Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN

KEGIATAN TAHUN 2020

Analisis Kebijakan,
Kapal Pengumpul Sampah Plastik

Pusat Riset Kelautan


Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan – KKP
Laporan Akhir

Analisis Kebijakan
Kapal Pengumpul
Sampah Plastik

Pusat Riset Kelautan, BRSDM KP


Kementerian Kelautan dan Perikanan
2020
(halaman sengaja dikosongkan)
Lembar Pengesahan

Jakarta, 07 Desember 2020.

Pusat Riset Kelautan,

Kepala

Dr. I Nyoman Radiarta, S.Pi, M.Sc

NIP. 19720402199803105
(halaman sengaja dikosongkan)
Kata Pengantar
Tim pelaksana penelitian (para pejabat fungsional Peneliti,
Perencana dan Umum) mengucap syukur pada Tuhan Yang
Maha Esa, yang atas karuniaNya dapat menyelesaikan
pekerjaan riset ini. Kegiatan ini telah mengganti judul sebanyak
dua (2) kali, yang disebabkan perubahan program di level
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Selain itu, terjadinya pandemi Covid-19 membuat


kegiatan tertunda sekitar 4-5 bulan dari agenda. Kemudian,
“rem darurat” PSBB (pembatasan sosial berskala besar) tahap
ke-2 di DKI menunda lagi kegiatan selama sekitar 1 bulan.
Namun demikian, kegiatan berjalan dengan cukup baik dan
lancar, walau tergopoh-gopoh.

Kami berterima kasih buat dukungan para mitra dari Dinas


Lingkungan Hidup Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu,
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Jepara,
Sekretaris Daerah Kabupaten Jepara, DPRD Kabupaten Jepara,
Dinas Lingkungan Hidup & Kehutanan Kabupaten Tangerang,
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi, Direktorat P4K Ditjen
PRL – KKP, para mahasiswa magang dari Departemen Sistem
Perkapalan, FTK – ITS, para Kapten kapal Laut Bersih, para
petugas PPSU di Kepulauan Seribu dan semua pihak yang tak
dapat disebut satu persatu.

2|Page
Semoga hasil laporan akhir ini, dapat bermanfaat bagi
pengelolaan sampah dan pemeliharaan ekosistem perairan di
pulau-pulau kecil dan terluar, serta bermanfaat bagi
pengembangan teknologi, inovasi, dan pertumbuhan ekonomi
kawasan kepulauan.

Hormat kami,

Tim Peneliti Anjak KPSP, PRK.


#SahabatBahari
#Kapal_IS

3|Page
Ringkasan Eksekutif
Mandat penanganan sampah laut, yang diakibatkan
aktivitas antropogenik (masuk ke laut melalui sungai-sungai,
maupun melalui aktivitas di atas permukaan laut) telah
diamanatkan dalam Perpres 83 tahun 2018, tentang
Penanganan Sampah Laut. Salah satu program nasional yang
merespon Perpres tersebut adalah program “Citarum Harum”.
Dalam 2 tahun pelaksanaan, hasilnya sangat positif.

Regulasi di atasnya, yang merupakan payung hukum


utama dari Perpres no. 83 tahun 2018, adalah Undang-undang
No 32 tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Pada Pasal 13, dinyatakan bahwa
pencemaran harus dicegah, ditanggulangi, dan dipulihkan.
Juga dituliskan dengan jelas, bahwa Pemerintah (Pusat dan
Daerah) memiliki mandat untuk mengelola dan menggunakan
dana yang tersedia (APBN dan APBD), untuk mencegah,
menanggulangi, dan memulihkan ekosistem perairan yang
sudah tercemar. Sehingga, perlindungan lingkungan di kawasan
perairan dan pesisir, yang menjadi pusat ekonomi, publik, wisata
dan lainnya adalah keniscayaan.

Kawasan perairan di daerah kepulauan dan kabupaten


yang memiliki pesisir dan pulau (ada sekitar 150-an kabupaten
dan provinsi), seharusnya merespon secara proaktif, amanat UU
no. 32 tahun 2009, Perpres no. 83 tahun 2018 dan juga Perpres

4|Page
no. 97 tahun 2017 tentang “Jakstranas sampah RT”. Namun
demikian, dalam realitanya, hanya satu kabupaten dan provinsi
yang memiliki armada kapal pengangkut sampah di kepulauan,
yaitu DKI Jakarta dan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu.
Jumlahnya ada 28 kapal pengangkut sampah, dengan
berbagai ukuran dan berbagai misi pekerjaan.

Berdasarkan hasil pengumpulan informasi melalui


wawancara, grup diskusi terarah, dan hasil survey lapangan,
maka direkomendasikan untuk memperbaiki desain kapal
pengangkut sampah (KPS), dan juga menyodorkan desain baru,
yaitu kapal insinerator sampah (KIS). Desain umum dari kapal
pengangkut sampah (KPS) memiliki panjang 30,38 meter, lebar
5,5 meter, tinggi 2,9 meter dan sarat 1,5 meter. Kapasitas kru 17
orang, kapasitas bak/palka sampah 125 ton, kecepatan kapal
10 knot.

Sedangkan desain umum dari kapal insinerator sampah


(KIS) memiliki panjang keseluruhan 48,3 meter, lebar 10,8 meter,
tinggi 3,5 meter dan sarat 2,5 meter. Kecepatan kapal 8 knot,
daya mesin induk 650 HP, kapasitas bak sampah 125 ton,
kapasitas kru 17 orang (Gambar 1).

5|Page
Gambar 1. (atas) Gambar desain umum 3 dimensi, kapal Insinerator
sampah (KIS). Sumber gambar: Handy Chandra. (bawah)
Gambar desain umum 3 dimensi, kapal pengangkut sampah
(KPS). Sumber gambar: Handy Chandra.

6|Page
Berdasarkan dua (2) desain ini, maka diharapkan bisa
direalisasikan oleh pemerintah daerah Kepulauan Seribu dan
Kabupaten Jepara pada tahun 2021-2022.

Kajian fasilitas galangan, waktu pengerjaan, dan biaya


yang dibutuhkan telah dilakukan pada PT. Janata Marina Indah
di Semarang. Hasilnya dengan ukuran kapal 30 meter, lama
pembangunan kapal memakan waktu sekitar 14 bulan. Itu
sudah termasuk waktu pemesanan mesin induk (main engine)
yang umumnya memakan waktu 6 bulan. Sedangkan biaya
pembangunannya diperkirakan sebesar Rp. 12-15 miliar.

Direkomendasikan untuk melakukan lelang terbuka


(dalam pembuatan kapal), agar hasilnya dapat menjadi lebih
optimal dan biaya bisa minimal. Sertifikasi kelas (Classification
certification) jenis KIS dan KPS dapat dibuat sesuai aturan Asosiasi
Internasional Komunitas Klasifikasi kapal (IACS, International
Association of Classification Societies), ataupun kapal standart
non-konvensi (NCVS, Non-Convention Vessel Standard). Hal ini
menyesuaikan dengan standart operasi dan wilayah kerja kapal.

7|Page
Prolog
Pada tahun 2019, kegiatan riset yang dikerjakan para
Peneliti, Perencana dan pegawai Pusat Riset Kelautan (PRK),
masih berjudul: Analisis Kebijakan Implementasi Kapal Perikanan
Tenaga Listrik. Sama sekali tidak ada kaitan dengan sampah dan
pulau-pulau kecil. Namun, sejak memasuki tahun 2020, tepatnya
pada tanggal 23 Januari, berdasarkan arahan Kepala Badan
Riset Sumberdaya Manusia KP (BRSDM KP), judulnya diubah
menjadi “Analisis Kebijakan Kapal Pengumpul Sampah Plastik”.

Perubahan mendadak ini berasal dari arahan Menteri


Kelautan dan Perikanan (Men-KP) – Bapak Edhy Prabowo – agar
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bisa memberikan
kontribusi untuk penanganan sampah laut, khususnya di Labuan
Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Bergerak cepat, tim langsung mengadakan pertemuan


hari Rabu, tanggal 29 Januari 2020, terkait kapal pengumpul
sampah yang ada di Labuan Bajo, buatan KKP tahun 2017-2018.
Acara dengan pihak Direktorat P4K (Pendayagunaan Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil), Dirjen PRL (Pengelolaan Ruang Laut) tersebut,
dilakukan di Gedung Mina Bahari 3, lantai 8, Gambir. Rapat
dihadiri oleh Pak Sapta Ginting, Pak Hendi, Pak Indra dan Pak
Suryo. Berdasarkan hasil pertemuan itu ada beberapa poin
menarik:

8|Page
i) Pemerintah Daerah Labuan Bajo keberatan dengan biaya
operasional BBM kapal pengumpul sampah yang
menghabiskan biaya Rp. 500 ribu per hari (Gambar 2).
ii) Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Labuan Bajo
berjarak sekitar 80 Km dari ibukota kabupaten. Perlu 3 kali
upaya (di laut, transit dan di darat) untuk sampai ke
pemrosesan akhir.
iii) Masalah sampah di perairan laut sekitar Labuan Bajo
merupakan kiriman sampah hanyut dari Laut Jawa saat
musim angin barat, dan juga dari kapal-kapal pesiar jenis
live-aboard. Kapal jenis ini berjumlah 178 pada tahun 2020,
padahal tahun 2017 hanya berjumlah 60-an saja.
iv) Masalah sampah dari daratan (pulau Flores) sudah
dikerjakan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten dan
Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat), dengan membuat TPS (Tempat Penampungan
Sampah Sementara) dan penempatan jaring sampah
plastik di sungai.
v) Kesimpulan kecil: Masalah sampah merupakan dampak
dari aspek antropogenik (sebelum masuk ke badan air).
Sedangkan untuk pengelolaan yang sudah terbuang ke
laut, perlu dukungan manajemen operasional kapal dan
fiskal.

