Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS ARTIKEL

PEMBANGUNAN PABRIK PASIR BESI DI KULON PROGO

Disusun oleh:

Silvia Nur Tiaswati (15/385529/TP/11398)

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015
A. Latar Belakang Masalah

Pasir besi, bukanlah fenomena baru di masyarakat pesisir pulau Jawa.


Karena besarnya potensi yang terkandung di pesisir Pantai Selatan Jawa, membuat
pemerintah dan swasta tertarik untuk melakukan eksplorasi. Sebut saja
daerah Kulon Progo,disana ditemukan potensi pasir besi yang sangat tinggi.

Karena kebutuhan akan logam jenis besi terus meningkat secara nasional
setiap tahun, maka akhirnya pemerintah mulai melirik ke daerah pesisir Kulon
Progo yang terbukti mengandung pasir besi. Permasalahan penambangan ini
sudah dimulai pada tahun 1964, di mana pada saat itu telah dilakukan penelitian
mengenai kandungan pasir besi di kawasan pasir di kawasan pesisir Kulon Progo
oleh ITB. Dan hasilnya pada kedalaman 4-5 meter ditemukan kandungan air tawar
dan besi.

Menyikapi temuan tersebut, selanjutnya pada tahun 2006 diadakan


perencanaan untuk melakukan penambangan pasir besi yang dilakukan oleh PT.
JMM (Jogja Magasa Mining) yang kemudian berubah nama menjadi PT. JMI
(Jogja Magasa Iron) bersama Indomines Ltd., dari Australia yang sampai saat ini
mengundang pro dan kontra dari masyarakat di kawasan pesisir Kabupaten Kulon Progo.
B. Analisis Artikel

Banyak pihak yang pro dan kontra tentang perencanaan pembangunan pabrik pasir besi
ini karena dampak positif dan dampak negatifnya.

Bagi yang pro menganggap bahwa pertambangan pasir besi di kawasan ini
tentunya akan membuatefek limpahan (spill over efek) di mana selain akan
menciptakan pertumbuhan ekonomi di sana namun juga akan mampu mengundang
investasi asing dan peningkatan infrastruktur yang semakin baik. Sedangkan bagi yang
kontra khususnya petani pesisir mengganggap bahwa pertambangan ini tentunya
akan membuat hilangnya hak warga atas tanah, mata pencaharian serta kerusakan
lingkungan. (Aprilia, 2012)

Dampak negatif dari rencana penambangan pasir besi ini akan


mengakibatkan penggusuran dan alih fungsi lahan berskala besar yang sangat
merugikan masyarakat, karena kawasan penambangan adalah sepanjang 22 km
dan lebar 1,8 km dari garispantai terdapat: lahan pertanian semangk milik warga,
cabai, melon, lahan perkebunan,lahan persawahan, peternakan sapi, domba, unggas dan
pemukiman penduduk 4 kecamatan 10 desa, infrastruktur yang sudah ada seperti
jalan, masjid sekolah dan lain-lain. (Nurgiyanti, 2012)

Dampak positif dari rencana penambangan pasir besi ini akan


menguntungkan pihak PT. JMI (Jogja Magasa Iron) bersama Indomines Ltd., dari
Australia, tanpa memikirkan pihak Kulonprogo sendiri.
Hal ini dapat dibuktikan dengan ketidakpastiannya pembangunan pabrik
pengolahan biji besi PT Jogja Magasa Iron (JMI), dinilai menjadi salah satu
penyebab merosotnya pendapatan Kulonprogo tahun 2016 mendatang. Menurut
Kepala Badan Perencanaan dn Pembangunan Daerah (Bappeda) Kulonprogo
Agus Langgeng BAsuki, Penyebab turunnya proyeksi Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) di antaranya tak tercapainya target
pemasukan dari pajak retribusi.

Dengan kondisi seperti ini, pemerintah semestinya memberikan dukungan


terhadap pengembangan sektor pertanian untuk lebih meningkatkan kesejahteraan
petani. Namun yang terjadi malah sebaliknya. Pemerintah memiliki rencana untuk
melakukan penambangan pasir besi di kawasan pesisir Kulon Progo. Lokasi
penambangan adalah kawasan pesisir Kulon Progo dengan luas area sekitar 3000
ha dengan perkiraan cadangan sebesar 240 juta ton dengan kadar Fe 14%.
Pemegang kuasa pertambangan ini adalah PT Indo Mines (perusahaan dari
Australia) dengan mitra domestik PT Jogja Magasa Mining (perusahaan milik
kerabat kraton Yogyakarta). Nilai investasi penambangan pasir besi sebesar 600
juta dollar dengan komposisi kepemilikan 70 persen PT Indo Mines dan 30 persen
PT JMM. (Sanga, 2012)

C. Solusi

Menurut saya, sebaiknya pemerintah memberikan dukungan kepada sektor


pertanian dan pertambangan sendiri utuk memperbaiki masalah ini.

Sehingga dalam hal ini, pemerintah harus turut andil memberi kebijakan
khusus terhadap polemik ini. Memang pemerintah cukup diuntungkan dari adanya
proyek pertambangan pasir besi ini karena mendatangkan investor asing, tetapi
pemerintah tetap tidak boleh luput dari persoalan bahwa masyarakat Kulon Progo
yang dirugikan, khususnya desa yang dijadikan lokasi pertambangan ini, mereka
sebagian besar adalah para petani yang hidupnya sangat bergantung terhadap
lahan-lahan yang dijadikan lokasi pertambangan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia Restuning Tunggal, dalam artikel Seminar on Contemporary International


Development & Business Diplomacy Magister HI UGM.

Sanga, Sada .2012. Penolakan Penambangan Pasir Besi di Kawasan Pesisir


Kulon Progo. Diunduh dari
https://sadasnga.wordpress.com/2012/06/01/penolakan-penambangan-
pasir-besi-di-kawasan-pesisir-kulon-progo/ pada hari Minggu, 9 Agustus
2015 pukul 10.45 WIB.

Soal Tambang Pasir Besi, Petani Kulon Progo Surati Menneg LH (2012). Dalam
http://regional.kompas.com/read/2009/02/22/14511278/Soal.Tambang.Pasir.Besi..
aPetani.Kulon.Progo.Surati.Menneg.LH pada hari Minggu, 9 Agustus 2015 pukul
10.50 WIB.

Sabandar, Switzy.2015. Pembangunan Pabrik JMI Tak Pasti Pengaruhi Proyeksi


PAD. Diunduh dari http://jogja.solopos.com/baca/2015/02/13/pasir-besi-
kulonprogo-pembangunan-pabrik-jmi-tak-pasti-pengaruhi-proyeksi-pad-
576755 pada hari Minggu, 9 Agustus 2015 pukul 11.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai