Oleh :
Sri Rahayu Dian Artika 170302011
Indah Pertiwi 170302015
Domintan Nainggolan 170302019
Margaretta Nababan 170302029
Rifna Azma Nasution 170302057
Nurul Izzah Baniva 170302063
Muhammad Raysi Fiqih Gemilang 170302073
IV/A
LEMBAR PENGESAHAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah
peralihan (interface) antara ekosistem darat dan laut, serta mempunyai potensi
sumber daya alam dan jasa- jasa lingkungan yang sangat kaya. Mengingat bahwa
Indonesia merupakan Negara hukum, secara normatif kekayaan sumberdaya
tersebut dikuasai oleh Negara untuk dikelola sedemikian rupa dalam rangka
mewu-judkan kesejahteraan masyarakat (Pasal 33 ayat 3 UUD Negara RI 1945),
serta memberikan manfaat bagi masyarakat saat ini tanpa mengorbankan
kepentingan generasi yang akan datang, khususnya dalam upaya memanfaatkan
sumber daya pesisir ketentuan hukum yang mengatur pelestarian dan pengelolaan
lingkungan hidup (Sutrisno, 2014).
Peranan sumberdaya pesisir diperkirakan akan semakin meningkat
dimasa-masa mendatang dalam menunjang pembangunan ekonomi nasional,
regional, maupun lokal. Ada dua alasan pokok yang mendukung kecenderungan
diatas. Pertama pertumbuhan penduduk semakin meningkat yang akan mendorong
permintaan terhadap sumberdaya pesisir, dan kedua Indonesia secara komparatif
memiliki sumberdaya pesisir dan laut yang beragam dalam jumlah besar. Untuk
itu upaya menggerakkan perekonomian bangsa dengan menerapkan strategi
pembangunan industri berbasis sumberdaya alam (resources based industries)
yang dibangun melalui penerapan iptek dan manajemen profesional,
mengharuskan kita mengetahui potensi kekayaan yang tersimpan di kawasan
pesisir dan lautan sebagai aset pembangunan bangsa (Effendy, 2009).
Pengelolaan Sumberdaya alam pesisir pada hakekatnya adalah suatu
proses pengontrolan tindakan manusia atau masyarakat di sekitar kawasan pesisir
agar pemanfaatan sumberdaya alam dapat dilakukan secara bijaksana dengan
mengindahkan kaidah kelestarian lingkungan Sedangkan pemberdayaan
masyarakat sebenarnya mengacu pada kata “empowerment” yaitu sebagai upaya
untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat
(Stanis et al., 2007).
4
pada konsep rantai hubungan sebab akibat yang dimulai dengan faktor pendukung
yang dalam pengembangan sumber daya lahan (Zulkifli, 2013).
Kerangka analisis pendekatan DPSIR mulai diterapkan di Eropa pada tahun
1993 oleh Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi
(Organization for Economic Co-operation and Development) dan digunakan
secara ekstensif oleh Badan Lingkungan Eropa (European Environmental Agency)
pada tahun 1995 dan Badan Lingkungan Inggris (U.K. Environmental Agency).
Model ini digunakan untuk menemukali hubungan sebab- akibat antara sistem
lingkungan dan sistem manusia. Selain itu, bertujuan untuk membantu para
pembuat kebijakan memahami atas informasi yang terkait (Wijaya dan Mutia,
2016).
DPSIR merupakan metode dalam melakukan analisis sistem untuk
mengamati masalah lingkungan dan cara pandang masyarakat terhadap
permasalahan tersebut. DPSIR secara terminologi merupakancara penilaian
terhadap perkembangan sosial dan ekonomi (Driving Forces/D) dalam
mengendalikantekanan (Pressures / P) terhadap lingkungan dan, sebagai
konsekuensinya, adalah bentuk (State / S) dari perubahan lingkungan. Hal ini
akan menyebabkan dampak (Impact / I) pada ekosistem, kesehatan masyarakat
yang menimbulkan respon (Response / R) masyarakat sebagai umpan balik
terhadap (Driving Forces / D), (State / S) atau (Impact / I) (Romadhon, 2014).