9|Page
Gambar 2. (atas) Gambar perencanaan kapal pengumpul sampah yang
ada di Labuan Bajo, NTT. Sumber gambar: Direktorat P4K,
DJPRL. (bawah) Foto realita kapal yang sudah beroperasi.
Sumber foto: Indra Prasetya.

10 | P a g e
Bulan Februari 2020, kami melakukan aktivitas revisi judul,
revisi anggaran, dan juga persiapan kegiatan pada bulan
berikutnya. Selain itu, mendadak sekali diminta penambahan
judul kegiatan terkait sampah di perairan laut. Bulan ini penuh
dengan revisi-revisi dan konsolidasi.

Tanggal 02 Maret 2020, pandemi Covid-19 (Corona Virus


Diseases-2019 adalah nama penyakitnya, sedangkan nama
virusnya SARS-COV-2) resmi melanda Indonesia. Hal ini ditandai
dengan pasien positif 2 orang dalam satu keluarga.

Walau demikian, pekerjaan tetap dilaksanakan dengan


antusias. Pada tanggal 10 Maret 2020, pertemuan terkait
kegiatan riset Analisis Kebijakan Kapal Pengumpul Sampah
Plastik (Anjak KPSP) dilakukan pertama kali. Hasil-hasil penting
dari pertemuan itu adalah:

1) Delapan puluh persen (80%) sampah plastik yang ada di


laut merupakan kiriman dari daratan, yang masuk melalui
sungai. Sisanya merupakan dampak aspek antropogenik
aktivitas di pesisir dan dari kapal.
2) Yang terapung di permukaan air laut hanya sekitar 0,5%,
yang tersuspensi (melayang) sekitar 15-20%, dan yang
tenggelam di dasar perairan 80%.
3) Pelabuhan Perikanan yang dikelola KKP berdasarkan hasil
studi Balai Sosial Ekonomi, Pusat Riset Perikanan, sudah
cukup bagus penanganan di daratannya. Sedangkan di
perairannya tidak dilakukan pengumpulan dan

11 | P a g e
pembersihan sampah, hanya pengerukan kolam
pelabuhan.
4) Pembuatan kapal pengejar/penangkap sampah tidak
efektif. Lebih efektif adalah pemasangan
perangkap/jaring sampah (trash boom). Ini dapat
diimplementasikan dengan investasi yang lebih murah
dan biaya operasional yang rendah.
5) Kapal pengumpul sampah bantuan dari yayasan
internasional “Ocean Cleanup” (dari Belanda) yang
diletakkan di Jakarta, tidak efektif. Hanya 2-3 bulan lalu
berhenti. Hal ini karena masalah pemindahan sampah
yang terkumpul dari kapal ke TPA Bantar Gebang tidak
ada biayanya.
6) Kesimpulan kecil: Masalah sampah di Teluk Jakarta,
Pelabuhan Perikanan, dan secara global, merupakan
dampak dari aspek antropogenik (sebelum masuk ke
badan air). Sedangkan untuk pengelolaan yang sudah
terbuang ke laut, sekali lagi, perlu manajemen operasional
kapal dan dukungan fiskal.

Penghentian kegiatan/operasi (lock down) kantor KKP di Ancol,


didahului dengan meninggalnya dua rekan pegawai KKP dari
DJ-PSDKP (Alm. Pak Adi dan Alm. Pak Syaf), dengan gejala sakit
sesak napas sepulang dari pertemuan di Semarang. Selain itu,
rekan dari kantor LIPI di Ancol, meninggal dengan didahului
gejala sesak-napas (Alm. Pak Hasanuddin).

12 | P a g e
Tanggal 16 Maret 2020, secara resmi kantor berhenti
beroperasi untuk waktu yang tidak diketahui. Kegiatan riset relatif
berhenti sampai Juni 2020.

Beruntung para peneliti dan semua staf diberikan


kesehatan dan kekuatan, sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan, walaupun dengan tergopoh-gopoh. Tuntas juga
akhirnya, dua desain umum kapal khusus untuk mengatasi
masalah sampah di kepulauan dan perairan teritorial Indonesia.

Adapun desain umum dari kapal pengangkut sampah


(KPS) adalah memiliki panjang 30,38 meter, lebar 5,5 meter,
tinggi 2,9 meter dan sarat 1,5 meter. Kapasitas kru 17 orang,
kapasitas bak/palka sampah 125 ton, kecepatan kapal 10 knot.
Sedangkan desain umum dari kapal insinerator sampah (KIS)
memiliki panjang keseluruhan 48,3 meter, lebar 10,8 meter, tinggi
3,5 meter dan sarat 2,5 meter. Kecepatan kapal 8 knot, daya
mesin induk 650 HP, kapasitas bak sampah 125 ton, kapasitas kru
17 orang.

13 | P a g e
Daftar Isi
Hal

Lembar Pengesahan

Kata Pengantar …….. ……………………………………... 1

Ringkasan Eksekutif ..... ……………………………………… 3

Prolog ………………… ……………………………………… 7

Daftar Isi ........………… ……………………………………… 13

Daftar Gambar .……... ……………………………………… 15

Bab 1. Latar Belakang ……………………………………… 19

Bab 2. Tinjauan Dasar Hukum dan Referensi ….... ......... 33

Bab 3. Tinjauan Hasil Survey Primer ………………………… 39

Bab 4. Rekomendasi . ……………………………………… 59

Daftar Referensi ….… ……………………………………… 61

14 | P a g e
(halaman sengaja dikosongkan)

15 | P a g e
Daftar Gambar
Gambar 1. (atas) Gambar desain umum 3 dimensi, kapal Insinerator
sampah (KIS). Sumber gambar: Handy Chandra.
(bawah) Gambar desain umum 3 dimensi, kapal
pengangkut sampah (KPS). Sumber gambar: Handy
Chandra. ......................................................................... 6

Gambar 2. (atas) Gambar perencanaan kapal pengumpul sampah


yang ada di Labuan Bajo, NTT. Sumber gambar: Direktorat
P4K, DJPRL. (bawah) Foto realita kapal yang sudah
beroperasi. Sumber foto: Indra Prasetya. ................... 10

Gambar 3. Lokasi Labuan Bajo, NTT. Kotak warna hijau, kuning, dan
merah merupakan titik-titik hotspot berkumpulnya
sampah di sekitar ibukota kabupaten tersebut. ........ 19

Gambar 4. (atas) Kapal Listrik Tenaga matahari (Majalah Sains


Indonesia 2012). Kapal ini memperoleh desain Paten tahun
2019. Basis desain kapal sampah tahun 2020 akan
menggunakan basis desain kapal ini. (bawah) Kapal
pengumpul sampah di Menado, Sulawesi Utara, hibah
Bank Indonesia ke Pemda. ........................................... 27

Gambar 5. (a) Kondisi yang penuh dengan sampah plastik dan sudah
menjadi pulau sampah, pada muara Sungai Cisadane, di
Tanjung Burung, kecamatan Teluk Naga, Banten. Sumber
gambar: Dinas LHK Kabupaten Tangerang, Banten. (b)
Muara Sungai Citarum yang bersih dengan adanya
Program Nasional Citarum Harum, serta menjadi kawasan
wisata hutan bakau. Sumber foto: Penny DK. ............. 40

Gambar 6. (a) Rapat pengumpulan data dan informasi dengan


Kepala Dinas LH Kepulauan Seribu, Bapak Dr. Djoko Rianto.
Sumber foto: Yustisia F. (b) Bongkar muat sampah dari
Kepulauan Seribu di pelabuhan Perikanan Muara Angke,

16 | P a g e
Jakarta. Sampah kemudian dibawa ke TPA Bantar
Gebang. Sumber foto: Yustisia F. .................................. 43

Gambar 7. (a) Kapal Laut Bersih 33 di Muara Angke, Jakarta Utara.


