Anda di halaman 1dari 10

PENAMBANGAN PASIR DILUMAJANG SEPANJANG TAHUN

Konflik penambangan pasir dilumajang


KBRN Lumajang : Wilayah Lumajang Jawa Timur merupakan salah satu penghasil
Pasir dengan kualitas sangat bagus  karena Pasir Lumajang memiliki kandungan Besi
(fe) dan bagus untuk segala bangunan termasuk Beton sementara itu produksi Pasir
dari Gunung Semeru tidak henti-hentinya mengeluarkan mineral Pasir yang tidak akan
habis untuk dieksplorasi.
Ini merupakan potensi Lumajang yang harus dikelola dengan sangat bagus pula demi
kesejahteraan bersama dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah Lumajang -PAD
Lumajang dan para pengelola usaha Pasir dari segala bidang

Salah satu eksploitasi tambang pasir yang dilakukan di lokasi tambang hingga saat ini
terus menuai dampak baik positif maupun negatif salah satunya disejumlah daerah
yang saat ini melakukan blokade jalan termasuk di Desa Jugosari

Disatu sisi kegiatan tambang tersebut meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar
kurang lebih 1000 warga sekitar menggantungkan hidup dari aktifitas tambang pasir.
Baik sebagai pedagang makanan maupun yang lainya disekitar tambang maupun
beraktifitas langsung dalam kegiatan tambang sebagai driver, operator alat berat,
pengangkut pasir kuli kasar maupun yang lainya.  
Disisi lain kegiatan tambang pasir tersebut merugikan warga lainnya karena polusi
debu, kemacetan, kerusakan jalan yang ditimbul dari pergerakan armada truck yang
seharinya bisa mencapai lebih dari 1000 truck yang berjalan. 

Konflik horizontal antara warga desa beberapa kali terjadi. Setidaknya Ada 5 desa yg
terdampak baik secara positif maupun negatif yaitu Desa Jugosari, Kalibendo,
Sudimoro, Uranggantung dan Sumberwuluh.
Tercatat dalam 1 bulan terakhir terjadi 4  kali konflik mulai dari penutupan jalan desa
oleh warga uranggantung, penutupan jalan Desa oleh warga sudimoro, konflik antar
warga yang minta jalan yang di tutup agar di buka kembali dan yang terakhir terjadi
pembalasan dari warga yugosari dengan melakukan penutupan akses jalan menuju
tambang agar warga sudimoro dan uranggantung tidak bisa menikmati hasil tambang di
Desa mereka.

Dengan kondisi tersebut Kapolres Lumajang dan Bupati Lumajang mengumpulkan


warga dari semua desa tersebut untuk mencari jalan penyelesaian terbaik. Pada hari
Kamis 06 Desember 2018 pukul 20.25 WIB diadakan pertemuan dengan warga yang
pro dan kontra dengan penyelesaian dan pembahasan jalan tambang diwilayah
Candipuro Lumajang yang bertempat di Pendopo Kabupaten Lumajang.
Kapolres Lumajang AKBP, Muhammad Arsal Sahban mengapresiasi langkah cepat
bupati dalam mengambil tindakan tegas dan akan mengelola penambangan pasir
dengan sehingga mampu mensejahterakan Masyarakat Lumajang.

"Betul saya setuju sekali dengan keputusan bapak Bupati karena cepat mengambil
keputusan dalam membuat tata kelola pertambangan pasir. Kami harap dengan cara ini
tidak terjadi konflik horizontal antar warga  akibat kegiatan pertambangan Sumber Daya
Alam yang seharusnya memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar," katanya, Sabtu
(08/12/2018).

Sementara itu, Bupati Lumajang, Thoriqul Haq menjelaskan, ada desa yang mendapat
keuntungan dari pertambangan pasir karena sebagian besar masyarakat
menggantungkan hidupnya dari aktivitas pertambangan dan warga yg dirugikan dari
kegiatan ini karena polusi, kerusakan jalan dan kemacetan.

"Bupati akan melakukan tata kelola pertambangan pasir yg berkeadilan yaitu dengan
membatasi jumlah alat berat yang digunakan agar semakin banyak tenaga kerja lokal
yang terserap, membatasi waktu pergerakan armada truk yaitu jam 7.30 sampai 17.00
wib, dan dalam 1 bulan akan kami buatkan jalur alternatif khusus angkutan tambang,
sehingga tidak melewati jalan padat penduduk," pungkasnya. 

http://rri.co.id/post/berita/608752/daerah/konflik_penambangan_pasir_di_kabupaten_lu
majang_masih_berlanjut.html

18 Tambang Pasir di Lumajang Diizinkan Beroperasi, ini Alasan Gubernur


Soekarwo

Surabaya - Kasus terbunuhnya Salim Kancil saat aksi menentang penambangan pasir
ilegal di Kabupaten Lumajang, sempat berdampak pada penutupan tambang pasir
lainnya. Akibatnya, banyak proyek yang terganggu.

