com/2010/01/06/jakarta-waterfront-city/
oleh
Dameria Panjaitan, Rahmat Yananda, Adipati Rahmat
Jakarta Waterfront City, pada dasarnya merupakan pembangunan
pantai terpadu yang meliputi pembenahan, penataan dan
pembangunan pantai, sebagai proses menangani masalah
perkotaan yang jauh lebih besar. Seperti, penataan permukiman
dipesisir pantai, penanganan masalah sampah, regulasi masalah
pembuangan limbah serta masalah sosial yang menyangkut kondisi
nelayan dan kondisi kesehatan masyarakat di sekitar pantai.
Sebagai kota pesisir yang merupakan kawasan strategis, Jakarta
Utara perlu dikembangkan sebagai Jakarta Waterfront City yang
mempunyai tujuan utama merevitalisasi, memperbaiki kehidupan
masyarakat pantai, termasuk nelayannya. Pantai juga ditata
kembali bagi kesejahteraan masyarakat, dengan memberdayakan
keunggulan ekonomis dari pantai tersebut, seperti pariwisata,
industri, pelabuhan, pantai untuk publik dan juga perumahan.
1. PENDAHULUAN
1.1. Paradigma Pembangunan
1 of 15 4/10/2020, 1:15 PM
Jakarta Waterfront City | https://adipatirahmat.wordpress.com/2010/01/06/jakarta-waterfront-city/
Tak terhindarkan, bahwa orientasi pembangunan di Indonesia jauh
lebih lebih dititikberatkan pada potensi alam di daratan (landward
oriented development), sementara pembangunan berbasis kelautan
(seaward oriented development) jauh dari nilai optimal. Jika kita
berpegangan kepada faktor sejarah, budaya maritim dan proporsi
luasan darat –laut Indonesia, seharusnya, pembangunan kita lebih
ditumpukan pada pembangunan yang berbasis kelautan.
[1]
Namun sebagaimana yang disampaikan oleh Adisasmita (2008),
bahwa pendekatan pembangunan berbasis daratan dan lautan
tidak perlu dipertentangkan. Sebaliknya, keduanya harus
dilakukan secara simultan. Simultan dalam pengertian ini berarti
serentak dan serempak. Keduanya, landward dan seaward harus
bersinergi satu sama lain.
Paper ini merupakan upaya penggalian pra resolusi atas ancaman
kenaikan muka air laut bagi kawasan perkotaan di Indonesia,
khususnya Kotamadya Jakarta Utara sebagai kawasan pesisir
dengan nilai ekonomi (baik secara potensi maupun ketersediaan
infrastruktur) yang terbesar di Indonesia.
1.2. Kota Jakarta Utara
2 of 15 4/10/2020, 1:15 PM
Jakarta Waterfront City | https://adipatirahmat.wordpress.com/2010/01/06/jakarta-waterfront-city/
Berdasarkan Tabel dibawah ini, dapat diketahui bahwa dari jumlah
penduduknya, jumlah terbesar berada pada Kecamatan Tanjung
Priok sebesar 312.349 jiwa, dan jumlah penduduk terendah ada di
Kecamatan Kelapa Gading sebesar 107.557 jiwa.
Tanpa perlu diancam oleh kenaikan muka air laut pada Tahun 2050
nantipun, pada dasarnya jumlah penduduk di Kota Jakarta Utara
secara signifikan terus mengalami penurunan. Tingkat
pertumbuhan negatif ini secara logis diakibatkan oleh semakin
tidak kondusifnya Kota Jakarta Utara sebagai tempat tinggal,
dikarenakan biaya hidup yang semakin tinggi, NJOP lahan yang
meroket, polusi udara, air dan suara yang melebihi batas hingga
minimnya sarana dan prasarana umum karena telah
bertransformasi menjadi kawasan bisnis terpadu.
3 of 15 4/10/2020, 1:15 PM
Jakarta Waterfront City | https://adipatirahmat.wordpress.com/2010/01/06/jakarta-waterfront-city/
pada Tahun 2007‐2008, terjadi penurunan 17 hingga 26 sentimeter
per tahun.
1.3. Ancaman Kenaikan Muka Air Laut
Dampak lain yang menimpa ekosistem pesisir bisa disebabkan oleh
naiknya permukaan air atau naiknya temperatur permukaan air,
seperti memicu terjadinya coral bleaching dan coral desease,
terganggunya habitat mangrove dan ekologi rumput laut dan
ganggang (Windriani, 2009:12).
