Anda di halaman 1dari 24

STUDI KASUS DALAM ETIKA PROFESI

PERENCANAAN :
 
P R O Y E K R E K L A M A S I T E L U K J A K A R TA
Kelompok 2
Diah Ayu Anzar Wati NPM.21510005
Abil Tillah Shidiq NPM 21510007
Duta Rafa Nurfauzi NPM 21510035
Wawan Prasetyo NPM 21510039
M a s al ah y a ng Te r ja d i d al a m K a s us R e k la ma s i Te luk J a k ar t a

Berbicara mengenai reklamasi sudah tidak asing lagi di tengah-tengah masyarakat, karena reklamsi sudah
dilakukan sejak 1980-an, terutama di Ibukota Jakarta. Dimana reklamasi merupakan usaha yang dilakukan untuk
memanfaatkan kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna atau masih kosong menjadi kawasan atau lahan
yang lebih bermanfaat lagi. Misalnya reklamasi yang dilakukan di Ibukota jakarta tepatnya di Jakarta Utara (Pluit)
yang biasa kita dengar Reklamasi di Teluk Jakarta.

Reklamasi ini dilaksanakan karena adanya alasan dari hal tersebut. Penurunan muka tanah di Jakarta
mencapai 18 centimeter per tahun. Hal ini akibat ekstraksi atau pencurian air tanah oleh pengelola gedung-
gedung bertingkat maupun perumahan. Pertumbuhan penduduk kota Jakarta yang semakin meningkat
memerlukan lahan untuk pemukimannya.
Jakarta akan tumbuh menjadi 12,5 juta jiwa pada 2030. Wilayah yang perlu direkontruksi adalah
wilayah bagian utara karena wilayah bagian selatan Jakarta merupakan daerah resapan air untuk
menjaga lingkungan. Sehingga, Jakarta harus memiliki inisiatif menyiapkan lahan baru untuk
menampung perkembangan. Selain itu, Laut Jakarta sudah terlalu kotor, dan pembangunan hunian-
hunian mewah harus tetap dilakukan untuk meningkatkan perekonomian kota. Jakarta harus
membangun tanggul raksasa (Giant Sea Wall) untuk mencegah banjir. Hal ini menjadi beberapa
penyebab dilaksanakannya reklamasi di Jakarta bagian utara.

Mengenai reklamasi yang dilakukan di Jakarta menuai banyak pro dan kontra. Dimana pada tahun 2016
terdapat kubu pro dan kubu kontra. Kubu pro terdiri atas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama
beserta pendukung setianya. Sedangkan kubu kontra terdiri atas Menteri Kelautan dan Perikanan Susi
Pudjiastuti, nelayan, aktivis lingkungan, sejarawan, budayawan, pakar tata kota, pengamat, dan orang-
orang yang berseberangan dengan ahok. Berikut beberapa pro dan kontra dari pelaksanaan reklamasi
ini.
Pro reklamasi

a. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara;


b. Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang
Kawasan Pantura Jakarta;
c. Surat Keputusan Gubernur Nomor 1090 Tahun 1996 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengendali
Reklamsi Pantura Jakarta;
d. Surat Keputusan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / Ketua Bappenas Nomor
KEP.920/KET/10/1997 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Pantai Utara Jakarta;
e. Surat Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 220 Tahun 1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pelaksana Reklamasi Pantura Jakarta;
f. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta;
g. Surat Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 138 tTahun 2000 tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Reklamasi Pantai Utara Jakarta;
h. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabek punjur;
i. Putusan Mahkamah Agung Nomor 12/PK/TUN/2011 yang menyatakan Reklamsi di Pantai Jakarta
Legal;
j. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang RTRW DKI Jakarta 2030;
k. Peraturan Gubernur Nomor 121 tahun 2012 tentang Penataan Ruang Kawasan Reklamasi Pantura
Jakarta;
l. Surat Keputusan Gubernur DKI Nomor 2238 Tahun 2013 keluar pada Desember 2014 dengan
pemberian izin reklamasi Pulau G kepada PT Muara Wisesa Samudra.