Untuk itu, pemerintah akan kembali membuka operasional 18 perusahaan tambang


pasir pada pertengahan Desember 2015 agar kebutuhan pasir di Jawa Timur kembali
terpenuhi.

"Seluruh proyek di Jawa Timur bisa dipenuhi alur distribusi pasirnya," kata Gubernur
Jawa Timur Soekarwo kepada wartawan usai acara Pelantikan Wakil Bupati Lumajang
di ruang Binaloka Kantor Gubernur Jawa Timur, Jalan Pahlawan, Surabaya, Rabu
(2/12/2015).

Pasca kasus penambangan pasir ilegal di Desa Selok Awar-Awar, Lumajang,


pemerintah menghentikan sementara penambangan pasir di Lumajang, karena
permasalahan perizinan.

Penghentian tersebut, menjadi salah satu faktor inflasi di Jawa Timur, karena banyak
proyek pembangunan yang terganggu kebutuhan pasirnya.

Menanggapi hal itu, Pemprov Jawa Timur memberikan izin kepada 18 perusahaan
tambang pasir di Kabupaten Lumajang. Pembukaan operasional tambang pasir beton
itu, diharapkan sanggup memenuhi distribusi pasir beton.

"Jumlah perusahaan tersebut akan terus bertambah, apabila beberapa tambang pasir
yang selama ini mati dioperasikan lagi," tuturnya.

Beberapa proyek yang terkena imbas penghentian operasional tambang pasir seperti
Tol Gempol-Pasuruan, Tol Surabaya-Mojokerto, Tol Mojokerto-Kertosono.

Demikian pula, jalur lintas selatan (JLS) Glenmore-Gandenglembu Banyuwangi,


Gandenglembu-Mayangsari, Kalimujur-Bontoyudo Luamajang, Jarit-Kalimujur, hingga
proyek peninggian jalan di Kabupaten Bangkalan.

Soekarwo mengatakan, pihaknya sudah berkirim surat ke Menteri PU dan Perumahan


Rakyat, agar proyek yang tersendat karena persoalan distribusi pasir, tidak dikenakan
denda dan diberikan kelonggaran waktu.

"Kalau proyek belum selesai, jangan dikenakan denda. Sebagian besar proyek tersebut
gagal diresmikan, karena pasokan pasir beton berhenti," terangnya sambil
mencontohkan, ada beberapa proyek jalan tol yang seharusnya diresmikan pada
Oktober 2015.

"Dengan adanya surat tersebut, meminta agar tidak dikenakan sanksi atau denda
ataupun blacklist kepada pemborong," tandasnya. (roi/ugik)

https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3086344/18-tambang-pasir-di-lumajang-
diizinkan-beroperasi-ini-alasan-gubernur-soekarwo
Penambangan pasir Gunung Semeru di Curah Kobokan Desa Sumberwuluh,
Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. TEMPO/David Priyasidharta

TEMPO.CO, Banyuwangi – Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia


(Walhi) Jawa Timur Ony Mahardika mengatakan, selama Januari-September 2015,
sedikitnya ada 15 konflik sumber daya alam di Jawa Timur. “Itu data yang mengadu
kepada kami. Jumlah sebenarnya mungkin lebih banyak,” kata Ony kepada Tempo,
Senin, 28 September 2015.

Menurut dia, konflik tersebut merupakan imbas dari banyaknya alih fungsi lahan untuk
pertambangan dan industri. Konflik sumber daya alam, antara lain, terjadi di
Banyuwangi, Lumajang, dan Malang. Yang terbaru adalah kasus pembunuhan
terhadap Salim alias Kancil, petani asal Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian,
Lumajang, pada Minggu kemarin. Salim dibunuh karena menolak tambang pasir
Pantai Watu Pecak. “Kasus Lumajang ini paling keji,” ucapnya.

