Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

PENCEMARAN LAUT

Disusun Oleh:
Mita Eka Septiani
26040120140086/ ILMU KELAUTAN B
Koordinator Mata Kuliah Pencemaran Laut :
Dr. Ir. Bambang Yulianto, DEA.
NIP. 19610722 198703 1 002

Tim Asisten :

Khairani Najibah Zansuryani 26040119120009

Maria Fransiska Limbong 26040119120029

Amalia Tasyakurnia Rahman 26040119130072

Joshua Owen Mangotang 26040119130107

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
Lembar Penilaian Dan Pengesahan
Praktikum Pencemaran Laut

Nama : Mita Eka Septiani NIM: 26040120140086

Ttd:

NO. KETERANGAN NILAI


1. Pendahuluan
2. Tinjauan Pustaka
3. Materi dan Metode
4. Hasil dan Pembahasan
5. Penutup
6. Daftar Pustaka

TOTAL

Semarang, 23 April 2022

Mengetahui,
Koordinator Asisten Asisten

Amalia Tasyakurnia Rahman Amalia Tasyakurnia Rahman


NIM. 26040119130072 26040119130072
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sumber daya
alam yang melimpah yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat.
Keanekaragaman flora dan fauna menjadikan Indonesia dikenal sebagai wilayah dengan
sebutan mega biodiversity. Laut merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki oleh
Indonesia. Luas perairan ini mencapai 5,8 juta km2 atau sekitar 75% dari keseluruhan
wilayah. Laut dalam kehidupan negara memiliki peranan yang sangat penting. Laut ini
menjadi jalur yang menghubungkan berbagai wilayah di seluruh dunia. Laut juga
sebagai sarana transportasi baik dalam pengangkutan barang, pengangkutan orang, dan
eksplorasi serta eksploitasi minyak. Selain itu, laut juga mempunyai peranan penting
dalam bidang riset yang dimana 2/3 dari permukaan bumi ini terdiri dari wilayah laut.
Namun, adanya aktivitas manusia yang kurang baik terhadap laut menyebabkan
pencemaran yang mengakibatkan rusaknya lingkungan laut dan dapat berdampak pada
biota laut. Oleh karena itu, tindakan manusia ini perlu dikendalikan dengan baik untuk
mengurangi terjadinya kerusakan di wilayah laut.
Wilayah laut perlu dilindungi dan dilestarikan karena memiliki manfaat yang
besar bagi kehidupan manusia. Hal ini bertujuan untuk mengurangi adanya pencemaran
laut yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Pencemaran laut ini dapat berasal dari
adanya operasi kapal tanker, kecelakaan kapal, pemotongan badan kapal, dan kebocoran
minyak di lepas pantai. Permasalahan mengenai tumpahan minyak di laut mendapat
perhatian dari masyarakat. Pencemaran laut ini menjadi masalah yang cukup rawan,
namun hal ini seringkali terabaikan. Pada beberapa kasus, pencemaran laut akibat
tumpahan minyak ini disebabkan karena dangkalnya perairan sementara kapal yang
melintas membawa muatan yang penuh. Polusi yang berasal dari tumpahan minyak ini
merupakan sumber dari pencemaran laut yang selalu menjadi perhatian bagi
masyarakat. Akibat yang timbul dari adanya tumpahan minyak ini yang paling berat
adalah kematian terhadap biota laut dan seringkali baru diketahui akibatnya setelah
berlangsung beberapa saat. Oleh karena itu, permasalahn pencemaran laut ini perlu
mendapatkan perhatian khusus agar wilayah laut tetap terjaga dan lestari sehingga dapat
memberikan manfaat yang sepenuhnya bagi manusia.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mengetahui daerah sebaran tumpahan minyak
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi tumpahan minyak
3. Mengetahui perangkat lunak yang digunakan untuk analisa tumpahan minyak
1.3 Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa dapat memahami daerah sebaran tumpahan minyak
2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi tumpahan minyak
3. Mahasiswa dapat menggunakan software GNOME untuk menganalisis tumpahan
minyak
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Laut
Menurut Palijama (2021), pencemaran laut merupakan bentuk dari
Environmental Impairment karena adanya perusakan, gangguan, dan perubahan
wilayah perairan sebagai akibat dari masuknya partikel kimia yang terdapat di laut
dengan efek yang berbahaya. Dalam Pasal 1 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau Perusakan
Laut, pencemaran laut merupakan masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat
energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia
sehingga kualitasnya turun hingga ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
laut tidak sesuai dengan baku dan fungsinya. Jenis partikel yang dapat mencemari
lingkungan laut ini diantaranya limbah kimia dari kegiatan pertanian, limbah
perumahan, dan lain-lain. Partikel-partikel kimia ini berukuran kecil kemudian akan
diambil oleh binatang dasar di laut dan plankton atau binatang yang sebagian besar
berperan sebagai pengurai serta filter feeder. Hal ini akan menyebabkan racun yang
terkonsentrasi di laut akan mempengaruhi rantai makanan di laut sehingga kadar racun
akan semakin besar pula. Pada beberapa kasus, partikel kecil ini akan bereaksi dengan
oksigen yang menyebabkan suatu perairan menjadi anoxic atau kurang oksigen.
Pencemaran laut ini dapat terjadi karena kegiatan yang berasal dari daratan, baik karena
pengaruh tiupan angin dan melalui tumpahan.
Menurut Darza (2020), pencemaran laut adalah perubahan yang terjadi pada
lingkungan laut yang mengakibatkan efek yang buruk serta dapat merusak sumber daya
hayati yang terdapat di laut, terhadap kesehatan manusia, dan gangguan terhadap
kegiatan di laut seperti perikanan, penurunan kualitas air laut serta mutu dan
kegunaannya. Pencemaran laut ini tidak dipandang sebelah mata, hal ini dikarenakan
lautan dan daratan adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling
berpengaruh satu sama lain. Aktivitas yang dilakukan manusia di daratan secara tidak
langsung dapat berdampak pada ekosistem yang berada di laut. Bahan pencemar yang
dapat masuk ke lingkungan laut biasanya berasal dari limbah rumah tangga, limbah
lumpur, limbah industry, limbah pengerukan, limbah eksplorasi dan produksi minyak,
tumpahan minyak, limbah radioaktif, cemaran panas, dan sedimen. Bahan pencemar
yang masuk ke pariran laut ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis senyawa, yaitu
senyawa konservatif (sukar terurai) dan non konservatif (mudah terurai). Apabila hal
ini terus dibiarkan maka akan berdampak buruk bagi ekosistem di laut. Jenis ikan-ikan
tertentu akan mengalami kepunahan karena adanya pencemaran dari limbah-limbah
tersebut. Kepunahan ini akan menjadi dampak yang dirasakan dalam waktu yang cukup
lama. Dari hal tersebut upaya pelestarian dan perlindungan lingkungan laut perlu
ditingkatkan. Hal ini bertujuan agar lingkungan laut tetap terjaga dan dapat memberikan
manfaat bagi kehidupan manusia.
2.2 Aplikasi GNOME
Menurut Puspitasari et al. (2020), GNOME (General NOAA Oil Modelling
Environment) adalah pemodelan mengenai sebaran tumpahan minyak dengan
menampilkan pergerakan dari tumpahan minyak karena adanya pengaruh angin dan
arus. Aplikasi GNOME dikembangkan oleh HAZMAT. Aplikasi ini digunakan oleh
HAZMAT selama terjadi tumpahan minyak yang berguna untuk mempekirakan “best
guess” pada tumpahan minyak dengan ketidakpastian. Aplikasi GNOME juga memiliki
beberapa fungsi lainnya. Fungsi dari aplikasi GNOME adalah memprediksi pengaruh
dari angin, arus dan pergerakan lain yang terjadi di laut, memprediksi kondisi dari
minyak karena dipengaruhi oleh cuaca yang terjadi di sekitar tumpahan minyak
tersebut, dan memprediksi ketidakpastian sebaran pada tumpahan minyak.
Menurut Harsapranata (2019), aplikasi GNOME berfungsi untuk memprediksi
persebaran tumpahan minyak pada suatu lokasi tertentu. Dalam memprediksi
persebaran dari tumpahan minyak ini, aplikasi GNOME menggunakan bantuan visual
splots. Visual splots ini terdiri dari dua, yaitu black splots dan red splots. Black splots
berfungsi untuk mewakili perkiraan lintasan terbaik dari GNOME pada tumpahan
minyak yang disebabkan oleh tanker dengan perkiraan sekitar 1-2 mil dalam waktu 48
jam. Dalam pembuatan lintasan terbaik ini, aplikasi GNOME mengasumsikan bahwa
data yang terdapat dalam file lokasi akurat untuk mewakili pola terjadinya tumpahan
dan arah angin akan bertiup cepat pada arah serta kecepatan yang dimasukkan dalam
model. Sedangkan untuk red splots mewakili estimasi dari lintasan kesalahan minimum
dari GNOME lebih besar dengan tumpahan yang sama. Aplikasi GNOME ini akan
mengasumsikan tingkat dari ketidakpastian dari input data, sehingga akan didapatkan
prediksi estimasi kesalahan dari lintasan tumpahan minyak yang tidak berada di luar
area akan tercakup oleh red splots ini. Aplikasi GNOME juga memiliki dua mode
utama. Dua mode utama ini adalah mode standar dan mode diagnostik. Mode standar
digunakan pada location file berupa informasi peta polygon, angin, arus, kedalaman
laut, karakteristik minyak ,dan lain-lain. Dari mode tersebut pengguna hanya dapat
memvariasi berbagai tambahan pada parameter tumpahan serta pengaruh tambahan
guna melihat dampak pada perubahan trajectory minyak tersebut. Dibandingkan dengan
model tumpahan minyak yang lainnya, Aplikasi GNOME ini merupakan perangkat
lunak yang mudah untuk digunakan dan sederhana. Selain itu, hasil dari simulasi model
lintasan pada tumpahan minyak ini juga mudah direpresentasikan.
2.3 Sebaran Tumpahan Minyak
Kegiatan eksploitasi dan eksplorasi minyak yang terdapat di daerah pantai dapat
menimbulkan terjadinya tumpahan minyak. Kegiatan seperti pemboran sumur uji,
sumur produksi, sumur minyak, pemipaan bawah laut, serta transpotasi kapal yang
membawa minyak sangat mendukung terjadinya ekplorasi. Suwedi (2017), menyatakan
bahwa sebaran tumpahan minyak yang terjadi di laut akan tersebar di permukaan
(surface spreading), teremulsi (emulsification), teruapkan (evaporation), terpecah
(dissolution), terdispersi (dispertion), terdegradasi secara biologi (biodegradation),
