Sumber Daya
Indonesia merupakan negara yang sebagian besar wilayahnya berupa lautan.
Tentunya hal tersebut menunjukkan bahwa negara Indonesia memiliki potensi
yang besar dalam lautnya terutama sumber daya alamnya. Hal ini juga yang
memicu eksploitasi sumber daya alam melalui penambangan bawah laut
karena nilai ekonominya yang besar. Potensi pendapatannyapun sangat besar,
namun jumlahnya sangat terbatas untuk itu pemanfaatannya harus dilakukan
secara efisien.
Oleh karena itu, badan pemerintah yaitu Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi Kelautan (PPGL) selama 1 dekade terakhir terutama beberapa tahun
kebelakang melakukan dan meningkatkan kegiatan penyelidikan dan
pemetaan geologi kelautan. Hal ini sehubungan dengan program pemerintah
yaitu Pembangunan Nasional.
Salah satu sumber daya yang banyak dicari yaitu REE atau Unsur Unsur
Tanah Jarang. Pencarian sumber daya REE marak dilakukan karena dipicu
oleh perannya dalam penerapan teknologi ramah lingkungan seperti mobil
hybrid dan lain lain. Saat ini metode eksploitasi yang umum dilakukan dalam
mencari REE adalah interpretasi citra satelit dan hingga analisi geokimia.
Salah satu contohnya yaitu, penelitian di Sabang pada tahun 2014 oleh P3GL
menunjukkan bahwa dari hasil penelitian fumarole aktif dan solfatara tidak
aktif diperoleh unsur unsur logam langka dengan kadar yang tinggi
(Tantalium, Vanadium, dan Stronsium) dan REE (Nb, Ce, La, Pr, Th).
2. Lingkungan
Mengingat potensi sumber daya alam lautnya yang sangat besar, potensi bagi
kerusakan lingkungan bawah laut juga akan meningkat seiring dengan
meningkatnya kegiatan eksploitasi bawah laut. Selain itu, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi memicu penggunaan metode eksploitasi yang
lebih rumit dan mungkin berpotensi untuk mencemari lautan. Potensi
kerusakan selain pencemaran yaitu terbentuknya sedimentasi dan suspension
yang dapat mengubah bentang alam dan daerah pantai yang dapat berujung
kepada berkurangnya keanekaragaman hayati. Hal ini pernah menjadi polemik
pada 2016 karena pada draf Rancangan Undang Undang Mineral dan
Batubara terdapat klausul yang memperbolehkan dilakukannya pertambangan
bawah laut. Hal ini ramai dikecam oleh para aktivis lingkungan hidup karena
potensinya yang dapat merusak lingkungan laut.
3. Geohazard
Dalam melakukan kegiatan ekploitasi dan eksplorasi misalnya hidrokarbon
terdapat kemungkinan terjadinya bencana geologi / geohazards. Untuk itu
pelakasanaannya perlu direncanakan secara matang. Selain dapat memakan
korban, geohazard juga dapat memakan biaya yang sangat besar. Bahaya
bahaya seperti kehilangan sirkulasi, ledakan gas (blowouts) dapat
menyebabakan masalah yang besar. Dalam perencanaanya, perlu dilakukan
analisis Geohazard terlebih dahulu. Metode metode dalam analisis geohazard
antara lain :
1. Metode SSS
Metode Side Scan Sonar mampu membedakan besar kecil partikel
penyusun batuan, lumpur, pasir, kerikil, dan yang lainnya. Instrumen ini
menggunakkan beam yang diduplikasi dan diarahkan pada satu sisi ke sisi
yang lain, sehingga kedua sisi dapat dilihat dan mampu memetakan semua
area secara efektif
Kerugian :
Akibat peninggian muka air laut maka daerah pantai lainya rawan tenggelam,
atau setidaknya air asin laut naik ke daratan sehingga tanaman banyak yang
mati, area persawahan sudah tidak bisa digunakan untuk bercocok tanam, hal
ini banyak terjadi diwilayah pedesaan pinggir pantai.
Musnahnya tempat hidup hewan dan tumbuhan pantai sehingga keseimbangan
alam menjadi terganggu, apabila gangguan dilakukan dalam jumlah besar
maka dapat mempengaruhi perubahan cuaca serta kerusakan planet bumi
secara total.
Pencemaran laut akibat kagiatan di area reklamasi dapat menyebabkan ikan
mati sehingga nelayan kehilangan lapangan pekerjaan.
Peninggian muka air laut karena area yang sebelumnya berfungsi sebagai
kolam telah berubah menjadi daratan.
Reklamasi Teluk Jakarta juga dinilai tidak bermanfaat sama sekali bagi
lingkungan
DAFTAR PUSTAKA