Sumber foto: Ahmad (Dinas LH Kep. Seribu). (b) Kapal Laut
Bersih 30 lagi merapat di dermaga pulau Pari, Kepulauan
Seribu. Sumber foto: Yustisia F. (c) Kapal Samtama, dengan
kapasitas bak sampah 8 ton. Sumber foto: Ahmad.... 44

Gambar 8. (a) Petugas operator insinerator dan para peneliti PRK. Ada
2 buah L-Box dan semuanya berfungsi. Sumber gambar:
Handy Chandra. (b) Ada 2 buah insinerator L-Box di Pulau
Pramuka yang tidak beroperasi karena diprotes warga
sebab dituduh mengakibatkan anak-anak jadi sakit batuk.
Sumber foto: Yustisia F. .................................................. 47

Gambar 9. (a) PDU sampah plastik di daerah Joko Tuo, bantuan


Pemprov Jawa Tengah. Sumber gambar: Yustisia F. (b)
PDU sampah plastik di daerah Alang-alang, bantuan Dirjen
PSLB3 (Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun
Berbahaya), Kementerian LHK. Sumber foto: Yustisia F.48

Gambar 10. (a) Pertemuan di Balai Desa Pulau Karimun, bersama


Kepala Dinas LH Kabupaten Jepara, Ibu Farikhah Elida dan
Kepala Desa Pak Nor Soleh. Sumber gambar: Yustisia F. (b)
Pertemuan di Gedung BRSDM KP 2, Ancol, bersama
Sekretaris Daerah Bapak Edy Sujatmiko dan Kapus PRK,
Bapak IN Radiarta. Sumber foto: Yustisia F. ................. 50

Gambar 11. (a) Model operasional KIS dan KPS di Kepulauan Seribu,
DKI Jakarta, bertipe titik kumpul. Sumber gambar: Handy
C. (b) Model operasional KIS di Kepulauan Karimun Jawa,
Jepara, Jawa Tengah, bertipe lingkaran. Sumber gambar:
Handy C. ......................................................................... 54

17 | P a g e
Bab 1

Latar Belakang

Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, dalam


pelantikan Menteri Kabinet 2019-2024, tanggal 23 Oktober 2019
menyatakan bahwa dalam kabinet tidak ada visi-misi Menteri.
Yang ada visi-misi Presiden dan Wakil Presiden. Sehingga
pembangunan dapat berjalan seiring dan terkoordinasi dengan
baik.

Menyambut arahan Presiden, maka Kementerian


Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan 14 prioritas
utama kegiatan sepanjang 2020 dan lima tahun kedepan.
Sampah Plastik merupakan prioritas nomor 1, yang menjadi focus
KKP dan juga BRSDM KP. Hal ini sesuai dengan pengarahan yang
dilakukan tanggal 06 Januari 2020 pada acara Rakor Pusat
BRSDM KP, tanggal 23 Januari 2020 pada Pertemuan dengan
Peneliti Pusat Riset Kelautan (PRK), dan tanggal 26 Januari 2020
pada Rapim di Palembang. Hal ini juga sesuai dengan Perpres
no. 83/2018, tentang Penanganan Sampah Laut. Seiring dengan
itu juga terbit Perpres 56/2019, tentang Rencana Aksi Nasional
(RAN) Pengelolaan Taman Nasional (TN) dan Kawasan
konservasi Perairan Nasional (KKPN).

18 | P a g e
Labuan Bajo adalah sebuah desa yang terletak sebelah
Barat Pulau Flores, tepatnya berada dalam wilayah administrasi
Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa
Tenggara Timur (Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, 2019).
Lihat Gambar 3. Lokasi yang strategis, dekat dengan Taman
Nasional Komodo menjadikan Labuan Bajo sebagai kota yang
sibuk dan aktif, hal ini dikarenakan Pelabuhan Labuan Bajo
merupakan pintu masuk utama menuju Taman Nasional
Komodo yang identik dengan satwa langka Komodo serta
keindahan alaminya.

Gambar 3. Lokasi Labuan Bajo, NTT. Kotak warna hijau, kuning, dan
merah merupakan titik-titik hotspot berkumpulnya sampah
di sekitar ibukota kabupaten tersebut.

Penunjukan Taman Nasional Komodo sebagai salah satu


dari sepuluh destinasi pariwisata utama di Indonesia oleh
Pemerintah Pusat semakin menambah geliat perekonomian di
kawasan Labuan Bajo yang ditandai dengan peningkatan
19 | P a g e
pengunjung wisatawan baik domestik maupun manca negara
secara signifikan. Hal ini semakin dipertegas dengan masifnya
pertumbuhan dan perkembangan di kawasan Labuan Bajo
berupa kolaborasi antara sektor swasta dan program
pemerintah baik di sektor infrastruktur maupun fasilitas pariwisata
pendukung lainnya dalam rangka mendukung Peraturan
Presiden No 56 Tahun 2019 Tentang Rencana Aksi Nasional
Pengelolaan Terpadu Taman Nasional dan Kawasan Konservasi
Perairan Nasional Tahun 2018-2025 dengan melibatkan
kementerian/lembaga serta instansi terkait baik pusat dan
daerah untuk turut serta mendukung program-program nasional.

Meskipun memiliki dampak positif bagi perekonomian,


pembangunan besar-besaran di Labuan Bajo dan sekitarnya
juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan kawasan
berupa tekanan limbah dan sampah baik domestik (yang
berasal dari masyarakat sekitar) maupun non domestik (yang
berasal dari luar daerah) (BPS, 2018). Keberadaan limbah dan
sampah ini tidak hanya mencemari daratan saja, namun juga
pesisir dan perairan lautnya yang kemudian akan
mempengaruhi kualitas perairan dan kondisi ekosistem pesisir
kawasan yang diatur dalam Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Kualitas Air Laut.
Salah satu ekosistem pesisir di Labuan Bajo yang rentan dan
berpotensi terancam keberadaannya adalah ekosistem
terumbu karang.

20 | P a g e
Manajemen wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil perlu
mengacu kepada prinsip ekonomi biru dengan
menyeimbangkan antara eksplorasi potensi penggunaan dan
pemanfaatan sumberdaya alam dengan keberkelanjutannya
(Pauli, 2010). Beberapa potensi dari terumbu karang dapat
dimanfaatkan dan dipergunakan baik sebagai material mentah
dari berbagai industri dan jasa kelautan, industri perikanan,
ekowisata, pengolahan makanan, pengobatan dan masih
banyak lagi (Caesar, 1996). Status terumbu karang Indonesia
berdasarkan Hadi et al (2017) bervariasi dari kategori buruk ke
sedang, yang mendominasi sebanyak 70.48% dari 1.067 lokasi,
menjadikan status kesehatan terumbu karang Indonesia masih
kurang memuaskan dan jauh dari harapan.

Status terumbu karang Labuan Bajo tak berbeda jauh dari


kondisi terumbu karang Indonesia dimana ekosistem terumbu
karang di Labuan Bajo mengalami degradasi kondisi yang
disebabkan oleh faktor-faktor baik secara alami maupun
intervensi dan aktivitas manusia di sekitar kawasan yang mampu
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ekosistem
terumbu karang di Labuan Bajo (Beritasatu, 2017). Faktor alami
yang berasal dari fenomena alam perubahan iklim yang disertai
dengan perubahan suhu permukaan laut yang signifikan dapat
mengganggu keseimbangan pertumbuhan terumbu karang
sampai menyebabkan peristiwa pemutihan pada karang (coral
bleaching) (Setiawan et al., 2017) yang terjadi hampir di seluruh
pesisir Indonesia seperti di Taman Nasional Karimunjawa,

21 | P a g e
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Gugusan Pulau Biawak
dan Taman Nasional Kepulauan Seribu. Faktor lain yang dapat
mengganggu pertumbuhan terumbu karang di kawasan
Labuan Bajo adalah intervensi dan aktivitas manusia seperti
penangkapan yang bersifat merusak seperti penggunaan bom
ikan, racun potasium serta kesibukan pelabuhan dengan lalu
lintas kapal pengangkut wisatawan yang bisa berdampak
langsung pada kondisi, kesehatan dan keberadaan ekosistem
terumbu karang. Permasalahan lain terkait aktivitas manusia
sebagai akibat dari pertumbuhan, perkembangan, peningkatan
pengunjung dan wisatawan di Labuan Bajo adalah sampah dan
limbah, baik yang berada di daratan maupun yang berada di
perairan (laut). Pengaturan sampah laut sendiri sejatinya sudah
diatur oleh Pemerintah Pusat lewat Peraturan Presiden no 83
Tentang Penanganan Sampah Laut, namun turunannya masih
menunggu pembahasan di daerah masing-masing sehingga
tahap implementasi di lapangan sedikit mengalami
keterlambatan.

