Analisis Kebijakan,
Kapal Pengumpul Sampah Plastik
Analisis Kebijakan
Kapal Pengumpul
Sampah Plastik
Kepala
NIP. 19720402199803105
(halaman sengaja dikosongkan)
Kata Pengantar
Tim pelaksana penelitian (para pejabat fungsional Peneliti,
Perencana dan Umum) mengucap syukur pada Tuhan Yang
Maha Esa, yang atas karuniaNya dapat menyelesaikan
pekerjaan riset ini. Kegiatan ini telah mengganti judul sebanyak
dua (2) kali, yang disebabkan perubahan program di level
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
2|Page
Semoga hasil laporan akhir ini, dapat bermanfaat bagi
pengelolaan sampah dan pemeliharaan ekosistem perairan di
pulau-pulau kecil dan terluar, serta bermanfaat bagi
pengembangan teknologi, inovasi, dan pertumbuhan ekonomi
kawasan kepulauan.
Hormat kami,
3|Page
Ringkasan Eksekutif
Mandat penanganan sampah laut, yang diakibatkan
aktivitas antropogenik (masuk ke laut melalui sungai-sungai,
maupun melalui aktivitas di atas permukaan laut) telah
diamanatkan dalam Perpres 83 tahun 2018, tentang
Penanganan Sampah Laut. Salah satu program nasional yang
merespon Perpres tersebut adalah program “Citarum Harum”.
Dalam 2 tahun pelaksanaan, hasilnya sangat positif.
4|Page
no. 97 tahun 2017 tentang “Jakstranas sampah RT”. Namun
demikian, dalam realitanya, hanya satu kabupaten dan provinsi
yang memiliki armada kapal pengangkut sampah di kepulauan,
yaitu DKI Jakarta dan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu.
Jumlahnya ada 28 kapal pengangkut sampah, dengan
berbagai ukuran dan berbagai misi pekerjaan.
5|Page
Gambar 1. (atas) Gambar desain umum 3 dimensi, kapal Insinerator
sampah (KIS). Sumber gambar: Handy Chandra. (bawah)
Gambar desain umum 3 dimensi, kapal pengangkut sampah
(KPS). Sumber gambar: Handy Chandra.
6|Page
Berdasarkan dua (2) desain ini, maka diharapkan bisa
direalisasikan oleh pemerintah daerah Kepulauan Seribu dan
Kabupaten Jepara pada tahun 2021-2022.
7|Page
Prolog
Pada tahun 2019, kegiatan riset yang dikerjakan para
Peneliti, Perencana dan pegawai Pusat Riset Kelautan (PRK),
masih berjudul: Analisis Kebijakan Implementasi Kapal Perikanan
Tenaga Listrik. Sama sekali tidak ada kaitan dengan sampah dan
pulau-pulau kecil. Namun, sejak memasuki tahun 2020, tepatnya
pada tanggal 23 Januari, berdasarkan arahan Kepala Badan
Riset Sumberdaya Manusia KP (BRSDM KP), judulnya diubah
menjadi “Analisis Kebijakan Kapal Pengumpul Sampah Plastik”.
8|Page
i) Pemerintah Daerah Labuan Bajo keberatan dengan biaya
operasional BBM kapal pengumpul sampah yang
menghabiskan biaya Rp. 500 ribu per hari (Gambar 2).
ii) Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Labuan Bajo
berjarak sekitar 80 Km dari ibukota kabupaten. Perlu 3 kali
upaya (di laut, transit dan di darat) untuk sampai ke
pemrosesan akhir.
iii) Masalah sampah di perairan laut sekitar Labuan Bajo
merupakan kiriman sampah hanyut dari Laut Jawa saat
musim angin barat, dan juga dari kapal-kapal pesiar jenis
live-aboard. Kapal jenis ini berjumlah 178 pada tahun 2020,
padahal tahun 2017 hanya berjumlah 60-an saja.
iv) Masalah sampah dari daratan (pulau Flores) sudah
dikerjakan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten dan
Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat), dengan membuat TPS (Tempat Penampungan
Sampah Sementara) dan penempatan jaring sampah
plastik di sungai.
v) Kesimpulan kecil: Masalah sampah merupakan dampak
dari aspek antropogenik (sebelum masuk ke badan air).