Dampak lain yang timbul akibat naiknya permukaan laut adalah
mundurnya garis pantai. Tidak hanya pantai utara Jawa, garis
pantai utara dari Propinsi Jawa Tengah sampai Propinsi Banten
juga akan berpotensi mengalami kemunduran. Jika di Marunda
diperkirakan garis pantai akan mundur sejauh 32,05 meter, maka di
pantai Bedono Kabupaten Demak kemundurannya mencapai
hingga 175,60 meter (Windriani, 2009:22‐23).
1.4. Integrated Coastal Zone Management dan Waterfront City
Antin menjelaskan bahwa pendekatan ICM satu kota menghadapi
masalah kenaikan permukaan air laut bekerja sama dengan kota‐
4 of 15 4/10/2020, 1:15 PM
Jakarta Waterfront City | https://adipatirahmat.wordpress.com/2010/01/06/jakarta-waterfront-city/
2. STUDI LITERATUR
2.1. Integrated Coastal Zone Management (ICZM)
Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change IPCC (2004)
dalam Dahuri (1996)[6], pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu
(Integrated Coastal Zone Management) merupakan cabang ilmu baru
bukan saja di Indonesia, namun juga ditingkat dunia. Dahuri
mengatakan bahwa pengelolaan zona pantai terpadu (ICZM)
adalah sebuah proses untuk pengelolaan pantai menggunakan
pendekatan terpadu, mengenai semua aspek dari zona pantai,
termasuk batas geografis dan politik, dalam usaha untuk mencapai
pengelolaan sumberdaya yang keberlanjutan.
Konsep ini mulai diperkenalkan pada tahun 1992 selama KTT Bumi
Rio de Janeiro[7]. Kebijakan tentang ICZM diatur dalam
persidangan dari puncak dalam Agenda 21, Bab 17. Komisi Eropa
mendefinisikan ICZM sebagai berikut: ICZM adalah dinamis,
multidisiplin dan proses berulang‐ulang untuk mempromosikan
pengelolaan berkelanjutan wilayah pesisir. ICZM meliputi
perencanaan (dalam arti luas), pengambilan keputusan,
pengelolaan dan pemantauan pelaksanaan. ICZM menggunakan
partisipasi dan kerjasama dari semua stakeholder untuk menilai
tujuan‐tujuan masyarakat dalam suatu wilayah pesisir, dan untuk
mengambil tindakan terhadap tujuan‐tujuan pertemuan ini. ICZM
mencari, selama jangka panjang, untuk keseimbangan lingkungan,
ekonomi, sosial, budaya dan tujuan rekreasi, semua dalam batas‐
batas yang ditentukan oleh dinamika alam.
Konsep ‘Terpadu’ di bagan diatas mengacu pada tujuan integrasi
dari komponen darat dan laut dari wilayah pesisir, baik dalam
waktu dan ruang. Dengan demikian ICZM dapat sangat
bermanfaat bagi pembangunan perkotaan: memfasilitasi alokasi
sumber daya; merencanakan resolusi konflik; memberikan
perlindungan lingkungan hingga meningkatkan kualitas hidup
manfaat ekonomi.
5 of 15 4/10/2020, 1:15 PM
Jakarta Waterfront City | https://adipatirahmat.wordpress.com/2010/01/06/jakarta-waterfront-city/
2.2. Waterfront City
Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau‐pulau Kecil dalam Pedoman
[9]
Kota Pesisir (2006) mengemukakan bahwa Kota Pesisir atau
Waterfront City merupakan suatu kawasan yang terletak berbatasan
dengan air dan menghadap langsung ke laut, sungai, danau dan
sejenisnya. Wilayah waterfront tersebut terletak dalam satu kota
yang pada mulanya dapat diartikan sebagai simpul akhir untuk
tempat penyimpanan sementara serta bongkar‐muat produk yang
diperdagangkan sebelum dikirim kewilayah lain, dengan kata lain
biasa disebut sebagai daerah dermaga atau Dockland.
2.2.1. Karakteristik Kota Pesisir
Secara sosial, potensi jumlah penduduk kota pesisir sangat besar
dan dapat dikatakan bahwa wilayah ini merupakan cikal bakal
perkembangan urbanisasi Indonesia pada masa yang akan datang.
Dengan mata pencaharian dalam sektor marjinal seperti buruh
pelabuhan, nelayan kecil, industri perikanan rumah tangga dan
lain‐lain, maka tingkat penghasilan dan kesejahteraan
masyarakatnya masih sangat rendah. Disamping itu dengan tingkat
pendidikan yang belum memadai maka makin membuat sulit
untuk berkembang.
2.2.2. Waterfront City di Indonesia
Secara administratif kondisi kota pesisir pada era otonomi daerah,
menunjukkan bahwa ada kecenderungan masing‐masing daerah
otonom memiliki kewenangan yang lebih luas dalam pengelolaan
dan pemanfaatan wilayahnya. Kondisi ini berpotensi
memunculkan adanya konflik kepentingan dan tumpang tindih
6 of 15 4/10/2020, 1:15 PM
Jakarta Waterfront City | https://adipatirahmat.wordpress.com/2010/01/06/jakarta-waterfront-city/
Secara fisik, kota pesisir di Indonesia merupakan pusat pelayanan
aktivitas sosial‐ekonomi, dimana didalamnya terkandung berbagai
aset sosial dan ekonomi yang memiliki nilai ekonomi dan finansial
yang sangat besar. Akan tetapi pembangunan kota pesisir
berpotensi memberikan dampak lingkungan yang merupakan
akibat dari dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan
yang dilaksanakan di daratan, seperti pertanian, perkebunan,
kehutanan, industri, permukiman dan sebagainya. Demikian pula
dengan berbagai kegiatan yang dilakukan di laut lepas, seperti
kegiatan pengeboran minyak lepas pantai dan perhubungan laut.
Pencemaran akibat kegiatan industri, rumah tangga dan pertanian
di darat (land‐based pollution sources) maupun akibat kegiatan di laut
(marine‐based pollution sources) termasuk perhubungan laut dan
kapal pengangkut minyak dan kegiatan pertambangan dan energi
lepas pantai.
Secara politik dan hankam, sebagian kota pesisir juga merupakan
kawasan perbatasan antar‐negara maupun antar‐daerah yang
sensitif dan memiliki implikasi terhadap pertahanan dan keamanan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pembangunan yang
belum merata, keterbatasan sarana dan prasarana dan kurangnya
pengawasan menjadikan kawasan ini rawan terhadap kegiatan
ilegal dan kejahatan lintas negara seperti penyelundupan manusia,
senjata, perdagangan obat‐obatan terlarang, pencucian uang,
imigran gelap, dan lain‐lain.
2.3. Waterfront City di Jakarta
Mayoritas kota‐kota di Indonesia dapat dikategorikan sebagai kota
pesisir. Beberapa pertimbangan yang melandasi hal ini diantaranya
adalah lokasinya yang berada di wilayah pesisir, seperti Kota
7 of 15 4/10/2020, 1:15 PM
Jakarta Waterfront City | https://adipatirahmat.wordpress.com/2010/01/06/jakarta-waterfront-city/
Jakarta Utara yang berada dipesisir bagian Utara Pulau Jawa.
Secara umum, kota pesisir di Indonesia berpotensi sebagai pusat
biodiversity laut tropis dunia karena hampir 30% hutan bakau dan
terumbu karang dunia terdapat di Indonesia. Karena itu adanya
ancaman kenaikan muka air laut (sea level rise) sebagai akibat
fenomena global warming memberikan dampak yang serius yang
perlu diantisipasi penanganannya, termasuk di pesisir Kota Jakarta
Utara. Kenaikan muka air laut akan mengakibatkan dampak
sebagai berikut : (a) meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir,
(b) perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan mangrove, (c)
meluasnya intrusi air laut, (d) ancaman terhadap kegiatan sosial‐
ekonomi masyarakat pesisir, dan (e) berkurangnya luas daratan
atau hilangnya pulau‐pulau kecil. Karena itu fakta bahwa luas
hutan mangrove di Kota Jakarta Utara terus mengalami penurunan
merupakan suatu hal yang sangat disayangkan. Apalagi
keberadaan mangrove tersebut tidak dipertahankan karena digeser
oleh fungsi‐fungsi peruntukan lain, seperti proyek raksasa
Reklamasi Pantai Jakarta Utara; maka dari itu terjadinya abrasi
pantai, meningkatnya tingkat pencemaran dari sungai ke laut
karena tidak adanya filter polutan, dan rusaknya zona budidaya
8 of 15 4/10/2020, 1:15 PM
Jakarta Waterfront City | https://adipatirahmat.wordpress.com/2010/01/06/jakarta-waterfront-city/
aquaculture pun akan terancam dengan sendirinya.
3. CRITICAL REVIEW, STUDI KASUS REKLAMASI PANTAI
JAKARTA UTARA
Rencana pengembangan reklamasi pantai di kawasan Pantai utara
Jakarta seluas 2.700 Ha pada dasarnya merupakan upaya
Pemerintah DKI Jakarta untuk meningkatkan kualitas lingkungan
Pantai Utara Jakarta serta dapat mewujudkan Jakarta sebagai kota
pantai berkelanjutan (sustainable) yang sejajar dan bersaing dengan
kota‐kota lain di dunia seperti Sidney, Singapura dan Hongkong.