tersedimentasi (sedimentation), advection, dan turbulent diffusion. Minyak yang telah
berpindah dari lokasi awal tumpahan ini biasanya akan mengalami hal yang sama seperti
terjadinya tumpahan awal. Sebaran tumpahan minyak yang terjadi pada suatu lokasi ini
dapat berupa bentuk emulsi atau bentuk lapisan minyak. Minyak yang tumpah ini juga
memiliki kemungkinan untuk terjadi interaksi dengan pantai.
Sebaran tumpahan minyak yang terjadi di laut ini akan menimbulkan dampak
negatif bagi lingkungan sekitarnya. Tumpahan minyak ini juga akan berdampak pada
keragaman flora dan fauna yang terdapat di laut. Sebaran tumpahan minyak ini akan
mencapai ke terumbu karang dan mengganggu kelangsungan hidup terumbu karang.
Pada lingkungan mangrove, sebaran tumpahan minyak ini akan berpengaruh terhadap
kehidupan di hutan mangrove serta menganggu proses pemijahan berbagai jenis hewan
yang terdapat di hutan mangrove tersebut. Selain itu, sebaran tumpahan minyak juga
berakibat pada sosial ekonomi. Sebaran ini akan berakibat pada turunyya kualitas
lingkungan sehingga berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat. Seperti contoh
kasus tumpahan minyak yang terjadi karena kebocoran pada kapal tanker yang
menumpahkan bahan bakar minyak jenis MFO. Hal tersebut berakibat pada ribuan
nelayan tradisional yang beroperasi di jalur tersebut khawati apabila merusak sumber
hayati laut (Wibowo., 2018).
2.4 Jenis Minyak Pada Pencemaran Laut
Minyak terdiri dari dua fraksi, yaitu fraksi yang ringan dan volatil serta fraksi
yang lebih berat. Fraksi ringan dan volatil merupakan massa hidrokarbon dengan berat
molekul kurang dari 160 gram/mol dan titik didih kurang dari 300 derajat celcius. Fraksi
yang lebih berat didefinisikan sebagai hidrokarbon dengan berat molekul di atas 160
gram/mol dan titik didih antara 250-300 derajat celcius atau lebih, dan mencakup
komponen wax dan aspal (Wibowo., 2018). Tumpahan minyak seperti jenis crude oil
akan mengikuti pergerakan dari arah arus laut. Minyak ini nantinya akan membentuk
lapisan atau oil slick yang akan membuat minyak ini menjadi bertambah luas
permukaannya.
Menurut Meinarni (2016), pencemaran minyak diakibatkan karena lalu lintas
kapal tanker yang mengangkut berbagai jenis minyak, baik minyak mentah ataupun
minyak yang telah diolah. Hal ini menjadikan perairan sangat berpotensi mengalami
pencemaran yang disebabkan dari tumpahan minyak. Tumpahan minyak jenis minyak
mentah (crude oil) memiliki ketebalan disolusi yang lebih tinggi. Proses emulsifikasi
pada lapisan minyak mentah ini cenderung lebih rendah dibandingkan dengan tingkat
emulsifikasi yang dialami oleh aspal. Nilai dari emulsifikasi ini dipengaruhi oleh jumlah
kandungan surfaktan pada setiap jenis minyak.
2.5 Lokasi Tumpahan Minyak
Tumpahan minyak yang terjadi ini berasal dari kapal tongkang yang bermuatan
minyak sawit mentah. Tumpahan minyak ini berdampak di Perairan Tanjung Masari,
Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara. Alisyukur et al.
(2020), menyatakan bahwa secara geografis, Kabupaten Buton terletak di bagian selatan
pada garis khatulistiwa yang memanjang dari utara hingga selatan pada 5 – 3 dan 6 – 25
lintang selatan dan membentang dari barat hingga timur pada 122,20 – 122,46 bujur
timur. Wilayah kabupaten Buton ini pada bagian utara berbatasan dengan Kota Baubau
dan Kabupaten Buton. Pada sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Buton dan
Laut Flores. Pada sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Laut Flores.
Wilayah Buton, Sulawesi Tenggara merupakan salah satu wilayah pesisir yang
terkena tumpahan minyak. Banyaknya penduduk di wilayah Buton pada tahun 2004
mencapai 265.724 jiwa. Penduduk laki-laki berjumlah sebanyak 132.271 jiwa dan
penduduk perempuan berjumlah sebanyak 133.453 jiwa. Dari hal tersebut terdapat
kenaikan atau pertumbuhan penduduk sebesar 3,33%. Secara umum, mata pencaharian
dari penduduk di wilayah Buton ini adalah sebagai nelayan. Nelayan yang terdapat di
wilayah Buton ini masih termasuk dalam nelayan skala kecil. Transportasi yang
digunakan para nelayan ini kebanyakan masih berupa perahu tanpa motor, motor
temple, dan kapal motor. Adapun alat tangkap yang digunakan diantaranya pukat
kantong, jaring insang, jaring angkat, pancing, dan lain-lain. Wilayah Buton ini menjadi
kawasan pesisir yang terkena dampak dari tumpahan minyak. Hal tersebut dapat
berpengaruh pada penduduk sekitar yang mata pencahariannya sebagai nelayan, dimana
mereka menjadi tidak dapat melaut untuk mencari ikan karena dampak yang disebabkan
oleh tumpahan minyak ini (Cappenberg et al., 2019).
2.6 Parameter Pendukung Tumpahan Minyak
2.6.1 Arus
Arus merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya tumpahan
minyak. Sinurat et al. (2016), menyatakan bahwa sifat fisika arus laut ini akan
menyebabkan tumpahan minyak yang terjadi di laut akan terapung di permukaan
laut. Tumpahan minyak ini juga terjadi karena adanya perbedaan pergerakan
pada pola arus laut. Perbedaan pola pergerakan arah arus laut ini disebabkan
oleh perbedaan elevasi pada muka air laut. Pergerakan arus laut terutama di
wilayah pantai, utamanya seperti di daerah teluk dan selat yang sempit,
pergerakan air yang naik turun akan menimbulkan arah dari pasang surut dengan
gerakan arah yang bolak balik. Jika muka air naik, maka arus akan mengalir
masuk. Sedangkan saat muka air turun, maka arus akan mengalir keluar.
Kecepatan arus tertinggi akan terjadi ketika kondisi purnama karena interval
elevasi dari muka air panjang. Selain itu, kedudukan dari bulan dan matahari
sejajar dengan bumi, dimana hal tersebut akan membuat gaya Tarik bulan dan
matahari mencapai titik maksimum. Arus yang terjadi ketika purnama
cenderung kuat dikarenakan posisi bulan berada paling dekat dengan bumi,
sedangkan arus lemah terjadi ketika perbani dikarenakan posisi bulan yang jauh
dengan bumi (Siagian et al., 2016).
Menurut Rahadian (2014), arus merupakan pergerakan massa air yang
sangat luas menuju keseimbangannya. Arus dapat terjadi karena adanya
beberapa daerah angin yang berubah-ubah secara terus menerus. Arus dapat
mempengaruhi persebaran biota laut. Selain itu, arus juga dapat menentukan
pergeseran pada daerah biografi dengan perpindahan air dari hangat ke air yang
dingin ataupun sebaliknya. Angin akan mendorong pergerakan air yang terdapat
di permukaan sehingga akan menghasilkan pergerakan horizontal yang lambat.
Dari pergerakan tersebut dapat mengangkut volume air yang sangat besar di
lautan. Arus permukaan akan langsung digerakkan oleh angin dimana air yang
terdapat dibawahnya akan ikut terbawa. Adapun faktor-faktor sebagai
pendukung pergerakan arus permukaan diantaranya, bentuk topografi dasar
lautan dan pulau disekitarnya, gaya Coriolis, perbedaan tekanan, dan perbedaan
densitas.
2.6.2 Angin
Angin adalah salah satu parameter lingkungan yang penting yang
berguna sebagai gaya penggerak pada aliran dalam skala yang besar. Massa air
yang terdapat di lautan selalu bergerak. Pergerakan ini terjadi karena adanya
pengaruh dari kekuatan angin yang bertiup serta melintasi daerah permukaan air.
Gerakan angin ini akan menghasilkan gerakan dari tempat yang bertekanan
tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Kuat lemahnya pergerakan dari udara
ini tergantung dari besarnya perbedaan tekanan yang ada (Widhayanti et al.,
2015).
Angin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
persebaran pada tumpahan minyak di laut. Minyak cenderung akan megikuti
pergerakan dari sebaran angin. Angin yang berhembus di wilayah perairan
merupakan faktor pembangkit gelombang laut. Selain sebagai pembangkit
gelombang laut, angin yang bertiup di atas permukaan laut juga menimbulkan
terjadinya arus laut. Angina dan arus pasang surut akan memindahkan unsur-
unsur dari lapisan minyak secara relative satu dengan yang lain dan dapat
mempercepat proses penyebaran. Angin mampu mempengaruhi proses
evaporasi yang terjadi pada tumpahan minyak mentah (Wibowo., 2018).
III. MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu pukul 16.10 WIB secara daring melalui
platform Microsoft Teams.
3.2 Materi
Pada tanggal 28 Desember 2018, kapal tongkang yang bermuatan minyak sawit
mentah (Crude Palm Oil/CPO), karam di Perairan Tanjung Masari, Kecamatan
Batauga, Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara, yang menyebabkan
sebanyak 3,7 ton minyak sawit mentah tumpah ke laut. Tumpahan minyak ini
berdampak pada 3 desa di Kecamatan Batauga yaitu Desa Majapahit, Desa
Lampainiri, dan Desa Bola. Minyak yang tumpah pada kejadian ini adalah jenis
minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO). Minyak sawit merupakan minyak
nabati yang berasal dari ekstrak dari buah pohon kelapa sawit. Tumpahan CPO ini
menimbulkan dampak yaitu degradasi kualitas air laut yang cukup signifikan dan
berdampak buruk pada kelangsungan hidup biota laut. Hal ini disebabkan karena
adanya gumpalan dan lapisan CPO yang menutupi permukaan perairan sehingga
menganggu penetrasi dari sinar matahari serta proses respirasi dan fotosintesis dari
tanaman laut. Selain itu, tumpahan minyak ini juga menyebabkan dampak bagi
warga sekitar. Warga sangat merasakan dampak dari tumpahan minyak ini dimana
beberapa warga merasakan pusing dan mual. Penanggulangan yang dilakukan untuk
mengurangi dampak tersebut adalah BP@LHK Makassar mengarahkan DPRD
Buton untuk berkoordinasi dengan Balai Penegakan Hukum Wilayah Sulawesi
terkait aspek hokum penanganan tumpahan minyak. Selain itu penentuan lokasi oleh
tumpahan minyak ini juga memerlukan pemodelan untuk mengetahui sebaran
tumpahan minyak. Pemodelan dilakukan menggunakan aplikasi GNOME. Data
yang diperlukan untuk pemodelan ini adalah peta wilayah Buton, Sulawesi
Tenggara, data tiupan angina wilayah Buton, dan data arus wilayah Buton.
3.2.1 Diagram Alir