Kontra Reklamasi 

a. Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2003 tentang Ketidaklayakan Rencana
Kegiatan Reklamasi dan Revitalisasi Pantai Utara Jakarta 

b. Tahun 2009, Mahkamah Agung memutuskan mengabulkan kasasi Menteri Lingkungan Hidup yang
menyetakan reklamasi menyalahi aliansi mengenai dampak lingkungan

c. September 2015, wacana moratorium reklamsi. Reklamasi diusulkan hanya untuk pelabuhan,
bandara, dan listrik. Di luar itu tidak boleh ada reklamasi untuk hotel, apartemen, mal, dan
sebagainya.
Namun ada pun yang mendukung tentang pembangunan Reklamasi karena Jakarta harus membangun
tanggul raksasa (Giant Sea Wall) untuk mencegah banjir, selain itu seperti yang kita ketahui saat ini Ibukota
Jakarta selalu digemparkan dengan bencana banjir dikala hujan melanda Jakarta. Laut Jakarta sudah
terlalu,kotor, dan pembangunan hunian-hunian mewah harus tetap dilakukan untuk meningkatkan
perekonomian kota tetapi dengan adanya bangunan-bangunan mewah tersebut lahan di jakarta saat ini sudah
tidak mencukupi lagi, bukan hanya itu Jakarta juga saat ini penduduknya semakin hari semakin meningkat dan
kebanyakan mereka menggunakan kendaraan sepeda motor atau mobil yang menyebabkan terjadinya macet
setiap harinya, maka dari itu kubu pro disini melakukan yang namanya reklamasi tersebut untuk menghindari
dan membuat pemukiman baru untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

Di samping itu kubu menentang beranggapan bahwa proyek reklamasi hanya menguntungkan pengembang
properti dan kaum borjuis saja, sementara para nelayan semakin sengsara dan hanya diberi janji-janji manis,
bisa dilihat bahwa reklamasi sendiri diadakan untuk membangun gedung-gedung yang tinggi untuk kegiatan
bisnis atau pemukiman yang sangat mewah.
Masalah yang terjadi dalam pembangunan reklamasi Teluk Jakarta:

a. Melanggar Hak Rakyat yang Dijamin Konstitusi UUD 1945 Reklamasi telah melepaskan hak
penguasaan negara atas bumi Indonesia untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat kepada
pengusaha properti. Hal tersebut tentu melanggar Pasal 33 ayat (3) UUD 1945. Reklamasi juga
mengurangi wilayah kelola nelayan tradisional dan memperparah pencemaran. Dengan itu, nelayan
tradisional kehilangan sumber kehidupannya. Hal ini melanggar pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang
menjamin Hak atas Pekerjaan dan Penghidupan yang Layak bagi Kemanusiaan dan bagi semua warga
negara.

b. Jakarta akan Tenggelam Dengan pembangunan reklamasi, banjir di Jakarta akan semakin menggila.
Reklamasi menghilangkan fungsi daerah tampungan yang memperbesar aliran permukaan. Aliran
sungai akan melambat. Akibatnya, sedimentasi bertambah dan terjadi pendangkalan muara yang
berefek pembendungan yang signifikan. Frekuensi banjir pun meningkat karena kapasitas tampung
sungai yang terlampaui oleh debit sungai. Belum lagi Teluk Jakarta menajdi tempat bermuara sekitar 13
sungai. Tidak hanya itu, bedasarkan penelitian Nicco Plamonia dan Profesor Arwin Sabar, jakarta Utara
menghadapi penurunan muka tanah sejak 1985-2010 yang mencapap -2.65 meter di Cilincing hingga -
4.866 meter di Penjaringan.
c. Proyek Warisan orde Baru yang Berpihak kepada Pemodal Proyek ini pertama kali ditetapkan oleh Keppres
Nomor 52 Tahun 1995 tanpa adanya kajian dan pertimbangan lingkungan hidup (sebelum adanya UU PPLH
dan Tata Ruang) serta penuh dengan kolusi dan korupsi. Reklamasi adalah proyek orde baru tanpa
partisipasi dan konsultasi masyarakat serta prinsip perlindujngan warga nelayan tradisional dan lingkungan
hidup, kimi, Keppres 52 tahun 1995 telah dicabut oleh Perpres Nomor 54 Tahun 2008.

d. Merusak Lingkungan Hidup Reklamasi telah dinyatakan tidak layak dan merusak lingkungan melalui
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2003 tentang Ketidaklayakan Rencana Reklamasi
dan Revitalisasi Teluk Jakarta. Putusan pengadilan memang membatalkan, tetapi tidak menghilangkan
penilaian ketidaklayakan lingkungan hidup dari Reklamasi Pantura Jakarta. 

e. Menghancurkan Ekosistem Sumber Pasir Urugan Setiap hektar pulau reklamasi akan membutuhkan pasir
sebanyak 632.911 meter kubik. Jika dikalikan luas pulai reklamasi yang direncanakan 5.153 hektar, maka
akan membutuhkan sekitar 3,3 juta ton meter kubi pasir. Pengembalian bahan urugan (pasir laut) dari
daerah lain akan merusak ekosistem laut tempat pengembalian bahan tersebut. Hal ini juga dikhawatirkan
memicu konflik berdarah dengan nelayan loyak seperti Lontar, Serang-Banten.
f. Mengancam Jakarta sebagai Kawasan Strategis Nasional Jakarta ditetapkan sebagai Kawasan Strategis
Nasional (KSN) yang berfungsi penting bagi kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara,
ekonomi, sosial, budaya, dan atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan
dunia. Jika reklamasi diteruskan dengan berbagai dampak lingkungan hidup diatas, maka akan
mengancurkan Jakarta sebagai Ibukota negara, situs sejrah nasional, dan kawasan ekonomi nasional yang
penting.

g. Reklamasi adalah Proyek Rekaysa Lingkungan Benteng alam jakarta terbentuk secara alamiah melalui
proses akresi yang berlangsung dalam waktu lama. Proses tersebut terjadi dengan terbentuknya 13 sungai
yang mendorong sedimentasi dan kemudian mencapai hilir di Teluk Jakarta. Hasil sedimentasi ini lalu
mengeras dalam waktu ratusan hingga ribuan tahun. Karena terjadi secara alamiah, maka proses ini tidak
merusak lingkungan. Jadi, tidak pernah terjadi reklamasi alamiah di Jakrta, karena reklamsi merupakan
rekayasa lingkungan yang mengabaikan Kondisi teluk Jakarta.
h. Mengancurkan Ekosistem di Kepulauan Seribu Pertumbuhan karang di Kepulauan Seribu akan terganggu
akibat tekanan bahan pencemar dan sedimen. Gangguan pertumbuhan akan semakin parah dengan adanya
perubahan arus yang semakin meningkat dan menghantam pulau-pulau kecil di Kepulauan Seribu.
Perubahan arus akan menggerus gugusan pulau kecil dari Kepulauan Seribu yang terdekat Teluk Jakarta.
Akibatnya pulau-pulau ini akan rusak dan bahkan lenyap. Salah satu pulau kecil yang bersejarah dan bisa
berdampak adalah Pulau Onrust sebagai situs sejarah perkembangan VOC di Indonesia.

i. Merusak Tata Air di Wilayah Pesisir Jika reklamasi dilakukan seluas 5.100 hektar, maka sistem tata air di
wilayah pesisir lama akan rusak. Kerusakan sistem tata air terjadi setidaknya pada radius 8-10 meter.
Pasalnya, reklamasi akan menambah beban sungai Jakarta di saat musim hujan. Jika air sungai terhambat
keluar, maka akan menyebabkan penumpukan debit air di selatan.