Oleh karena itu, melalui Keppres Nomor 52 Tahun 1995, Presiden
Soeharti kala itu memberikan kewenangan dan tanggung jawab
kepada Gubernur DKI Jakarta untuk menyelenggarakan reklamasi
kawasan Pantura Jakarta, yang ditindaklanjuti oleh Perda DKI No.
8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana
Tata Ruang Kawasan Pantura Jakarta. Sementara itu Perda DKI
Jakarta No. 6 Tahun 1999 tentang RTRW Jakarta 2010 juga ikut
memberikan panduan kebijakan terhadap penyelenggaraan
reklamasi Kawasan Pantura Jakarta.
Secara teknis, kawasan Pantura Jakarta yang terletak di Kotamadya
Jakarta Utara, direncanakan sebagian merupakan kawasan hasil
reklamasi dan sebagian lagi merupakan kawasan daratan pantai
lama. Areal hasil reklamasi akan meliputi bagian perairan laut yang
diukur dari garis pantai utara Jakarta secara tegak lurus ke arah
laut, sehingga mencakup garis yang menghubungkan titik‐titik
terluar dengan kedalaman laut – 8.00 m.
Panjang garis pantai Utara Jakarta adalah ± 32 km, meliputi garis
pantai yang berbatasan dengan Pantai Utara Tangerang di bagian
Barat hingga perbatasan Pantai Utara Bekasi di Bagian Timur. Areal
daratan pantai lama termasuk kawasan Pantura Jakarta mencakup
Kecamatan Pademangan, Penjaringan, Koja, Tanjung Priok dan
Cilincing. Di bagian selatan, kawasan Pantura Jakarta berbatasan
dengan Kecamatan Kelapa Gading di Kodya Jakarta Utara, Kodya
Jakarta Barat, Kodya Jakarta Pusat dan Kodya Jakarta Timur.
9 of 15 4/10/2020, 1:15 PM
Jakarta Waterfront City | https://adipatirahmat.wordpress.com/2010/01/06/jakarta-waterfront-city/
meningkatkan kualitas fungsional, visual maupun lingkungannya
dan biaya dari dana pembangunan fisik reklamasi, baik yang
sifatnya langsung maupun tidak langsung.
1. Terwujudnya kota Jakarta sejajar dengan kota besar lainnya di
dunia dengan bercirikan kota pantai,
2. Terwujudnya kota pantai Jakarta siap menghadapi persaingan
global,
Sedangkan misi dari pengembangan Pantura Jakarta adalah :
1. Terciptanya model mamanjemen pembangunan pantai yang
baru dan handal (intregrated coastal management).
2. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk
mewujudkan keseimbangan kepentingan mkesejahteraaan dan
keamanan.
3. Terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan
dengan memperhatikan kawasan lindung dan kawasan
budidaya serta kelestarian bangunan dan lingkungan
bersejarah.
4. Mengendalikan pertumbuhan kota jakarta kearah selatan untuk
melindungai wilayah selatan Jakarta sebagai daerah resapan air.
Berdasarkan penyampaian konsep, visi dan misi diatas, dapat kami
simpulkan bahwa, pada dasarnya konsep reklamasi yang menurut
rencananya dilaksanakan pada tahun 1995 namun hingga saat ini
belum terlaksana adalah konsep pembangunan pantai terpadu, di
antaranya terdiri dari penataan dan pengelolaan pantai dan pesisir
secara terpadu, yang merupakan pendekatan lintas sektor.
Proses reklamasi juga secara nyata berdampak positif dan negatif,
dengan kata lain tidak langsung menyelesaikan masalah, namun
juga menambah permasalahan baru, apalagi jika menghitung
10 of 15 4/10/2020, 1:15 PM
Jakarta Waterfront City | https://adipatirahmat.wordpress.com/2010/01/06/jakarta-waterfront-city/
4. JAKARTA WATERFRONT CITY
Jakarta Waterfront City, pada dasarnya merupakan pembangunan
pantai terpadu yang meliputi pembenahan, penataan dan
pembangunan pantai, sebagai proses menangani masalah
perkotaan yang jauh lebih besar. Seperti, penataan permukiman
dipesisir pantai, penanganan masalah sampah, regulasi masalah
pembuangan limbah serta masalah sosial yang menyangkut kondisi
nelayan dan kondisi kesehatan masyarakat di sekitar pantai.
