Anda di halaman 1dari 2

KENAIKAN AIR PASANG LAUT DAN PEMBANGUNAN KAMPUNG BAHARI TAMBAK

LOROK: MANA YANG LEBIH CEPAT?


oleh: Gabriella Ananda C. K.

PENDAHULUAN
Pemerintah Kota Semarang bersama dengan Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berkomitmen untuk mewujudkan Nawa Cita yang pertama
yaitu, “…memperkuat jati diri sebagai negara maritim” melalui peningkatan kesejahteraan dan taraf
hidup nelayan di Kawasan Kampung Bahari Tambak Lorok Kota Semarang. Program tersebut
termasuk dalam program besar yang dicanangkan oleh Pemerintah Pusat yaitu Kota Tanpa Kumuh
(KOTAKU), sejalan dengan RPJMN 2015 – 2019 yang menjadi tanggung jawab Kementerian PUPR.
Pembangunan dengan total nilai investasi mencapai 3 triliun rupiah ini mulai diinisiasi sejak kunjungan
Presiden Joko Widodo ke Kawasan Tambak Lorok pada tanggal 2 Desember 2014 yang disambut
meriah oleh warga. Proyek yang dimulai tahun 2015 dan selesai pada tahun 2019 ini mengusung
prinsip: (1) peremajaan kawasan (urban renewal), (2) pemberdayaan masyarakat (empowerment), dan
(3) pemanfaatkan sumber daya lokal, terutama sumber daya laut dari para nelayan.
Kampung Bahari Tambak Lorok adalah kawasan permukiman nelayan yang terletak di
Kelurahan Tanjung Mas, Semarang Utara, Kota Semarang. Luas Kelurahan Tanjung Mas adalah 3,24
km2 dengan jumlah penduduk 29.073 jiwa. Kepadatan penduduk di Kelurahan Tanjung Mas melebihi
kepadatan penduduk Kota Semarang (8.973 jiwa per km2 berbanding 4.780 jiwa per km2). Berdasarkan
faktor lokasi yang berbatasan langsung dengan laut dan kepadatan penduduk yang tinggi, Pemerintah
Kota Semarang mengidentifikasi masalah pokok yang terjadi di Kawasan Tambah Lorok yaitu: (1)
banjir dan rob yang menyebabkan kerusakan infrastruktur, (2) penurunan tanah, dan (3) penumpukan
sampah yang menyebabkan kekumuhan. Penanganan dan mitigasi masalah tersebut membutuhkan
pengetahuan khusus dan luas mengenai manajemen krisis di kawasan pesisir (Wang et al., 2014).
Menurut penelitian Carrasco et al. (2012) dan Waryono (2008), banjir rob akan semakin parah
seiring meningkatnya populasi dan aktivitas manusia yang tinggal di pesisir, seperti alih fungsi lahan
menjadi pemukiman, penimbunan sampah, dan sistem drainase yang buruk. Selain faktor manusia, rob
disebabkan oleh kondisi pasang yang menyebabkan luapan air laut ke daratan. Manajemen krisis yang
dilakukan untuk mengatasi rob adalah dengan pengembangan drainase Tambak Lorok melalui
pembangunan tanggul oleh Ditjen Sumber Daya Air melalui Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana.
Pekerjaan tersebut dimulai dari tahun 2015 hingga 2017 dengan total anggaran dari APBN sebesar 151
miliar rupiah. Pengembangan drainase ini akan melindungi 2.000 kepala keluarga dari banjir rob dan
memperlambat penurunan tanah.
Selain penanganan banjir, Kawasan Tambak Lorok juga mengalami masalah kawasan kumuh,
rusaknya infrastruktur, dan kemiskinan. Pemerintah melalui Ditjen Cipta Karya melakukan Pekerjaan
Pengembangan Kawasan Permukiman Nelayan Tambak Lorok. Pekerjaan ini terdiri dari 3 paket: (1)
RTH Tambak Lorok, (2) Pembangunan Pasar Ikan Tradisional Tambak Lorok, dan (3) Pembangunan
Jalan Tambak Mulyo. Anggaran yang digunakan mencapai 60 miliar rupiah yang berasal dari APBN.
Pembangunan Kampung Bahari Tambak Lorok juga didukung dengan dibangunnya Gapura Jalan
Tambak Mulyo yang memiliki desain modern dengan anggaran 200 juta rupiah yang berasal dari
APBD Provinsi Jawa Tengah.
Setelah berbagai upaya pembangunan dan manajemen krisis yang dilakukan oleh pemerintah
demi meningkatkan kualitas hidup dan perekonomian di Kampung Bahari Tambak Lorok khususnya
para nelayan, dibutuhkan kesadaran warga dan pengunjung untuk merawat lingkungan dan
infrastruktur yang telah terbangun. Hal ini harus dilakukan untuk menjaga keberlanjutan manfaat
pembangunan Kampung Bahari Tambak Lorok.