Sampah di laut, khususnya sampah plastik, telah secara


luas diketahui memiliki dampak negatif pada tingkat biologis,
ekologis dan sosial-ekonomi. Keberadaan sampah plastik di
lingkungan laut terus semakin menjadi perhatian mesdkipun
berbagai upaya telah dilakukan oleh para pemangku
kepentingan. Pembuangan dan akumulasi sampah di
lingkungan laut merupakan salah satu ancaman yang paling
cepat berkembang terhadap kesehatan laut dunia. Di seluruh

22 | P a g e
area di laut yang diuji menunjukkan adanya plastik. Pencemaran
plastik di lingkungan laut yang terus terjadi disebabkan terutama
oleh kegiatan di daratan (land-based activities) tetapi juga dari
aktivitas di laut. Plastik dalam jumlah besar yang saat ini berada
di laut adalah akibat kesalahan manusia untuk berurusan
dengan plastik secara lebih berkelanjutan (UN Environment,
2017).

Tingkat produksi plastik tahunan di dunia terus tumbuh


secara eksponensial tanpa diimbangi dengan peningkatan
tindakan pengelolaan, sehingga menyebabkan terjadinya
kontribusi sampah plastik laut secara terus-menerus dari daratan,
udara dan laut. Sampah plastik dan mikro plastik adalah sumber
plastik berukuran makro atau mikro meter dan nanometer di
lingkungan laut yang berkontribusi secara signifikan terhadap
pencemaran laut dan pesisir (UN Environment, 2017).

Plastik, yang mencakup proporsi besar dari pencemaran


laut, saat ini dapat ditemukan di seluruh laut di dunia, namun
diperkirakan konsentrasi tertinggi terdapat di wilayah pesisir dan
di lingkungan terumbu karang, dengan mayoritas sampah
tersebut berasal dari sumber di darat (land-based sources).
Pencemaran sampah plastik telah mempengaruhi lebih dari 800
spesies laut dan pesisir melalui masuk ke proses pencernaan,
terbelit, dan perubahan habitat. Di beberapa organisme, mikro
plastik dapat masuk ke saluran pencernaan dan pada akhirnya
masuk ke sel-sel dan jaringan tubuhnya. Ditambah dengan

23 | P a g e
dampak perubahan iklim terhadap ekosistem terumbu karang,
maka ancaman plastik harus ditangani secara serius (Sweet et
al., 2019).

Solusi jangka panjang terhadap sampah plastik laut


diantaranya perbaikan tata kelola pada semua tingkatan, serta
perubahan perilaku dan sistem, seperti penerapan ekonomi
sirkular dan pola produksi dan konsumsi yang lebih berkelanjutan.
Solusi jangka pendek yang paling mendesak untuk mengurangi
input plastik, terutama di negara berkembang, adalah
meningkatkan pengumpulan dan pengelolaan sampah (UN
Environment, 2017).

Arus laut merupakan pergerakan massa air laut, baik


horizontal maupun vertikal, yang dapat disebabkan oleh banyak
gaya pembangkit. Beberapa gaya utama penyebab
munculnya arus laut adalah pasang surut, perbedaan massa
jenis (densitas) air laut di tempat yang berbeda, dan angin
permukaan. Pada dasarnya sirkulasi arus laut dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu sirkulasi di permukaan laut
(surface circulation) dan sirkulasi di dalam laut (intermediate or
deep circulation). Arus pada sirkulasi di permukaan laut
didominasi oleh arus yang ditimbulkan oleh angin sedangkan
sirkulasi di dalam laut didominasi oleh arus yang ditimbulkan oleh
perbedaan tekanan dan densitas. Pola sirkulasi pada setiap
perairan berbeda-beda, hal ini karena pola sirkulasi sangat

24 | P a g e
dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan perairan seperti
batimetri, tipe dan tinggi pasang surut, serta keterbukaan area.

Pola sirkulasi arus laut di suatu perairan dapat diketahui


dengan beberapa metode; diantaranya dengan melakukan
pengukuran langsung, perhitungan dari data satelit (untuk tipe
arus tertentu), dan perhitungan model numerik. Model sirkulasi
laut merupakan representasi dari kondisi sirkulasi laut dengan
memperhatikan faktor atmosfer di atas laut, sebaran suhu dan
salinitas air laut, angin dan kondisi topografi serta garis pantai
dalam perhitungannya. Penggunaan model sirkulasi arus laut
banyak digunakan sebagai metode prediksi arah dan
kecepatan arus di suatu perairan. Prediksi sirkulasi arus
permukaan di suatu area tertentu dapat dilakukan dengan
mencuplik (cropping) hasil model sirkulasi global atau regional
yang telah tersedia. Pendekatan ini didasarkan pada asumsi
bahwa kondisi sirkulasi di suatu perairan laut dipengaruhi oleh
sirkulasi arus di perairan lainnya, hal ini mengingat laut
merupakan perairan yang saling terhubung di bumi. Model arus
permukaan diperoleh dengan melihat hasil model laut tiga
dimensi pada lapisan permukaan.

Perairan laut Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur


merupakan bagian dari perairan Laut Flores dimana pola
sirkulasinya dipengaruhi oleh sirkulasi arus utama Samudra Pasifik
– Samudra Hindia dan sirkulasi regional yang berubah secara
musiman sesuai dengan monsun. Prediksi terhadap dinamika

25 | P a g e
sirkulasi arus permukaan di perairan Labuan Bajo dapat
diperoleh dari hasil simulasi model sirkulasi regional di sekitar
perairan tersebut.

Hasil modeling arus permukaan ini akan menjadi dasar


dalam merancang dan mendesain plastic-trash-boom (PTB)
beserta system tambatan (mooring) dan ukuran jaring yang
hendak dipasang.

Pusat Riset Kelautan telah melakukan uji prototipe kapal


listrik pada tahun 2012-2013 (Gambar 4). Keberhasilan pengujian
tersebut masih dalam tahap penelitian dan sudah terbukti. Saat
itu hanya untuk memenuhi isu kelangkaan BBM, untuk dilanjutkan
menjadi kapal ikan tenaga listrik. Namun demikian, peluang
untuk menjadikan kapal pengumpul sampah tenaga hibrid (solar
dan tenaga listrik dari matahari) adalah keniscayaan (Teori dan
praktek sudah pernah dibuktikan oleh Pusat Riset Kelautan).
Perekayasaan dan pengembangan inovasi kapal sampah
tenaga hibrid adalah hal penting buat KKP, dan sesuai arahan
visi-misi Presiden.

26 | P a g e
Gambar 4. (atas) Kapal Listrik Tenaga matahari (Majalah Sains Indonesia
2012). Kapal ini memperoleh desain Paten tahun 2019. Basis
desain kapal sampah tahun 2020 akan menggunakan basis
desain kapal ini. (bawah) Kapal pengumpul sampah di
Menado, Sulawesi Utara, hibah Bank Indonesia ke Pemda.

27 | P a g e
Kajian kebijakan untuk melakukan implementasi kapal
sampah tenaga hibrid perlu dilakukan untuk melihat peluang
keberhasilannya. Aspek-aspek yang akan dikaji antara lain:

a. Aspek operasional penanganan sampah.


Menghitung rute dan jenis sampah tangkapan.
b. Aspek teknis kapal sampah tenaga hibrid perlu
menyesuaikan parameter biaya dan SDM pelaksana
yang efektif dan dapat diandalkan.
c. Aspek ekonomis dan sosial.

Teknologi sistem kelistrikan sudah sangat berkembang


dengan baik dalam rentang waktu 8 tahun. Mobil listrik, bis listrik,
sepeda motor listrik dan pesawat listrik sudah banyak kita lihat
dan saksikan operasionalisasinya. Bahkan kapal fery bertenaga
listrik telah beroperasi sejak Mei 2015 di Norwegia. Kapal ini
mereduksi gas karbon dioksida dan mono oksida sampai 95%
dan menghemat biaya sampai 80% dibandingkan kapal motor
diesel. Bila diimplementasikan akan memberikan dampak
penurunan biaya operasional kapal sampah tenaga hibrid.

Untuk kapal pengumpul sampah tenaga hibrid, energi


listrik akan dipergunakan untuk menggerakkan konveyor. Alat ini
berguna dalam rangka mengangkut sampah di air ke bak
penampung di atas kapal. Untuk menggerakkan kapal,
dipergunakan tenaga solar dengan mesin antara 15-20 PK.
Keputusan desain dan perencanaan sebelum fabrikasi akan
ditentukan setelah survey awal.

28 | P a g e
Diharapkan inovasi teknologi dan rekomendasi kebijakan
pengelolaan sampah plastik melalui desain-inovasi kapal
pengumpul sampah tenaga hibrid untuk penempatan di muara
Citarum, di muara sungai Cisadane, dan di Labuan Bajo, NTT,
dapat menjadi solusi teknologi penanganan sampah plastik laut
buat Indonesia.

Tujuan dan Sasaran

Tujuan kegiatan adalah membuat rekomendasi kebijakan


desain-inovasi kapal pengumpul sampah tenaga hibrid
untuk penempatan di muara Citarum, di muara Sungai
Cisadane, dan di Labuan Bajo, NTT.

Kebaruan dan Terobosan Riset yang Dilakukan

Terobosan riset adalah dalam level desain khusus dan


paten kapal pengumpul sampah tenaga hybrid untuk
penempatan di muara Citarum, di muara Sungai
Cisadane, dan di Labuan Bajo, NTT.

Metode Penyusunan Rekomendasi Kebijakan

Tinjauan Pustaka

a. Kebaharuan riset terapan ini adalah aspek novelty


(kebaruan alat/sarana). Ini akan menjadi yang
pertama di Indonesia. Sama Seperti kapal katamaran

29 | P a g e
tenaga listrik, merupakan yang pertama di Indonesia
tahun 2011 yang lalu.

b. Karena bersifat implementatif, riset ini mendukung


tugas pokok dan fungsi KKP dalam melaksanakan
Perpres no. 83 tahun 2018 tentang Penanganan
Sampah Laut.

Peta Rencana

Tahun pertama (2020): dicapai Desain kapal


pengumpul sampah, dengan tingkat kesiapan
teknologi (TKT) level 6.

Metode Analisis Kebijakan

1. Identifikasi batasan (constraints) desain dan


pemanfaatan.

2. Perancangan desain tahap 1.

3. FGD-internal untuk penyempurnaan desain&


rekomendasi.

4. Perancangan desain tahap 2.

5. FGD-Eksternal untuk penyempurnaan desain akhir &


rekomendasi.

6. Perancangan desain tahap akhir (Final).

30 | P a g e
(halaman sengaja dikosongkan)

31 | P a g e
Bab 2
Tinjauan Dasar Hukum
dan Referensi
Membicarakan topik sampah plastik di laut pada tahun
2020 ternyata sudah cukup terlambat. Pada tahun 2017, 12
Kementerian yang dipimpin Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman, telah mengeluarkan Ringkasan Eksekutif (Executive
Summary) tentang Rencana Aksi Indonesia menangani sampah
plastik di laut.

Ada 5 prinsip pengurangan sampah plastik di laut : (1)


Memperbaiki perubahan budaya. (2) Mengurangi kebocoran
sampah dari aktivitas di darat. (3) Mengurangi kebocoran
sampah dari aktivitas di laut. (4) Mengurangi penggunaan dan
produksi plastik. (5) Memperbaiki mekanisme pembiayaan,
reformasi kebijakan, dan penegakan hukum tentang sampah.

Bersamaan dengan Ringkasan Eksekutif tersebut, tahun


2017 juga telah keluar Peraturan Presiden (Perpres) no. 97 tahun
2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga. Biasa disingkat menjadi Jakstranas Sampah RT.

Terget pengurangan timbulan sampah RT dan sampah


sejenis sampah RT sebesar 30% pada 2025, atau sebesar 20,9 juta
ton sampah dikurangi pada tahun 2025. Selain itu, Penanganan

32 | P a g e
timbulan sampah RT dan sampah sejenis sampah RT sebesar 70%
pada 2025, atau sebesar 49,9 juta ton sampah tertangani pada
2025.

Penanganan timbulan sampah meliputi aktivitas: (1)


Pemilahan, (2) Pengumpulan, (3) Pengangkutan, (4)
Pengolahan, dan (5) Pemrosesan Akhir. Umumnya, pada
tahapan pemrosesan akhir, dilakukan dengan cara dibakar
menggunakan insinerator yang ramah lingkungan.

Dalam Pasal 11 dan 13 Jakstranas Sampah RT, disebutkan


bahwa Gubernur dan Bupati/Walikota bertanggung jawab
dalam penyediaan tanah, sarana dan prasarana pengelolaan
sampah RT dan sampah sejenis sampah RT sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Kemudian, pasal 15 menyebutkan bahwa


penyelenggaraan Jakstranas, Jakstrada provinsi dan Jakstrada
kabupaten dapat bersal dari dana APBN dan APBD.

Menurut Tim Penulis, kebijakan provinsi DKI Jakarta untuk


menangani timbulan sampah dengan menggunakannya
sebagai bahan reklamasi pantai Ancol sebesar 150 hektar,
adalah merupakan contoh dari Kebijakan dan Strategi Daerah
(Jakstrada) Provinsi (Kompas, Sabtu 04 Juli 2020). Hal ini sesuai
Perpres No. 97 tahun 2017.

Dalam level Kebijakan, upaya peningkatan kinerja


penanganan sampah RT dan sampah sejenis RT (lampiran 2,

33 | P a g e
Perpres 97 tahun 2017), disebutkan strategi penerapan teknologi
(Nomor 2. J) secara tepat guna. Salah satunya pada nomor 2. J.
2. : Penelitian dan Pengembangan teknologi penanganan
sampah. Pada nomor 2. J. 3. : Pembangunan Penerapan
teknologi untuk penanganan sampah, antara lain: (1)
Pembangkit listrik berbasis sampah melalui teknologi thermal, (2)
Pembangkit listrik tenaga metana di TPA, (3) Pemanfaatan
sampah sebagai bahan bakar substitusi untuk industri semen,
dan (4) Pemrosesan akhir sampah untuk menjadi energi
terbarukan.

Melihat uraian alinea-alinea di atas, maka Kementerian


Kelautan dan Perikanan (KKP) bisa melakukan penelitian dan
pengembangan teknologi penanganan sampah untuk wilayah
perairan dan pulau-pulau kecil. Yang mana hal ini sesuai dengan
tugas pokok Badan Riset dan Sumberdaya Manusia Kelautan
dan Perikanan (BRSDM KP).

Selanjutnya, dari Perpres 97 tahun 2017 kegiatan dan


Ringkasan Eksekutif tahun 2017 di atas, kemudian menjadi lebih
spesifik dalam Peraturan Presiden (Perpres) no. 83 tahun 2018
tentang Penanganan Sampah Laut.

Definisi sampah laut adalah sampah yang berasal dari


daratan, badan air, dan pesisir yang mengalr ke laut atau,
sampah yang berasal dari kegiatan di laut. Diamanatkan dalam
Perpres no. 83 tahun 2018 untuk menyusun rencana aksi nasional
penanganan sampah laut 2018-2025. Ada 18 Kementerian yang

34 | P a g e
terlibat dalam tanggung jawab terhadap pelaksanaan Perpres
ini. Ketua Tim Koordinasi adalah Menteri Koordinator bidang
Kemaritiman, Ketua Harian adalah Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, serta didukung 16 Menteri lainnya, termasuk
Menteri Kelautan dan Perikanan.

Turunan dari Perpres No. 83 tahun 2018 adalah program


nasional: Citarum Harum. Program ini merubah Sungai Citarum
yang terkenal sebagai sungai terkotor sedunia, menjadi sungai
yang bersih, dalam 2 tahun saja (Gambar 3). Malahan sekarang,
sungai Cisadane menjadi yang paling kotor di muaranya.

Sebelas tahun yang lalu, tepatnya tahun 2009, telah keluar


Undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Pada pasal 20 disebutkan bahwa terjadinya pencemaran


sampah diukur melalui baku mutu lingkungan hidup. Baku mutu
lingkungan hidup meliputi: (1) Baku mutu Air, (2) Baku mutu air
limbah, (3) Baku mutu air laut, (4) Baku mutu udara ambien, (5)
Baku mutu emisi, (6) Baku mutu gangguan, dan (7) Baku mutu
lain sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Masuknya sampah RT dan sampah sejenis RT pada


perairan laut tentunya merusak baku mutu air laut. Baku mutu air
laut diukur dengan parameter kandungan oksigen, kekeruhan,
dan salinitas (Kepmen LH No. 51 tahun 2004). Selain itu, sampah
RT juga merusak ekosistem tanah, ekosistem sungai dan muara,

35 | P a g e
ekosistem perairan pesisir dan laut, ekosistem terumbu karang,
dan ekosistem perairan samudera (Pasal 21, UU 32 tahun 2009).

Pada Pasal 52 dalam UU No. 32 tahun 2014 tentang


Kelautan, disebutkan bahwa pencemaran laut disebabkan dari
tiga (3) sumber: (1) dari kegiatan di daratan, (2) dari kegiatan di
laut, (3) dari kegiatan di Udara. Pencemaran sampah dari
daratan menurut riset adalah sebesar 80% dari sampah plastik
yang berada di lautan.

Pemerintah melakukan upaya perlindungan lingkungan


laut melalui: Konservasi, Pengendalian Pencemaran Laut,
Penanggulangan Bencana Kelautan, Pencegahan dan
Penanggulangan Pencemaran, Kerusakan dan Bencana (Pasal
50, UU no. 32 tahun 2014). Karenanya, penanganan
(penanggulangan) kerusakan dan pencemaran akibat sampah
plastik dan sampah RT adalah mandat yang harus dikerjakan
KKP, khususnya para Peneliti di BRSDM KP.

Sebagai catatan referensi dari Amerika Serikat (NOAA,


2020), bahwa penanganan sampah laut yang merupakan
standard adalah daur ulang (recycle), dipakai ulang (reuse),
dijadikan energi (waste-to-energy), dan yang paling umum
dijadikan material timbunan (land-fill). Karenanya, pemakaian
sampah untuk material timbunan di pulau-pulau kecil adalah hal
yang lumrah dan ekonomis.