11 of 15 4/10/2020, 1:15 PM
Jakarta Waterfront City | https://adipatirahmat.wordpress.com/2010/01/06/jakarta-waterfront-city/
ketika mengelola sumberdaya daratan dan lautan.
1) Fleksibel terhadap Bahaya Alam dan Perubahan Iklim
Jakarta Waterfront City harus siap untuk merespon dan pulih dari
bahaya yang diciptakan oleh cuaca dan iklim. Ketidakpastian
tentang bagaimana iklim akan berubah tidak boleh ditepikan
dalam melindungi infrastruktur dan lingkungan.
2) Tahan terhadap Efek‐Efek Kombinasi dari Pembangunan
3) Membangun Paradigma Melestarikan Lingkungan Pesisir
12 of 15 4/10/2020, 1:15 PM
Jakarta Waterfront City | https://adipatirahmat.wordpress.com/2010/01/06/jakarta-waterfront-city/
4) Perlidungan Hukum melalui Undang‐undang dan Peraturan
Daerah
Kebijakan dan program tidak akan bertahan tanpa dukungan UU
dan peraturan daerah yang mengatur dibawahnya. Masalah
daratan dan pesisir merupakan isu yang sangat kompleks karena
itu perlu payung hukum yang fleksibel dan dinamis sekaligus kuat
dalam menata penggunaan lahan, melestarikan lingkungan, dan
mendorong pembangunan infrastruktur untuk pembangunan.
1. Pengembangan Jakarta Waterfront City dikembangkan
berbasiskan ekonomi sumber daya laut,
2. Jakarta Waterfront City ditempatkan sebagai primemovers yang
memiliki multi dampak untuk merevitalisasi berbagai fungsi
yang sudah ada dan menjadi medium untuk pengembangan
fungsi‐fungsi baru
3. Mitigasi dan Adaptasi terhadap naiknya muka air laut
diselaraskan dengan fungsi‐fungsi.
4. Sosialisasi dan informasi pentingnya memahami Jakarta
Waterfront City akan diterapkan melalui program‐program
pemberdayaan masyarakat,
5. Jakarta Waterfront City akan mendukung seluas‐luasnya upaya
pelestarian fungsi ekologis lingkungan dan biota lautnya.
5. PENUTUP
Dalam era globalisasi yang terjadi saat ini, batas teritorial dan letak
geografis sudah tidak menjadi masalah lagi. Khusus negara‐negara
di Asia‐Pasifik yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang
13 of 15 4/10/2020, 1:15 PM
Jakarta Waterfront City | https://adipatirahmat.wordpress.com/2010/01/06/jakarta-waterfront-city/
Pada saat ini terjadi, maka Kota Jakarta Utara harus bangkit sebagai
Jakarta Waterfront City harus yang berdiri sejajar dengan kota‐kota
pesisir didunia. Diharapkan konsep Jakarta Waterfront City dapat
mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai negara maritim
melalui berbagai pembenahan dikawasan pesisirnya, secara
terpadu, terencana, adil dan makmur.
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan
Secara Terpadu
Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau‐pulau Kecil, 2006. Pedoman
Kota Pesisir. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Google Earth, Retrieved from : Googleearth.com
Pernetta, J. C. Milliman, J. D. 1995, Land‐ Ocean Interaction in the
Coastal Zone (LOICZ) Implementation Plan, IGBP, Stockholm. 20.
N. N
Rencana Kawasan Reklamasi Pantura Jakarta. 2007. Retrieved from
: www.panturajakarta.blogspot.com
(http://www.panturajakarta.blogspot.com)
14 of 15 4/10/2020, 1:15 PM
Jakarta Waterfront City | https://adipatirahmat.wordpress.com/2010/01/06/jakarta-waterfront-city/
[1] Adisasmita, R. 2008. Ekonomi Archipelago
[2] Adisasmita, Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau‐pulau Kecil,
2006. Pedoman Kota Pesisir
[3] Adisasmita, R. 2008. Ekonomi Archipelago
[4] Hasanuddin Z. Abidin, Laboratorium Teknik Geodesi ITB, Penelitian
2008.
[5] Google Earth, Googleearth.com.
[6] Dahuri, R. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan
Secara Terpadu
[7] United Nations Conference on Environment and Development, 1992
[10] Pernetta dan Milliman, 1995 Land‐ Ocean Interaction in the Coastal
Zone (LOICZ)
[12] Kay dan Adler, 1999. Coastal Planning and Management
Scientific Paper
BLOG AT WORDPRESS.COM.
15 of 15 4/10/2020, 1:15 PM