Sedangkan untuk pengelolaan yang sudah terbuang ke
laut, perlu dukungan manajemen operasional kapal dan
fiskal.
9|Page
Gambar 2. (atas) Gambar perencanaan kapal pengumpul sampah yang
ada di Labuan Bajo, NTT. Sumber gambar: Direktorat P4K,
DJPRL. (bawah) Foto realita kapal yang sudah beroperasi.
Sumber foto: Indra Prasetya.
10 | P a g e
Bulan Februari 2020, kami melakukan aktivitas revisi judul,
revisi anggaran, dan juga persiapan kegiatan pada bulan
berikutnya. Selain itu, mendadak sekali diminta penambahan
judul kegiatan terkait sampah di perairan laut. Bulan ini penuh
dengan revisi-revisi dan konsolidasi.
11 | P a g e
pembersihan sampah, hanya pengerukan kolam
pelabuhan.
4) Pembuatan kapal pengejar/penangkap sampah tidak
efektif. Lebih efektif adalah pemasangan
perangkap/jaring sampah (trash boom). Ini dapat
diimplementasikan dengan investasi yang lebih murah
dan biaya operasional yang rendah.
5) Kapal pengumpul sampah bantuan dari yayasan
internasional “Ocean Cleanup” (dari Belanda) yang
diletakkan di Jakarta, tidak efektif. Hanya 2-3 bulan lalu
berhenti. Hal ini karena masalah pemindahan sampah
yang terkumpul dari kapal ke TPA Bantar Gebang tidak
ada biayanya.
6) Kesimpulan kecil: Masalah sampah di Teluk Jakarta,
Pelabuhan Perikanan, dan secara global, merupakan
dampak dari aspek antropogenik (sebelum masuk ke
badan air). Sedangkan untuk pengelolaan yang sudah
terbuang ke laut, sekali lagi, perlu manajemen operasional
kapal dan dukungan fiskal.
12 | P a g e
Tanggal 16 Maret 2020, secara resmi kantor berhenti
beroperasi untuk waktu yang tidak diketahui. Kegiatan riset relatif
berhenti sampai Juni 2020.
13 | P a g e
Daftar Isi
Hal
Lembar Pengesahan
14 | P a g e
(halaman sengaja dikosongkan)
15 | P a g e
Daftar Gambar
Gambar 1. (atas) Gambar desain umum 3 dimensi, kapal Insinerator
sampah (KIS). Sumber gambar: Handy Chandra.
(bawah) Gambar desain umum 3 dimensi, kapal
pengangkut sampah (KPS). Sumber gambar: Handy
Chandra. ......................................................................... 6
Gambar 3. Lokasi Labuan Bajo, NTT. Kotak warna hijau, kuning, dan
merah merupakan titik-titik hotspot berkumpulnya
sampah di sekitar ibukota kabupaten tersebut. ........ 19
Gambar 5. (a) Kondisi yang penuh dengan sampah plastik dan sudah
menjadi pulau sampah, pada muara Sungai Cisadane, di
Tanjung Burung, kecamatan Teluk Naga, Banten. Sumber
gambar: Dinas LHK Kabupaten Tangerang, Banten. (b)
Muara Sungai Citarum yang bersih dengan adanya
Program Nasional Citarum Harum, serta menjadi kawasan
wisata hutan bakau. Sumber foto: Penny DK. ............. 40
16 | P a g e
Jakarta. Sampah kemudian dibawa ke TPA Bantar
Gebang. Sumber foto: Yustisia F. .................................. 43
Gambar 8. (a) Petugas operator insinerator dan para peneliti PRK. Ada
2 buah L-Box dan semuanya berfungsi. Sumber gambar:
Handy Chandra. (b) Ada 2 buah insinerator L-Box di Pulau
Pramuka yang tidak beroperasi karena diprotes warga
sebab dituduh mengakibatkan anak-anak jadi sakit batuk.
