan senyawa kimia lainnya telah
mengancam kualitas air yang penting bagi kehidupan. Sungai dan danau yang terkontaminasi
tidak hanya merugikan kehidupan akuatik, tetapi juga membahayakan kesehatan manusia yang
bergantung pada air tersebut. Di samping itu, kerusakan lahan akibat tambang membawa dampak
jangka panjang terhadap ekosistem yang unik, menyebabkan kehilangan biodiversitas dan
perubahan pada keseimbangan ekologis.

9
Pengaturan hukum atas kegiaitan pertambangan tanpa iziin di Kabupaten Ketapang menempuh 2
cara yaitu bersifat persuasif kompromis terhadap pertambangan tanpa izin skala mikro yang
umumnya berlatar belakang ekonomi lemah dan pendidikan rendah untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari dan penegakan hukum secara represif kepada pelaku pertambangan lain dalam
skala menengah dan jangka waktu yang lama. Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi
penegakan hukum pertambangan tanpa izin adalah faktor politik, dimana pemerintah pusat
melihat kewenangan pada Bupaiti & Walikota sebagai hambatan dailaim menjalankan
pemerintahan. Selanjutnya, faktor sumber daya aparatur, faktor persepsi masyarakat, dain budaya
masyarakat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara


sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja;

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Pertambangan Mineral dan Batubara;

Peraturan Daerah Kabupaten Ketapang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Sebagaiman diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Ketapang
Nomor 15 tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Ketapang Nomor 10
Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah;
Nama : Muhammad Fadhillah Sevananda

TTL : Pontianak, 29 Desember 2024

Alamat: Jln. RE Martadinata GG. Pala 1

Anda mungkin juga menyukai