Anda di halaman 1dari 15

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Meningkatnya pertumbuhan penduduk membuat pemerintah
berusaha untuk memperluas dan mengoptimalkan fungsi lahan yang
terbatas. Keterbatasan luas wilayah Jakarta yang hanya 660 km²
dengan penduduk yang berjumlah lebih kurang 10 juta jiwa akan terus
bertambah cepat dari tahun ke tahun. Hal tersebut belum termasuk
mobilitas penduduk Jabotabek sekitar lebih kurang 2 juta jiwa per hari
sehingga dampaknya dalam upaya pengaturan dan pengendalian tata
ruang, termasuk pengendalian banjir dan lain-lain, semakin sulit. Cukup
banyak program pembangunan, dana, serta tenaga yang telah
dikeluarkan DKI ternyata tidak mampu membendung tuntutan
kebutuhan hidup warga Jakarta, seperti kebutuhan permukiman,
penyediaan fasilitas umum, taman kota, air bersih, transportasi, dan
lain-lain, yang semakin melonjak drastis. Dengan demikian, DKI Jakarta
dihadapkan pada pilihan untuk mereklamasi wilayahnya.
Pemda DKI Jakarta melalui Badan Reklamasi Pantai (BRP)
berencana melakukan reklamasi pantai utara (Pantura) seluas 2.700
hektar sepanjang 32 km yang membentang dari Tangerang hingga
Bekasi. Dengan reklamasi,  Pemprov DKI menargetkan akan membuka
daratan baru untuk keperluan industri, perkantoran, pusat bisnis,
sarana transportasi, dan permukiman untuk 750.000-1,19 juta
jiwa. Reklamasi ini meliputi pembangunan real estat di kawasan Sunter,
Kelapa Gading, Pluit, Muara Karang, Pantai Mutiara, dan Pulo Mas .
Proyek reklamasi ini dikenal dengan nama Jakarta Waterfront City.
Reklamasi diharapkan dapat terencana dengan baik agar tidak
terjadi kehilangan dan atau berubahnya fungsi ekologis cagar alam
Muara Angke yang sangat penting bagi Jakarta. Hutan bakau Muara
Angke berperan sebagai tempat bertelur, habitat ikan-ikan kecil
(nursery), penangkal abrasi, dan lain-lain.
Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan di Teluk Jakarta yang
terbentang dari arah barat ke timur tersebut harus tunduk pada
peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia. Salah satu bentuk
aturan yang harus diikuti adalah membuat kerangka acuan ANDAL
sebagai rujukan penting bagi pemrakarsa atau instansi yang
bertanggung jawab membidangi rencana usaha atau kegiatan tersebut
untuk menilai dampak proyek tersebut pada lingkungan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk melihat rona
lingkungan dan menyusun KA-ANDAL mengenai rencana pembangunan
Jakarta Waterfront City.

JAKARTA WATERFRONT CITY


2.1 Rona Lingkungan
Daerah pantai Jakarta dimana JWC akan dibangun merupakan
deerah perkotaan dengan jumlah penduduk yang padat. Pada daerah
tersebut terdapat berbagai aktivitas penduduk seperti perumahan,
pelabuhan, perkantoran, daerah rekreasi,transportasi, sekolah, industri,
dan suaka margasatwa. Kawasan pantai Jakarta merupakan daerah
yang berkembang pesat. Perbandingan kawasan pada 12 tahun lalu
dengan kondisi sekarang sudah jauh berkembang dan banyak
bangunan- bangunan baru yang tidak dapat ditemukan pada masa lalu.
Pembangunan di kawasan pantai Jakarta yang dilakukan selama ini
dinilai kurang berorientasi pada kepentingan masyarakat setempat
seperti nelayan. Pembangunan perumahan mewah kawasan rekreasi,
sarana golf dan dermaga pelabuhan, menimbulkan kesenjangan sosial
dengan masyarakat nelayan yang hidup di pemukiman kumuh. Kawasan
rekreasi Ancol dipadati oleh pengunjung terutama di hari libur.
Kepadatan pengunjung ini akan menimbulkan dampak positif dan
negatif pada lingkungan sekitar.
Kepadatan penduduk di lokasi pemukiman berkaitan erat dengan
pencemarn yang ditimbulkan, hal ini ditambah dengan adanya kawasan
industri di sekitarnya sehingga menimbulkan polusi udara dan suara,
juga pencemaran limbah padat dan cair. Pencemaran limbah padat dan
cair dapat diamati di kali yang bermuara di pantai utara Jakarta.
Pencemaran pada sungai mengakibatkan warna air yang hijau dan
berbau. Sehingga pada daerah sungai yang terdapat pada kawasan
tersebut terlihat aktivitas water treatment yaitu bioremediasi dengan
menggunakan eceng gondok.
Kawasan JWC akan dibangun di atas lahan yang sedang dalam
proses reklamasi. Mulai dari perumahan Pantai Indah Kapuk sampai
daerah penjaringan terlihat ketimpangan sosial- ekonomi yang sangat
jelas. Di lokasi Pantai Indah Kapuk terdiri dari masyarakat golongan
ekonomi menengah keatas, sedangkan mulai memasuki penjaringan,
tingkat ekonominya semakin rendah. Pembangunan dilakukan
sepanjang kali Muara Angke yang sebagian besar merupakan kawasan
perumahan mewah. Kawasan JWC merupakan daerah yang datar tanpa
perbukitan dan tingkat kemiringan tanah yang kecil.