Sumber foto: Yustisia F. .................................................. 47
Gambar 11. (a) Model operasional KIS dan KPS di Kepulauan Seribu,
DKI Jakarta, bertipe titik kumpul. Sumber gambar: Handy
C. (b) Model operasional KIS di Kepulauan Karimun Jawa,
Jepara, Jawa Tengah, bertipe lingkaran. Sumber gambar:
Handy C. ......................................................................... 54
17 | P a g e
Bab 1
Latar Belakang
18 | P a g e
Labuan Bajo adalah sebuah desa yang terletak sebelah
Barat Pulau Flores, tepatnya berada dalam wilayah administrasi
Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa
Tenggara Timur (Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, 2019).
Lihat Gambar 3. Lokasi yang strategis, dekat dengan Taman
Nasional Komodo menjadikan Labuan Bajo sebagai kota yang
sibuk dan aktif, hal ini dikarenakan Pelabuhan Labuan Bajo
merupakan pintu masuk utama menuju Taman Nasional
Komodo yang identik dengan satwa langka Komodo serta
keindahan alaminya.
Gambar 3. Lokasi Labuan Bajo, NTT. Kotak warna hijau, kuning, dan
merah merupakan titik-titik hotspot berkumpulnya sampah
di sekitar ibukota kabupaten tersebut.
20 | P a g e
Manajemen wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil perlu
mengacu kepada prinsip ekonomi biru dengan
menyeimbangkan antara eksplorasi potensi penggunaan dan
pemanfaatan sumberdaya alam dengan keberkelanjutannya
(Pauli, 2010). Beberapa potensi dari terumbu karang dapat
dimanfaatkan dan dipergunakan baik sebagai material mentah
dari berbagai industri dan jasa kelautan, industri perikanan,
ekowisata, pengolahan makanan, pengobatan dan masih
banyak lagi (Caesar, 1996). Status terumbu karang Indonesia
berdasarkan Hadi et al (2017) bervariasi dari kategori buruk ke
sedang, yang mendominasi sebanyak 70.48% dari 1.067 lokasi,
menjadikan status kesehatan terumbu karang Indonesia masih
kurang memuaskan dan jauh dari harapan.
21 | P a g e
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Gugusan Pulau Biawak
dan Taman Nasional Kepulauan Seribu. Faktor lain yang dapat
mengganggu pertumbuhan terumbu karang di kawasan
Labuan Bajo adalah intervensi dan aktivitas manusia seperti
penangkapan yang bersifat merusak seperti penggunaan bom
ikan, racun potasium serta kesibukan pelabuhan dengan lalu
lintas kapal pengangkut wisatawan yang bisa berdampak
langsung pada kondisi, kesehatan dan keberadaan ekosistem
terumbu karang. Permasalahan lain terkait aktivitas manusia
sebagai akibat dari pertumbuhan, perkembangan, peningkatan
pengunjung dan wisatawan di Labuan Bajo adalah sampah dan
limbah, baik yang berada di daratan maupun yang berada di
perairan (laut). Pengaturan sampah laut sendiri sejatinya sudah
diatur oleh Pemerintah Pusat lewat Peraturan Presiden no 83
Tentang Penanganan Sampah Laut, namun turunannya masih
menunggu pembahasan di daerah masing-masing sehingga
tahap implementasi di lapangan sedikit mengalami
keterlambatan.
