2012
Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
Terkait dengan PPSP, terdapat beberapa dokumen yang perlu disusun Kota Magelang secara
berurutan yaitu Buku Putih dan dilanjutkan SSK (Strategi Sanitasi Kota). Buku Putih Sanitasi pada
hakekatnya merupakan gambaran karakteristik dan kondisi sanitasi, serta prioritas/ arah pengembangan
kabupaten/ kota dan masyarakat saat ini. Kegunaan Buku Putih ini merupakan dokumen yang memuat
data dasar (baseline) kondisi sanitasi Kota Magelang saat ini sebagai dasar penyusunan SSK pada
tahap selanjutnya.
Melihat latar belakang di atas maka Buku Putih memegang peran penting dalam PPSP dan
pembangunan sanitasi pada umumnya, untuk pencapaian Millenium Development Goal’s (MDG’s) dari
sektor Lingkungan, Kesehatan dan Ekonomi demi mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Validitas
dan reliabilitas dokumen buku putih akan menentukan ketepatan prioritas dan lokasi pembangunan
sanitasi sehingga pada akhirnya menentukan keefektifan program. Apabila terjadi sebaliknya maka
program pembangunan yang dilakukan menjadi salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan riil masyarakat
dan pada akhirnya tidak mampu mengatasi permasalahan sanitasi. Untuk itu diperlukan sinergi antara
berbagai pemangku kepentingan yang terlibat. Pemerintah Daerah dapat bersinergi dalam rangka
mengawal kegiatan ini secara bersama–sama dengan harapan dapat memenuhi target Kinerja
Kelembagaan secara kuantitatif maupun kualitatif.
Air limbah adalah kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air
tanah, air permukaan serta buangan lainnya. Salah satu jenis air limbah adalah air limbah rumah tangga yang
merupakan air sisa proses dari kegiatan rumah tangga. Berkaitan dengan pengelolaan air limbah rumah tangga,
maka limbah yang muncul dari rumah tangga dikelompokkan dalam dua bagian. Bagian pertama adalah limbah
yang berasal dari metabolisme tubuh manusia (excreta) berupa air kencing (urine) dan tinja. Kelompok pertama
ini biasa disebut sebagai blackwater. Sedangkan kelompok kedua adalah air limbah yang berasal selain dari
metabolisme tubuh manusia, antara lain berasal dari sisa pencucian pakaian, dapur, dan sisa air mandi. Bagian
kedua ini dikenal sebagai greywater. Air limbah mengandung bahan kimia yang memungkinkan berkembangnya
bakteri dan kuman penyebab penyakit bagi manusia sehingga sebelum dibuang air limbah harus diolah agar
tidak membahayakan kesehatan. Khusus untuk pengolahan limbah tinja, Kota Magelang sudah memiliki IPLT
yang terletak di Kampung Dumpoh Kelurahan Potrobangsan Kecamatan Magelang Utara Kota Magelang.
Sektor lain yang terkait dengan sanitasi adalah sektor sampah. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-
hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat (Undang-Undang No. 18/2008). Dalam undang-
undang persampahan yang baru, terdapat pergeseran paradigma dalam pengelolaan sampah yaitu:
1. Batasi produksi sampah sejak dari sumber.
2. Pilah dan olah sampah di sumber dan/atau di tempat penampungan sementara (TPS) untuk
dimanfaatkan.
3. Kumpulkan dampah dari sumber dan TPS secara terpilah antara sampah organik dan anorganik.
4. Angkut sampah dari sumber dan TPS ke tempat pengolahan, tempat pengolahan sampah terpadu
(TPST), atau tempat pemrosesan akhir (TPA) secara terpilah.
5. Olah sampah di tempat pengolahan dan/atau di TPST untuk dimanfaatkan.
6. Sampah di TPA harus diproses agar aman bagi lingkungan.
Keterbatasan lahan yang dimiliki Kota Magelang menyebabkan TPA yang dimiliki berada di Kabupaten
Magelang yaitu TPA Banyuurip di Kecamatan Tegalrejo Kota Magelang. TPA ini menggunakan sistem semi
sanitary landfill dengan luas .... ha. Di TPA Banyuurip juga sudah dilakukan upaya pengolahan sampah menjadi
pupuk kompos yang dalam pelaksanaannya bekerjasama dengan pihak ketiga.
Sektor terakhir yang berhubungan dengan sanitasi adalah sektor drainase lingkungan. Drainase adalah
lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara natural maupun
dibuat oleh manusia. Drainase penting untuk mengatur dan mengontrol aliran air agar tidak berlebih di suatu
kawasan yang bisa berakibat banjir.
Secara konvensional, hujan yang turun pada suatu wilayah diusahakan secepat mungkin mengalir
melalui saluran-saluran air hujan menuju badan air penerima. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya
genangan di pemukiman atau jalan. Sistem ini sebagian besar berhasil digunakan untuk mengendalikan
terjadinya genangan, tetapi menjadi tidak terkait dengan konservasi air. Konsep penanganan air hujan dengan
memperhatikan konservasi air tanah biasa disebut sebagai konsep drainase berwawasan lingkungan atau
ecodrainage. Dengan konsep ini maka air hujan yang turun diusahakan untuk semaksimal mungkin meresap ke
dalam tanah atau ditampung untuk dimanfaatkan, sedangkan kelebihannya baru dialirkan melalui saluran air
hujan. Upaya peresapan air hujan dapat dilakukan secara alami melalui penyediaan RTH maupun dengan
menggunakan metode peresapan seperti kolam retensi atau embung, sumur resapan air hujan dan biopori.
Walaupun sektor air besih/air minum tidak termasuk di dalam sektor-sektor yang terkait dengan sanitasi, tetapi
sektor air minum dianggap sangat mempengaruhi kondisi sanitasi. Sehingga dalam pembahasannya, air
bersih/air minum menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pembahasan permasalahan sanitasi pada umumnya.
Ruang lingkup wilayah dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi ini adalah seluruh Kota Magelang
dengan luas 1.812 Ha (18,12 Km2) atau sekitar 0.06% dari keseluruhan luas wilayah Provinsi Jawa Tengah,
yang meliputi 3 kecamatan, 17 kelurahan.
1.2.3. Kajian Visi Misi RPJMD Kota Magelang tahun 2011 - 2015
Visi Pembangunan Kota Magelang Tahun 2011 – 2015 yang terdapat dalam RPJMD Kota Magelang
Tahun 2011 – 2015 yaitu Terwujudnya Kota Magelang sebagai Kota Jasa yang Maju, Profesional, Sejahtera,
Mandiri dan Berkeadilan. Kota Magelang yang lebih maju akan dicapai melalui upaya yang difokuskan pada
peningkatan derajat kesehatan, pengembangan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia yang cerdas,
terampil, kreatif, inovatif dan memiliki etos kerja yang tinggi. Pengembangan kualitas SDM Pemerintah yang
kompeten yakni menguasai bidang tugas dan fungsi masing – masing, memiliki integritas yang tinggi, senantiasa
bersikap independen dan obyektif, serta berorientasi kepada penciptaan hal – hal baru (inovatif) yang dapat
memberikan nilai tambah bagi kemajuan daerah.
Terkait dengan PPSP dapat dilihat pada misi ke empat pembangunan Kota Magelang Tahun 2011 –
2015 yang terdapat dalam RPJMD Kota Magelang Tahun 2011 – 2015 yaitu meningkatkan pembangunan
pelayanan perkotaan dengan pengembangan budaya daerah disertai dengan peningkatan peran serta dan
pemberdayaan masyarakat dengan mengedepankan aspek kemandirian.
Makna dari misi ke empat ini adalah membangun sarana dan prasarana perkotaan yang memadai
dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat perkotaan, baik dibidang infrastruktur, permukiman,
perdagangan, sarana perhubungan darat, sarana rekreasi dan olah raga, pendidikan, kesehatan, dan bidang -
bidang potensial lainnya. Hal ini diimbangi dengan perhatian besar terhadap kelestarian lingkungan dan budaya.
Oleh karena itu pelaksanaan dari misi ke empat ini akan dititik beratkan pada sebelas urusan pemerintahan
yakni : Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat, Penataan Ruang, Lingkungan Hidup, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Komunikasi dan Informatika, Pertanahan, …dst.
. Dengan adanya zona sanitasi akan muncul kebijakan serta prioritas dalam penanganan kegiatan
pengembangan strategi sanitasi skala kota yang didalamnya mencakup strategi sanitasi, rencana tindak dan
anggaran perbaikan maupun peningkatan sanitasi di Kota Magelang. Pada masa mendatang penerapan strategi
serta pelaksanaanya dilakukan dengan rencana tindak atau aksi dilapangan. Kemitraan dari berbagai pihak, baik
masyarakat (NGO dan NGS lokal), level kota maupun nasional sangat diperlukan dalam fase ini. Sanitasi di
Indonesia memerlukan perhatian khusus, sehingga peningkatan kepedulian dan penggalakan hidup bersih dan
sehat untuk merubah kebiasaan buruk masyarakat dalam bidang sanitasi tidak terlepas dari program ini.
Kegiatan-kegiatan studi pasar untuk mengetahui permintaan juga dilakukan. Monitoring dan evaluasi tidak bisa
ditinggalkan dalam implementasi program sehingga strategi monitoring dan evaluasi yang tepat perlu diolah
dengan matang. Manfaat pengalaman nasional dalam kerangka pemberdayaan nasional adalah: memperdalam
pengkajian sektor sanitasi, mengembangkan kapasitas pembuat kebijakan dan stakeholders, memperkuat
kebijakan dan kerangka peraturan, mengembangkan kerangka kelembagaan pada tingkat nasional,
mengembangkan dan menyebarluaskan strategi atau rencana tindak serta pedoman bagi pemerintah daerah.
.4. METODOLOGI
Untuk lebih memahami proses dan kegiatan penyusunan Buku Putih secara menyeluruh, akan disajikan
beberapa hal penting yang berkaitan dengan aspek metodologi yang digunakan dalam penulisan ini.
1. Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data
Data yang diperlukan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi ini secara umum meliputi data primer
dan data sekunder.
a. Data Primer, adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Pada kegiatan ini data
primer pada dasarnya dikumpulkan untuk mendukung data sekunder dengan melakukan
beberapa survey terkait dengan pengelolaan sanitasi seperti: Enviromental Health Risk
Assesment (EHRA), Survey peran media dalam perencanaan sanitasi, survey kelembagaan,
survey keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi, survay keuangan, survay priority
setting area beresiko serta survey peran serta masyarakat dan gender.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui:
Teknik wawancara dengan narasumber yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan
dengan tugas dinas/ kantor terkait untuk klarifikasi data-data, pihak swasta, masyarakat
sipil, dan tokoh masyarakat.
Teknik angket dengan alat kuesioner
Observasi, dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap obyek yang
diteliti.
b. Data Sekunder, adalah data data yang diperoleh dari instansi terkait dalam kegiatan. Teknik
pengumpulan data sekunder dengan studi dokumenter yaitu mempelajari arsip dan
dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing-masing dinas/ kantor terkait, baik
langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan,
foto dan peta.
2. Pengumpulan Data
Proses seleksi dan kompilasi data sekunder berada dalam tahap ini. Teknik kajian dokumen
dipergunakan tim untuk mengkaji data. Banyak dokumen kegiatan program yang mampu
memberikan informasi mengenai apa yang terjadi di masa lampau yang erat kaitannya dengan
kondisi yang terjadi pada masa kini.
Undang-Undang
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Antar Pemerintah Pusat dan Daerah.
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005-2025
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran
Air
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Peraturan Presiden Republik Indonesia
1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panang Menengah Nasional (RPJM) Tahun 2004-2009
Keputusan Presiden Republik Indonesia
1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan.
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan
Sumber Daya Air.
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan
Sumber Daya Air
Keputusan Menteri
1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program
Kali Bersih.
2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis
Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan AMDAL
3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu
air Limbah Domestik.
Keputusan Menteri
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang
Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).
Petunjuk Teknis
1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan Perumahan.
2. Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah
Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi
Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah.
3. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.72 Pet B judul Petunjuk Teknis Pembuatan Sumur Resapan.
4. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidran Dalam
Penyediaan Air Bersih.
5. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Pengomposan Sampah Organik
Skala Lingkungan.
6. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Instalasi Pengolahan
Air Sistem Berpindah – pindah (Mobile) Kapasitas 0.5 Liter/detik.
7. Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan
Drainase Perkotaan.
8. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Pedoman Teknis Tata Cara Sistem Penyediaan
Air Bersih Komersil Untuk Permukiman.
9. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara Pengoperasian Dan
Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus.
10. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis Saluran Irigasi.
11. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK
3. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 17 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Umum.
4. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) Kota Magelang Tahun 2005 – 2025.
5. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Urusan Pemerintah yang Menjadi
Kewenangan Pemerintah Daerah Kota Magelang.
6. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Susunan, Kedudukan dan Tugas
Pokok Organisasi Sekretariat Daerah Dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
Magelang.
7. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Susunan, Kedudukan dan Tugas
Pokok Organisasi Dinas Daerah.
8. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Susunan, Kedudukan dan Tugas
Pokok Organisasi Lembaga Teknis Daerah, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Satuan
Polisi Pamong Praja.
9. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Susunan, Kedudukan dan Tugas
Pokok Organisasi Kecamatan Dan Kelurahan.
10. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Kebersihan.
11. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 8 Tahun 1998 Tentang Pelayanan Penyedotan Kakus.