Anda di halaman 1dari 3

Wilayah Sempadan Pantai di Indonesia yang Tidak Memenuhi Peraturan

1. Pantai Deli Serdang


Wilayah pantai Deli Serdang dan Serdang Bedagai menyimpan potensi sumber
kakayaan yang besar sekaligus potensi bahaya (coastal hazard). Studi garis sempadan pantai
bertujuan untuk melindungi pantai dari serangan gelombang badai dan tekanan laut yang
mengakibatkan rusaknya lahan pantai dan infrastuktur pantai yang ada di sekitarnya. Sempadan
pantai untuk menetapkan batas jarak aman dari garis pantai yang dalam hal ini diambil dari
bibir pantai, karena mudah mengenalinya di lapangan.

Gambar 1. Wilayah Pantai Deli Serdang


Sumber : Google Maps, 2019

Secara garis besar, permasalahan fisik di kawasan pantai, termasuk di kawasan pantai
Deli Serdang dan Serdang Bedagai, adalah sebagai berikut:

1. Permasalahan erosi dan sedimentasi. Erosi pantai yang merusak kawasan pemukiman dan
prasarana kota karena mundurnya garis pantai terjadi di banyak tempat. Selain itu
pembelokan maupun pendangkalan muara sungai yang dapat mengakibatkan
tersumbatnya aliran sungai sering menimbulkan banjir di daerah hilir.
2. Permasalahan pencemaran dan perusakan lingkungan alam (habitat). Kerusakan terumbu
karang sering disebabkan oleh penggunaan racun potassium dan bom dalam penangkapan
ikan. Penambangan pasir pantai untuk bahan bangunan berpotensi memacu kerusakan
ekosistem kawasan pesisir. Pembuangan limbah domestik (rumah-tangga) dan sisa olahan
ikan yang langsung dibuang ke laut dapat menimbulkan pencemaran dan menurunnya
kualitas perairan (laut).
3. Permasalahan pemanfaatan lahan yang tidak tepat dan tumpang tindih. Konflik pemakaian
lahan untuk parawisata, pertambakan dan konservasi sering terjadi di dalam satu kawasan
pantai.
Sebagai konsekuensi permasalahan di atas, hak masyarakat (publik) untuk dapat
mengakses dan menikmati keindahan pantai menjadi tidak terlindungi. Sedangkan
infrastruktur yang terletak tidak jauh dari bibir pantai tidak terjamin keberlangsungannya.
Karena itu pantai perlu mendapat pengelolaan (manajemen) yang baik, dengan salah satunya
membuat zona-zona yang diatur dan dipelihara sehingga ekosistem dan hak publik untuk
menikmati pantai dan memanfaatkan infrastrukturnya dapat terjamin.
Melihat kondisi nyata yang ada di lapangan, tidaklah mudah melaksanakan sempadan
pantai dengan lebar lebih dari 200 m. Untuk itu Keppres No. 32 tahun 1990 yang menyatakan
lebar sempadan pantai adalah 100 m dapat dijadikan lebar minimal sempadan pantai.
Sementara itu manjemen zona pantai sepatutnya dilakukan secara terpadu melibatkan berbagai
pihak seperti pemerintah, masyarakat pesisir dan akademisi. Dengan demikian kesadaran dan
partisipasi dari berbagai pemangku kepentingan dapat sinergi dalam program untuk
mengindahkan sempadan pantai dan mengurangi faktor-faktor yang merusaknya. Bila hal ini
terwujud, maka sempadan pantai dapat diperluas ke arah zona penyangga (buffer zone) yang
menurut perhitungan memiliki lebar 325 m dari bibir pantai.

2. Kawasan Pantai Pede Labuan Bajo

Gambar 2. Pantai Pede Labuan Bajo


Sumber : floresa.com, 2017

Pengertian Garis Sempadan Pantai menurut Nomor 27 Tahun 2007 tentang


Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ini adalah “daratan sepanjang tepian yang
lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 (seratus) meter dari
titik pasang tertinggi ke arah darat”. Garis batas ini adalah bagian dari usaha pengamanan pantai
yang dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari bahaya gelombang pasang tinggi (rob),
abrasi, menjamin adanya fasilitas sosial dan fasilitas umum di sekitar pantai, menjaga pantai
dari pencemaran, serta pendangkalan muara sungai. GSP juga berfungsi sebagai: pengatur
iklim, sumber plasma nutfah, dan benteng wilayah daratan dari pengaruh negatif dinamika laut.
Dalam kasus pantai Pede, dimana kawasan itu sejatinya tidak dapat didirikan bangunan hotel
yang permanen, karena kawasan itu berada dalam area sempadan pantai. Kawasan pantai Pede,
dalam kenyataannya hanya berjarak di bawah 100 meter dari pasang tertinggi. Dan itu berarti,
masih termasuk di dalam area sempadan pantai. Sama halnya dengan lokasi gedung TPI yang
akan segera dilenyapkan dan diganti dengan berbagai bangunan dalam proyek Marina.
Pemkab Mabar hingga saat ini belum pernah membuat peraturan khusus yang lebih
operasional (Perda/Perbub) tentang garis sempadan pantai, sebagai tindak lanjut dari ketentuan
UU tentang sempadan pantai yang sudah ada. Sebab UU memberi ruang kewenangan untuk itu.
Kalaupun Pemkab Mabar belum membuat peraturan organik-operasional tentang garis
sempadan pantai, maka yang harus menjadi rujukan utama oleh semua pihak, terutama oleh
pemerintah daerah adalah aturan tentang batas garis sempadan pantai yang telah tercantum
dalam UU yang sudah ada. Itu artinya, batasan sempadan pantai yaitu daratan sepanjang tepian
yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari
titik pasang tertinggi ke arah darat, haruslah menjadi rujukan pokok dalam menyikapi kasus
pantai Pede dan juga kasus TPI-Marina di Labuan Bajo.

Anda mungkin juga menyukai