Anda di halaman 1dari 5

DAMPAK BENDUNGAN KALI CIBEET DI KECAMATAN TANJUNGSARI DAN

CARIU

BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berencana membangun


Bendungan Cibeet dan Cijurey di Kecamatan Cariu, Kecamatan Tanjungsari dan Kecamatan
Sukamakmur, Kabupaten Bogor. Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum
Bastari menuturkan bendungan ini adalah bendungan model terbaru. Digadang -gadang bakal
menjadi solusi masalah banjir yang kerap kali merendam wilayah timur Kabupaten Bogor,
waduk tersebut diyakini dapat mereduksi banjir hingga 66 persen di wilayah Karawang dan
Bekasi serta memberi manfaat saluran irigasi, PLTA, pariwisata, dan sumber air baku. Akan
tetapi dari manisnya rencana tersebut ada pula hal pahit yang harus di ketahui yaitu
masyarakat di kecamatan Tanjungsari dan Cariu yang terkena dampak dari pembangunan
bendungan tersebut, seperti pengadaan tanah dan AMDAL ( Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan ) serta masyarakat yang belum dapat sosialisasi dari pihak yang bersangkutan.
Untuk itu penelitian mengenai dampak lingkungan yang akan terjadi penting untuk
dilakukan.

B. Rumusan masalah

1. Dampak apa yang akan di masyarakat


C. Tujuan penelitian

1. Dapat mengetahui dampak yang akan di rasakan masyarakat

BAB II

Pembahasan

1. Dampak di masyarakat

Menurut Seksi Ekonomi dan Pembangunan (Ekbang) Kecamatan Cariu, Sudomo


menuturkan, berdasarkan data kecamatan ada sembilan desa yang tenggelam. Di antaranya,
Desa Cariu, Kutamekar , Cikutamahi, Cibatutiga, Bantarkuning, Mekarwangi, Karyamekar,
Tanjungrasa dan Antajaya. Tentu saja ini dapat menimbulkan penolakan warga setempat.
Kepala Desa Kutamekar, Kecamatan Cariu, Uteng berbincang, penolakan bermula ketika
pada Tahun 2018 sejumlah warga dikejutkan dengan adanya pematokan titik pembangunan
waduk tanpa adanya sosialisasi dari pemerintah. Dirinya mengaku pemerintah pusat atau
kabupaten pun tak melakukan sosialisasi sebelumnya terkait pembangunan waduk tersebut..
“Ga ada sosialisasi terlebih dahulu tahu - tahu sudah dipatok saja di beberapa titik,” ujarnya.
Ia menyebutkan, akibatnya 3.434 penduduk Desa Kutamekar menolak pembangunan
tersebut. Mereka beranggapan nantinya waduk ini akan menenggelamkan rumahnya. Belum
lagi, terdapat situs yang telah dijaga bertahun-tahun di wilayahnya yakni Situs Leuwi Anjing.

Sejumlah warga pun, kerap mempertanyakan akan dipindahkan ke mana jika


pembangunan waduk tetap dipaksakan oleh pemerintah. Permintaan warga terkait
pembangunan Waduk Cibeet ini, pembangunan tidak dilakukan di sekitar permukiman
warga. Pembangunan seharusnya dapat dilakukan 500 meter dari titik awal yang berlokasi di
Tempat Pemakaman Umum(TPU) Kebon Jarak, Desa Cariu. Luas wilayah yang akan terkena
dampak dari pembangunan 1.39.99 hektare dengan total Kepala Keluarga (KK) kurang lebih
3.000. untuk total penduduk, yang terdampak yakni 33.342. “Kalau sawah 487,56 yang akan
terdampak,” sepengetahuannya, rencana pembangunan tersebut sejak 2018 namun sempat
terhenti dibicarakan pada 2019. lantaran hal tersebut tidak ada sama sekali sosialisasi yang
dilakukan pemerintah kepada warga. Kenapa Pemerintah tidak melakukan sosialisasi dulu
kepada warga sekitar malahan membuat warga menjadi panik dan sampai melakukan aksi
demo, kalau saja masyarakat mendapat sosialisasi dari awal berkemungkinan masyarakat
tidak kebingungan dalam perpindahan.

