Anda di halaman 1dari 8

Penegakan Hukum Semen Rembang

Muhammad Bagus Dharmawan


bagusdarmawan526@gmail.com
Abstrak

Kehadiran proyek nasional rencana pembangunan


pabrik semen di Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati
menimbulkan sikap pro kontra di kalangan pejabat publik
maupun masyarakat sekitar calon lokasi pabrik, penambangan
batu kapur dan tanah liat. Penelitian ini dilakukan untuk
menganalisis konflik antara perusahaan dengan masyarakat
terhadap kemungkinan munculnya dampak politik, ekonomi,
sosial, budaya dan lingkungan atas pembangunan pabrik
semen. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
analisis, untuk menggambarkan suatu fenomena konflik yang
terjadi, dan ditujukan untuk menguraikan secara terperinci
konflik tersebut. Dalam pengumpulan data, penulis
menggunakan metode kualitatif melalui wawancara mendalam.
Adapun cara untuk memilih informan dengan menggunakan
snowball atau secara berantai dengan meminta informasi pada
orang yang telah diwawancarai atau dihubungi sebelumnya,
demikian seterusnya hingga informasi telah dianggap cukup.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa timbulnya konflik tersebut
dilatarbelakangi adanya perbedaan pendapat antara kelompok
pro dan kontra terhadap rencana pendirian pabrik semen di
kawasan kars Sukolilo, sebagai salah satu kawasan yang
diprioritaskan memiliki bahan baku semen yang berkualitas.
Karena itulah investor tertarik untuk dapat mengeksploitasi
tanah kars yang terkandung di dalam pegunungan Kendeng.
Sikap dari pihak pro maupun kontra masing-masing
dipengaruhi aspek sosial, politik, ekonomi dan budaya. Sikap
dari pihak kontra muncul karena kekhawatiran akan
ketidakpastian dampak ekonomi seperti kesempatan kerja,
peluang usaha, dan terwujudnya kesejahteraan.
Kata kunci: Pencemaran, Limbah, Pabrik Semen, Lingkungan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hukum pertambangan tidak pernah terlepas dari bagian
lingkungan hidup merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa
yang wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya
agar tetap dapat menjadi sumber penunjang hidup bagi manusia
dan makhluk hidup lainnya demi kelangsungan dan
peningkatan kualitas hidup itu sendiri. Dewasa ini, kejahatan
lingkungan sering terjadi di sekeliling lingkungan kita, namun
semua itu tanpa kita sadari. Misalnya saja pada pertambangan,
pertambangan merupakan usaha untuk menggali berbagai
potensi-potensi yang terkandung dalam perut bumi. Seiring
dengan kemerdekaan Republik Indonesia, maka sebagai Negara
merdeka dan berdaulat para pemimpin bangsa saat itu
melakukan perumusan tentang tata cara pengaturan pengelolaan
bidang pertambangan. Namun setelah melalui berbagai proses
perdebatan dan mosi, maka kemudian ditetapkan peraturan
pengelolaan bidang pertambangan dengan diterbitkannya
Peraturan Pemerintah. Pengganti Undang-Undang (Perpu)
Nomor 37 Tahun 1960 yang mengatur khusus bidang
pertambangan. Hampir bersamaan dengan Perpu itu pemerintah
RI pada saat itu menerbitkan pula Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1960 yang
mengatur khusus tentang Minyak dan Gas Bumi. Peraturan
pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 37
Tahun 1960 pada dasarnya merupakan Indische Mijnwet 1899
(IM 1899) dalam versi Indonesia. Artinya, ketentuan-ketentuan
yang termuat dalam Peraturan Pemerintah pengganti Undang-
Undang (Perpu) Nomor 37 tahun 1960 merupakan adopsi dari
ketentuan-ketentuan dalam Indische Mijnwet 1899 (IM 1899)
dengan hanva mengganti otoritasnya saja sebagai contoh:
Setiap kata Ratu dan Gubernur Jenderal dalam Indische
Mijnwet 1899 (IM 1899), masing-masing diganti menjadi milik
nasional dan Pemerintah saja pada Perpu. Pengertian
Pertambangan menurut Undang-undang No. 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Pasal 1 Ayat (1)
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan
dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral
atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi,
studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang, Ayat (6) Usaha Pertambangan adalah kegiatan
dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang,
dan Ayat (19) Penambangan adalah bagian kegiatan usaha
pertambangan untuk memproduksi mineral dan/atau batubara
dan mineral ikutannya. Untuk pencapaian tujuan itu tentulah
harus dilaksanakan oleh segenap komponen bangsa, termasuk
bidang penegakan hukum pidana. Hukum dalam suatu
masyakat bertujuan untuk menciptakan adanya suatu ketertiban
dan keselarasan dalam berkehidupan. Hukum itu mempunyai
sifat mengatur dan memaksa. Suatu peraturan hukum adalah
untuk keperluan penghidupan masyarakat, mengutamakan
kepentingan masyarakat, bukan untuk keperluan atau
kepentingan perseorangan atau golongan, hukum juga menjaga
hak-hak dan menentukan kewajiban-kewajiban anggota
masyarakatnya agar terciptanya suatu masyarakat yang teratur,
adil, dan makmur. Perbuatan yang diancam dengan hukum
pidana adalah perbuatan yang secara mutlak harus memenuhi
syarat formal, yaitu mencocokan dengan rumusan Undang
undang yang telah ditetapkan oleh Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana dan peraturan-peraturan lain yang berdimensi
pidana, dan memiliki unsur material yaitu bertentangan dengan
citacita mengenai pergaulan masyarakat atau dengan kata
pendek suatu sifat melawan hukum atau tindak pidana.
Rumusan Masalah
1. Apa upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak semen?
2. Apa yang dilakukan PT Semen Indonesia dalam
menangani hal ini?
3. Penyelesaian Konfl ik melalui Lembaga Pengadilan
(Litigasi)
PEMBAHASAN
1. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak semen?
 Sosialisasi Melalaui tim yang dibentuk oleh PT Semen
Indonesia (Persero) Tbk melakukan sosialisasi kepada
Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng
(JMPPK) yang menolak mengenai multiplyer effect dari
keberadaan pabrik semen yang berada di daerah
mereka, seperti penerimaan pajak Pemkab sebelum dan
sesudah keberadaan pabrik.
 Selain itu untuk mengatasi ketakutan masyarakat yang
menolak keberadaan semen di wilayahnya mengenai
sumber mata airyang akan hilang, dari pihak perusahaan
menggagalkan argumentasi masyarakat tersebut dengan
mengajak masyarakat yang menolak ke pabrik semen
yang berada di Tuban untuk melihat langsung pabrik,
bahwa disana ada sumur pantai yang memantau level
ketinggian air, dimana level air tidak ada penurunan
sedikitpun dari level semula dengan kata lain volume air
tetap stabil dengan keberadaan pabrik semen. Bahkan
disitu ada embung penampungan air yang justru
meningkatkan volume airnya.
 Kemudian mengenai polusi udara seperti debu yang
ditimbulkan dari pabrik, pihak pabrik mematahkan
ketakutan warga sekitar tersebut dengan sebuah alat
yang dinamakan platgester dan teskolektor, dan yang
paling penting terdapat alat yang digunakan untuk
penangkap debu yang bernama elektrostika presibilator
(EP).
 Mengenai rusaknya ekosistem hutan pihak semen
mengupayakan adanya reboisasi dimana tempat
penambangan bahan baku pembuatan semen. Dari hasil
penambangan bahan baku pembuatan semen yang
berupa lubang-lubang galian pihak semen mengubahnya
menjadi kawasan pariwisata seperti dipakai untuk
permainan air, perumahan, rumah sakit dan lain-lain.
2. Apa yang dilakukan PT Semen Indonesia dalam
menangani hal ini?
Mengadakan kegiatan dan aktivitas diatas pihak PT Semen
Indonesia (Persero) Tbk juga mengadakan kunjungan ke pabrik
semen yang berada di Tuban. Sebanyak 60 warga yang
menolak pembangunan pabrik semen di Rembang diajak ke
Tuban untuk melihat-lihat pabrik semen yang berada disana
seperti pengolahan atau pembuatan semen dari tahap bahan
mentah menjadi semen, penanganan efek yang ditimbulkan dari
keberadaan semen. Evaluasi mengenai ketakutan warga yang
menolak pembangunan pabrik semen di Rembang, seperti
kekhawatiran hilangnya sumber mata air yang hilang. Pihak
perusahaan telah mengupayakan upaya dengan adanya
bendungan, selain itu ketakutan adanya polusi udara yang
ditimbulkan pihak perusahaan juga telah mengupayakan
dengan adanya sebuah alat yang menyaring debu, dan yang
terakhir kekhawatiran dengan rusaknya ekosistem hutan pihak
perusahaan juga berupaya melakukan reboisasi. Walaupun
dengan upaya. yang dilakukan oleh pihak PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk tersebut warga tetap menolak pembangunan
pabrik dan belum bisa membuat warga yang kontra menjadi pro
pembangunan pabrik.
3. Penyelesaian Konflik melalui Lembaga Pengadilan
Penyelesaian konflik melalui lembaga pengadilan dipilih
dan didorong oleh Gubernur untuk ditempuh oleh kedua pihak
utama yang berkonfl ik. Gubernur mengklaim dirinya berdiri
sebagai pihak yang netral, tidak berpihak pada PT SMS dan
masyarakat adat SS. Bagi Gubernur lembaga pengadilan bisa
berdiri netral dalam mengambil keputusan terhadap benturan
kepentingan dua pihak yang sulit dipertemukan. Bahkan Ia
meminta agar semua pihak yang berkepentingan, termasuk para
ahli (pertambangan, geologi, dan ahli ilmu alam lainnya) yang
berbeda pandangan tentang boleh tidaknya batur kapur di
pegunungan Kendeng Utara ditambang untuk membawa bukti
kajian ilmiah ke sidang pengadilan sebagai basis data bagi para
hakim dalam mengambil keputusan Terkait dengan penolakan
terhadap izin lingkungan, Gubernur mendorong masyarakat
adat SS dan jejaring pendukungnya untuk mengajukan gugatan
ke pengadilan tata usaha negara. Dalam hal ini, hanya lembaga
pengadilan (dan bukan Gubernur) yang bisa membatalkan izin
lingkungan yang telah diterbitkan, Sambil mendorong
penyelesaian melalui jalur pengadilan, untuk meredam aksi-
aksi kolektif yang bisa mengarah kepada tindak kekerasan,
Gubernur terlibat aktif dalam berbagai pertemuan dengan
pihak-pihak yang menentang pabrik semen. Gubernur
mendengarkan aspirasi dan kepentingan mereka, dan meminta
mereka untuk tidak bertindak anarkis, dan bentuk aksi
kekerasan lainnya. Gubernur meminta mereka untuk
menyampaikan penolakan dengan cara yang santun. Gubernur
juga memfasilitasi aksi-aksi demonstrasi warga penolak pabrik
semen agar aksi berjalan tertib dan tidak menimbulkan
gangguan ke publik.
Kesimpulan
Pabrik Semen Indonesia mengalami banyak
pertentangan dari masyarakat terutama dalam masalah
pencemaran yang dihasilkan dari produktifitas mesin pabrik
semen namun pihak pabrik tetap bersikeras dan tidak tau
menau soal apa yang mereka telah perbuat kepada lingkungan
dan juga kepada masyarakat disekitar pabrik tersebut mereka
hanya mencari untung sedangkan masyarakat yang merasa
dirugikan akibat dampak proses pabrik semen ini menuai pro
dan kontra dan masyarakat tidak tinggal diam menanggapi hal
ini mereka mengajukan gugatan untuk pabrik semen agar
diberhentikan beroprasi karena merusak lingkungan dan akibat
pencemaran lingkungan serta terganggunya masyarakat dengan
hal ini baik secara keseluruhan ataupun tidak mereka
mengajukan gugatan ke PTUN dan hingga pada fase peradilan
namun dimenangkan oleh pihak semen namun apakan akan
terus dibiarkan sehingga menuai banyak keritikan dan akankah
berakhir. Gubernur pun mendengarkan aspirasi mereka
sehingga dengan demo yang dilakukan masyarakat untuk
penuntutan kembali kepada pihak pemilik PT Semen Indonesia
atas dasar lingkungan dan kenyamanan masyarakat tidak
berhenti menuntut keadilan.

DAFTAR PUSTAKA

H.Salim HS. 2004. Hukum Pertambangan Di Indonesia.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Bambang Yunianto dkk, 2004, “Kebijakan Sektor Energi dan


Sumber Daya Mineral dan Implikasinya terhadap
Pertambangan Emas dalam Penambangan dan Pengolahan
emas di Indonesia , Bandung: Puslitbang Teknologi Mineral
dan Batubara

"Undang-Undang Di Bidang Pertambangan" Penerbit CV. Eko


Jaya, Jakarta, Cet. Pertama 2009
Moeljatno. 1983. Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban
Dalam Hukum Pidana Cetakan Pertama.Yogyakarta: Bina
Aksara.

Moleong, Lexy J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:


Rosdakarya

Yudarwati, Arum G. Community Relations: Bentuk Tanggung


Jawab Sosial Oraganisasi. Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 1, No 2,
Desember: 143-156.

Suharko, 2016, “Masyarakat Adat versus Korporasi:


Konflik Sosial Rencana Pembangunan Pabrik Semen
di Kabupaten Pati Jawa Tengah Periode 2013-2016”, Jurnal
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 20. No. 2.

Anda mungkin juga menyukai