36 | P a g e
(halaman sengaja dikosongkan)

37 | P a g e
Bab 3
Tinjauan Hasil Survey Primer

Kegiatan mulai berjalan kembali dengan protokol


kesehatan ketat, dan diawali dengan survey ke-2 muara sungai
terbesar di Teluk Jakarta. Sebenarnya ada 13 sungai yang
bermuara ke Teluk Jakarta, namun Sungai Cisadane (survey
pada 09-10 Juli 2020) dan Citarum (16-17 Juli 2020) yang terbesar,
seperti terlihat pada Gambar 5 (a).

Hasil utama kedua survey menunjukkan peran atau


dampak dari manusia dalam mencegah dan mengurus sampah
plastik dan sampah padat lainnya. Peran manusia yang utama
adalah agar sampah tidak masuk dan mengotori badan
perairan. Kalaupun sudah masuk mengotori badan air, perlu
dilakukan aktivitas pembersihannya.

Muara sungai Cisadane (Provinsi Banten), berdasarkan


presentasi pejabat dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Tangerang, telah terjadi pendangkalan dan timbul pulau
sampah yang sangat tebal. Penanganannya perlu bantuan
pemerintah Pusat, karena Sungai Cisadane melalui 4 kabupaten
dan 2 provinsi, namun bermuara di Kabupaten Tangerang.

Berbeda dengan Sungai Citarum (provinsi Jawa Barat),


dengan adanya program nasional “Citarum Harum”, maka
kondisi badan sungai dan muara sungainya jauh lebih bersih dan

38 | P a g e
terurus. Program ini melibatkan 20-an institusi, antara lain 18
instansi pusat (Kementerian dan Lembaga), Pemda kabupaten
dan provinsi (Jawa Barat), dan TNI (khususnya Kodam Siliwangi).
Kegiatan ini didukung dengan adanya Perpres 83 tahun 2018,
tentang Penanganan Sampah Laut, yang mendasari
terbentuknya program nasional Citarum Harum (untuk
mengubah stigma sebagai sungai tercemar sedunia). Akhirnya,
dalam waktu 2 tahun kerja sama dan kerja keras, hasilnya positif
sekali. Terlihat pada Gambar 5 (b).

(a)

39 | P a g e
(b)

Gambar 5. (a) Kondisi yang penuh dengan sampah plastik dan sudah
menjadi pulau sampah, pada muara Sungai Cisadane, di
Tanjung Burung, kecamatan Teluk Naga, Banten. Sumber
gambar: Dinas LHK Kabupaten Tangerang, Banten. (b) Muara
Sungai Citarum yang bersih dengan adanya Program
Nasional Citarum Harum, serta menjadi kawasan wisata hutan
bakau. Sumber foto: Penny DK.

Undang-undang No 32 tahun 2009, tentang Perlindungan


dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, khususnya pasal 13
menyatakan bahwa pencemaran harus dicegah,
ditanggulangi, dan dipulihkan. Juga dituliskan bahwa
Pemerintah (Pusat dan Daerah) memiliki mandat untuk
mengelola dan menggunakan dana yang tersedia (APBN dan
APBD), untuk mencegah, menanggulangi, dan memulihkan
ekosistem perairan yang sudah tercemar.

40 | P a g e
Kesimpulan kecil: Dampak antropogenik bisa positif dan
juga bisa negatif, dalam hal pengelolaan sampah padat
(khususnya plastik) pada perairan sungai dan laut. Hal ini perlu
kepemimpinan yang kuat untuk memberikan dampak positif
(contohnya, program nasional Citarum Harum).

Bulan berikutnya, dilakukan survey ke Dinas Lingkungan


Hidup (LH) Pemerintahan Daerah Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Kemudian hari berikutnya
(05 Agustus 2020) dilakukan survey ke pelabuhan Muara Angke,
untuk melihat proses bongkar-muat sampah (Gambar 6).

Armada kapal pengumpul sampah yang dimiliki Pemkab


Kepulauan Seribu sebanyak 28 kapal, dengan berbagai jenis
ukuran. Ada 8 kapal yang melayani pengangkutan dari
Kepulauan Seribu ke Jakarta PP (pergi-pulang), dan ada 7 kapal
untuk pengumpulan sampah di pesisir Teluk Jakarta. Sisanya
mengumpulkan sampah di pesisir Kepulauan Seribu. Rerata
berat sampah di pesisir Teluk Jakarta adalah 9,4 ton per hari.

Ukuran bak/palka sampah pada kapal yang melayani


Kep. Seribu- Jakarta PP ada yang berkapasitas 8 ton dan 125 ton.
Jenis kapal dengan kapasitas bak sampah 125 ton ada 3 buah
yang diberi nama Laut Bersih. Sedangkan yang berukuran 8 ton
ada 5 buah (Gambar 7).

Spesifikasi teknis kapal Laut Bersih 30; 33; dan 34 adalah


sebagai berikut:

41 | P a g e
i) Kapal ini dibuat tahun 2014, dan beroperasi 2015.
ii) Ukuran utamanya: LOA = 28 m; B = 6 m; sarat depan
= 1,2 m; sarat belakang= 1,6 m.
iii) Kecepatan operasional cuma 4-5 knot, tergantung
cuaca.
iv) Model operasi bongkar muat menggunakan kren
(crane) dengan kapasitas 0,8 ton. Diikat di ujungnya
dengan jaring, agar sampah tidak berceceran.
v) Motor utama: bermerek Dossan, 6–silinder, 2 set (2
propeller).
vi) Opini Kapten, tenaganya sangat kurang. Perlu
dinaikkan untuk efektivitas operasional.
vii) Tanki BBM kapasitas 10 ton.
viii) Pemakaian BBM pada 1.500 RPM adalah sekitar 19-20
lt/jam.

(a)

42 | P a g e
(b)

Gambar 6. (a) Rapat pengumpulan data dan informasi dengan Kepala


Dinas LH Kepulauan Seribu, Bapak Dr. Djoko Rianto. Sumber
foto: Yustisia F. (b) Bongkar muat sampah dari Kepulauan
Seribu di pelabuhan Perikanan Muara Angke, Jakarta. Sampah
kemudian dibawa ke TPA Bantar Gebang. Sumber foto: Yustisia
F.

Sebagai catatan kecil, kapal dengan kapasitas tonase


kotor 95 GT, seharusnya sudah menggunakan perangkas AIS
kelas B, sesuai Permenhub 07/2019. Namun sampai saat
dilakukan survey ini, belum dilakukan implementasinya.

Untuk kapal pengangkut sampah kapasitas 8 ton, yang


dinamakan Samtama, menggunakan mesin luar (outboard) dua
buah, dengan kapasitas 125 PK (Gambar 7 (c)).

43 | P a g e
(a)

(b)

(c)

Gambar 7. (a) Kapal Laut Bersih 33 di Muara Angke, Jakarta Utara. Sumber
foto: Ahmad (Dinas LH Kep. Seribu). (b) Kapal Laut Bersih 30

44 | P a g e
lagi merapat di dermaga pulau Pari, Kepulauan Seribu.
Sumber foto: Yustisia F. (c) Kapal Samtama, dengan kapasitas
bak sampah 8 ton. Sumber foto: Ahmad.

Pada periode Juli-November 2020, selain lokasi-lokasi yang


sudah disebutkan di atas, juga telah dilakukan pengumpulan
data lapang dan informasi di galangan kapal Janata Marina
Indah (Semarang), pulau Pramuka, pulau Panggang, pulau
Kelapa, pulau Harapan, dan pulau Karya (Kepulauan Seribu),
serta pulau Karimun di Kep. Karimun Jawa (Jepara, Jawa
Tengah).

Pengelolaan sampah di Kepulauan Seribu dan Karimun Jawa

Pengelolaan sampah di kepulauan Seribu dan Karimun


Jawa sudah mengikuti peraturan perundang-undangan yang
ada. Masyarakat telah melakukan pemisahan sampah pada
tingkat rumah tangga, lalu sampah yang bernilai ekonomis
dikelola melalui program “Bank Sampah”.

Pemda (Kepulauan Seribu) telah melaksanakan fungsi


penanggulangan pencemaran, dan juga pemulihan dengan
menyediakan insinerator/tungku/pembakar sampah organik
dan plastik yang terkumpul di pulau-pulau. Ada 16 insinerator
tipe L-Box, yang merupakan insinerator ramah lingkungan,
karena asap dari pembakaran disaring, sebelum dibuang ke
udara.

45 | P a g e
Namun demikian, hanya sekitar 3 buah yang beroperasi
(berdasarkan informasi yang dikumpulkan di lapangan). Hal itu
terjadi karena faktor protes masyarakat (bau asap) dan juga
biaya operasional yang butuh banyak penggantian suku
cadang. Gambar 8 menunjukkan insinerator L-Box yang
beroperasi dan tidak, baik di Pulau Harapan, Pulau Kelapa, Pulau
Panggang dan Pulau Pramuka.

