Anda di halaman 1dari 6

DAMPAK EKSPLOITASI BARANG TAMBANG BATU GAMPING DI

GUNUNG SADENG KECAMATAN PUGER


KABUPATEN JEMBER

Evira Novidariyanti1, Dinda Ayu Pramesty2,


Rislianta Alsabila3, Shandy Choirul Fatah4
1234
Program Studi Pendidikan Geografi,
Universitas Jember
e-mail*: eviranovi@gmail.com

ABSTRAK
Batu kapur merupakan salah satu potensi yang bermanfaat bagi manusia.
Potensi batu kapur sangat besar di Indonesia, salah satunya di Gunung
Sadeng, Puger, Kabupaten Jember. Potensi penambangan batu kapur juga
meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak eksploitasi
atau penambangan batu kapur di Puger. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian dekskriptif. Hasil
dari penelitian ini yaitu potensi penambangan batu kapur di Puger sangat
besar. Penambangan yang dilakukan secar terus menerus menimbulkan
dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif dari
penambangan batu puger salah satunya meningkatkan pendapatan
ekonomi masyarakat. Banyak sekali investor yang tertarik dengan
pertambangan kapur. Dampak negatif adanya pertambangan kapur ialah
kerusakan ekologi pada lahan.

Kata kunci : Eksploitasi, batu kapur, dampak positif dan dampak negatif

PENDAHULUAN
Batu kapur merupakan bahan dasar pembuat semen yang biasanya sebagai bahan
pembuat banguan. Manfaat yang begitu besar mengakibatkan terjadinya eksploitasi
besar-besaran demi memenuhi kebutuhan manusia. Batu kapur merupakan bahan galian
golongan C. Potensi penambangan batu kapur di Indonesia sangatlah besar tertutama di
Pulau Jawa. Banyak di Pulau Jawa berdiri pabrik semen yang terletak pada morfologi
karst. Salah satu perusahan semen besar yang ada di Indonesia yaitu PT Semen
Indonesia yang telah menghabiskan SDA batu kapur yang berada di Tuban Jawa Timur,
dan sekarang telah berpindah operasi ke darah Rembangan Jawa Tengah yang juga
memiliki potensi batu kapur yang sangat besar. Potensi batu kapur di rembangan
mencapai 2000 hektar. Potensi bertambangan batu kapur juga memiliki skala yang besar
di Gunung Sadeng, Puger Kabupaten Jember. Viriya (2013) menjelaskan Eksplotasi
batu gamping telah dilakukan sejak tahun 1960an di daerah Gunung Sadeng , dari 279
hektare area bukit setinggi 80 meter, yang diekspliotasi seluar 30 hektare.
Dampak positif dari penambangan batu puger salah satunya meningkatkan
ekonomi. Banyak investor yang tertarik dengan pertambangan kapur. Pabrik
pertambangan kapur yang ada di Jember bukan hanya dari perusahaan local tetapi dari
luar, yaitu Hongshi Holding Grup dari Cina yang memproduksi semen imasco. Pabrik
ini baru beroperasi tahun ini 2019, selain dari luar ada pabrik local yaitu semen puger
dan Bangu Arta Mineral. Masyarakat kawasan sekitar pertambangan juga melakukan
pengeksploitasian dengan skala kecil. Selain dampak positif adanya juga dampak
negative, dampak negatedfa adanya pertambangan kapur ialah kerusakan ekologi.
Morfologi karst cenderung lebih rentan akan kerusakan lingkungan, jika morfologi
sudah rusak maka akan merusak ekosistem sekitarnya. Adanya tambang juga dapat
merusak fungsi kawasan yang resap air.