Persiapan Olah Data

Download aplikasi GNOME

Membuka website GOODS

Download Peta Buton Download data arus Download data angin

Olah data GNOME

Insert peta Buton Olah data arus Olah data angin

Hasil sebaran tumpahan minyak di laut Buton

Analisis Data Olah Data ArcGis Peta sebaran


tumpahan minyak
3.3 Metode
3.3.1 Langkah Kerja Pengumpulan Data
3.3.1.1 Data Base Maps
1. Membuka browser kemudian masuk ke web gnome.orr.noaa.gov.

2. Download peta, pada bagian Base Map klik “global custom map generator”
3. Masukkan data Lattitude dan Longitude, kemudian klik “Get Map”

4. Peta yang telah didownload kemudian di rename dengan format


Nama_NIM_Peta Buton
3.3.1.2 Data Current (Arus)
1. Kembali ke home pada Gnome, kemudian download data angin. Pilih pada
bagian Winds lalu pilih NCEP Global Forecast System.

2. Pilih NCEP Global Forest System ½ degree, kemudian klik submit.


3. Atur “start time” dan “end time”

4. Kemudian menyesuaikan besaran longitude dan lattitudenya, pastikan pada


bagian timezone sudah diatur dalam “GMT”, kemudian klik “get data”
5. Jika sudah terdownload kemudian rename file dengan format Nama_NIM_Data
Angin Buton.

3.3.1.3 Data Wind (Angin)


1. Download data arus, klik “Global Current Ocean Models”, pilih yang “Hybrid
Coordinate Ocean Models”, pada tampilan selanjutnya klik “submit”.
2. Atur bagian “start time” dan “end time”, kemudian atur nilai pada longitude dan
latitude. Pastikan bagian timezone diatur dalam GMT, lalu klik “Get data”. jika
sudah terdwonload rename file dengan format Nama_NIM_Data Arus Buton.

3.3.2 Langkah Kerja Prediksi Tumpahan Minyak


3.3.2.1 GNOME
1. Buka software GNOME
2. Klik maps masukan data Peta Buton lalu klik “ok”

3. Tampilan peta seperti gambar dibawah ini


4. Klik universal movers lalu klik load

5. Masukkan data arus lalu klik “yes”


6. Data arus disesuikan lalu klik “ok”

7. Klik universal movers pilih type winds-variable lalu klik load


8. Masukkan data angin lalu klik open

9. Data angin disesuaikan lalu klik ok


10. Klik spill lalu spill name diganti dengan Nama_NIM lalu data disesuikan

11. Klik spill 2x lalu klik icon overlight information dan data disesuaikan
12. Zoom in pada tanda + yang menunjukkan adanya oil spill, kemudian spray area
di sekitar tanda +