Menurut Ony, pemerintah daerah Jawa Timur telah mengeluarkan izin usaha
pertambangan (IUP) kepada 378 perusahaan dengan total area konsesi seluas
86.904 hektare. Percepatan izin terjadi sejak 2011, saat pemerintah pusat
memberlakukan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI). Keluarnya perizinan tersebut membuat kawasan Jawa Timur telah
dikapling-kapling untuk pertambangan pasir besi, emas, dan panas bumi.

Ads by Kiosked

Konsesi pertambangan tersebut, ujar dia, sebagian besar mengancam sumber daya
alam milik warga, terutama mata air dan lahan. Jadi muncullah konflik warga dengan
pemilik IUP pertambangan dan pemegang kawasan industri. Untuk menghentikan laju
konflik, Ony mendesak agar pemerintah mencabut semua IUP dan memulihkan
kawasan pertambangan untuk kepentingan warga.

Di Banyuwangi, konflik terjadi antara petani Kampung Bongkoran, Kecamatan


Wongsorejo dan PT Wongsorejo. Kordinator Organisasi Petani Wongsorejo
Banyuwangi (OPWB), Yateno Subandio, menuturkan, selama 15 tahun, mereka hidup
di tanah konflik. Lahan permukiman dan pertanian warga seluas 220 hektare awalnya
dijadikan hak guna usaha (HGU) perkebunan randu.

Namun HGU yang sejatinya habis pada 2012 ternyata dialihfungsikan menjadi hak
guna bangunan (HGB) untuk kawasan industri. “Kalau jadi kawasan industri, kami tak
punya lahan untuk bertanam,” kata Yateno.

ADVERTISEMENT

Pada 2003, salah satu petani OPWB pernah menjadi korban penembakan orang tak
dikenal. Bahkan, pada awal tahun lalu, tiga petani ditangkap polisi dan dipenjarakan
karena dituduh menganiaya petugas keamanan perusahaan. “Kami berharap Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Banyuwangi hadir membantu petani,” ucapnya.

Ketua DPRD Banyuwangi Made Cahya Negara berujar, pihaknya sedang membentuk
tim lintas komisi untuk menangani konflik petani OPWB dengan PT Wongsorejo.

https://nasional.tempo.co/read/704419/tambang-pasir-berdarah-di-lumajang-ada-15-
konflik-serupa/full&view=ok

Pegiat lingkungan yang tergabung dalam Tunggal Roso melakukan aksi


solidaritas terhadap pembunuhan petani penolak tambang pasir Lumajang bernama
Salim Kancil di depan Balaikota Malang, Jawa Timur, Senin (28/9).

Cadangan Pasir Besi Lumajang Terluas di Indonesia


Penambangan Pasir Pantai/TEMPO/Arie Basuki

TEMPO.CO, Lumajang - Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, memiliki cadangan pasir


besi terbesar dan terluas di Indonesia. Lokasinya terbentang di pesisir pantai selatan.
“Kami mendapatkan data berdasarkan hasil survei sejumlah investor yang datang ke
Lumajang," kata Kepala Bagian Ekonomi Pemerintah Kabupaten Lumajang, Nurul
Huda, kepada Tempo, Senin, 16 Januari 2012.
Mengutip data yang diperolehnya, kawasan yang memiliki potensi pasir besi mencapai
luas 60 ribu hektare. Dari sisi kwalitas juga terbaik di Indonesia. Rata-rata kadar
besinya antara 30 hingga 40 persen. Bahkan, di beberapa kawasan kadar besinya
mencapai 60 persen.
Karena itu, diakui Nurul, banyak investor yang datang ke Lumajang untuk berinvestasi
untuk melakukan eksploitasi. Namun Nurul enggan menyebutkan identitas perusahaan
atau investor tersebut karena masih dalam tahap verifikasi oleh Pemerintah Kabupaten
Lumajang. “Untuk bisa lolos sebagai perusahaan yang mendapatkan izin usaha
pertambangan harus melalui persyaratan dan prosedur yang panjang,” ujar Nurul.
Ads by Kiosked