Suasana di lokasi Perumahan Pantai Indah Kapuk


Kondisi kali di Perumahan Pantai Indah Kapuk

Rencana Proyek Metro Indah Kapuk ” pusat hunian dan bisnis ” masih
berupa lahan kosong
Gedung
perkantoran

Kondisi Suaka Margasatwa yang tidak terprioritaskan. Lokasinya


berseberangan dengan jalan utama dan pusat perkantoran di daerah
Kapuk
Kondisi Mangrove yang memprihatinkan. Seharusnya tergenang oleh air
dengan salinitas tinggi, tetapi tergenang oleh air buangan yang berasal
dari kali Muara Angke.
Kondisi pantai dan laut yang telah mengalami reklamasi di kawasan
wisata Ancol

2.2 Wilayah Studi Pelingkupan


Batas proyek
Batas ini merupakan lingkupan dimana suatu rencana usaha atau
kegiatan akan melakukan kegiatan pra-konstruksi, konstruksi, dan
operasi. Pada rencana proyek pembangunan “Jakarta Waterfront City “
ini yang berlokasi tepatnya di laut Jwa atau sebelah utara dari Jakarta,
batas proyek yang melingkupi rencana ini adalah :
pada tahap pra-konstruksi meliputi kegiatan transportasi bahan
bangunan dan reklamasi. Daerah yang akan menjadi sumber
dampak terhadap lingkungan pada tahap ini adalah :
a. Ancol Barat sebagai kawasan reklamasi dalam rangka perluasan
Ancol
b. Pelabuhan Tanjung Priuk sebagai sarana transportasi bahan
bangunan
c. Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai sarana transportasi bahan
bangunan
d. Jalan tol sebagai sarana transportasi bahan bangunan
pada tahap konstruksi meliputi kegiatan pembangunan,
transportasi bahan bangunan, dan reklamasi tahap selanjutnya .
Daerah yang menjadi sumber dampak adalah :
a. Ancol Barat sebagai kawasan reklamasi dalam rangka perluasan
Ancol
b. Pelabuhan Tanjung Priuk sebagai sarana transportasi bahan
bangunan
c. Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai sarana transportasi bahan
bangunan
d. Jalan tol sebagai sarana transportasi bahan bangunan
pada tahap operasi meliputi kegiatan industri, pergudangan,
pelabuhan, perumahan, rekreasi, hotel, perdagangan, daerah
hijau, transportasi. Daerah yang akan menjadi sumber dampak
pada tahap ini adalah :
a. Pelabuhan Tanjung Priuk sebagai jalur transportasi akan
terhambat arus lalu lintasnya karena adanya aktivitas baru di
laut Jawa. Khususnya dengan adanya fasilitas pelabuhan yang
akan dibangun kemungkinan akan berdampak pada pengalihan
aktivitas pelabuhan.
b. Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai jalur transportasi nelayan
menuju darat akan terhambat lalu lintasnya karena adanya
aktivitas baru di laut Jawa
c. Kali Muara Angke semakin tercemari akibat terhalangnya
hubungan dengan lautan, selain itu potensi banjir semakin tinggi
karena akibat yang sama
d. Drain ( saluran pembuangan ) yang bermuara di Laut Jawa seperti
Kamal Muara dan Cengkareng Drain akan terhambat akibat
adanya daratan di sekitar muaranya.
e. Hutan Lindung Cagar Alam tidak dapat berfungsi sebagai penahan
gelombang dan abrasi pantai utara Jakarta
f. Kawasan Ancol akan semakin padat dengan aktivitas rekreasi dan
pengikutnya ( dagang, kemacetan )

Batas Admistratif
Batas administratif adalah ruang dimana masyarakat dapat secara
luas melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya dengan
peraturan perundang- undangan yang berlaku di dalam ruang tersebut.
Yang dimaksud dengan ruang di atas adalah batas administrasi
pemerintahan atau konsesi pengelolaan sumber daya oleh suatu usaha
atau kegiatan (HPH, wilayah pertambangan). Dalam kawasan
pembangunan Jakarta Waterfront City berdekatan dengan banyak batas
wilayah berbagai kecamatan dan kelurahan yaitu, Tanjung Priuk,
Cilincing, Kali Baru, Koja Utara, Marunda, Kapuk Muara, Kamal Muara,
Pulau Seribu, Penjaringan, Pluit. Di dalam kelurahan Marunda
terdapat banyak kampung seperti, Kampung Marunda Pulo. Di dalam
kelurahan Pluit terdapat kampung Muara Angke. Perluasan
pengembangan JBC dapat atau sudah berpotongan dengan wilayah
kecamatan dan kelurahan di Jakarta daratan utara sampai kepulauan
seribu, sehingga mengacaukan jalur birokrasi dan perizinan.
Pengalihan lahan milik pemerintah yang berfungsi sebagai daerah
muara sungai menjadi perumahan pribadi sehingga menghambat arus
muara tersebut mengakibatkan kota Jakarta banjir. Prioritas pemerintah
masih rancu antara pembangunan kota sektor pribadi dengan
mempertahankan kekayaan alam seperti cagar alam dan suaka marga
satwa di muara angke yang berdiri sejak tahun 1970an dan memiliki
kekuatan hukum. Proses pembebasan lahan, kepemilikan dan
pemanfaatan lahan yang sebelumnya diduduki oleh nelayan kecil terjadi
sangat cepat sehingga kehidupan nelayan semakin tertekan dan
tersingkirkan.

Batas Ekologis
Batas ekologis ditentukan berdasarkan batasan ekosistem yang
bersifat alami dan dapat terpengaruh kegiatan pembangunan terutama
didasarkan pada sebaran dampak dari perubahan komponen bio-
geofisik-kimia pada lokasi rencana usaha atau kegiatan.

1. Tahap Pra-Konstruksi
Menghambat aliran air kali akibat kegiatan persiapan
konstruksi dan reklamasi
Pencemaran sungai oleh limbah cair dan padat
Kekhawatiran adanya rencana kegiatan yang dapat
menimbulkan dampak pada kesehatan, pencemaran air
permukaan,
2. Tahap Konstruksi
a. Mobilisasi Alat dan Bahan
 Peningkatan volume lalu-lintas menyebabkan
peningkatan pencemaran akibat limbah proyek
 Penurunan kualitas air yang mengakibatkan
perubahan komposisi biota perairan
Penurunan kualitas udara ambien
 Peningkatan kebisingan yang berasal dari kendaraan
dan alat-alat berat
 Gangguan kesehatan pekerja dan masyakat
b. Pematangan Lahan
 Penurunan kualitas udara karena penambahan
buangan dari peningkatan kendaraan proyek
 Peningkatan kebisingan akibat digunakannya
kendaraan berat
 Penurunan kualitas air
c. Konstruksi sipil, mekanik listrik, dan pekerjaan
 Peningkatan kebisingan akibat konstruksi sipil
 Peningkatan surface run-off akibat perubahan lahan
terbuka menjadi lahan terbangun
 Gangguan pada kesehatan pekerja dan masyarakat
Perubahan ekosistem laut dan pantai yang diakibatkan
terjadinya pencemaran oleh limbah padat dan cair buangan
proyek, abrasi pantai, perubahan arus laut.
Perubahan ekosistem Suaka margasatwa
Perubahan ekosisten sungai
Perubahan komposisi satwa liar dan habitatnya dan
keanekaragaman komponen biotis berkurang akibat
perubahan ekosistem.
Peningkatan volume sampah
Pencemaran laut, pantai, dan sungai oleh limbah cair dan
padat akibat aktivitas konstruksi/pembangunan
Polusi udara dan suara akibat banyaknya kendaraan dan
alat berat yang digunakan dalam proyek
Kerusakan kekhasan alam setempat
Gangguan terhadap potensi flora dan fauna
Polusi tanah termasuk kesuburan dan daya dukungnya
Penyumbatan aliran air sehingga berpotensi menyebabkan
banjir
Suaka Margasatwa semakin rusak, dengan rusaknya suaka
margasatwa (rusaknya mangrove) mengakibatkan
Penurunan muka tanah
Penurunan kualitas air dan udara
Perubahan fungsi kawasan dan perubahan penggunaan
ruang perairan
Dampak pada hidrologi
Perubahan garis pantai
3. Tahap Operasional
Penurunan kualitas udara ambien
Penurunan kualitas permukaan air yang mengakibatkan gangguan
pada biota air
Kebutuhan air bersih yang meningkat
Peningkatan kebisingan dan limbah padat