Berdasarkan survey lapangan, aspek pengelolaan


sampah sebenarnya sudah memadai, hanya saja penempatan
(tata letak) insinerator perlu dipindah ke tengah laut
(menggunakan kapal), agar mandat sesuai UU 32 tahun 2009
dapat terlaksana.

(a)

46 | P a g e
(b)

Gambar 8. (a) Petugas operator insinerator dan para peneliti PRK. Ada 2
buah L-Box dan semuanya berfungsi. Sumber gambar: Handy
Chandra. (b) Ada 2 buah insinerator L-Box di Pulau Pramuka
yang tidak beroperasi karena diprotes warga sebab dituduh
mengakibatkan anak-anak jadi sakit batuk. Sumber foto:
Yustisia F.

Beban pencemaran sampah di Kepulauan Karimun Jawa,


Kabupaten Jepara, Jawa tengah belum sebesar di Kepulauan
Seribu, karena faktor jumlah penduduk dan tingkat aktivitas
wisata yang masih rendah. Namun demikian, Dinas LH
Kabupaten Jepara sudah memikirkan dampak sampah rumah
tangga sampai 10 tahun kedepan, terhadap aspek pariwisata.
Untuk itu, Pemda Kabupaten Jepara telah membangun PDU
(Pusat Daur Ulang) sampah plastik di Kecamatan Karimun Jawa
untuk tahapan penanganan sampah, seperti terlihat pada
Gambar 9.

47 | P a g e
(a)

(b)

Gambar 9. (a) PDU sampah plastik di daerah Joko Tuo, bantuan Pemprov
Jawa Tengah. Sumber gambar: Yustisia F. (b) PDU sampah
plastik di daerah Alang-alang, bantuan Dirjen PSLB3
(Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun
Berbahaya), Kementerian LHK. Sumber foto: Yustisia F.

48 | P a g e
Untuk tahapan pemrosesan akhir, Pemda Jepara tertarik
dengan ide untuk membuat Kapal Insinerator, agar tidak
merusak hutan dan membuka lahan baru di KTN Karimun Jawa.
Pertemuan sudah dilakukan sebanyak 2 kali (Gambar 10), baik
di Karimun Jawa dan juga di Jakarta.

Perpres No. 97 tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi


Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga (disingkat: Jakstranas sampah
RT), mengamanatkan Pemda untuk memimpin program
kebijakan ini. Dalam Pasal 3, ayat 3, penanganannya dilakukan
dengan cara: (1) pemilahan, (2) pengumpulan, (3)
pengangkutan, (4) pengolahan dan (5) pemrosesan akhir.

Kendala lapangan yang ditemukan di Kepulauan Seribu


dan Kepulauan Karimun Jawa adalah dalam tahapan
pengolahan dan pemrosesan akhir (item nomor 4 dan 5 di atas).
Berdasarkan hal tersebut, maka para Peneliti PRK mencoba
menganalisis dan memberikan solusi berupa kapal insinerator
sampah (KIS) dan kapal pengangkut sampah (KPS).

49 | P a g e
(a)

(b)

Gambar 10. (a) Pertemuan di Balai Desa Pulau Karimun, bersama


Kepala Dinas LH Kabupaten Jepara, Ibu Farikhah Elida dan
Kepala Desa Pak Nor Soleh. Sumber gambar: Yustisia F.

50 | P a g e
(b) Pertemuan di Gedung BRSDM KP 2, Ancol, bersama
Sekretaris Daerah Bapak Edy Sujatmiko dan Kapus PRK,
Bapak IN Radiarta. Sumber foto: Yustisia F.

Proses Penyususnan Desain Umum KIS dan KPS

Sebelum terjadi pandemi Covid-19, dalam benak para


peneliti, luaran desain yang akan muncul adalah kapal pencari
sampah plastik di laut. Kapal ini berkeliling perairan sambil
mengumpulkan sampah dan puing-puing (debris) dari dasar
perairan. Setiap meter persegi wilayah laut akan disisir mulai dari
perairan pesisir sampai laut dalam, khususnya perairan laut di
daerah Labuan Bajo, NTT.

Setelah pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia, survey


pada lokasi yang jauh dan harus menggunakan pesawat sangat
beresiko. Oleh karena itu, diputuskan untuk menggeser survey
pada wilayah yang dekat dengan Jakarta dan tidak
memerlukan alat transportasi pesawat. Akhirnya, Kepulauan
Seribu (DKI Jakarta) dan Kepulauan Karimun Jawa (Kabupaten
Jepara, Jawa Tengah) menjadi lokus kegiatan.

Berdasarkan hasil pengumpulan informasi dan hasil survey


lapangan, maka direkomendasikan untuk memperbaiki desain
kapal pengangkut sampah (KPS) dan menyodorkan desain
baru, yaitu kapal insinerator sampah (KIS). Hasilnya bisa dilihat
pada Gambar 1 (pada Bab Ringkasan Eksekutif).

51 | P a g e
Desain umum dari kapal pengangkut sampah (KPS)
memiliki panjang 30,38 meter, lebar 5,5 meter, tinggi 2,9 meter
dan sarat 1,5 meter. Kapasitas kru 17 orang, kapasitas bak/palka
sampah 125 ton, kecepatan kapal 10 knot.

Desain umum dari kapal insinerator sampah (KIS) memiliki


panjang keseluruhan 48,3 meter, lebar 10,8 meter, tinggi 3,5
meter dan sarat 2,5 meter. Kecepatan kapal 8 knot, daya mesin
induk 650 HP, kapasitas bak sampah 125 ton, kapasitas kru 17
orang.

Berdasarkan dua (2) desain ini, maka diharapkan bisa


direalisasikan oleh pemerintah daerah Kepulauan Seribu dan
Kabupaten Jepara pada tahun 2021-2022.

Kajian fasilitas galangan, waktu pengerjaan, dan biaya


yang dibutuhkan telah dilakukan pada PT. Janata Marina Indah
di Semarang. Hasilnya dengan ukuran kapal 30 meter, lama
pembangunan kapal memakan waktu sekitar 14 bulan. Itu
sudah termasuk waktu pemesanan mesin induk (main engine)
yang umumnya memakan waktu 6 bulan. Sedangkan biaya
pembangunannya diperkirakan sebesar Rp. 12-15 miliar.

Direkomendasikan untuk melakukan lelang terbuka


(dalam pembuatan kapal), agar hasilnya dapat menjadi lebih
optimal dan biaya bisa minimal.

KIS dan KPS dapat dibuat sesuai aturan Asosiasi


Internasional Komunitas Klasifikasi kapal (IACS, International

52 | P a g e
Association of Classification Societies), ataupun kapal standart
non-konvensi (NCVS, Non-Convention Vessel Standard). Hal ini
menyesuaikan dengan standart operasi dan wilayah kerja kapal.

Model Operasional KIS dan KPS

Operasional KIS sangat mudah dan sederhana. Kapal ini


cukup berlabuh di lepas pantai dan melakukan proses
pembakaran sampah organik kering dan sampah plastik.
Sedangkan KPS akan berkeliling mengangkut sampah dari
pulau-pulau, lalu membawanya ke KIS untuk pemrosesan akhir
(sesuai Perpres 97 tahun 2017, Pasal 3 ayat 3). Kami
mengistilahkannya dengan model operasi titik kumpul. Ataupun,
bisa dengan model operasi KIS saja yang berkeliling pulau-pulau.
Model operasional ini kami namakan model operasi sirkular
(lingkaran).

Ada 11 pulau berpenghuni (dari 110 pulau yang ada) di


Kepulauan Seribu dan 5 pulau berpenghuni (dari 27 yang ada)
di Kepulauan Karimun Jawa. Ilustrasi operasionalnya dapat
dilihat pada Gambar 11.

Tentunya, pelayanan KPS dan KIS diharapkan secara


nyata membantu program pariwisata, perluasan lapangan kerja
dan peningkatan ekonomi pulau-pulau kecil tersebut. Karena
dengan adanya kebersihan pantai, kebersihan penginapan,
keindahan taman, kejernihan tempat menyelam dan snorkel,
pasti akan menarik minat para wisatawan.

53 | P a g e
(a)

(b)

Gambar 11. (a) Model operasional KIS dan KPS di Kepulauan Seribu, DKI
Jakarta, bertipe titik kumpul. Sumber gambar: Handy C. (b)
Model operasional KIS di Kepulauan Karimun Jawa, Jepara,
Jawa Tengah, bertipe lingkaran. Sumber gambar: Handy C.

54 | P a g e
Perlu tetap diingat, bahwa tekanan antropogenik dalam
bentuk sampah mengancam ekosistem perairan. Jika ekosistem
perairan rusak, maka jasa-jasa ekosistem tidak dapat dinikmati
masyarakat, pengusaha dan negara secara kolektif. Oleh
karenanya, KIS dan KPS bisa berfungsi sebagai salah satu
penjaga ekosistem perairan dari tekanan antropogenik.
Sehingga, jasa-jasa ekosistem perairan bisa tetap dinikmati
masyarakat dan negara (dalam bentuk pajak) secara
berkelanjutan.

Desain umum kapal pengangkut sampah (KPS) versi Pusat


Riset Kelautan diharapkan bisa memperkaya khasanah kapal
yang dimiliki Pemda Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu,
jika tiba waktu peremajaan kapal-kapal pengangkut sampah.
Selain itu, KPS dapat dijadikan acuan Pemda Kabupaten Jepara
untuk melakukan proses pengadaan di tahun-tahun ke depan.

Kapal insinerator sampah (KIS) diharapkan bisa membantu


menghemat biaya operasional dan waktu pengolahan sampah
dari pulau-pulau kecil ke TPA yang berada di pulau besar/induk.
Jika terealisasi, (dengan biaya pembuatan sekitar Rp. 12-15 miliar
dan jangka waktu pembangunan sekitar 14 bulan) maka KIS
akan menjadi kapal pertama di dunia yang dipergunakan
mengolah sampah dari pulau-pulau kecil.

55 | P a g e
Bab 4
Rekomendasi

Berdasarkan survey lapangan, kajian literatur, FGD dan


wawancara, maka dapat diberikan rekomendasi sebagai
berikut:

 Aspek Legal/Regulasi

1) Implementasi Kapal Insinerator Sampah (KIS) dan Kapal


Pengangkut Sampah (KPS) untuk Provinsi dan
Kabupaten Kepulauan harus memiliki dasar dari
Peraturan Gubernur (PerGub) maupun Peraturan
Bupati (PerBup).

2) Payung aturan-aturan untuk aktivitas penanganan


sampah laut di Provinsi atau Kabupaten, adalah dari
regulasi berikut ini:

a) Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

b) Undang-undang No. 32 tahun 2014 tentang


Kelautan.

c) Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 97,


Tahun 2017, tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengelolaan Sampah Rumah tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

56 | P a g e
d) Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 83,
Tahun 2018, tentang Penanganan Sampah Laut.

 Aspek Teknikal dan Operasional

1) Kapal insinerator sampah (KIS) memiliki panjang


keseluruhan 48,3 meter, lebar 10,8 meter, tinggi 3,5
meter dan sarat 2,5 meter. Kecepatan kapal 8 knot,
daya mesin induk 650 HP, kapasitas bak sampah 125
ton, kapasitas kru 17 orang.

2) Kapal pengangkut sampah (KPS) memiliki panjang


30,38 meter, lebar 5,5 meter, tinggi 2,9 meter dan sarat
1,5 meter. Kapasitas kru 17 orang, kapasitas bak/palka
sampah 125 ton, kecepatan kapal 10 knot.

3) Model operasional KIS dan KPS bertipe sirkular


(lingkaran) ataupun bertipe titik kumpul, tergantung
parameter keuangan, SDM dan kebijakan lokal daerah
masing-masing.

57 | P a g e
Daftar Referensi

Buku:

Papanikolaou, A. 2014. SHIP DESIGN. Springer Science Media,


Dordrecht. ISBN 978-94-017-8750-5.

Lenssen, GG & Smith, NC (Editors). 2019. MANAGING SUSTAINABLE


BUSINESS. Publisher: SPRINGER. ISBN 978-94-024-1142-3

Pauli, G. 2010. Blue Economy-10 Years, 100 Innovations, 100 Million


Jobs. Paradigm-Pubs. New Mexico

Frank M. White. 2011. Fluid mechanics. 7th ed. Mcgraw-Hill series


in mechanical engineering). ISBN 978–0–07–352934–9.

Ningsih, S. N. 2002. Oseanografi Fisis. Bahan ajar Program Studi


Oseanografi, ITB.

NOAA. 2020. 2021-2025 Strategic Plan. NOAA Marine Debris


Program. November 2020.

Dokumen:

Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi.


2017. Indonesia’s Plan of Action on Marine Plastic Debris
2017-2025. Executive summary.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR


140. Undang-undang Republik Indonesia No. 32, Tahun

58 | P a g e
2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR


294. Undang-undang Republik Indonesia No. 32, Tahun
2014, tentang Kelautan.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR


223. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 97, Tahun
2017, tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan
Sampah Rumah tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR


168. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 83, Tahun
2018, tentang Penanganan Sampah Laut.

Memorandum Pertemuan secara luring, 29 Januari 2020.

Memorandum Perjalanan Dinas, 09 Juli 2020.

Memorandum Perjalanan Dinas, 10 Juli 2020.

Memorandum Perjalanan Dinas, 16 Juli 2020.

Memorandum Perjalanan Dinas, 17 Juli 2020.

Memorandum Perjalanan Dinas, 13-14 Agustus 2020.

Memorandum Pertemuan secara daring lewat aplikasi Zoom, 04


September 2020.

59 | P a g e
Memorandum Pertemuan secara daring lewat aplikasi Zoom, 02
Oktober 2020.

Memorandum Perjalanan Dinas, 16-17 Oktober 2020.

Memorandum Perjalanan Dinas, 22-26 Oktober 2020.

Memorandum Pertemuan secara luring, 09 November 2020.

Memorandum Perjalanan Dinas, 11-13 November 2020.

Memorandum Perjalanan Dinas, 18-20 November 2020.

Situs Internet:

Jihad Akbar, 2020. "Perjalanan Pandemi Covid-19 di Indonesia,


Lebih dari 100.000 Kasus dalam 5 Bulan".
https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/28/06010086
5/perjalanan-pandemi-covid-19-di-indonesia-lebih-dari-
100.000-kasus-dalam-5?page=all.

Tim Detikcom. 2020. Covid-19 atau Virus Corona, Apa Bedanya?


05 Maret 2020. https://news.detik.com/berita/d-
4925963/covid-19-atau-virus-corona-apa-bedanya/1

Rizky Wika SD. 2019. Serba Serbi Pulau Seribu Yang Wajib Kamu
Tahu Nih! https://travel.detik.com/domestic-destination/d-
4692239/serba-serbi-pulau-seribu-yang-wajib-kamu-tahu-
nih

60 | P a g e
Badan Pusat Statistik. 2018. Manggarai Barat Dalam Angka 2018.
https://manggaraibaratkab.bps.go.id/

Beritasatu. 2017. Terumbu Karang di Labuan Bajo Rusak,


Pemerintah Diharapkan Beri Perhatian.
https://www.beritasatu.com/nasional/447181/terumbu-
karang-di-labuan-bajo-rusak-pemerintah-diharapkan-
beri-perhatian

Kabupaten Manggarai Barat. 2019. Geografis Menggarai Barat.


https://manggaraibaratkab.go.id/profil-daerah/geografis

Jurnal:

Erna Irnawati. 2019. Menyongsong Flexible Working Arrangement


Bagi ASN. Jurnal Analis Kebijakan, Volume 3, Nomor 1, Jan-
Jun 2019. ISSN: 2580-4383.

Galaz, V; Moberg, F; Downing, TE; Thomalla, F; Warner, K. 2008.


Ecosystem under Pressure. A Policy Brief for the International
Commission on Climate Change and Development. March
2008.

Cesar, H. 1996. Economic Analysis of Indonesia Coral Reefs.


Environment Department, World Bank. 97 pp.

Hadi, T.A., Giyanto, Prayudha, B., Hafizt, M., Budiyanto, A.,


Suharsono. 2017. Indonesian Coral Reefs Status in 2018.

61 | P a g e
Jakarta: Puslit Oseanografi - LIPI. viii + 26 hlm.; 17,6 cm x 25
cm

Setiawan, F., Muttaqin, A., Tarigan, S. A., Muhidin, Hotmariyah,


Sabil, A., & Pinkan, J. 2017. Pemutihan Karang Akibat
Pemanasan Global Tahun 2016 Terhadap Ekosistem
Terumbu Karang: Studi Kasus Di TWP Gili Matra (Gili Air, Gili
Meno dan Gili Trawangan) Provinsi NTB. JFMR-Journal of
Fisheries and Marine Research, 1(2), 39–54.
https://doi.org/10.21776/ub.jfmr.2017.001.02.1

Azis, M. F. 2006. Gerak Air di Laut. Oseana, Volume XXXI, Nomor


4, hal: 9 – 21.
Kartadikaria, A. R., Miyazawa. Y., Varlamov. S.M., Nadaoka, K.
2011. Ocean circulation for the Indonesian seas driven by
tides and atmospheric forcings: Comparison to
observational data. Journal of Geophysical Research. DOI:
10.1029/2011JC007196.

Koran:

Kompas, Sabtu 04 Juli 2020. Reklamasi Ancol Jalan Terus.

62 | P a g e
Gedung BRSDM KP, Lt. 5, Jl. Pasir Putih 2, Ancol,
Jakarta Utara.

Anda mungkin juga menyukai