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan DPSIR
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan DPSIR
3. Untuk mengetahui analisa dpsir dalam stukas Identifikasi Kerusakan Pesisir
Akibat Konversi Hutan Bakau (Mangrove) Menjadi Lahan Tambak di
Kawasan Pesisir Kabupaten Cirebon
Manfaat Praktikum
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah untuk menambah wawasan
mengenai cara menganalisis DPSIR dan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
6
Analisis DPSIR
Driving Force, Pressure, State, Impact and Response (DPSIR) yang
merupakan pengembangan dari model analisis PSR (Pressure State-Response).
DPSIR merupakan metode dalam melakukan analisis sistem untuk mengamati
masalah lingkungan dan cara pandang masyarakat terhadap permasalahan
12
STUDI KASUS
Raya, Kabupaten Buton Tengah ini, mulai berubah dari tahun ketahun dan diawal
tahun 2012 Desa Talaga Raya ini, dibagi menjadi empat desa diantaranya Keluran
Talaga Satu, Desa Talaga Dua, Desa Liwu Umpona dan Desa Pangilia.
Kondisi perkembangan permukiman nelayan yang ada di Desa Talaga
Raya Kabupaten Buton Tengah, dari tahun ketahun populasi perkembangan
penduduk masyarakatnya mulai berkembang dari segi polah permukimannya,
penduduk, dan aspek-aspek lain diantaranya fasilitas penunjang, sarana dan
prasarana lainya. Hal inilah yang menyebabkan kondisi permukimannya semakin
padat. Bedasarkan data pertumbuhan penduduk masyarakat Talaga raya dari
tahun-ketahun disebabkan oleh adanya imigrasi dari kota kedesa maupun
pendatang-pendatang dari desa-desa lain yang bercocok tanam dan berdagang
sampai bertahan hidup di Desa talaga raya ini.
Kualitas lingkungan pesisir pantai di Desa Talaga dua merupakan salah
satu pesisir yang paling berpotensi dari pada pesisir pantai yang ada di Kelurahan
Talaga satu, namun kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan yang
kurang terjaga sehingga sedikit demi sedikit menimbulkan hilangnya pontensi
potensi laut.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. DPSIR (Driving Force-Pressure-State-Impact-Respon) adalah suatu kerangka
umum untuk mengorganisir informasi tentang keadaan lingkungan. Kerangka
berpikir dalam proses DPSIR merupakan model memberikan konteks yang
general dan dapat diterapkan pada berbagai masalah wilayah.
2. Kelebihan DPSIR sangat bermanfaat dalam menentukan strategi penyelesaian
masalah lingkungan, guna mengambil keputusan berdasarkan hasil formulasi
hubungan antara aktivitas manusia yang terdiri dari beberapa sektor dengan
lingkungan hidup. Sedangkan kekurangan dari DPSIR adalah hasil analisis
dari DPSIR bisa kurang akurat. Setiap informasi yang didapatkan tidak
langsung dapat dipercaya begitu saja. Tetapi perlu dipikirkan lebih dalam
(critical thinking) terkait keabsahannya. Karena setiap informasi memiliki
keterbatasan (bounded rationality).
4. Analisis DPSIR pada jurnal studi kasus Identifikasi Kerusakan Pesisir Akibat
Konversi Hutan Bakau (Mangrove) Menjadi Lahan Tambak di Kawasan
Pesisir Kabupaten Cirebon menunjukkan saat Driving force pertumbuhan
penduduk dan konsumsi ikan meningkat, dengan itu ada tekanan yang timbul
alih fungsi lahan mangrove menjadi pemukiman, lalu pada state
mengakibatkan perubahan ekosistem mangrove dan stok ikan, lalu impactnya
degradasi lahan dan abrasi pantai dan response yang muncul adalah
ditagakkannya peraturan pemerintah daerah dan penegasan larangan alih
fungsi lahan dan pengelolaan untuk menjaga vegetasi mangrove.
Saran
Adanya kegiatan permodelan DPSIR di dalam praktikum agar dapat lebih
mengetahui dari alur perancangan DPSIR itu sendiri. Sehingga bisa praktikan
lebih memahami secara nyata danb juga bisa lewat diskusi dan bertukar pikiran.
16
DAFTAR PUSTAKA