Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan Pemerintah terhadap masyarakat yang terkena
dampak pembangunan Waduk Jatigede, Peran Pemerintah Kabupaten Sumedang dalam menangani dampak
yang ditimbulkan akibat pembangunan Waduk Jatigede bagi masyarakat yang terkena dampak pembangunan
Waduk Jatigede. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Subjek
penelitian diambil secara purposive yakni Kepala Bagian Pemerintahan dari Pemerintah Daerah Kabupaten
Sumedang, Kepala Sub Bagian Pemerintahan dan Sosial Kabupaten Sumedang, dan Kepala Bagian Teknis
Cipta Karya Kabupaten Sumedang. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan
dokumentasi. Teknik analisis data secara induktif meliputi reduksi data, unitasi dan kategorisasi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Teknik keabsahan data yang diperoleh menggunakan teknik
cross check. Hasil penelitian ini dapat dikemukakan bahwa kebijakan pemerintah terhadap masyarakat yang
terkena dampak pembangunan waduk jatigede mengacu pada Peraturan Presiden tahun 2015 tentang
Penanganan Dampak Kemasyarakatan Waduk Jatigede. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
untuk menangani dampak sosial akibat dibangunannya Waduk Jatigede diantaranya adalah kebijakan ganti rugi,
kebijakan relokasi, dan kebijakan penyediaan fasilitas umum. Sedangkan peran Pemerintah Kabupaten
Sumedang dalam menangani dampak yang ditimbulkan akibat pembangunan Waduk Jatigede adalah sebagai
pelaksana kebijakan pemerintah pusat, kebijakan-kebijakan yang dilaksnakan oleh Pemerintah Kabupaten
Sumedang yaitu, kebijakan ganti rugi, kebijakan relokasi, dan kebijakan penyediaan fasilitas umum.
Abstract
This study aims to investigate: the government policies for the people affected by the development of the
Jatigede Dam, the roles of the government of Sumedang Regency in settling the impacts resulting from the
development of the Jatigede Dam on the people affected by its development. This was a descriptive study using
the qualitative research approach. The research subjects were purposively selected, including the Head of the
Government Section of the Local Government of Sumedang Regency, the Head of the Government and Social
Sub-section of Sumedang Regency, and the Head of the Cipta Karya Technical Section of Sumedang Regency.
The data were collected through interviews, and documentation. The data trustworthiness was enhanced by the
data cross check. The data were inductively analyzed through data reduction, data unitization and
categorization, data display, and conclusion drawing and verification. The research findings show that the
government policies for the people affected by the development of the Jatigede Dam refer to the Presidential
Regulation Year 2015 regarding the Settlement of the Societal Impacts of the Jatigede Dam. The policies issued
by the government to settle the societal impacts resulting from the development of the Jatigede Dam include,
among others, the compensation policy, the relocation policy, and the public facility provision policy.
Meanwhile, the roles of the government of Sumedang Regency in settling the impacts resulting from the
development of the Jatigede Dam are as one implementing the central government policies; the policies
implemented by the government of Sumedang Regency include the compensation policy, the relocation policy,
and the public facility provision policy.
yang berhak memperoleh ganti rugi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993
tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan dan Peraturan Presiden Nomor 36
Tahun 2005 tentang Pengadaaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan
Umum. Untuk warga desa kategori A mendapat santunan sekitar Rp 29 juta Rupiah dan
warga desa kategori B mendapat santunan uang tunai pengganti rumah sekitar Rp 122 juta
rupiah. Pemerintah mengucurkan dana sekita 749 miliar rupiah untuk memberikan santunan
kepada warga yang desanya akan ditenggelamkan akibat dari pembangunan Waduk Jatigede
ini. Tetapi, proses ganti rugi dari pemerintah tidak berjalan lancar, banyak warga yang
mengeluhkan soal ganti rugi tersebut.
Pasca penggenangan Waduk Jatigede, masih ada masyarakat yang belum
mendapatkan ganti rugi. Padahal, debit air semakin naik setelah pemerintah resmi
menggenangi waduk itu pada 31 Agustus 2015. Selain ganti rugi, pengajuan komplain warga
juga belum semua terakomodasi, termasuk ketidakjelasan tempat tinggal baru. Alhasil, saat
debit air semakin bertambah, warga tetap bertahan di rumah mereka. Sementara itu, sebagian
warga yang sudah mendapatkan uang ganti rugi sudah mulai membongkar rumah dan
berpindah ke tempat baru, meski mereka harus tinggal menginap di tempat kerabat dan
sebagian harus tinggal di tenda (Metro News, 2010).
Selain permasalahan relokasi warga, pembangunan Waduk Jatigede ini juga
menimbulkan dampak lain yaitu penenggelaman 28 situs alam yang ada di kecamatan yang
akan ikut tenggelam, yaitu Kecamatan Darmaraja. Sejauh ini baru 5 situs yang bisa
dipindahkan, sisanya terancam terkubur di dalam bendungan. Lokasi waduk yang berada di
daerah cekungan tersebut seluas 4.973 hektare. Genangan mencakup 12 desa di 4 kecamatan,
paling banyak di Darmaraja, begitu pula situs sejarahnya yang terancam terendam. Sebagian
lagi merupakan makam tokoh penyebar agama Islam pada abad ke-16. Sebuah situs lainnya
dipercaya masyarakat sebagai makam Raja Tembong Agung bernama Prabu Gagah Agung.
Raja tersebut diperkirakan memerintah di Sumedang pada abad ke-15. Situs Cipeeut yang
berupa makam punden berundak tersebut berada di Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja.
Menurut hasil pendataan teknis Dinas Budaya dan Pariwisata Jawa Barat sejak 2009-2011,
tercatat ada 42 lokasi temuan situs. Sebanyak 32 situs berada di dalam area waduk,
sedangkan 10 situs lainnya akan dikelilingi air.
Berbagai keberatan atas proses dan bentuk pembangunan bendungan tersebut sudah
banyak disampaikan oleh berbagai pihak, secara terang-terangan maupun tersembunyi.
Apabila bendungan Jatigede dioperasikan dan difungsikan sesuai dengan rencana, maka akan
terjadi penenggelaman dan penghilangan pusaka warisan budaya bangsa yang tak ternilai
harganya yang memiliki potensi dampak besar terhadap kehidupan berbudaya dan
spiritualitas bangsa Indonesia. Dampak-dampak lain yang ditimbulkan dari pembangunan
Waduk Jatigede ini sebenarnya meliputi dampak ekonomi, dampak sosial budaya, dan
dampak geologi yang tak luput dari perhatian dimana letak Waduk Jatigede yang berada di
patahan bumi yang memungkinkan waduk jebol kapan saja (AMDAL Pembangunan Waduk
Jatigede, 1992).
Dampak-dampak dari kebijakan pembangunan ini seharusnya menjadi perhatian
pemerintah. Bukan hanya masalah tentang ganti rugi tetapi juga masalah tentang masyarakat
yang kehilangan lahan produktifnya, terkuburnya situs-situs alam bersamaan digenanginya
Waduk Jatigede, serta posisi waduk yang berada di daerah patahan bumi. Pemerintah tentu
harus sigap dan tanggap untuk mengatasi dampak-dampak yang akan ditimbulkan. Karena
jika melihat dari uraian di atas dampak negatif yang ditimbulkan dari pembangunan waduk
ini lebih banyak daripada dampak positif yang ditimbulkan. Berdasarkan keterangan di atas,
penulis tertarik untuk meneliti tentang bagaimana kebijakan pemerintah terhaddap
masyarakat yang terkena dampak pembangunan Waduk Jatigede dan apa peran Pemerintah
Kabupaten Sumedang dalam mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pembangunan
Waduk Jatigede bagi masyarakat yang terkena dampak pembangunan Waduk Jatigede di
Kabupaten Sumedang.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu jenis penelitian dimana prosedur pemecahan
masalahnya diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek ataupun
objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lainnya) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya yang meliputi interpretasi data dan
analisis data.Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan,
secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Lexy J. Meleong,
2009: 6).