j. Mengancurkan Mangrove Muara Angke dan Habitat Satwa yang Dilindungi Hutan bakau sebagai tempat
bertelur dan habitat ikan-ikan kecil (nursery) dan hutan mangrove penangkal abrasi akan digantikan oleh
tumpukan pasir dan semen. Pada tahun 1992, Jakarta memiliki 1.140,13 hektar yang dikonversi seluas
831,63 hektar menjadi permukiman elit, lapangan golf, kondominium dan sentra bisnis di kawasan
pemukiman Pantai Indah kapuk (PIK).
k. Merusak Situs Sejarah jakarta Situs sejarah kota Jakarta sebagai kota bandar dengan pulau-pulau
bersejarahnya di sekitar Teluk Jakarta akan tergerus dan hilang, jika reklamasi dilakukan. Pelabuhan Sunda
Kelapa juga akan terancam hilang dengan keberadaan 17 pulau rekayasa tersebut.

l. Mengancam Obyek Vital Indonesia Saat ini, terdapat PLTGU dan PLTU di Muara Karang, Pelabuhan
Perikanan Samudra Nizam Zachman di Jakarta Muara Baru. Reklamasi Pulau G yang konsesinya dipegang
PT Muara Wisesa Samudera, akan merusak kabel pipa kabel dan gas bawah laut yang menjasi suplai listrik
Ibukota Jakarta.

m. Butuh Restorasi Bukan Reklamasi Pencemaran logam berat di perairan Teluk Jakarta memang masih dalam
standar aman nasional. Namun, angka pencemaran ini telah melampaui standar Netherlands Standards for
Water Sediment. Untuk mencegah pencemaran semakin parah, yang seharusnya edilakukan adalah dengan
restorasi lingkungan, bukanlah reklamasi yang justru akan menambah kerusakan dan pencemaran laut.
Reklamasi bisa mencemari air laut bahkan sejak proses pembangunan sampai beroperasinya pulau-pulau
reklamasi.

n. Comberan Raksasa yang Berakibat Kematian Ikan Perairan di Teluk Jakarta pasca proyek reklamasi dan
Giant Sea Wall akan menjadi comberan raksasa. Kematian ikan akan semakin parah karena kemampuan
pembilasan alami (natural flushing) akan hancur. Sedimen dari 14 sungai akan bertumpuk dan akan terjadi
ledakan alga yang mengakibatkannya kaar oksigen rendah dan terjadi kematian ikan.
o. Mengancam Identitas Nelayan sebagai Penopang Kedaulatan Pangan Reklamasi akan merampas dan
menghlangkan wilayah penangkapan ikan. Sebanyak 1600 kepala keluarga nelayan terancam tergusur dari
wilayah hidup dan kehilangan pekerjaannya. Pembuatan 17 pulau ini juha akan mengganggu aktivitas 600
kapal dari total 5600 kapal nelayan yang ada di DKI Jakarta. Padahal nelayan merupakan pahlawan protein
bangsa, salah satu penopang kedaulatan pangan. Hal ini telah diakui dunia internasoan dengan mengubah
paradigma nelayan tradisional sebagai solusi lapangan pekerjaan, pemenuhan pangan perikanan dan
ketimpangan kemisikinan.