13. Klik start time lalu data disesuaikan klik ok


14. Data terlihat seperti dibawah ini

15. Hasil akhir akan terlihat seperti dibawah ini


16. Hasil di save dengan tipe NOAA Standart Splot Files Series lalu di save dengan
Nama_NIM dan data disesuaikan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Gambar 1. Titik Awal Tumpahan Minyak

Gambar 2. Tumpahan Minyak Setelah 7 Hari


Gambar 3. Hasil Olah Data ArcGis
4.2 Pembahasan
GNOME merupakan salah satu aplikasi yang dapat diakses oleh berbagai kalangan.
GNOME merupakan perangkat lunak yang tidak berbayar atau free. Aplikasi GNOME ini
digunakan dalam pemodelan tumpahan minyak yang terjadi di lokasi tertentu. Aplikasi
GNOME digunakan untuk memprediksi ketidakpastian dari tumpahan minyak yang
dipengaruhi oleh cuaca di sekitar wilayah tumpahan minyak. Aplikasi GNOME ini pastinya
memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Kelebihan dari aplikasi GNOME
adalah mudah dioperasikan atau user friendly. Selain itu, aplikasi GNOME juga selalu
menggunakan teknologi terkini seperti contohnya CORBA yang berguna untuk network
transparency penggunaan XML. Semuanya diimplementasikan menggunakan bahasa C untuk
prtabilitas dan kecepatan. Selain mudah dalam pemakaian, aplikasi GNOME juga update
mengenai pemrograman yang intuitif. Aplikasi GNOME juga accessible, maksudnya adalah
apabila pengguna tidak dapat menggunakan fitur standar GNOME maka dapat menggunakan
GNOME Accessibility Project yang aktif dikembangkan guna mendukung pemakaian GNOME
oleh semua kalangan (Negara., 2020).
Kabupaten Buton Selatan merupakan salah satu wilayah yang terletak di Sulawesi
Tenggara. Kabupaten Buton Selatan ini termasuk wilayah dengan kekayaan sumber daya
pesisir dan kelautan yang besar. Selain itu, sumber daya alam yang besar dan utama adalah
adanya produksi aspal. Kabupaten Buton Selatan terdiri dari 7 cakupan wilayah, diantaranya
Sampolala, Batu Atas, Kadatua, Siompu, Siompu Barat, Batauga, dan Lapandewe. Rustan et
al. (2021), menyatakan bahwa Kabupaten Buton Selatan kaya akan potensi di sector perikanan
tangkap dengan pendapatan produksi rata-rata mencapai 35,452,459 kg per tahun. Adanya hal
tersebut dapat membantu dalam perkembangan daerah Kabupaten Buton Selatan. Selain itu,
dari segi perekonomian juga akan meningkat dimana akan banyak investor yang dating untuk
berinvestasi. Namun, adanya peristiwa tumpahan minyak di perairan Buton mengakibatkan
dampak yang sangat merugikan baik bagi lingkungan maupun masyarakat sekitar. Tumpahan
minyak sawit mentah dari kapal tongkang yang karam di Perairan Buton ini mengakibatkan tiga
desa di Kecamatan Batauga yaitu Desa Majapahit, Desa Lampainiri, dan Desa Bola menjadi
tercemar.
Pencemaran laut yang terjadi di Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara ini
diakibatkan oleh tumpahnya minyak kepala sawit. Tumpahan minyak ini berasal dari kapal
tongkang yang memuat sebanyak 3,7 ton CPO yang berasal dari Poso, Sulawesi Tengah menuju
Tarjun, Kalimantan Selatan. Kejadian ini bermula karena kapal tongkang milik PT Kebiri
Medan dihantam oleh ombak besar serta tiupan angin yang kencang akibat cuaca buruk.
Peristiwa ini mengakibatkan air yang terdapat di perairan tersebut menjadi menguning dan
menimbulkan bau yang tidak sedap (Mutmaenah et al., 2020). Dampak yang ditimbulkan dari
tumpahan minyak ini sangat mengganggu lingkungan di sekitarnya. Tumpahan minyak ini
menimbulkan permasalahan lingkungan. Hal ini dikarenakan kerusakan lingkungan sekitar dan
pemulihan akibat terjadinya tumpahan minyak yang memerlukan waktu yang cukup lama.
Waktu yang digunakan untuk mengatasi permasalahan ini sekitar 5 tahun. Permasalahan lain
yang ditimbulkan adalah sari masyarakat sekitar dimana tumpahan minyak ini menyebabkan
masyarakat menjadi kehilangan mata pencaharian mereka yaitu sebagai nelayan ikan. Ikan di
laut akan ikut tercemar yang menyebabkan ikan tersebut tidak dapat dijual. Sehingga perlu
dilakukan penanggulangan yang tepat dan cepat agar tumpahan minyak ini dapat segera
dibersihkan secara maksimal dan tidak menyebabkan kerusakan di lingkungan sekitar.
