Anda di halaman 1dari 19

K E L O M P O K 4

S A E F U L M . H
I R M A H A N D A Y A N I
N U R U L I N D A P R A T I W I
L I A N B . K A R I M
A N D I M U H . A R I E Y U S U F
REKL AMASI ADAL AH KEGIATAN YANG
DILAKUKAN OLEH ORANG DALAM
RANGK A MENINGK ATK AN MANFA AT
SUMBER DAYA L AHAN DITINJAU
DARI SUDUT LINGKUNGAN DAN
SOSIAL EKONOMI DENGAN CARA
PENGURUGAN, PENGERINGAN LAHAN
ATAU DRAINASE
(UU NO 27 THN 2007).
TENTANG PULAU SERANGAN
Pulau Serangan adalah sebuah pulau indah di pantai selatan Sanur. Pulau dengan luas 73 hektare ini
sejauh 250 meter dari pantai sebelah tenggara pulau bali dan berbatasan dengan proyek reklamasi
Teluk Benoa saat ini, pulau ini dihuni oleh sekitar 3.848 jiwa.
Pulau Serangan merupakan proyek reklamasi pertama di Bali tahun 1990-an yang berlokasi di
tenggara Bali, setelah dilakukan reklamasi luas Pulau Serangan mencapai empat kali lipat dari luas
sebelumnya. Reklamasi tersebut mengubah drastis lanskap pulau dan kehidupan penduduk
Serangan.
Perencanaan awal reklamasi ini dilakukan
dengan tujuan meningkatkan manfaat sumber
TUJUAN
daya lahan utamanya untuk meningkatkan
ekonomi masyarakat dan pemerintah daerah
DILAKUKAN
dengan cara membangun fasilitas megawisata REKLAMASI
seperti tempat rekreasi air, hotel berbintang,
marina dan terminal yatch, beachclubhouse, PULAU
lapangan golf, villa, resort, lagoon dan fasilitas
megah lainnya. SERANGAN
Sasaran proyek reklamasi pulau Serangan
adalah menyelamatkan kondisi fisik Pulau
Serangan dari kerusakan lebih parah,
peningkatan sosial ekonomi penduduk,
pelestarian peninggalan budaya dan
peningkatan apresiasi budaya warga Serangan.
TAHAPAN-TAHAPAN REKLAMASI PULAU SERANGAN

TAHAP
KONSTRUKSI
TAHAP PRA-KONSTRUKSI
Pada awal tahun 90-an, kelompok investor mau membangun resort, yang
bernama Bali Turtle Island Development (BTID). BTID mengadakan penelitian ke
lapangan beserta konsultan lingkungan Lembaga Penelitian Universitas Udayana (Unud)
dari bulan April hingga Juli 1995 untuk Amdal sesuai PP No. 51 Tahun 1993 Tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Pedoman Pelaksanaannya. Sebelum itu,
konsultan dari Australia menulis laporan Feasibility Study yang menilai proyek BTID
rumit dan ambisius, dan menguraikan pembatas yang mungkin akan terjadi yang perlu
diputuskan dengan kajian lebih lanjut. Akan tetapi, dalam Amdal BTID, rekomendasi ini
tidak dilakukan. Dan pembebasan tanah masyarakat tetap dilaksanakan.
Saat pra-konstruksi yaitu dilakukannya sosialisasi, dan penduduk Serangan
dijanjikan bahwa kehidupan mereka akan sejahtera dengan adanya proyek, dengan
kesempatan pekerjaan baru, dan fasilitas desa lengkap. Akibat sosialasi itu dengan janji
yang akan menguntungkan masyarakat Serangan, pada dasarnya mereka setuju dengan
proyek tersebut.
TAHAP PRA-KONSTRUKSI
Pada awal tahun 90-an, kelompok investor mau membangun resort, yang
bernama Bali Turtle Island Development (BTID). BTID mengadakan penelitian ke
lapangan beserta konsultan lingkungan Lembaga Penelitian Universitas Udayana (Unud)
dari bulan April hingga Juli 1995 untuk Amdal sesuai PP No. 51 Tahun 1993 Tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Pedoman Pelaksanaannya. Sebelum itu,
konsultan dari Australia menulis laporan Feasibility Study yang menilai proyek BTID
rumit dan ambisius, dan menguraikan pembatas yang mungkin akan terjadi yang perlu
diputuskan dengan kajian lebih lanjut. Akan tetapi, dalam Amdal BTID, rekomendasi ini
tidak dilakukan. Dan pembebasan tanah masyarakat tetap dilaksanakan.
Saat pra-konstruksi yaitu dilakukannya sosialisasi, dan penduduk Serangan
dijanjikan bahwa kehidupan mereka akan sejahtera dengan adanya proyek, dengan
kesempatan pekerjaan baru, dan fasilitas desa lengkap. Akibat sosialasi itu dengan janji
yang akan menguntungkan masyarakat Serangan, pada dasarnya mereka setuju dengan
proyek tersebut.
TAHAP KONSTRUKSI
Pengerukan dan penimbunan mulai dilakukan untuk menambah
luasan lahan Serangan hampir 4 kali lipat. Pada tahun 1995 dimulai lah
reklamasi dengan menggunakan system urugan, yaitu sistem reklamasi
dengan jalan mengurug lahan yang akan direklamasi kemudian diikuti
dengan langkah-langkah perlindungan dari sistem perbaikan tanahnya
( tanah urug reklamasi ).
Di dukung dengan berbagai jenis alat-alat besar seperti alat
penggalian tanah, alat pengambilan dan pengeruk tanah, alat-alat
transport, perlengkapan penebaran bahan-bahan tanah urug, alat
perlengkapan pemadatan tanah, dan lain-lain. Dengan material yang
digunakan adalah batu kapur dan pasir laut.
TAHAP KONSTRUKSI
Namun, dengan adanya proyek BTID menimbulkan
permasalahan bagi lingkungan dan masyarakat Pulau Serangan.
Permasalahan utama merupakan kehilangan mata pencaharian untuk
masyarakat akibat kerusakan lingkungan dan penimbunan yang
dilakukan BTID.
Ternyata Feasibility Study merekomendasi bahwa rencana
reklamasi yang berdampak pada terumbu karang dan padang rumput
laut di bagian selatan Pulau Serangan (yang disebut luar biasa di Bali
karena dalam keadaan yang relatif asli) seharusnya dipindahkan supaya
habitat ini tidak hilang. Namun, penimbunan masih terjadi di tempat
itu, dan merusak habitat itu.
REKLAMASI PULAU
SERANGAN BERHENTI
S A M PA I D I TA H A PA N
KONSTRUKSI 60%
SAJA!
Proyek BTID terpaksa berhenti
karena kondisi politik serta kesulitan dana
akibat krisis moneter pada tahun 1998, BERHENTINYA
dengan mencapai 60% dari rencana
pengerukan dan reklamasi. Sampai REKLAMASI
sekarang, tidak ada investor baru, dan lahan PULAU
BTID kosong.
Namun, permasalahan lingkungan SERANGAN
dan bagi masyarakat Serangan terus terjadi
dan semakin diperparah lagi dengan posisi
reklamasi Pulau Serangan yang berada di
tepi laut bebas. Akibatnya pasti ada abrasi
dan endapan.
Kerusakan Terumbu Karang
Dengan adanya reklamasi di Pulau Serangan
para penduduk sekitar yang dulu berprofesi sebagai
nelayan mulai kesulitan untuk mendapatkan ikan
sehingga banyak yang beralih profesi menjadi
penggali terumbu karang sehingga terumbu karang
yang dulu banyak terdapat di perairan pulau serangan
perlahan mulai rusak, hal ini juga diperparah oleh DAMPAK NEGATIF
pengerukan oleh PT. BTID dimana pada diperkirakan
60 % dari 10 hektar terumbu karang di sekitar lokasi
proyek rusak berat. Di luar area pengerukan
ditemukan terumbu karang yang berlubang-lubang.
Kerusakan itu ditemukan di sisi utara dan sisi selatan
pulau serangan. Akibat dari rusaknya termbu karang
ini adalah mulai hilangnya jenis ikan yang langka
seperti ikan Bali Stoides, padahal ikan ini hanya dapat
ditemukan di perairan Pulau Serangan.
Adanya Endapan lumpur
Pengerukan yang dilakukan oleh PT.
BTID dengan kedalaman lebih dari 40 meter
dengan lebar 15 m dengan bentuk menyerupai
kanal di dasar laut memanjang dari sisi timur
laut serangan hingga ke arah barat lalu
membelok ke arah selatan, akibat dari DAMPAK NEGATIF
pengerukan ini adalah timbulnya endapan
lumpur dengan tebak kurang lebih 1 m di
beberapa tempat. Persoalan ini merembet ke
Pelabuhan Benoa yang terletak di sisi barat
daya dari pulau serangan. Beberapa jalur keluar
masuk kapal dari pelabuhan ditemukan
pendangkalan akibat endapan lumpur.
Reklamasi Mengubah Arus Laut
Dampak yang paling kuat adalah terjadinya perubahan arus
laut, yang mengakibatkan pengikisan di satu sisi dan munculnya daratan
baru di tempat lain. Sebelum dilakukan reklamasi, arus laut perairan
Sanur dan Nusa Dua berjalan normal. Dari selatan arus laut dari kawasan
Nusa Dua (disebut arus Benoa) yang cukup kuat dipecah, akhirnya
dijinakkan oleh gabungan arus dari timur laut kawasan perairan Sanur
(disebut arus serangan)dan arus dari utara (disebut arus Sanur).
Oleh karena adanya reklamasi yang menghalangi arus laut
maka arus serangan dan arus sanur akan bertumpuk menjadi satu dan
begitu terhambat daratan maka arus akan berbelok ke arah utara dan DAMPAK NEGATIF
menerjang pantai Sanur. Hantaman pertama mengenai pantai Semawang.
Hasil pantauan SKPPLH di Sanur, pantai yang rata-rata mengalami erosi
satu meter per 10 tahun, kini tidak memerlukan waktu setahun untuk
mengalami erosi lebih dari tujuh meter. Selain itu, terjadi kekuatan arus
yang sangat kencang. Rata-rata arus laut 23 knot. Padahal normalnya 0,5
knot saja. Kekuatan itu sangat dahsyat, terutama pada musim angina
tenggara antara April dan Agustus.
Satu-satunya dampak positif
dari reklamasi Pulau Serangan
adalah akses yang lebih mudah
setelah adanya jembatan
pascareklamasi yang
menghubungkan antara daratan Bali DAMPAK POSITIF
dan Pulau Serangan.
KEADAAN PULAU SERANGAN SEKARANG
Sekarang, kebanyakan lahan Pulau Serangan kosong. BTID menunggu investor, dan
masyarakat menunggu BTID. Solusi harus ditemui supaya permasalahan lingkungan, sosial, dan
ekonomi yang diakibatkan proyek BTID bisa dihentikan. Berbagai solusi telah diajukan, tetapi pada
dasarnya pihak BTID, yang dulunya menjanjikan kesejahteraan bagi masyarakat Serangan,
seharusnya bertanggungjawab kalau proyeknya dilanjutkan atau tidak dilanjutkan, karena
bagaimanapun pihak BTID yang menyebabkan masyarakat kesusahan didalam memenuhi
kebutuhan hidup. Masyarakat Serangan harus diperankan dulu. Sebenarnya, warga Serangan masih
menginginkan proyek BTID bisa dilanjutkan pada pulaunya, dengan harapan proyek itu akan
memberi keuntungan dan kesejahteraan.

Anda mungkin juga menyukai