PEMBAHASAN
Sebagian besar warga yang tinggal di Kampung Bahari Tambak Lorok mulai merasakan
dampak dari rangkaian perbaikan fasilitas di kawasan tersebut. Pembangunan tanggul beserta sabuk
pantai yang terbuat dari buis beton berfungsi dengan baik untuk memecah ombak dan menahan air
masuk ke permukiman warga. Kondisi terkini kawasan Tambak Lorok sudah bebas banjir meskipun
dilanda hujan berhari hari. Sedangkan rob masih sering terjadi, namun lebih cepat surut.
Kesan kumuh juga sudah hilang dari Kampung Bahari Tambak Lorok setelah pembangunan
infrastruktur berupa ruang terbuka hijau, Pasar Tambak Lorok, dan betonisasi Jalan Tambak Mulyo.
Ruang terbuka hijau yang dibangun di sepanjang Tambak Lorok membuat kawasan menjadi lebih
estetis dan telah dimanfaatkan dengan baik oleh warga sehingga menambah kenyamanan tinggal di
kawasan Tambak Lorok. Sebelum Pasar Tambak Lorok dibangun, para pedagang ikan menggelar
dagangannya di sepanjang jalan sehingga menyulitkan akses kendaraan dari dan menuju kawasan
Tambak Lorok. Selain masalah keteraturan, para pedagang juga membuang limbah dagangan di jalan
yang menyebabkan jalanan becek, bau amis, serta kesan kumuh. Dengan dibangunnya pasar yang
terdiri atas dua lantai, para pedagang saat ini menjadi lebih teratur. Limbah dagangan dan toilet juga
diolah terlebih dahulu agar tidak mencemari lingkungan dan meminimalisasi bau.
Program selanjutnya adalah pembangunan Jalan Tambak Mulyo. Berdasarkan beberapa
informasi yang dikumpulkan, proyek pembangunan jalan terkendala pembebasan lahan. Akses menuju
Dermaga Tambak Lorok sebenarnya dapat dilalui dengan lancar menggunakan kendaraan, namun ada
beberapa lokasi yang pengerjaan betonisasinya belum selesai. Hal ini banyak dikeluhkan warga karena
apabila terjadi hujan, maka air akan menggenang cukup dalam pada beberapa lokasi tersebut dan dapat
membahayakan bagi pengendara karena dapat membuat kendaraan terperosok.

KESIMPULAN
Pembangunan yang dilakukan oleh Pemkot Semarang bersama dengan Pemerintah Pusat
melalui Kementerian PUPR sudah berhasil mengubah wajah Tambak Lorok dari kawasan yang kumuh
dengan akses jalan yang rusak dan sering banjir menjadi kawasan yang layak untuk dihuni dan
berfasilitas lengkap. Warga secara umum juga merasa puas dengan manfaat pembangunan dan merasa
lebih nyaman untuk tinggal maupun berdagang di Kampung Bahari Tambak Lorok.
Namun masalah utama yang sudah ada sejak bertahun- tahun di Tambak Lorok yaitu banjir rob
masih belum sepenuhnya teratasi. Warga Kampung Bahari Tambak Lorok berharap perbaikan kawasan
untuk mengatasi rob dapat dilanjutkan, sehingga warga tidak perlu memikirkan biaya untuk
meninggikan rumah setiap beberapa tahun sekali.

REFERENSI
BAPPEDA Kota Semarang. (2015). Pembangunan Kampung Bahari Tambak Lorok.
https://izin.semarangkota.go.id/tambaklorok
Carrasco, A. R., Ferreira, Ó., Matias, A., & Freire, P. (2012). Flood hazard assessment and management
of fetch-limited coastal environments. Ocean and Coastal Management, 65, 15–25.
https://doi.org/10.1016/j.ocecoaman.2012.04.016
Kristina, D., & Tyas, W. P. (2018). Pelibatan Masyarakat Dalam Penataan Permukiman Kampung
Nelayan. Jurnal Pengembangan Kota, 6(1), 35. https://doi.org/10.14710/jpk.6.1.35-44
Program & Perencanaan. (2015). Tanggul Leter U Akan Dibangun di Tambaklorok.
http://sda.pu.go.id/balai/bbwspemalijuana/tanggul-leter-u-akan-dibangun-di-tambaklorok.html
Shaalan, I. M. (2005). Sustainable tourism development in the Red Sea of Egypt threats and
opportunities. Journal of Cleaner Production, 13(2), 83–87.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2003.12.012
Wang, G., Liu, Y., Wang, H., & Wang, X. (2014). A comprehensive risk analysis of coastal zones in
China. Estuarine, Coastal and Shelf Science, 140, 22–31. https://doi.org/10.1016/j.ecss.2013.12.019
Waryono Tarsoen. (2008). FENOMENA BANJIR DI WILAYAH PERKOTAAN ( Studi kasus banjir
DKI Jakarta 2002 ). BPLHD Jakarta, September 2002, 16–19.

Anda mungkin juga menyukai