Tumpahan minyak yang terjadi di wilayah Buton, Sulawesi Tenggara telah mencemari
beberapa daerah di sekitarnya. Dampak dari tumpahan minyak sawit mentah ini telah
mencemari 3 desa di Kecamatan Batauga, yaitu Desa Majapahit, Desa Lampainiri, dan Desa
Bola. Firmansyah (2021), menyatakan bahwa sebaran tumpahan minyak sawit mentah ini
berlangsung dengan cepat dan menyebar ke daerah perairan yang lebih luas karena adanya
pengaruh dari dinamika laut seperti angin, arus, gelombang dan pasang surut. Pergerakan
sebaran tumpahan minyak ini dipengaruhi oleh faktor oseanografi. Faktor oseanografi ini
merupakan pergerakan di permukaan laut yang terjadi karena pengaruh dari angina dan pasang
surut. Dengan adanya faktor oseanografi ini akan menyebabkan bertambahnya waktu sehingga
memperluas permukaan minyak yang tumpah ke perairan laut. Tumpahan minyak yang terjadi
di perairan sangat berbahaya karena adanya pengaruh angin, gelombang, dan arus laut. Untuk
menanggulangi tumpahan minyak perlu untuk mengetahui arah angin dan arus agar dapat
memprediksi luasan daerah yang terkena dampak dan langkah yang tepat untuk melakukan
pembersihan tumpahan minyak.
Dampak pencemaran minyak umumnya dibagi menjadi dua, yaitu dampak jangka
pendek dan dampak jangka panjang. Hal tersebut diperkuat oleh Widodo dan Wahyuni (2020),
yang menyatakan bahwa dampak pencemaran minyak ada dua yang diantaranya jangka pendek
dan jangka panjang. Secara cepat molekul minyak akan menyatu ke dalam sel yang ada pada
makhluk hidup di laut seperti udang, ikan, dan sebagainya. Sehingga akan menyebabkan
kualitas menurun dan berbau minyak serta secara tidak langsung akan mematikan ikan karena
kekurangan oksigen dan keracunan karbondioksida. Dalam jangka panjang, pencemaran ini
nantinya akan sama seperti mata rantai dimana unsur-unsur atau molekul dari minyak mentah
yang termakan oleh plankton atau makhluk hidup kecil yang nantinya dimakan oleh ikan-ikan
kecil yang dimana nanti akhirnya ikan tersebut akan dimakan oleh ikan besar. Selanjutnya ikan
besar ini bisa saja dimakan oleh manusia sehingga dampak yang ditimbulkan sangat kompleks
bahkan bisa membinasakan biota laut itu sendiri.
Tumpahan minyak di perairan menimbulkan banyak dampak baik bagi lingkungan
maupun kehidupan sosial. Secara lingkungan menimbulkan berbagai kerusakan kondisi
perairan sekitar dan terganggunya ekosistem laut. Hal ini diperkuat oleh Andhi et al. (2019),
yang menyatakan bahwa dampak negative dari tumpahan CPO ini dapat berpengaruh pada
mangrove, kepiting, udang, dan terumbu karang. Hal ini dikarenakan mengganggu proses
respirasi dan fotosintesis. Proses fotosintesis menjadi terhambat akibat terjadinya tumpahan
minyak yang mengambang sehingga menutupi permukaan perairan dan menghalangi sinar
matahari yang masuk. Biota lainnya seperti ikan dan kerang menjadi beracun dan adanya logam
berat. Dampak kerugian yang timbul bagi masyarakat sekitar adalah terhambatnya aktivitas
nelayan yang tidak dapat melaut untuk sementara waktu.
Kejadian di Pulau Buton ini tidak mendapat perhatian dan penanganan yang serius.
Akibatnya banyak para nelayan yang tergganggu hasil tangkapannya. Beberapa warga dari 3
desa yang terdapat di sekitar lokasi juga mengeluhkan mual, sakit kepala, dan muntah. Dampak
tersebut disebabkan karena menghirup udara yang terkontaminasi bau menyengat dari
tumpahan minyak sawit mentah di Perairan Buton Selatan. Pedoman yang digunakan dalam
melakukan penanganan, pengukuran tingkat kerusakan dan perhitungan ganti rugi dapat
berpedoman pada Pedoman Pelaksanaan Penanggulangan dan Ganti Kerugian dampak
Tumpahan Minyak terhadap Sumberdaya Ikan. Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri
Perhubungan No.29 Republik Indonesia tentang Pencegahan Pencemaran Lingkungan Maritim
dalam pasal 1 ayat 1 dan 2 yang menyatakan bahwa tindakan penanggulangan pencemaran
dilakukan dengan segala tindakan yang cepat, tepat, dan terpadu serta terkoordinasi untuk
mengendalikan, mengurangi, dan membersihkan tumpahan minyak, bahan beracun, dan muatan