METODE
Penelitian yang kami lakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi
kawasan lahan karst gudung sadeng, Puger. Metode penelitian yang digunakan pada
penelitian ini yaitu deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang menjelaskan
dan menganalisis hasil penelitian di lapangan (Sugiyono, 2005). Penelitian ini dilakukan
di karst Puger, Kabupaten Jember. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
yaitu observasi dan dokumentasi. Observasi merupakan kegiatan pengungkapan fakta-
fakta melalui proses pengamatan dan wawancara untuk memperoleh informasi dengan
terjun langsung ke lapangan. Metode penenelitian observasi juga merupakan
pengamatan yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis terhadap aktifitas individu
atau objek lain yang diselidiki observasi juga merupakan pengamatan suatu objek yang
dilakukan dengan memahami yang di butuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian
(Arikunto, 2006). Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dimana
analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi menegenai subjek penelitian.
PEMBAHASAN
Gunung Sadeng merupakan Gunung kapur yang terdapat di Kecamatan Puger,
Kabupaten Jember. Bentang lahan karst/kapur yang terdapat di gunung Sadeng Puger
memiliki kualitas batu kapur yang cukup baik untuk di gunakan sebagi bahan baku
semen. Batu kapur sendiri merupakan bahan galian golongan C yang di peruntukkan
untuk kegaitan industri. Potensi besar yang dimiliki oleh gunung sadeng ini akan
sumberdayabatu kapur membuat masyarakat sekitar banyak yang menjadi penambang
batu kapur. Saat ini Gunung Sadeng telah dimanfaatkan oleh warga sekitar dan juga
pemerintahan untuk pertambangan kapur. Gunung sadeng yang merupakan bukit karst
memiliki beragam potensi, abtara lain potensi mineral, potensi penyimpanan air, serta
potensi wisata, dan potensi ilmu pengetahuan. Tetapi warga sekitar hanya dapat
memanfaatkan dalam bidang pertambangan. Didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Gunawan (2011) masyarakat masih menganggap bahwa kawasan karst hanya
memiliki manfaat unutk pertambangan. Masyarakat belum dapat memanfaatkan potensi
lain yang ada pada kawasan karst, sehingga kawasan hanya dieksploitasi untuk
pertambangan karna faktor ekonomi.
Penambangan yang dilakukan secara terus menerus akan berdampak pada
perubahan ekosistemnya. Secara fisik memiliki dampak terhadap perubahan morfologi
dengan konsekuensinya lebih lanjut mengganggu tata guna air tanah yang berada di
kawasan karst. Saat ini kawasan karst Puger banyak mendapat ancaman kerusakan oleh
ketidaktahuan masyarakat terhadap fungsi karst itu sebagai sumber daya air dan
keanekaragaman hayati dan fungsi ekologis. Masyarakat Puger hanya mengenal karst
sebagai bahan galian untuk bangunan, semen, kapur dan lain-lain. Sehingga
pemanfaatan karst oleh masyarakat kurang memperhatikan aspek kelestarian fungsi
lingkungan sebagai penunjang pembangunan. Selain itu penambangan yang dilakukan
secara terus menerut dapat mengakibatkan penurunan indeks keanekaragaman hayati,
erosi dan sedimentasi, penurunan kesuburan tanah dan perubahan pentang lahan, hal ini
akan menjadi semakin parah apabila permukaan tanah tertutup oleh batuan, yang
menyebabkan tanah semakin tandus. lahan karst akan mengalami kerusakan termasuk
dalam kategori sedang dan apabila tidak dikendalikan akan memasuki kategori berat,
(Haryono, 2011).
Seluruh kegiatan pertambangan menghasilkan debu yang menyebabkan polusi
udara dan menimbulkan suara yang cukup keras sehingga menimbulkan kebisingan.
Pencemaran udara dan perairan terutama yang disebabkan oleh kegiatan pertambangan,
pengolahan serta transportasi batu gamping. Seluruh kegiatan tersebut dapat
menghasilkan debu dan meninggaktkan kebisingan. Menurut (Rahmasari, 2013)
Aktifitas pertambangan juga menyebabkan perubahan bentang alam. Kegiatan
penebangan vegetasi, pengupasan tanah tertutup, pengalian batu gamping, penimbunan
tanah tertutup dan pembangunan sarana penunjang pertambangan sangat potensial untuk
mengubah daerah yang tadinya bukit berubah menjadi cekungan dan atau sebaliknya.
Debu yang dibawa oleh angin pada saat malam hari akan membasa dikarenakan adanya
embun dan akan turun bersamaan dengan embun, hal tersebut dapat dilihat dilingkungan
sekitar rumah warga bahwa banyak daun yang sudah diselimuti oleh debu selain daun,
kendaraan dan halaman rumah wargapun terdapat banyak debu. Gas atau asap,
pastikulat dan debu yang dikeluarkan oleh pabrik ke udara akan dibawah angin
kemudian akan bercampur dengan udara basah sehingga massa partikel menjadi
bertambah dan pada malam hari akan turun ke tanah bersama-sama dengan embun
(Widhianti, 2015).
Selain yang terjadi pada lahan karst Puger akibat aktivitas pertambangan
diantaranya adalah penurunan jumlah vegetasi yang diakibatkan terbukanya lahan karst
hal ini memiliki potensi mengalami erosi. Erosi terjadi sebagai akibat tidak lagi terdapat
tutupan lahan berupa vegetasi, sehingga energi hujan yang jatuh tidak dapat lagi
menahan laju luncuran tanah menuruni lereng. Menurut Adji (2005) dampak aktivitas
pertambangan di kawasan karst yaitu terjadinya degradari jumlah air yang tersimpan
sebagai komponen rembesan, pelonggaran, dan sungai bawah tanah. Jika permukaan
bukit karst terus ditambang, maka siklus hidrologi yang ada didalam karst akan
terganggu dalam penyerapan karbon. Hilangnya zona vadose sebagai salah satu contoh
dari degradasi air yang berpotensi memetikan imbuhan air ke dalam lorong-lorong atau
sungai bawah tanah. Akibatnya yaitu hilangnya sungai bawah tanah, matinya mata air di
kawasan karst, dan berpotensi terjadinnya bencana karna air akan melimpas ke
permukaan sehingga terjadi erosi dan banjir. Menurut Suryatmojo (2006), hal ini terjadi
terkait dengan fungsi kawasan karst sebagai kawasan penyangga air. Air yang berada
dikawasan karst sangatlah keruh dan juga tidak dapaat diminum.