Ihwal potensi pasir besi di Lumajang juga dipaparkan dalam sebuah dokumen berjudul
'Javakaartering Moondverslag Over Mei'. Dokumen keluaran tahun 1936 itu menjadi
arsip Direktorat Geologi.
Besarnya cadangan pasir besi di Lumajang juga ada kaitannya dengan keberadaan
Gunung Semeru. Limpahan pasir yang berasal dari muntahan material vulkanik Gunung
Semeru terbawa air hujan hingga ke laut selatan. Kemudian melalui proses alam secara
bertahun-tahun terjadi penumpukan pasir besi di kawasan pantai Selatan.
Namun potensi pasir besi di kawasan pantai Selatan ini belum dieksploitasi secara
maksimal. Apalagi masih terus terjadi penolakan oleh warga yang mengkhawatirkan
terjadinya keruskan lingkungan akibat kegiatan pertambangan. Di antaranya
perlawanan yang dilakukan warga Desa Wotgalih terhadap pertambangan pasir besi
oleh PT Anak Tambang.
PT Anak Tambang sudah mendapatkan izin usaha pertambangan. Namun belum bisa
beroperasi karena adanya penolakan tersebut. PT Anak Tambang mendapat konsesi
pada lahan seluas 504 hektare dengan perkiraan kapasitas produksi 100 ribu ton per
tahun. Dalam sepuluh tahun beroperasi --jika tidak ada halangan, mampu diproduksi
1.136.200 ton.
Kawasan yang akan dikelola PT Anak Tambang tersebut barulah 20 persen dari total
potensi pasir besi di Wotgalih.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT Indo Modern Mining Sejahtera (IMMS), Lam Chong Sam, juga
mengakui besarnya potensi pasir besi di Lumajang. ”Kwalitasnya bagus karena
kandungan titanium yang tinggi,” ucapnya ketika menyampaikan sosialiasi Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) perusahaannya beberapa waktu lalu.
Staf Bagian Operasional PT IMMS, Marzuki Sapra, menjelaskan potensi pasir besi
dengan kandungan titanium yang tinggi itu tersebar di sejumlah lokasi, yakni di Desa
Bades, Bago, Selok Awar-awar, Selok Anyar serta Pandanwangi dan Pandanarum.
Sapra mengungkapkan saat ini PT IMMS sedang mengurus ijin ekspolitasi pasir besi di
lahan seluas sekitar 3.200 hektare. Rata-rata kandungan besinya (Fe) 15 hingga 40
persen. ”Pada kedalaman dua hingga tujuh meter sudah bisa diperoleh pasir besi,”
tuturnya.

Penambangan Pasir Besi Ilegal di Lumajang Masih Terjadi

Aktivitas penambangan pasir ilegal di pesisir pantai selatan Lumajang ternyata masih
terjadi. Sebagai bukti, empat unit truk bermuatan 700 karung berisi pasir besi hasil
penambangan di wilayah pesisir pantai Watupecak berhasil diamankan warga.

Keempat truk ini masing-masing bernomor polisi L 9053 UC, L 9068 UC, P 9259 UN
dan L 9069 UC. Diperkirakan keempat truk ini mengangkut pasir hasil ayakan yang
akan dikirimkan ke stockpile.

Dari informasi yang dihimpun Sentral FM, Kamis (4/2/2016), aksi penggagalan
pengiriman pasir besi ilegal ini dilakukan warga yang tergabung dalam Forum Selok
Awar-Awar dalam aksi penghadangan pukul 20.00 WIB, malam sebelumnya.

Sebelumnya warga mengetahui adanya aksi penambangan ilegal di pesisir pantai


Watupecak. Disana, sejumlah pekerja tengah mengemas pasir besi hasil ayakan dalam
karung dan dinaikkan ke empat unit truk yang telah standby disana.
“Warga mendapat informasi dari Abdul Hamid (salah seorang tokoh Forum Selok Awar-
Awar, red) terkait aksi penambangan tersebut. Akhirnya warga yang tergabung dalam
Forum Selok Awar-Awar menghadang keempat truk yang telah berangkat
menuju stockpile,” kata Turiman, warga Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian.

Karena truk tidak juga berhenti, upaya pengejaran dan penghadangan keempat truk
tersebut dilanjutkan. Tosan, salah-seorang korban penganiayaan dalam kasus tambang
di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian yang menjadi sorotan nasional, juga ikut
dalam aksi pengejaran ini.

Sampai akhirnya, keempat truk yang melaju beriringan akhirnya berhasil terkejar dan
dihadang warga di kawasan Pal Sepuluh, Desa Tempeh Lor, Kecamatan Tempeh. Di
lokasi, akhirnya warga memeriksa isi karung muatan truk tersebut dan baru terbongkar
jika ternyata pasir besi. Saat itu juga, warga dari Forum Selok Awar-Awar memaksa truk
ini ke Mapolsek Tempeh.

“Dan di Mapolsek Tempeh, akhirnya keempat awak truk ini pun mengakui terus-terang
jika truk itu mengangkut pasir dari pesisir pantai Watupecak,” papar Turiman yang
dibenarkan oleh M Ridwan, seorang warga lainnya.