p. Meningkatkan Kemiskinan dan Ketidakadilan terhadap Perempuan Pesisir Proyek reklamasi Teluk Jakarta
tidak pernah memperhitungkan situasi khusus perempuan di pesisir Teluk Jakarta. Perempuan pengupas
kerang hijau menurun tajam pendapatannya, sehingga banyak yang bekerja serabutan termasuk menjadi
buruh cuci ataupun pemulunh. Ditambah dengan beban kerja domestiknya, rata-rata perempuan di pesisir
Teluk Jakarta bekerja setidaknya 18 jam sehari yang membahayakan kesehatan reproduksinya.
Dampak sosial yang paling terasa di masyarakat akibat adanya proyek reklamasi di Teluk jakarta adalah
penggusuran. Di kota besar seperti jakarta, penggusuran kampung miskin menyebabkan rusaknya jaringan
sosial pertentanggan dan keluarga, merusak kestabilan kehidupan keseharian seperti bekerja dan
bersekolah serta melenyapkan aset hunian. Masyarakat yang dulunya hidup dalam satu komunitas nelayan
Teluk Jakarta kini tercerai berai akibat wilayah pemukiman mereka digusur untuk dibangun berbagai sarana
penunjang reklamasi yang akan dilakukan. Penggusuran adalah pengusiran paksa, baik secara langsung
maupun tak langsung, yang dilakukan pemerintah setempat terhadap penduduk yang menggunakan sumber
daya lahan untuk keperluan hunian maupun usaha. Penggusuran terjadi di wilayah urban akrena
keterbatasan dan mahalnya lahan. Di wilayah rural, penggususran biasanya terjadi atas nama
pembangunan proyek prasarana besar, seperti pada proyek reklamasi Teluk Jakarta.
Apa saja pelanggaran tata ruang yang terjadi dalam kasus Reklamasi Teluk Jakarta

Dalama proses pembangunan reklamasi Teluk Jakarta tidak lepas dari suatu pelanggaran, terdapat tujuh
pelanggaran peratutan perudang-undangan yang terjadi di dalam pembangunan reklamasi Teluk Jakarta antara
lain :
 

a) Pertama, menerbitkan izin reklamasi tanpa Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K)
dan/ atau Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sesuai Pasal 30 UU 1/2014 

b) Kedua, menerbitkan izin tanpa ada konsultasi kontinu dengan kementerian terkait sehingga bertentangan
dengan UU 1/2014. 

c) Ketiga, izin reklamasi tidak dapat dikeluarkan hanya berdasarkan rencana tata ruang dan wilayah, tapi harus
RZWP3K, dimana sampai saat ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum memiliki Perda-nya.
d) Pelanggaran keempat, lanjut dia, terkait telah dicabutnya Keppres 52/1995 melalui PP No 54/2008,
menjadikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak mempunyai landasan menerbitkan izin reklamasi

e) Kelima, menerbitkan izin reklamasi tanpa didasarkan pada kajian lingkungan strategis yang diatur UU
32/2009.

f) Keenam, menerbitkan izin reklamasi di luar kewenangannya (Pemprov DKI) sehingga bertentangan dengan
PP No 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang di dalamnya mengatur Jakarta
sebagai Kawasan Strategis Nasional. Maka, kewenangan pengeloalaan dan pemanfaatannya ada di
pemerintah pusat

g) Ketujuh, penerbitan izin proyek reklamasi tidak mengindahkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan No
14/2013 tentang Ketidaklayakan Reklamasi.
Siapa saja aktor yang terlibat dalam pelanggaran kasus Reklamasi Teluk Jakarta

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dihadapkan pada tuntutan sejumlah kalangan untuk
menangkap aktor-aktor besar di balik proyek Reklamasi Teluk Jakarta. Tuntutan itu terjadi karena
publik merasa belum puas dengan ditangkapnya Anggota DPRD DKI Jakarta dan pengembang
proyek terkait kasus suap proyek tersebut. “Kami menduga ada keterlibatan anggota lain yang
mungkin bisa ditelaah lebih dalam. Kami juga minta KPK periksa swasta lain yang terlibat” kata Ketua
Dewan Pembina Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Riza Damanik dalam konferensi pers
di kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, beberapa hari
lalu. Bukan hanya pengembang, KNTI juga meminta KPK mengusut pihak-pihak yang terlibat dalam
penyediaan bahan untuk reklamasi, seperti penyediaan pasir pantai. Penambangan pasir untuk
reklamasi kami nilai juga sarat manipulative, jadi itu juga harus diperiksa oleh KPK.
Pasir untuk proyek Reklamasi Teluk Jakarta berasal dari Pulau Tunda yang terletak di Laut Jawa, Serang
Banten. KPK ikut menelisik perusahaan lain yang terlibat dalam proyek reklamasi. Sebab, ada belasan
perusahaan yang juga ikut mengembangkan reklamasi. KPK harus menyasar teliti dan kejar perusahaan
lain. KPK menangkap Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Mohamad Sanusi. Sanusi kedapatan baru saja
menerima suap Rp 1,14 miliar dari PT Agung Podomoro Land Tbk, salah satu pengembang yang terlibat
dalam proyek reklamasi. Ketua KPK Agus Rahardjo menyatakan uang yang diberikan kepada Sanusi
merupakan suap dalam pembahasan rancangan peraturan daerah (Raperda) Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil (ZWP3K) dan Raperda Tata Ruang Kawasan Stategis Pantai Utara Jakarta. Keduanya
memiliki keterkaitan dengan proyek reklamasi pembuatan 17 pulau buatan di Pantai Utara Jakarta.

Tertangkapnya Anggota DPRD DKI Jakarta dan Presiden Direktur PT Agung Podomoro Land Tbk dalam
kasus suap reklamasi pantai di Jakarta Utara itu harus menjadi pintu masuk bagi Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) untuk menangkap aktor intelektual pemberi izin reklamasi pantai tersebut. Direktur Eksekutif
PUSTAKA Institute, Rahmat Sholeh menyatakan proyek ini jelas melibatkan Gubernur DKI Jakarta Basuki
Tjahaya Purnama (Ahok). Tidak segan-segan, pria yang dikenal kritis tersebut menyerukan untuk tangkap
Ahok terkait proyek reklamasi Teluk Jakarta. “Kita apresiasi kinerja KPK yang mampu melakukan OTT
terhadap Presdir PT. APL dan Anggota DPRD DKI Jakarta, namun kita minta nanti jangan tebang pilih
karena kasus reklamasi ini juga melibatkan Basuki Tjahaya Purnama (Ahok)”, tuturnya.
Pasalnya Ahok memberikan izin kepada PT. Muara Wisesa Samudra. Agung Podomoro Land Tbk
melakukan pengembangan lahan reklamasi Pulau G atau proyek Pluit City di Pantai Utara Jakarta sejak
September 2015 dengan nilai proyek lebih dariRp 4,9 triliun tanpa adanya kajian Amdal. Ahok yang
memberikan izin pelaksanaan reklamasi itu kepada PT Muara Wisesa Samudra melalui PERGUB No. 2238
tahun 2014 tanpa melalui kajian Amdal terlebih dahulu.

Mantan aktivis mahasiswa itu mengakui KPK hebat, tetapi dia masih belum yakin apakah KPK mampu
menangkap aktor kakapnya, apalagi jelas pemberian izin ini sarat kepentingan dan mengabaikan nasib
nelayan serta merusak lingkungan hidup. Asisten Vice President PR & General Affair Pluit City Pramono
menuturkan, proses pematangan lahan pulau buatan seluas 161 hektar itu ditargetkan rampung Desember
2018. Setelah itu, konstruksi bangunan dapat segera dilakukan. Dalam pengembangan pulau buatan, Muara
Wisesa Samudra melakukan joint operation (JO) dengan perusahaan konstruksi PT Boskalis—Van Oord
dengan nilai kontrak sebesar Rp4,9 Triliun. Kasus ini jelas ada indikasi keterkaitan erat antara Rancangan
Peraturan Daerah atau Raperda yang akan dijadikan payung hukum pembangunan 17 pulau reklamasi di
Pantai Utara Jakarta itu termasuk Pulau G, terlebih usulan Raperda ini diinisiasi oleh Pemprov DKI sehingga
diyakini bahwa Ahok terlibat.
Untuk mengetahui apa saja pelanggaran etika profesi yang terdapat dalam
kasus pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta

Dalam pembangunan reklamasi teluk Jakarta tidak lepas dari yang namanya pelanggaran etika profesi,
adapun beberapa pelanggaran etika profesi yang terjadi di kasus reklamasi teluk Jakarta antara lain:
a) Kejujuran : proyek reklamasi mel Raperda Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RWZP3K)
Provinsi Jakarta dan Raperda tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Pantai Jakarta
Utara.melakukan pelanggaran perundang-undangan atau kontrak, melakukan dukungan politik. 
b)Keadilan : tidak bertanggung jawab terhadap publik dengan tidak adanya keterbukaan dalam pengambilan
keputusan.
c) Ak un ta bi l i t as : De ngan t id ak ada ny a k et e rbu k aan m ak a h ilang ra sa k eper c ay aan.  
d)I n d ep end en : ber sik ap net r al dalam m elak s ana k an t u gas , t ida k t er penga ruh oleh
kepe nt ingan kelo m po k at au golong an t e rt ent u.  
e) Be ri n teg ri t as : m em ilik i per ilak u y a ng be rm ar t abat dan ber t an ggung ja wab.
f) Pro fe si o nal : m enjaga dan m en jalan ka n k eah lian p rof es i dan m enc ega h b ent u ran
kepe nt ingan dalam pelak s anaa n t u gas .
KESIMPULAN
a. Dari pembahasan di atas terpaparkan bahwa adanya perbedaan antara dua kubu pihak yang membuat
rumit suatu keadaan. Namun, perlu dipertimbangkan bahwa dengan adanya pelaksanaan reklamasi
tersebut lebih dominan berdampak negatif terhadap sumber daya alam dan nelayan. Jadi, sekiranya
pemerintah tidak hanya fokus pada kemajuan perekonomian di Indonesia sendiri namun tetap
memerhatikan kesejahteraan rakyatnya. Keputusan yang dapat meredam keadaan adalah di mana
menguntungkan bagi negara baik itu dari segi pemerintahan hingga rakyat;

b. Reklamasi Teluk Jakarta belum mempertimbangkan aspek yang perlu diperhatikan. Contoh saja pada
aspek keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan pelestarian lingkungan pesisir. Salah satu
organisasi yang menentang keras Reklamasi Teluk Jakarta adalah WALHI (Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia) dimana mereka mengatakan bahwa pembangunan reklamasi pantai sama dengan merampas
sumber daya laut yang ada di dalamnya. Karena proyek reklaamsi yang sudah tidak dapat dibatalkan
harusnya pemerintah melakukan aksi terhadap solusi kepada penduduk nelayan yang terkenan
penggusuran;
c. Terdapat beberapa aktor dalam pelanggaran reklamasi teluk Jakarta antara lain :

• Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta pemberian izin Raperda Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(RWZP3K) Provinsi Jakarta dan Raperda tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Pantai
Jakarta Utara.

• PT. Agung Podomoro Land Tbk yang beri suap kepada Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Mohamad
Sanusi;

• Gubernur Basuki Tjahya Purnama : pemberian Izin Pelaksanaan

• Reklamasi Pulau G kepada PT Muara Wisesa Samudra.

d. Terdapat pelanggaran etika profesi berupa : Kejujuran, Keadilan, Akuntabilitas, Independen, Integritas,
Professional.
Saran
a. Reklamasi ini adalah pembangunan rusun untuk mengganti tempat pemukiman yang terkena
penggusuran. Selain itu, nelayan juga ada baiknya diberikan peekerjaan yang barua tau bisa juga
dibuatkan kolam khusus untuk budidaya benih ikan laut guna mengembalikan fungsi laut seperti semula.
Selain itu, selepas pembangunan haruslah dilakukan rehabilitasi pantai utara Jakarta. Memang
pemulihan yang dilakukan tidak dapat secara instan dan pemulihan tersebut melibatkan beberapa pihak
yang bersangkutan;

b. Dalam pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta perlu di pertimbangkan lebih dalam lagi apa lagi terdapat
banyak pelanggaran etika di dalamnya seperti korupsi, memberi kebebasan swasta untuk membangun,
dll
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai