Berguru Hidup pada Gumuk Pasir Ladang itu awalnya padang pasir kering kerontang. Warnanya hitam
berkilat, melepuhkan ka siang hari yang terik. Jaraknya sekitar 50 meter dari laut, di selatan Desa Bugel,
Kecamatan Panjatan Kulon Progo, Yogyakarta. Suasananya sunyi yang mati. Kehidupan seperti raib. Di
gundukan pasir istilah setempat gumuk pasir-itulah Sukarman muda yang resah membuang gundah.
Sudah tiga tahun sejak menyelesaikan studinya pada program D3 Akademi Perindustrian Yogyakarta, dia
belum juga mendapatkan pekerjaan. Sudah dicobanya merantau ke Jakarta, Bandung, hingga Palembang.
tetapi hasilnya nol besar. ki di Suatu pagi pada pertengahan 1985, gerimis menemaninya duduk di atas
gumuk pasir. Dalam suasana hati yang lelah dan hampir patah, pandangannya seperti disedot tiga batang
tanamian cabe merah yang tumbuh di atas seonggok kotoran sapi kering di pasir. Tak luar biasa
sebenarnya. Tetapi entah mengapa, pemandangan itu mulai mengusik benaknya. Mungkin ada orang
yang tidak sengaja membuang cabe di situ, pikir Sukarman. Ketika pandangannya mengitari hanparan
luas di depannya, Sukarman mulai mengamati beberapa jenis tanaman yang hidup di antara tumbuhan
perdu. Ada semangka, ubi, dan lain-lain. la terkesima. Sunyi tak lagi mati, tetapi menjanjikan kehidupan
baru. Pagi itu ia menangkap pesan: alam bekerja dengan cara ajaib dan dalam situasi yang paling
mustahii untuk menyodori kchidupan. Kenapa saya tidak mencoba menanamı cabe? Andai bisa,
kehidupan pasti berubah. Sukarman mulai menanam,cabe di atas lahan seluas 200 meter persegi.
Tetangganya para petani sepuh mencibir. Bahkan ayahnya meragukan apa yang dilakukan oleh anak
sulungnya yang masih lontang-lantung pada usia 27 tahun itu. Sukarman dianggap mengada-ada. Namun
Sukarman bersikeras. Untuk menanam cabe di atas pasir hitam itu lantas seperti menjadi pertaruhan
keyakinannya akan perubahan. Upaya itu tidak mudah. Tingginya penguapan di lahan pasir yang panas
membuat ia harus terus-menerus menyiram tanaman cabenya. Padahal, sumber air tawar berada jauh di
desa. Sekali lagi, alam menjawabnya. Namun, hanya mereka yang tahu bagaimana alam mampu
menangkap jawaban itu. Sukarman mulai menggali. Ia yakin lahan pasir itu pasti mendapat pasokan air
dari resapan kali Progo dan kali Bogowonto yang mengapit kawasan itu. Pada kedalaman kurang dari tiga
meter, air tawar yang bersih keluar melimpah ruah. la lalu mengalirkan air itu dalam bak-bak yang
dibangun sejajar sepanjang tanaman cabenya dengan pipa bambu. Sistem ini merupakan cikal bakal bagi
apa yang disebut "sumur renteng Masalah kebutuhan air pun selesai. Selang tiga bulan, kerja kerasnya
menampakkan hasil. Panen pertama menghasilkan 17 kg cabe.
Mengubah Hidup Panen ini tidak hanya mengubah hidup Sukarman, tetapi juga hidup belasan ribu
petani sepanjang pantai Kulon Progo. Mereka mulai berbondong-bondong mengikuti langkah Sukarman
ke gumuk pasir, lahan yang tadinya terlantar, untuk memanfaatkan lahan pasir tersebut. Kini di atas
hamparan pasir yang luas mulai dari Bugel hingga Glagah-telah tumbuh subur aneka jenis tanaman,
seperti: cabe, semangka, jeruk, sawi, terung, kentang, bahkan padi. Warga menemukan kehidupannya di
sini. Tidak ada pembayaran. Nenek tua pun masih bisa mendapatkan penghidupan dari lahan pasir ini.
Desa yang semula termiskin di Kulon Progo, bermetamorfosis menjadi desa penuh harapan. Kegigihan
petani Kulon Progo yang mampu menyulap gumuk pasir menjadi lahan pertanian yang mendapat
apresiasi dari akademisi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Pertanian gumuk pasir
menjadi laboratorium hasil penelitian. Wilayah itu menjadi pertanian Bab 6: Prinsip dan Kode Etik dalam
Bisnis Terpadu. Para petani menemukan teknik yang luar biasa. Kami sering mengirimkan mahasiswa ke
sana untuk belajar dari mereka, mengatakan Dr. Ir. Djafar Shiddieq M.Sc, dosen jurusan Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian UGM. Dja'far juga mengundang Sukarman ke kampus untuk mengajari ilmu bertani
yang ril pada mahasiswa. Usia Sukarman kini 50 tahun, la menggarap tanah seluas 8.000 meter persegi,
di mana 3.000 meter persegi memenuhi untuk pembibitan. Meskipun ia dikenal sebagai petani yang
berhasil, berhasil tetap bersahaja. la pun bangga karena bisa menyekolahkan putranya, bahkan anak
sulungnya kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta. Warga mulai Terusilk, menunggu,
hidup Sukarinan dan belasan ribu warga sekarang mulai terusik. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dan
Pemerintah Provinsi DIY kabarnya akan menggusur mereka. Ibu bumi yang menghidupi itu akan
dihancurkan oleh pertambangan pasir atas nama "devisa" dan "pendapatan asli daerah Belasan ribu
petani saat ini menjadi resalb karena lahan pasir yang telah disulap menjadi lahan pertanian yang subur
dan yang telah menghasilkan tahun yang dibutuhkan bagi mereka, tiba -tiba saja akan dirampas dan
dialihkan menjadi areal tambang besi dengan masuknya investor besar. Beberapa perusahaan besar yang
kabarnya telah mendapat izin tambang. Antara lain PT Krakatau Steel, PT Jogia Magasa Mining (JMM),
bahkan juga Indo Mines-perusahaan asing dari Australia Mayoritas saham JMM dimiliki oleh kerabat
keraton. Dari gelagat yang disetujui tentang ini, calon investor, pemerintah daerah, pemerintah pusat,
dan pihak DPR tetap tidak akan mundur dari rencana penambangan pasir di pantai Selatan Kulon Progo,
karena itu harus ditukar belasan ribu Petani yang selama ini mengolah lahan untuk pertanian Sumber:
Maria Hartiningsih dan Sri Hartati Samhadi. Kompor, I April 2008 Pertanyaan: a. Coba Anda kaji tindakan
Sukarman dan kawan-kawan dilihat dari teori-konsep dan konsep-konsep b. Coba dikaji apakah ada
tindakan pemerintah, DPR, dan investor sudah tepat dilihat c. Bagaimana Anda melihat gambar
Sukarman ditinjau dari teori hakikat manusia sepenuhnya diterjemahkan d. Bagaimana pendapat Anda
tentang masalah di atas? etika yang Anda kenal! dari analisis pemangku kepentingan dan etika
Lingkungan hidup! Sudah diulas pada bab sebelumnya?