Proyek bendungan ini memunculkan lagi keresahan warga di Kampung Pasir Kalong
Desa Sukakarya. Aksi yang dilakukan warga Kampung Pasir Kalong, Desa Sukakarya,
Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, mendatangi lokasi proyek pembangunan
Bendungan Sukamahi, Selasa (7/6). Kedatangan warga ke lokasi megaproyek itu, karena
kesal terhadap pelaksana atau kontraktor pembangunan bendungan yang hanya membayar
ganti rugi kerusakan rumah mereka sebesar Rp. 500 ribu. Kakek Bunyamin warga Kampung
Pasir Kalong RT 03 RW 02, Desa Sukakarya mengatakan, kedatangannya bersama warga ke
proyek Bendungan Sukamahi, untuk mempertanyakan ganti rugi kerusakan rumah akibat
getaran dari lokasi pembangunan. “Sudah empat tahun rumah kami retak-retak akibat
dampak dari pembangunan Bendungan. Dan kami baru menerima ganti rugi 500 ribu dari
pelaksana,” biaya perbaikan rumah yang kondisinya retak, tidak cukup dengan uang ganti
rugi yang diberikan pihak pelaksana proyek. Sebab, untuk memperbaiki kondisi rumahnya,
bisa menghabiskan anggaran sekitar 10 juta. “Masa kami harus menanggung sendiri
kekurangan biaya perbaikan rumah akibat proyek pembangunan,” kata Bunyamin. Pihaknya
akan mengembalikan lagi uang ganti rugi yang diterimanya dari pengembang proyek,
lantaran nilainya tidak mencukupi untuk memperbaiki kerusakan rumahnya.

BAB III

Kesimpulan

Proyek bendungan adalah proyek strategis nasional yang merupakan proyek unggulan
Presiden Joko Widodo, beserta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) berencana membangun Bendungan Cibeet dan Cijurey di Kecamatan Cariu,
Kecamatan Tanjungsari dan Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor. Bendungan ini
adalah bendungan model terbaru. Digadang -gadang bakal menjadi solusi masalah banjir
yang kerap kali merendam wilayah timur Kabupaten Bogor, waduk tersebut diyakini dapat
mereduksi banjir hingga 66 persen di wilayah Karawang dan Bekasi serta memberi manfaat
saluran irigasi, PLTA, pariwisata, dan sumber air baku. Kesaksian dari Tokoh pemuda
Kampung Pasir Kalong, Desa Sukakarya, Riben Bentian, warga yang rumahnya terkena
dampak proyek strategis nasional yang digadang-gadang merupakan proyek unggulan
Presiden Joko Widodo, hanya mendapat ganti rugi antara Rp 250 ribu-Rp 500 ribu.

Pembangunan dua titik sumur bor yang dinilai akan menimbulkan dampak kekeringan
terhadap keberadaan sumur warga. Dua sumur bor itu ternyata dibuat tanpa ada izin dari
warga yang berdekatan dengan lokasi proyek. Sementara menurut HSE WIKA-BRP pada
proyek Bendungan Sukamahi, kaitan pembuatan sumur bor memang tidak meminta ijin
lingkungan sebelumnya. Sebab pembuatan sumur bor sudah masuk dalam kajian analisis
dampak lingkungan (Amdal). Entahlah, apakah memang begitu sebuah proyek Nasional yang
Notabenenya memberikan dampak Positif terhadap warga yang berdekatan dengan proyek,
malahan hanya mendapat ganti rugi Rp. 500. 000 akibat dari kegiatan proyek yang rumahnya
berdekatan, apalagi dapat membahayakan kekeringan bagi warga, sosialisasi dan pendataan
legalitas kepemilikan tanah yang belum menyeluruh.

Anda mungkin juga menyukai