22 | P a g e
area di laut yang diuji menunjukkan adanya plastik. Pencemaran
plastik di lingkungan laut yang terus terjadi disebabkan terutama
oleh kegiatan di daratan (land-based activities) tetapi juga dari
aktivitas di laut. Plastik dalam jumlah besar yang saat ini berada
di laut adalah akibat kesalahan manusia untuk berurusan
dengan plastik secara lebih berkelanjutan (UN Environment,
2017).
23 | P a g e
dampak perubahan iklim terhadap ekosistem terumbu karang,
maka ancaman plastik harus ditangani secara serius (Sweet et
al., 2019).
24 | P a g e
dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan perairan seperti
batimetri, tipe dan tinggi pasang surut, serta keterbukaan area.
25 | P a g e
sirkulasi arus permukaan di perairan Labuan Bajo dapat
diperoleh dari hasil simulasi model sirkulasi regional di sekitar
perairan tersebut.
26 | P a g e
Gambar 4. (atas) Kapal Listrik Tenaga matahari (Majalah Sains Indonesia
2012). Kapal ini memperoleh desain Paten tahun 2019. Basis
desain kapal sampah tahun 2020 akan menggunakan basis
desain kapal ini. (bawah) Kapal pengumpul sampah di
Menado, Sulawesi Utara, hibah Bank Indonesia ke Pemda.
27 | P a g e
Kajian kebijakan untuk melakukan implementasi kapal
sampah tenaga hibrid perlu dilakukan untuk melihat peluang
keberhasilannya. Aspek-aspek yang akan dikaji antara lain:
28 | P a g e
Diharapkan inovasi teknologi dan rekomendasi kebijakan
pengelolaan sampah plastik melalui desain-inovasi kapal
pengumpul sampah tenaga hibrid untuk penempatan di muara
Citarum, di muara sungai Cisadane, dan di Labuan Bajo, NTT,
dapat menjadi solusi teknologi penanganan sampah plastik laut
buat Indonesia.
Tinjauan Pustaka
29 | P a g e
tenaga listrik, merupakan yang pertama di Indonesia
tahun 2011 yang lalu.
Peta Rencana
30 | P a g e
(halaman sengaja dikosongkan)
31 | P a g e
Bab 2
Tinjauan Dasar Hukum
dan Referensi
Membicarakan topik sampah plastik di laut pada tahun
2020 ternyata sudah cukup terlambat. Pada tahun 2017, 12
Kementerian yang dipimpin Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman, telah mengeluarkan Ringkasan Eksekutif (Executive
Summary) tentang Rencana Aksi Indonesia menangani sampah
plastik di laut.
32 | P a g e
timbulan sampah RT dan sampah sejenis sampah RT sebesar 70%
pada 2025, atau sebesar 49,9 juta ton sampah tertangani pada
2025.
33 | P a g e
Perpres 97 tahun 2017), disebutkan strategi penerapan teknologi
(Nomor 2. J) secara tepat guna. Salah satunya pada nomor 2. J.
2. : Penelitian dan Pengembangan teknologi penanganan
sampah. Pada nomor 2. J. 3. : Pembangunan Penerapan
teknologi untuk penanganan sampah, antara lain: (1)
Pembangkit listrik berbasis sampah melalui teknologi thermal, (2)
Pembangkit listrik tenaga metana di TPA, (3) Pemanfaatan
sampah sebagai bahan bakar substitusi untuk industri semen,
dan (4) Pemrosesan akhir sampah untuk menjadi energi
terbarukan.
34 | P a g e
terlibat dalam tanggung jawab terhadap pelaksanaan Perpres
ini. Ketua Tim Koordinasi adalah Menteri Koordinator bidang
Kemaritiman, Ketua Harian adalah Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, serta didukung 16 Menteri lainnya, termasuk
Menteri Kelautan dan Perikanan.
35 | P a g e
ekosistem perairan pesisir dan laut, ekosistem terumbu karang,
dan ekosistem perairan samudera (Pasal 21, UU 32 tahun 2009).
36 | P a g e
(halaman sengaja dikosongkan)
37 | P a g e
Bab 3
Tinjauan Hasil Survey Primer
38 | P a g e
terurus. Program ini melibatkan 20-an institusi, antara lain 18
instansi pusat (Kementerian dan Lembaga), Pemda kabupaten
dan provinsi (Jawa Barat), dan TNI (khususnya Kodam Siliwangi).
Kegiatan ini didukung dengan adanya Perpres 83 tahun 2018,
tentang Penanganan Sampah Laut, yang mendasari
terbentuknya program nasional Citarum Harum (untuk
mengubah stigma sebagai sungai tercemar sedunia). Akhirnya,
dalam waktu 2 tahun kerja sama dan kerja keras, hasilnya positif
sekali. Terlihat pada Gambar 5 (b).
(a)
39 | P a g e
(b)
Gambar 5. (a) Kondisi yang penuh dengan sampah plastik dan sudah
menjadi pulau sampah, pada muara Sungai Cisadane, di
Tanjung Burung, kecamatan Teluk Naga, Banten. Sumber
gambar: Dinas LHK Kabupaten Tangerang, Banten. (b) Muara
Sungai Citarum yang bersih dengan adanya Program
Nasional Citarum Harum, serta menjadi kawasan wisata hutan
bakau. Sumber foto: Penny DK.
40 | P a g e
Kesimpulan kecil: Dampak antropogenik bisa positif dan
juga bisa negatif, dalam hal pengelolaan sampah padat
(khususnya plastik) pada perairan sungai dan laut. Hal ini perlu
kepemimpinan yang kuat untuk memberikan dampak positif
(contohnya, program nasional Citarum Harum).
41 | P a g e
i) Kapal ini dibuat tahun 2014, dan beroperasi 2015.
ii) Ukuran utamanya: LOA = 28 m; B = 6 m; sarat depan
= 1,2 m; sarat belakang= 1,6 m.
iii) Kecepatan operasional cuma 4-5 knot, tergantung
cuaca.
iv) Model operasi bongkar muat menggunakan kren
(crane) dengan kapasitas 0,8 ton. Diikat di ujungnya
dengan jaring, agar sampah tidak berceceran.
v) Motor utama: bermerek Dossan, 6–silinder, 2 set (2
propeller).
vi) Opini Kapten, tenaganya sangat kurang. Perlu
dinaikkan untuk efektivitas operasional.
vii) Tanki BBM kapasitas 10 ton.
viii) Pemakaian BBM pada 1.500 RPM adalah sekitar 19-20
lt/jam.
(a)
42 | P a g e
(b)
43 | P a g e
(a)
(b)
(c)
Gambar 7. (a) Kapal Laut Bersih 33 di Muara Angke, Jakarta Utara. Sumber
foto: Ahmad (Dinas LH Kep. Seribu). (b) Kapal Laut Bersih 30
44 | P a g e
lagi merapat di dermaga pulau Pari, Kepulauan Seribu.
Sumber foto: Yustisia F. (c) Kapal Samtama, dengan kapasitas
bak sampah 8 ton. Sumber foto: Ahmad.
45 | P a g e
Namun demikian, hanya sekitar 3 buah yang beroperasi
(berdasarkan informasi yang dikumpulkan di lapangan). Hal itu
terjadi karena faktor protes masyarakat (bau asap) dan juga
biaya operasional yang butuh banyak penggantian suku
cadang. Gambar 8 menunjukkan insinerator L-Box yang
beroperasi dan tidak, baik di Pulau Harapan, Pulau Kelapa, Pulau
Panggang dan Pulau Pramuka.
(a)
46 | P a g e
(b)
Gambar 8. (a) Petugas operator insinerator dan para peneliti PRK. Ada 2
buah L-Box dan semuanya berfungsi. Sumber gambar: Handy
Chandra. (b) Ada 2 buah insinerator L-Box di Pulau Pramuka
yang tidak beroperasi karena diprotes warga sebab dituduh
mengakibatkan anak-anak jadi sakit batuk. Sumber foto:
Yustisia F.
47 | P a g e
(a)
(b)
Gambar 9. (a) PDU sampah plastik di daerah Joko Tuo, bantuan Pemprov
Jawa Tengah. Sumber gambar: Yustisia F. (b) PDU sampah
plastik di daerah Alang-alang, bantuan Dirjen PSLB3
(Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun
Berbahaya), Kementerian LHK. Sumber foto: Yustisia F.
48 | P a g e
Untuk tahapan pemrosesan akhir, Pemda Jepara tertarik
dengan ide untuk membuat Kapal Insinerator, agar tidak
merusak hutan dan membuka lahan baru di KTN Karimun Jawa.
Pertemuan sudah dilakukan sebanyak 2 kali (Gambar 10), baik
di Karimun Jawa dan juga di Jakarta.
49 | P a g e
(a)
(b)
50 | P a g e
(b) Pertemuan di Gedung BRSDM KP 2, Ancol, bersama
Sekretaris Daerah Bapak Edy Sujatmiko dan Kapus PRK,
Bapak IN Radiarta. Sumber foto: Yustisia F.
51 | P a g e
Desain umum dari kapal pengangkut sampah (KPS)
memiliki panjang 30,38 meter, lebar 5,5 meter, tinggi 2,9 meter
dan sarat 1,5 meter. Kapasitas kru 17 orang, kapasitas bak/palka
sampah 125 ton, kecepatan kapal 10 knot.
52 | P a g e
Association of Classification Societies), ataupun kapal standart
non-konvensi (NCVS, Non-Convention Vessel Standard). Hal ini
menyesuaikan dengan standart operasi dan wilayah kerja kapal.
53 | P a g e
(a)
(b)
Gambar 11. (a) Model operasional KIS dan KPS di Kepulauan Seribu, DKI
Jakarta, bertipe titik kumpul. Sumber gambar: Handy C. (b)
Model operasional KIS di Kepulauan Karimun Jawa, Jepara,
Jawa Tengah, bertipe lingkaran. Sumber gambar: Handy C.
54 | P a g e
Perlu tetap diingat, bahwa tekanan antropogenik dalam
bentuk sampah mengancam ekosistem perairan. Jika ekosistem
perairan rusak, maka jasa-jasa ekosistem tidak dapat dinikmati
masyarakat, pengusaha dan negara secara kolektif. Oleh
karenanya, KIS dan KPS bisa berfungsi sebagai salah satu
penjaga ekosistem perairan dari tekanan antropogenik.
Sehingga, jasa-jasa ekosistem perairan bisa tetap dinikmati
masyarakat dan negara (dalam bentuk pajak) secara
berkelanjutan.
55 | P a g e
Bab 4
Rekomendasi
Aspek Legal/Regulasi
56 | P a g e
d) Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 83,
Tahun 2018, tentang Penanganan Sampah Laut.
57 | P a g e
Daftar Referensi
Buku:
Dokumen:
58 | P a g e
2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
59 | P a g e
Memorandum Pertemuan secara daring lewat aplikasi Zoom, 02
Oktober 2020.
Situs Internet:
Rizky Wika SD. 2019. Serba Serbi Pulau Seribu Yang Wajib Kamu
Tahu Nih! https://travel.detik.com/domestic-destination/d-
4692239/serba-serbi-pulau-seribu-yang-wajib-kamu-tahu-
nih
60 | P a g e
Badan Pusat Statistik. 2018. Manggarai Barat Dalam Angka 2018.
https://manggaraibaratkab.bps.go.id/
Jurnal:
61 | P a g e
Jakarta: Puslit Oseanografi - LIPI. viii + 26 hlm.; 17,6 cm x 25
cm
Koran:
62 | P a g e
Gedung BRSDM KP, Lt. 5, Jl. Pasir Putih 2, Ancol,
Jakarta Utara.