Konflik antara PT. Semen Gresik dan Masyarakat Kedeng didasari oleh kurangnya
komunikasi yang terjalin antar kedua belah pihak
Dampak permasalahan antara PT. Semen Gresik dan Warga Kendeng menyebabkan
dicabutnya izin operasional PT. Semen Gresik oleh MA dan Gubernur
Masalah pertama kali terjadi saat Warga Kendeng melakukan protes saat peletakan
batu pertama pembangunan oleh PT. Semen Gresik
Penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan proses komunikasi yaitu mediasi serta
melakukan sosialisasi kepada warga terhadap dampak kedepan dari kegiatan tersebut
Analisis Situasi
Yang berkonflik dalam kasus ini yaitu PT. Semen Gresik dan Warga Kedeng
Konflik terjadi karena Warga Kedeng tidak menginginkan adanya pembangunan pabrik
semen di wilayah mereka.
Sementara PT. Semen Gresik ingin melakukan pembangunan pabrik serta kegiatan
pertambangan karena wilayah tersebut merupakan pegunungan kurstyang merupakan bahan
baku pembuatan semen.
STRENGHT
Masyarakat menilai bahwa pembangunan pabrik semen akan mengancam ketahanan pangan
dan ketersediaan air yang telah dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan.
Masyarakat mengatakan bahwa tidak pernah ada sosialisasi yang melibatkan warga desa
secara umum, yang ada hanya perangkat desa dan tidak pernah disampaikan kepada warga.
Dokumen AMDAL tidak pernah disampaikan terhadap warga. Tidak pernah ada penjelasan
mengenai dampak-dampak negatif akibat penambangan dan pendirian pabrik semen.
Upaya penambangan di kawasan karst Watuputih dinilai sejumlah kalangan merupakan
sebuah bentuk pelanggaran. Penggunaan kawasan karst Watuputih sebagai tempat
penambangan batu kapur, melanggar Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Jawa Tengah nomor 06/2010. Pasal 63 perda tersebut menetapkan areal menjadi kawasan
lindung.
WEAKNESS
Mengacu pada pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi, “Bumi, air dan ruang angkasa
serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
sebesar – besarnya untuk kemakmuran rakyat”.
OPPORTUNITIES
Dampak dan kerugian yang didapatkan oleh masyarakat membuat masyarakat akan
melakukan apapun untuk menghentikan pembangunan pabrik semen.
Masyarakat juga didukung oleh beberapa kalangan yang mengatakan bahwa pembangunan
pabrik semen yang merupakan suatu pelanggaran. Penggunaan kawasan karst Watuputih
sebagai tempat penambangan batu kapur, melanggar Perda Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Provinsi Jawa Tengah nomor 06/2010. Pasal 63 perda tersebut menetapkan areal
menjadi kawasan lindung.
THREATS