Keempat sopir truk tersebut, masing-masing bernama Samsul Hadi, warga Desa
Tegalwangi, Kecamatan Umbulsari, Kabupaten Jember; Mohammad Khoiron, warga
Desa Margorejo, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto; Triyono, warga Desa
Pekukuhan, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto dan Harmono, warga Desa
Japanan, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang.

Ipda Gatot Budi Hartono Kasubag Humas Polres Lumajang dikonfirmasi terpisah
menyatakan, jika proses penyidikan terhadap keempat sopir truk pengangkut pasir besi
ilegal itu masih dilakukan penyidik Satuan Reskrim. Keempat barang-bukti truk telah
diamankan di Mapolres Lumajang.

“Masih diperiksa. Saat ini status keempat sopir itu juga terperiksa. Belum ada
penetapan tersangka atau ditahan. Pemeriksaan ini untuk mengetahui penambangan
ilegal dan akan dikirim kemana pasir besi tersebut,” kata Ipda Gatot Budi Hartono.
(her/dop)

https://www.suarasurabaya.net/jaring-radio/2016/Penambangan-Pasir-Besi-Ilegal-di-
Lumajang-Masih-Terjadi/

Tunggakan Pajak Tambang Pasir di Lumajang Tembus Rp2,34 Miliar


Merdeka.com - Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pajak dan Retribusi Daerah
Kabupaten Lumajang, Hari Susiati mencatat penunggak pajak tambang pasir di
Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, periode 2017 hingga 2019 sebanyak 7 orang
pemilik tambang pasir dengan total tunggakan mencapai Rp2,34 miliar.
"Mereka harus membayar tunggakan pajaknya karena kami akan tetap melakukan
penagihan terhadap para penambang yang belum membayar pajak," katanya di
Kabupaten Lumajang seperti dikutip Antara.

Menurutnya, para pemilik tambang pasir yang menunggak pajak rata-rata memiliki
tambang yang luas, sehingga pemerintah tidak akan melakukan penghapusan pajak
terkait dengan tunggakan pajak tujuh orang pemilik tambang pasir di Kabupaten
Lumajang.

"Kami akan mengambil langkah untuk dapat mewujudkan target penghasilan pajak dari
tambang pasir yakni dengan melakukan pengawasan dan berkorporasi untuk
mengantisipasi agar piutang dari pemilik izin tambang tidak selalu bertambah," tuturnya.

Sementara Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengatakan pemerintah bisa menghentikan


izin pertambangan jika pengusaha tambang pasir tidak taat pajak sesuai dengan
ketentuan.

"Pemasukan pendapatan asli daerah (PAD) dari pajak pengelolaan tambang pasir di
Lumajang sangat potensial, sehingga harus dikelola secara optimal," ucap politisi Partai
Kebangkitan Bangsa itu.
Dia mengatakan potensi pajak dari tambang pasir di Kabupaten Lumajang sangat luar
biasa, sehingga pajak mineral bukan logam dan batuan merupakan satu jenis pajak
daerah yang diharapkan dapat menyumbangkan kontribusi besar terhadap PAD
Kabupaten Lumajang.

"Terkait pengelolaan tambang pasir ke depan, kami telah berkoordinasi dengan


Pemprov Jatim untuk mengelola bersama melalui konsorsium BUMD dan provinsi,
bahkan Pemkab Lumajang juga berencana menyediakan terminal induk pasir untuk
mengontrol harga pasir yang ada," katanya.

Sejauh ini, lanjut dia, pemilik izin tambang yang ada di Kabupaten Lumajang sebanyak
51 orang, sehingga pihaknya akan terus berhitung terkait dengan pembayaran pajak
yang dilakukan oleh penambang pasir yang ada. "Bagi para penambang yang masih
belum melunasi tanggungan pajaknya, agar segera melunasinya karena Pemkab
Lumajang menargetkan pendapatan dari sektor pajak pasir sebesar Rp37 miliar pada
tahun ini," ujarnya.

Sementara itu, Pemkab Lumajang menutup operasional timbangan pasir milik PT


Mutiara Halim di Kecamatan Kedungjajang karena banyak terjadi penyimpangan terkait
dengan aspek ketaatan pajak. [idr]

https://www.merdeka.com/uang/tunggakan-pajak-tambang-pasir-di-lumajang-tembus-
rp-234-miliar.html

Anda mungkin juga menyukai