Batas sosial budaya dan ekonomi


Dilihat dari sudut pandang sosial dan ekonomi, dampak-dampak
(positif maupun negatif) yang akan muncul akibat pembangunan
kawasan Muara Angke, Pesisir Sunda Kelapa, dan Ancol. Dampak
positifnya adalah :
Pendapatan daerah meningkat dan menambah devisa negara
Sebelum pembangunan, pendapatan daerah banyak diperoleh dari usaha
maysarakat setempat sebagai nelayan. Setelah pembangunan, aktivitas
perekonomian daerah menjadi lebih luas dan berkembang, sehingga
pendapatan yang diperoleh akan meningkat. Peningkatan pendapatan
daerah tentu akan meningkatkan devisa negara, terutama dalam jangka
panjang.
Sebagai daerah tujuan wisata, menarik lebih banyak turis
domestik maupun mancanegara
Setelah pembangunan selesai, kawasan-kawasan ini akan cenderung
lebih tertata rapi dan modern, sehingga lebih menarik untuk dijadikan
daerah tujuan wisata. Jumlah turis asing maupun domestik yang datang
akan lebih banyak daripada sebelumnya.
Menjadi pusat aktivitas bisnis (perkantoran, perdagangan) dan
menarik para investor untuk bergabung di dalamnya dan
menyokong aktivitas perekonomian yang ada
Apabila aktivitas-aktivitas perekonomian di sentra-sentra bisnis yang
dibangun berjalan dengan baik, maka akan menarik minat para investor
atau penanam modal untuk bergabung di dalamnya. Hal ini tentu akan
semakin memajukan roda perekonomian daerah.
Menyerap banyak tenaga kerja baru, baik pada saat
pembangunan, maupun pasca pembangunan (membuka lapangan
kerja baru)
Selama proses pembangunan diperlukan banyak tenaga kerja untuk
mengerjakan berbagai aktivitas proyek (mulai dari tukang bangunan,
mandor, satpam, penyedia makanan, dan sebagainya), sehingga aktivitas
ini akan menyerap banyak tenaga kerja. Selain itu, setelah
pembangunan selesai (pasca pembangunan), berbagai sentra bisnis yang
terbangun akan menjadi lapangan pekerjaan baru di kawasan tersebut
sehingga dapat menyerap tenaga kerja dari berbagai latar belakang dan
disiplin ilmu, misalnya: manager, akuntan, progammer, teknisi
komputer, ahli desain interior, teknisi listrik, tukang kebun, penjaga
toko, satpam, cleaning service, dan sebagainya.
Wilayah menjadi semakin strategis karena dibuka jalur-jalur
transportasi baru untuk mencapai sentra bisnis dan perdagangan
(ruko)
Kawasan ini akan semakin strategis dengan dibukanya jalur-jalur
transportasi. Hubungan dengan kawasan-kawasan lain akan semakin
mudah. Kemudahan ini akan memperlancar berbagai aktivitas bisnis
(ekonomi) yang ada.

Membuka wawasan baru kepada masyarakat taaradisional agar


kehidupan mereka semakin maju dan berkembang (modernisasi)
secara positif
Aktivitas ekonomi yang akan terbangun di kawasan-kawasan tersebut
merupakan aktivitas ekonomi modern, yaitu yang biasa dilakukan di
kota-kota metropolitan dan negara-negara maju. Hal ini akan berdampak
langsung kepada kehidupan dan aktivitas masyarakat setempat yang
kebanyakan masih bersifat tradisional. Perubahan ini baik untuk
membuka wawasan masyarakat tradisional terhadap hal-hal baru yang
akan memajukan kehidupan mereka, asalkan masih berada dalam
batas-batas positif (misal: tidak membuat mereka menjadi masyarakat
yang konsumtif).
Memperluas pergaulan masyarakat, terutama dengan kehadiran
para pendatang baru ke daerah tersebut
Pembukaan sentra bisnis di kawasan-kawasan tersebut akan
mempertinggi arus mobilisasi manusia yang datang ke sana. Banyak
pihak luar yang akan masuk ke kawasan tersebut untuk menjalankan
aktivitas bisnis mereka. Hal ini akan memperluas pergaulan masyarakat
setempat. Wawasan mereka akan semakin bertambah. Mereka tidak
akan menjadi masyarakat yang terisolir dari dunia luar.
Berbagai kebutuhan hidup akan mudah dijangkau
Dengan adanya pusat aktivitas perekonomian maka banyak kebutuhan
hidup masyarakat yang sebelumnya sulit diperoleh (karena harus pergi
ke pusat kota), sekarang lebih mudah dijangkau.
Sedangkan dampak negatifnya adalah :
Kesenjangan sosial meningkat
Dengan didirikannya sentra bisnis di daerah tersebut, maka kehidupan
masyarakat tradisional yang sebagian besar kurang mampu akan
semakin nampak, karena hidup berdekatan dengan masyarakat baru
atau pihak-pihak yang berasal dari golongan ekonomi atas. Sebagai
contoh, di kawasan Muara Angke, kawasan perumahan elite dan ruko-
ruko yang dibangun akan semakin menunjukkan perbedaan kelas atau
stratifikasi ekonomi dengan perumahan nelayan di pinggir sungai.
Memicu potensi kriminalitas dari pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab
Potensi kriminalitas akan bertambah. Tindak-tindak kriminal mungkin
akan muncul dari masyarakat tradisional yang cemburu sosial atau
bahkan merasa diperlakukan tidak adil demi kelancaran aktivitas bisnis
yang mulai didirikan. Selain itu, dengan adanya gedung-gedung
perkantoran atau perumahan yang mewah, ketertarikan para pelaku
kriminalitas (seperti: pencuri, perampok, dan lain-lain) untuk beroperasi
di kawasan ini akan semakin bertambah.
Asimiliasi budaya yang negatif
Keberadaan sentra bisnis (berbagai aktivitas perekonomian yang baru
akan mempengaruhi pola pikir masyarakat setempat, sehingga
memungkinkan terjadinya perubahan gaya hidup, misalnya gaya hidup
sederhana menjadi konsumtif, gaya hidup bermasyarakat menjadi
individualistis, dan sebagainya. Perubahan ini akan menyebabkan
terjadinya pergeseran tradisi dan budaya positif masyarakat setempat
menjadi sesuatu yang cenderung negatif jika tidak terkendali dalam
batas-batas tertentu.
Pemindahan kepemilikan lahan (misal: secara kasar terjadi
penggusuran rumah warga setempat)
Untuk membangun sentra bisnis, diperlukan lahan. Biasanya jika lahan
kosong yang ada tidak memadai, maka pihak yang berwenang dalam
pembangunan akan melakukan pemindahan kepemilikan lahan dari
masyarakat setempat. Uang ganti rugi yang dibayarkan seringkali tidak
mencukupi untuk membeli atau membangun tempat tinggal atau lahan
usaha baru dari masyarakat. Oleh karena itu, sekalipun mereka berkata
bahwa hal ini bukan penggusuran, namun kenyataan yang terjadi tidak
berbeda jauh dengan peristiwa penggusuran.

PENUTUP
Dalam membuat kerangka acuan ANDAL, diperlukan kajian terkait
rona lingkungan dan dampak potensial mengenai dampak terhadap
lingkungan yang diprediksi akan terjadi akibat proyek. Kajian yang
semakin lengkap dari berbagai aspek diharapkan dapat mencegah
timbulnya dampak tehadap lingkungan yang lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai