Upaya reklamasi pantai diidentifikasi sebagai sebuah opsi untuk menjadi solusi dari isu
kelangkaan lahan di suatu daerah, dalam implementasinya tentu saja reklamasi mendapati pro
dan kontra karena dampak positif negatif yang disebabkan oleh proses reklamasi. Usman
(2005) berpendapat bahwa reklamasi dapat membuka lapangan pekerjaan baru, peningkatan
aktivitas inverstasi, ketersediaan pemukiman baru serta dapat menjadi potensi wisata yang
baru, akan tetapi dapat dipastikan bahwa kegiatan reklamasi membawa dampak yang negatif
pula antara lain; memicu banjir, merubah ekosistem sekitar, sumber pencaharian nelayan
tradisional terancam hilang, peningkatan jumlah penduduk kota karena perluasan lahan,
kepadatan lalu lintas, permasalahan sosial dan minimnya kuantitas serta kualitas air bersih.
Reklamasi memberi dampak positif juga negatif yang pada proses pelaksanaannya akan
sangat mempengaruhi lingkungan, berikut pengkategorian dampak positif dan negatif dari
reklamasi antara lain;
Pelaksanaan reklamasi disebuah daerah dipastikan membawa efek positif, karena reklamasi
sendiri dilakukan untuk keberlangsungan hidup masyarakat. Terdapat sejumlah keuntungan
yang bisa diambil dari proses reklamasi antara lain;
a) Meningkatnya nilai serta kualitas pada bidang ekonomi, lahan reklamasi bisa
digunakan untuk pengembangan objek pariwisata dimana nantinya masyarakat dapat
melakukan aktivitas jual beli makanan tradisional/khas, menjual berbagai souvernir
yang otentik sebagai lapangan pekerjaan dan sumber pencaharian baru. Dengan
adanya aktivitas ekonomi akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
b) Menggeser Kawasan atau lahan yang dinilai kurang produktif, dan mengganti
kawasan tersebut menjadi kawasan yang lebih berguna seperti, pusat aktivitas jual
beli/bisnis, pusat kegiatan masyararkat dll.
c) Lahan semakin bertambah (pertambahan wilayah), pemanfaatan lahan reklamasi
untuk berbagai macam hal untuk pembangunan daerah. Contohnya di bidang hiburan,
usaha dan berbagai macam bidang lainnya (mall, hotel, villa, wisata bahari dll)
d) Melindungi Kawasan pesisir/pantai, ancaman terjadinya bencana erosi dapat
berkurang atau bahkan menghilang karena susunan pengaman yang terdapat dalam
lahan reklamasi dipastikan sangat kuat untuk menopang beban dan menahan kerasnya
ombak lautan. Ditambah dengan model bangunan yang memiliki pola pengendali air
yang dibarengi oleh alat front brake water untuk mencegah terjadinya bencana
tsunami.
e) Penataan ulang kawasan pantai, yang sebelumnya tata lingkungan pantai kurang
bagus menjadi lebih bagus dengan dilakukannya reklamasi serta penataan tanaman-
tanaman berdasarkan perencanaan agar kawasan pantai dapat menarik masyarakat.
f) Peningkatan sistem hidrolik di kawasan pantai
g) Menggunakan tenaga yang mudah dicari, karena reklamasi termasuk konstruksi
yang mudah untuk diselesaikan maka dari itu proses konstruksi reklamasi dapat
dikerjakan oleh tenaga lokal.
Proses reklamasi dapat mengubah bentuk pantai serta menutupi setengah bagian wilayah
lautan maka dari itu pelaksanaan reklamasi pasti membawa efek negatif atau kerugian
yang berdampak pada lingkungan laut khususnya pada ekosistem kelautan seperti
terganggunya ciri fisik, fungsi serta interaksi antar organisme pada lingkungan laut karena
aktivitas reklamasi berpengaruh pada heteroganitas hayati. Efek negatif dari proses
reklamasi juga berdampak pada bidang ekonomi, sosial dan SDA. Terdapat sejumlah efek
kerugian dari proses reklamasi antara lain;
Dampak negatif dari proses reklamasi terbagi menjadi 3 bentuk sebagai berikut;
1) Dampak Fisik
2) Dampak Biologi
Disebut sebagai dampak biologi karena biota laut serta heterogenitas hayati
punah yang mengakibatkan hancurnya ekosistem laut di kawasan konstruksi
reklamasi. Hal tersebut terjadi akibat beberapa hal akan tetapi sebab utamanya
adalah berbagai biota laut yang tertimbun oleh pasir pada proses pembangunan
reklamasi, contohnya seperti terumbu karang yang rusak akibat tertimbun
pasir dengan jumlah besar dan lain-lain. Dijelaskan pada pasal 21 UU Nomor
32 tahun 2007 yang berisi tentang 8 kriteria baku kerusakan lingkungan hidup
sebagai indikator penentuan kerusakan lingkungan yaitu sebagai berikut:
o Kriteria baku kerusakan tanah sebagai produksi biomassa
o Kriteria baku kerusakan terumbu karang
o Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup terkait kebaran lahan/hutan
o Kriteria baku kerusakan hutan mangrove
o Kriteria baku kerusakan padang lamun
o Kriteria baku kerusakan gambut
o Kriteria baku kerusakan kars
o Kriteria baku kerusakan ekosistem berdasarkan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
3) Dampak Ekonomi & Sosial
Rekomendasi alternatif