Anda di halaman 1dari 5

Nama : Refaldi Prayitno

NPM :1606881613

Mata Kuliah: Teknik Penulisan dan Presentasi

Kerangka Penulisan Esai

Topik: Reklamasi Teluk Jakarta, Menguntungkan atau Merugikan?

- Pendahuluan
• Latar belakang terjadinya reklamasi teluk jakarta.
• Prepotition: posisi penulis netral tidak memihak pro atau kontra.
- Badan Esai
• Pro 1
Keterbatasan lahan, tingginya permintaan untuk lahan di Jakarta. Data-
penunjang: Data luas lahan tersedia di Jakarta Utara, data populasi penduduk
Jakarta, tingkat pertumbuhan penduduk, tingkat pertumbuhan ekonomi di
Jakarta, arus urbanisasi.
• Pro 2
Meningkatkan ekonomi dalam skala lokal dan nasional. Menjadi daya tarik
wisatawan.
• Kontra 1
Menghabiskan biaya yang sangat besar. Makin besar kesenjangan sosial.
Reklamasi hanya akan dikuasai pihak-pihak tertentu.
• Kontra 2
Dampak terhadap lingkungan. Rusaknya terumbu karang. Ikan-ikan di Teluk
Jakarta terancam.
- Kesimpulan
Merangkum isi paragraf dan badan esai.
Reklamasi Teluk Jakarta Menguntungkan atau Merugikan ?

Reklamasi Teluk Jakarta yang pernah dicanangkan oleh Pemerintah DKI


Jakarta kini sudah dibuka. Reklamasi Pantai Utara Jakarta bertujuan untuk menata
kembali kawasan Pantura dengan cara membangun kawasan pantai dan menjadikan
Jakarta sebagai kota pantai (waterfront city). Reklamasi pantai utara akan menimbun
laut Teluk Jakarta seluas 2.700 ha. Proyek ini sebenarnya sudah mulai direncanakan
pada tahun 2003 tetapi tertunda lantaran banyak terjadi pro-kontra. Pada tahun 2015
pembangunan di Teluk Jakarta mulai bergerak dengan dikeluarkannya izin reklamasi
Pulau G, Pulau F, Pulau I, dan Pulau K. Pada tahun 2018, izin pembangunan 13 pulau
reklamasi dicabut. Akan tetapi reklamasi tetap berlanjut di tiga pulau, karena sudah
dibangun. Ketiga pulau tersebut adalah pulau C, D, dan G.
Tujuan diadakannya proyek reklamasi pantai adalah guna mengatasi
kelangkaan lahan di kota metropolitan ini, selain itu upaya ini juga dimaksudkan
untuk mengembangkan wilayah Jakarta Utara yang relatif tertinggal
perkembangannya dibandingkan dengan wilayah jakarta yang lainnya. Saat ini luas
dari Kota Madya Jakarta Utara sebesar 146,66 km2 (BPS Jakarta Utara, 2014).
Sedangkan jumlah penduduk wilayah Jakarta Utara sebanyak 1,84 juta penduduk,
kepadatan penduduk Jakarta Utara sebesar 12755,6 jiwa/km2. Pertumbuhan
penduduk DKI Jakarta selama satu dekade berkisar 0,92%, yang artinya ada 88 ribu
penduduk baru di DKI Jakarta. Terlebih lagi jumlah pendatang dari luar DKI Jakarta
yang datang setiap tahunnya, tercatat pada 2019 ada 37.433 pendatang ke Jakarta,
jumlah ini lebih kecil jika dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kemudian tingkat
pertumbuhan ekonomi Jakarta meningkat 2,43 % pada tahun 2021 (Kompas, 2021).
Hal ini membuat permintaan lahan di Jakarta tiap tahun makin meningkat.
Pemerintahan DKI Jakarta ini tidak punya pilihan lain dalam mengembangkan
wilayah pesisir pantainya. Untuk mengembangkan pantai ke arah timur sudah
terbentur dengan lahan pertanian beririgasi teknis yang tidak boleh dirubah fungsinya.
Sementara jika perluasan dilakukan ke arah selatan amatlah terbatas, karena kawasan
ini merupakan daerah resapan air.
Kawasan pantai utara Jakarta diharapkan nantinya akan menjadi daerah yang
kompetitif dalam upaya mengatasi era perdagangan dan investasi bebas. Dalam
rancangannya proyek ini diperkirakan akan mengambil lebar dari bibir pantai ke arah
laut sejauh 1,5 Km dan kedalaman maksimal delapan meter serta akan terbentang
sepanjang 32 Km. Proyek ini membutuhkan tanah sekitar 200 hingga 335 juta meter
kubik yang digunakan untuk membuat lahan olahan seluas 2.700 hektar. Dalam lahan
seluas ini rencananya akan digunakan untuk pembangunan kegiatan industri, juga
untuk fasilitas kegiatan pariwisata, bisnis, perkantoran, sarana transportasi, dan
perumahan penduduk untuk 750.000 jiwa. Hal ini tentu menjadi solusi dari masalah
keterbatasan lahan di Jakarta khususnya Jakarta Utara. Terlebih lagi membuka
banyak lapangan kerja bagi penduduk Jakarta dan sekitarnya. Secara ekonomi, maka
pertumbuhan ekonomi akan berkembang pesat. Bahkan bukan hanya di Jakarta dan
sekitarnya tapi ekonomi nasional. Pulau reklamasi akan menjadi daya tarik bagi turis
mancanegara dan membuat bangsa Indonesia semakin disegani oleh mancanegara.
Dilihat dari segi bisnis dan perkembangan wilayah, memang proyek ini sesaat
terkesan begitu baik dan mengiurkan para investor. Tapi banyak hal lain yang perlu
diperhatikan. Hal lain yang harus diperhatikan adalah akan hilangnya mata pencarian
ribuan pembudidaya ikan yang memanfaatkan Teluk Jakarta selama ini. Pemda DKI
tidak pernah mengkaji secara mendalam aspek sosial dan penggusuran secara besar-
besaran terhadap penduduk setempat yang selama ini menjadi bagian dari lingkungan
dan turut menjaga dan melestarikannya, tetapi diusir dan belum jelas akan
dikemanakan nantinya dan akan bekerja apa. Sedangkan keahlian mayoritas
penduduk di kawasan itu adalah budidaya dan menangkap ikan. Kemudian jika pula
reklamasi telah dibangun, maka pertanyaan yang timbul untuk siapa pulau itu? Pulau
tersebut tentunya akan jadi milik pengembang yang sudah diberi izin untuk
mengelola. Tentunya itu akan menjadi milik pihak-pihak tertentu. Harga lahannya
pun belum dipastikan cukup untuk rakyat kaum menengah kebawah yang menjadi
mayoritas. Hal ini tentu menjadi pertimbangan, apakah proyek reklamasi Teluk
Jakarta untuk keperluan rakyat atau hanya menjadi keuntungan pihak tertentu,
Dari aspek lingkungan hidup akan terlihat betapa proyek ini banyak memuat
masalah yang kompleks. Dalam rancangannya, terkesan bahwa pemerintah sama
sekali tidak memperhatikan kerusakan ekosistem yang akan terjadi, seperti
mangrove, terumbu karang, ikan , dan ekosistem laut yang akan hilang dan terusir
dari kawasan ini. Hal ini terbukti dengan hilangnya cagar alam muara angke yang
berfungsi untuk menangkal abrasi dan lainnya. Selain itu, jika kita melihat kegiatan
pengurukan, kemungkinan terbesar yang akan terjadi adalah abrasi dikawasan yang
akan diambil pasirnya. Contoh paling nyata adalah pulau nipah di Batam, yang nyaris
tenggelam akibat pengerukan pasir laut oleh pengusaha untuk mereklamasi
Singapura. Reklamasi bandara Soekarno Hatta yang menggunakan pasir laut dari
perairan Indramayu, dampaknya berupa abrasi yang tidak terelakkan di pesisir
sepanjang Eretan. Bahkan kini telah mendekati jalan raya Pantura. Lainnya, kasus
reklamasi Pantai Indah Kapuk, Jakarta, yang telah terbukti mendatangkan banjir bagi
penduduk setempat, apalagi jika pengurukan tersebut dilakukan dalam skala besar.
Pada tahun 2003, Menteri Lingkungan Hidup mengeluarkan Surat Keputusan No. 14
Tahun 2003 tentang Ketidaklayakan Rencana Kegiatan Reklamasi dan Revitalisasi
Pantai Utara Jakarta pada 19 Februari 2003 (Syalaby, 2016). Dalam keputusan
tersebut dinyatakan bahwa hasil studi AMDAL menunjukkan kegiatan reklamasi
akan menimbulkan berbagai dampak lingkungan. Sejak awal ide reklamasi pantai
utara Jakarta tahun 1995, telah mengundang berbagai kecaman dari berbagai pihak.
Para aktivis lingkungan hidup seperti WALHI Jakarta, ICEL, LP3ES, LBH Jakarta,
dan dari berbagai Akademisi berbagai universitas antara lain : ITB, Trisakti, IPB, dan
lain- lain turut menentang proyek ini. (Aditya, 2009)
Reklamasi Teluk Jakarta Utara bertujuan menata kembali kawasan Pantura
dengan cara membangun kawasan pantai dan menjadikan Jakarta sebagai kota pantai
(waterfront city). Tujuan lain diadakannya proyek reklamasi pantai adalah guna
mengatasi kelangkaan lahan di kota metropolitan ini. Setiap tahun pertumbuhan
penduduk di DKI Jakarta dan sekitarnya selalu naik, sedangkan lahan yang tersedia
semakin menipis. Maka Pemerintahan DKI Jakarta ini tidak punya pilihan lain dalam
mengembangkan wilayah pesisir pantainya. Kawasan pantai utara Jakarta diharapkan
nantinya akan menjadi daerah yang kompetitif dalam upaya mengatasi era
perdagangan dan investasi bebas. Secara ekonomi, maka pertumbuhan ekonomi akan
berkembang pesat. Bahkan bukan hanya di Jakarta dan sekitarnya tapi ekonomi
nasional. Dilihat dari segi bisnis dan perkembangan wilayah, memang proyek ini
sesaat terkesan begitu baik dan mengiurkan para investor. Tapi banyak hal lain yang
perlu diperhatikan. Hal yang perlu diperhatikan adalah lingkungan dan sosial
masyarakat. Aspek sosial dan penggusuran secara besar- besaran terhadap penduduk
setempat yang selama ini menjadi bagian dari lingkungan dan turut menjaga dan
melestarikannya, tetapi diusir dan belum jelas akan dikemanakan nantinya dan akan
bekerja apa. Dari aspek lingkungan hidup akan terlihat betapa proyek ini banyak
memuat masalah yang kompleks. Dalam rancangannya, terkesan bahwa pemerintah
sama sekali tidak memperhatikan kerusakan ekosistem yang akan terjadi, seperti
mangrove, terumbu karang, ikan , dan ekosistem laut yang akan hilang dan terusir
dari kawasan ini. Maka dari itu apakah proyek Reklamasi Teluk Jakarta
menguntungkan atau justru merugikan?

Daftar Pustaka
Aditya, P. (2009). Essay Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Oceanography.

BPS Jakarta Utara. (2014). Retrieved from jakutkota.bps.go.id.

Kompas. (2021). Retrieved from Kompas.com.

Syalaby, A. (2016). Retrieved from republika.co.id.

Anda mungkin juga menyukai