lain dari kapal ke perairan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kerugian masyarakat dan
kerusakan lingkungan. Pencegahan pencemaran laut dapat dilakukan dengan penyedotan
minyak yang terdapat pada tangka bahan bakar, melokalisir tumpahan minyak, dan
pengambilan muatan lainnya yang mencemari laut serta mengangkut kerangka kapal apabila
mengganggu alur pelayaran.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Tumpahan minyak di Kabupaten Buton Selatan meluas hingga ke daerah Buton Tengah
2. Faktor yang mempengaruhi persebaran tumpahan minyak di Buton adalah angin dan
arus
3. Pemodelan persebaran tumpahan minyak di Buton dilakukan dengan menggunakan
software GNOME
5.2 Saran
1. Praktikum dimulai dan diakhiri tepat waktu
2. Video tutor diberikan dengan jelas
3. Pembelajaran melalui software lain perlu dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Alisyukur, L. O., Sunarto, M. A. Marfai. 2020. Pengelolaan Kepesisiram Berkelanjutan
Kabupaten Buton Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Ecotropic., 14(2) : 100-110.
Cappenberg, H. A. W dan R. T. Mahulette. 2019. Sebaran dan Kepadatan Megabentos di
Perairan Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Bawal., 11(2) : 79-93.
Darza, S. E. 2020. Dampak Pencemaran Bahan Kimia dari Perusahaan Kapal Indonesia
terhadap Ekosistem Laut. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi).,
4(3) : 1831-1852.
Firmansyah, M.D., A. Ismanto, S.Y. Wulandari, R. Widiaratih. A. Rifai dan W. Atmodjo. 2021.
Permodelan Sebaran Tumpahan Minyak di Perairan Karawang, Jawa Barat. Buletin
Oseanografi Marina., 10(2) : 200-212.
Harsapranata, A. I. 2019. Analisa DNS yang Dimanfaatkan dalam Filterisasi Domain di
Jaringan Menggunakan Open Source. Jurnal IKRA_ITH Informatika., 3(1) : 20-29.
Meinarni, N. P. S. 2016. Dampak Pencemaran Lingkungan Laut Terhadap Indonesia Akibat
Tumpahan Minyak Montara di Laut Timur. Jurnal Komunikasi HUKUM (JKH)., 2(2).
Mutmainah, H., Ilham, I., Altanto, T., dan R. A. Adi. 2020. Analisa Tumpahan Crude Palm Oil
(CPO) di Teluk Bayur Sumatera Barat, 28 September 2017. Jurnal Kelautan Nasional.,
15(1): 37-44.
Negara, G. S. 2020. Dampak Lingkungan Terhadap Pencemaran Laut di Pesisir Utara Pulau
Bintan Selama Musim Angin Utara. Jurnal Saintek Maritime., 20(2) : 137-144.
Palijama, T. 2021. Perlindungan Hukum Wilayah Pesisir dalam Pengendalian Pencemaran dan
Perusakan Laut Pesisir di Negeri Batumerah Damer, Kabupaten Maluku Barat Daya.
BALOBE Law Journal., 1(1) : 33-40.
Puspitasari, T. A., M. A. Z. Fuad, E. Parwati. 2020. Prediksi Pola Persebaran Tumpahan
Minyak Menggunakan Data Citra Satelit Sentinel-1 di Perairan Bintan, Kepulauan Riau.
Jurnal Penginderaan Jauh., 17(2) : 89-102.
Rahadian, A. C. 2014. Oil Spill Flow Modeling in Oil Spill Disaster Management Plan.
Geomatics Engineering Department, Surabaya. 56 hlm.
Rustan, F. R., T. S. Soeparyanto, U. Sarita, M. S. Prasetia. 2021. Kajian Penilaian Kelayakan
Rencana Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Kadatua, Kabupaten Buton Selatan.
Jurnal Manajemen Aset dan Penilaian., 1(1) : 31-38.
Siagian, Y. S., A. Rifai, A. Ismanto. 2016. Pemodelan Sebaran Tumpahan Minyak di Perairan
Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur. Jurnal Oseanografi., 5(2) : 270-276.
Sinurat, M. E. B., A. Ismanto, Hariyadi. 2016. Analisis Pola Sebaran Tumpahan Minyak
Mentah (Crude Oil) dengan Pendekatan Model Hidrodinamika dan Spill Analysis di
Perairan Balongan, Indramayu, Jawa Barat. Jurnal Oseanografi., 5(2) : 218-226.
Suwedi, N. 2017. Model Hubungan Waktu Terjadinya Tumpahan Minyak di Suatu Lokasi
dengan Bentuk Sebarannya pada Daerah Terdampak (Studi Kasus : Tumpahan Minyak
di Sekitar Pesisir Lhokseumawe-NAD. Jurnal Teknologi Lingkungan., 18(1) : 104-111.
Wibowo, M. 2018. Pemodelam Sebaran Pencemaran Tumpahan Minyak di Perairan Cilacap.
Jurnal Teknologi Lingkungan., 19(2) : 191-202.
Widhayanti, A., A. Ismanto, B. Yulianto. 2015. Sebaran Tumpahan Minyak dengan Pendekatan
Model Hidrodinamika dan Spill Analysis di Perairan Cilacap, Jawa Tengah. Journal of
Oceanography., 4(4) : 641-650.

Anda mungkin juga menyukai