KESIMPULAN
Potensi penambangan batu kapur di Indonesia sangatlah besar tertutama di Pulau
Jawa. Banyak di Pulau Jawa berdiri pabrik semen yang terletak di morfologi karst, hal
ini bertujuan untuk memudahkan pabrik mengeksploitasi bahan utama semen yaitu batu
kapur. Potensi Pertambangan batu kapur yang memiliki skala besar di Gunung Sadeng,
Puger Kabupaten Jember. Potensi besar yang dimiliki oleh gunung sadeng ini akan
sumberdayabatu kapur membuat masyarakat sekitar banyak yang menjadi penambang
batu kapur. Kawasan karst merupakan kawasan lindung cagar alam, dimana salah satu
kekuatan potensinya merupakan sumberdaya alam yang tidak terbarukan dan terdapat
banyak fenomena alam yang unik dan langka. Selain itu juga mempunyai nilai penting
bagi kehidupan dan ekosistem sehingga pemanfaatan ruang dan pengaturan wilayah
untuk pembangunan perlu kehati-hatian agar tidak merusak lingkungan. Dengan adanya
pabrik ini dapat membantu meningkatan perekonomian masyarakat. Namun, disisi lain
juga berdampak pada pencemaran lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Adji, T.N., 2005. Kondisi Daerah Tangkapan Sungai Bawah Tanah Karst Gunungsewu
dan Kemungkinan Dampak Lingkungannya Terhadap Sumberdaya Air
(Hidrologis) Karena Aktivitas Manusia. Kelompok Studi Karst. Fakultas Geografi
UGM.

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Gunawan, Agung, dkk. 2011. Jurnal Sikap Masyarakat Desa Gunung Masigit Terhadap
Penetapan Karst Pasir Pawon Sebagai Kawasan Lindung. IPB (Bogor
Agricultural University
Haryono, E. 2011. Kekeringan di Lumbung Air, Ekspedisi Geografi Indonesia Karst
Gunung Sewu 2011. Pusat Survei Sumberdaya Alam Darat (PSSDAD),
Bakosurtanal. Cibinong.
Rahmasari Indah. (2013). Potensi Kerusakan Lahan Karst di Gunung Sadeng
Kecamatan Puger Kabupaten Jember
Sugiyono, P. (2005). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suryatmojo, Hatma. 2004. Pembangunan Berkelanjutan di Kawasan Karst Gunung
Sewu, Suatu Impian atau Tantangan. Makalah disajikan dalam Workshop
Nasional Pengelolaan Kawasan Karst, Wonogiri, 4-5 Agustus 2004.
Widhiyanti, Erna, dkk., 2015, Perbedaan Jarak Tempat Tinggal Dari Lokasi Industri
Genteng Terhadap Penurunan Fungsi Paru Pendidik Di Desa Kedawung
Kecamaan Pejagoan Kabupaten Kebumen, Unnes Journal of Public Health, Vol.
2, No. 3, Hal. 40-47.

Anda mungkin juga menyukai