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2016 sampai bulan April 2016
di kantor Pemerintahan Kabupaten Sumedang, yaitu di Jalan Prabu Gajah Agung Nomor 19,
Sumedang, Jawa Barat, Kantor Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Kabupaten Sumedang, Kantor Dinas Cipta Karya Tata ruang dan Perumahan Kabupaten
Sumedang. Lokasi penelitian ini dipilih karena yang bertanggungjawab untuk pembangunan
Waduk Jatigede di tingkat pemerintahan kabupaten adalah Pemerintahan Kabupaten
Sumedang, dimana lokasi Waduk Jatigede dibangun.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini diambil secara pusposive berdasarkan kriteria
atau pertimbangan tertentu. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah: (1) Ketua Tim
Pendukung Pembangunan Waduk Jatigede atau Kepala Bagian Pemerintahan pada
Pemerintah Kabupaten Sumedang. (2) Ketua Sub Bagian Pemerintahan dan Sosial pada
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sumedang. (3) Kepala
Teknis Bagian Cita Karya Tata ruang dan Perumahan Kabupaten Sumedang pada Dinas Cipta
Karya Tata ruang dan Perumahan Kabupaten Sumedang.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara dan dokumentasi.
Wawancara dalam penelitian ini dilaksanakan dengan teknik wawancara tidak terstruktur
karena tidak menggunakan pedoman wawancara yang sistematid namun menggunakan
panduan wawancara yang berisi pokok-pokok persoalan yang hendak ditanyakan. Tenik
dokumentasi berati suatu cara pengumpulan data yang dihasilkan dari catatan-catatan penting
yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti. Catatan- catatan penting yang
dimaksud adalah yang mempunyai fungsi untuk digunakan sebagai data melalui dokumen
dilakukan karena dokumen merupakan catatan-catatan suatu peristiwa yang sudah berlalu
yang biasanya terbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang
(Sugiyono, 2013: 140).
DA FTA R PUSTAKA
ÖUl*hil1â Munqin. 2001 . Mc•tO‹le Pvne/ifirııı Ktlctlit‹lti .‘ AkRuıliscı›’i kIeto‹lolo pete KCRı‘nlı Uffrian
Ken tenli erer. Jakarta: R.ıja val i P ress
I.cxy J. Mt›1cong "2009. Meîoic Pcııc°lili‹tn Kıuılıtal iJ. Bantlung: PT Rcıııııja Rosclakarya
Oifset
Sııgiyono. 2013. Me•to le Pen e/il/rin Aıırı/iırı/a(/ r/oıı /fc€/7. Bantltın : Alfabcta
Pei ıturan Pi csideiı Nornor 1 Tahun 201 5 tentang Pcl4Ğl4@îllâÎll1 D îllTl}3ak Sosial Masyarak at
Peıııbangunan WIlGHÜ J îltiped e
Peratrıı an Pı cs'den N‹ rıor 36 Tahun 2005 tcnt:ıng PclâğÛ*lÛi1!2 TÜna!J Rv îl@ı PA! ileSîll2£lllll
Pclıabangunalı Untuk Ke{aentil4Ş‹ln U uyum
Pcraturalı Kepala Bad an Pcrtanahan Nasional Republik IlJdtıncSla Nonaor 3 Tahun 2007 tentang
Ketentuan I’elaksanaan Peraturan Presiclen Nc›nıor 3G Tahun 2005 tentang Pengaclaan
Tan ah Bari Pclak sanıiı1ıl ÛCI@ÛîllJ £ll3îllJ tuttuk Kepentun i‹In U mama scbagaiınana "I“elah
Diubah d0n@dl1 Û 0F‹ltUTiln [°ı’esit1eIı Nomor f›5 fahun 2006 tcntang Pcngadaan Tanah Bagi
Pclaks“dHilaII Pcınbangunan unttık Kepentingan U uyum
Peraturan Menteri Pekerjaan huauıaı Nomor 03/PRT/M/2009 tcntaHg Pedornan Rekayasa
Sosial l°embangunan Bentlungan
Pcratuı ile Meneteri Dalarn Negeri N oıror 1 5 Tahun 1 *775 tentung IN ctcntuîlIl-IKCÎC12Î HUH
M engenai Teta Cara 1'embcbasalı Tan ah
Ke autusan P resitlen Nomor 55 Tahun I 9*73 tentang Pcngadaan Tîllâilh Bagı Pelaksanaan
Peırbangunan