IL – 4202
Oleh :
Intan Kusumayanti
NIM. 15716003
2020
BIOPORI
PENDAHULUAN
Banjir merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Dampak yang
diakibatkan banjir sangat beragam, mencakup beberapa aspek kegiatan manusia, seperti
kesehatan, sosial, pendidikan hingga perekonomian. Banjir dapat terjadi akibat beberapa faktor
diantaranya berkurangnya lahan terbuka yang berfungsi sebagai resapan air, saluran-saluran
pembuangan air serta sungai yang tidak lancar alirannya sehingga mengakibatkan luapan aliran
sungai dan kurangnya kesadaran manusia untuk tidak membuang sampah ke badan air. Melihat
dari buruknya dampak banjir, maka sebagai manusia yang harus bertanggungjawab terhadap
kelestarian bumi, kita harus berupaya untuk menanggulangi dan sebisa mungkin untuk
mencegahnya.
Tanggung jawab untuk menanggulangi banjir bukan hanya milik pemerintah maupun golongan
tertentu saja, tetapi juga oleh masing-masing individu agar lebih menyadari pentingnya
menjaga bumi dari kerusakan, khususnya akibat banjir. Karena banjir yang terjadi belakangan
ini sebagian besar akibat ulah manusia itu sendiri. Penyebab banjir di perkotaan lebih banyak
disebabkan oleh lahan resapan air yang semakin berkurang dan tidak lancarnya aliran air akibat
sampah yang dibuang ke badan air tersebut.
Sampah yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari seharusnya dipilah sejak di sumber. Sampah
yang telah terpilah sesuai jenisnya akan memudahkan kita untuk menentukan jenis teknologi
pengolahan yang akan digunakan. Sampah organik dapat dijadikan kompos dan samoah
anorganik dapat didaur ulang menjadi barang lain yang lebih bermanfaat. Berdasarkan data
dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2017, komposisi sampah di
Indonesia didominasi oleh jenis sampah organik. Dalam proses pembuatan kompos dari
sampah organik masih terkendala dengan lahan yang digunakan untuk mengolahnya dan
kemungkinan timbulnya bau akibat proses composting.
Permasalahan lain penyebab banjir adalah berkurangnya lahan peresapan air, dimana masalah
tersebut bisa diatasi dengan penanaman pohon, sehingga tanah yang ditumbuhi akar dapat
menyimpan air lebih banyak dan menjaganya lebih lama. Akan tetapi, penanaman pohon
membutuhkan waktu yang tidak singkat dan lahan yang cukup luas untuk bisa menumbuhkan
akar yang kokoh.
Berkaitan dengan dua solusi untuk banjir yaitu pembuatan kompos dan lahan peresapan air
dimana keduanya memiliki kendala yang serupa, yaitu kurangnya lahan yang dibutuhkan, maka
DR. Kamir R. Brata, seorang peneliti IPB (Institut Pertanian Bogor) mencetuskan sebuah ide
yaitu lubang resapan biopori (LRB).
Lubang resapan biopori merupakan lubang berbentuk silindris berdiameter 10 cm yang digali
didalam tanah yang sengaja dibuat untuk meningkatkan aktivitas organisme tanah melalui
penambahan bahan organik kedalam lubang tersebut (Brata, 2008).
LAJU INFILTRASI
Laju infiltrasi sangat erat hubungannya dengan jumlah pori tanah. Infiltrasi adalah masuknya
air ke dalam tanah akibat gaya kapiler (gerakan air kearah vertikal). Proses mengalirnya air
hujan ke dalam tanah disebabkan gaya gravitasi dan gaya kapiler tanah (BAPPEDA & Pusat
Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Agribisnis, 2011). Laju infiltrasi yang dipengaruhi
oleh gaya gravitasi dibatasi oleh besarnya diameter pori-pori tanah (Asdak, 2002).
Pori tanah tersusun atas pori makro yaitu rongga antar agregat tanah yang terbentuk oleh
aktivitas organisme makro tanah dan pergerakan akar tanaman, sedangkan pori mikro adalah
pori yang terbentuk antar partikel penyusun tanah (Sartohadi, 2013). Jumlah pori tanah
mempengaruhi laju infiltrasi tanah. Tingginya laju infiltrasi tidak hanya meningkatkan jumlah
air tanah untuk pertumbuhan tanaman, tetapi juga mengurangi banjir dan erosi yang diaktifkan
oleh run off (aliran permukaan). Jumlah pori tanah berbanding lurus dengan laju infiltrasi,
semakin banyak jumlah pori tanah maka semakin besar pula laju infiltrasinya.
METODE PENELITIAN
Objek dalam penelitian ini pengaruh lubang resapan biopori terhadap laju infiltarasi tanah.
Adapun tanah dengan lubang resapan biopori berjumlah 7 lubang biopori dan telah mengalami
pengomposan selama 1,5 tahun, sebagai pembanding maka pada jarak satu meter diambil tanah
pada kedalaman tertentu sehingga lubang yang diteliti berjumlah 14 lubang.
Pengujian laju infiltrasi langsung dilakukan dilapangan. laju infiltrasi dilakukan dengan
menghitung lamanya waktu peresapan 1 liter (1000 ml) air pada masing -masing tanah dengan
lubang resapan biopori dan non-biopori sebagai objek penelitian.
Tabel 1 Data hasil uji infiltrasi tanah dengan Tabel 2 Data hasil uji infiltrasi tanah non-
biopori biopori
Tabel 3 Data hasil perhitungan jumlah Tabel 4 Data hasil perhitungan jumlah
mikroorganisme/ml tanah dengan biopori mikroorganisme/ml tanah non biopori