Anda di halaman 1dari 9

e-ISSN : 2579-5783

PERILAKU PEKERJA DAN DAMPAK PENAMBANGAN BATU PIRING


TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT

Prehatin Trirahayu Ningrum1, Khoiron1, Rahayu Sri Pujiati1


Dosen Bagian Kesehatan Lingkungan FKM UNEJ
(harumfkm@gmail.com, Hp. 081330009604)

ABSTRAK
Pertambangan batu piring merupakan salah satu pertambangan di kabupaten Jember yang
menjadi komoditi utama karena penjualannya menembus pasar luar negeri (ekspor). Batu piring
yang telah diproses ini selanjutnya dimanfaatkan untuk mebel, meja, kursi, penghias dinding
tembok, pagar (banyak digunakan di Jepang dalam bangunan rumah karena dinilai kuat dan tahan
gempa). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak penambangan batu piring terhadap
lingkungan dan kesehatan masyarakat di Kabupaten Jember. Metode penelitian kuantitaif deskriptif.
Populasi penelitian semua pekerja penambang batu piring sedangkan Sampel dalam penelitian
sebanyak 33 responden Teknik pengambilan sampel purposive sampling. Variabel dalam penelitian
ini adalah karakteristik responden, kebiasaan menggunakan APD, kontinuitas penggunaan masker,
masa kerja, lama kerja, proses pengolahan batu piring, dan dampak terhadap lingkungan. Hasil
penelitian didapatkan antara pekerja laki-laki dan perempuan tidak jauh beda dengan hasil laki-laki
sebesar 51,5% dan perempuan sebesar 48,5% yang sebagian besar berusia antara 31-40 tahun. Masa
kerja <5 tahun sebesar 57% dengan lama kerja ≤8 jam sebesar 93,5%. Proses pengolahan batu piring
secara manual dan dampak pertambangan batu piring adalah berubahnya tatanan alam. Saran dari
hasil penelitian perlu adanya pengawasan dari instansi terkait dalam bidang kesehatan lingkungan
dan keselamatan pekerja pada penambang batu piring.
Kata kunci : Penambangan, Lingkungan, Kesehatan Masyarakat

ABSTRACT
A plate stone mining is one of the mining activities in the district of Jember.This mining is
becoming a major commodity for competing in foreign markets (exports). A plate stone that has
been processed then utilized to furniture, tables, chairs, decorate walls, and fences. plate Stone is
widely used in Japan for house building because it is considered strong and safe from earthquake.
The purpose of this study was to determine how the impact of plate stone mining on the environment
and public health. This research was a quantitatif descriptive and the population of this study were
all stone miners for sample of 33 respondents. Sampling was carried out by using a purposive
sampling technique. Variabel studied are the Characteristics of respondents, the Habit ofusing of
Personal Protective Equipment, the continuity of the use of masks, working period, work duration,
plate stone processing and on an environment impact. The Results of this study was the number of
sex workers male 51.5% and female of 48.5%. As for the age of majority aged between 31-40 years,
working period <5 years of 57% with work duration <8 hours /days of the 93%. The process of
manually plate stone processing and the impact of mining is changing the of nature. Suggestion of
this research is the need for a supervision of government agencies that deal with health and safety.
Keywords : Mining, Environment, Public Health

PENDAHULUAN beberapa faktor diantaramya motivasi


Aktivitas manusia, berazaskan kerja, latar belakang pendidikan yang
manfaat dan ekonomi serta konservasi sangat menentukan luas tidaknya
lingkungan merupakan suatu hal yang wawasan seseorang, keterampilan tenaga
memiliki peranan penting terhadap kerja yang bersangkutan,
pembangunan berkelanjutan. Di satu sisi, profesionalisme, profesionalitas,
pembangunan akan meningkatkan pengalaman, kompetensi kerja, tingkat
kualitas hidup manusia dengan kesejahteraan, jaminan kontinuitas kerja,
meningkatnya pendapatan masyarakat. jaminan sosial, dan tidak kalah
Produktivitas kerja dipengaruhi oleh

Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 1. Januari – April 2017 | 23


e-ISSN : 2579-5783

pentingnya adalah kesehatan tenaga kerja penyimpan air. Mata air di sekitar gumuk
(Suma’mur, 2009) umumnya digunakan untuk kepentingan
Daerah Jember, mempunyai pertanian dan kebutuhan rumah tangga.
bentang alam yang unik dan khusus Masyarakat dengan tingkat
dengan adanya banyak gumuk. Beberapa ekonomi yang cukup dengan dukungan
teori menyatakan bahwa gumuk tersebut lahan pertanian yang subur, ternyata
merupakan bentukan dari aliran lava memberikan nilai perlindungan yang
gunung Raung, sehingga sebaran dan lebih baik terhadap keberadaan gumuk.
bentuk gumuk terlihat semakin mengecil Masyarakat sekitar gumuk merupakan
ketika jaraknya semakin jauh dari pihak yang paling berkompeten dengan
Gunung Raung, seperti di daerah keberadaan gumuk. Mereka adalah pihak
Sukowono, Sumberjambe dan Mayang yang mendapatkan manfaat dan juga
dijumpai gumuk-gumuk besar dengan mendapatkan ancaman jika gumuk
ketinggian lebih dari 50 meter, sementara mengalami penurunan fungsi akibat
di daerah Wuluhan, Balung dan Kencong kerusakan.
ketinggian gumuk hanya sekitar 1-2 Selain itu gumuk ini juga dapat
meter saja. Besar dan tinggi gumuk memberikan hasil dari pertambangan
bervariasi. Besar gumuk dihitung dari yaitu batu piring. Cadangan batu piring
luas bidang dasar yang ditempatinya sebesar 7.000.000 m3 berupa gunung batu
secara kumulatif bervariasi antara 9,9 Ha yang setelah ditambang dipotong-potong
sampai 433 Ha setiap kecamatan. Tinggi sesuai dengan kebutuhan pasar. Batu
gumuk berkisar antara 1 meter sampai piring yang telah diproses ini selanjutnya
yang tertinggi 57,5 meter. dimanfaatkan untuk mebel air meja dan
Keberadaan gumuk di wilayah kursi), penghias dinding tembok, pagar
ini telah memberikan ciri yang tidak (banyak digunakan di Jepang dalam
dijumpai di daerah lain di Indonesia. bangunan rumah karena dinilai kuat dan
Kehadiran gumuk tersebut memberikan tahan gempa). Komponen bahan
ciri panorama dan sekaligus menambah bangunan rumah baik interior maupun
potensi wilayah. Secara praktis gumuk eksterior seringkali juga memanfaatkan
mempunyai potensi, yaitu untuk bahan tambang ini karena bila cuaca
kepentingan ilmu pengetahuan, panas maka ruangan sejuk dan
konservasi, pariwisata, usaha tani/hutan sebaliknya, tidak licin dan tidak lumutan
rakyat. Sementara potensi yang telah serta tahan selama bertahun-tahun.
banyak dikembangkan adalah Limbah batu piring ini juga masih bias
penambangan bahan galian golongan C. dimanfaatkan sebagai bahan batu cor.
Selama ini gumuk dimanfaatkan sebagai Batu piring sebagai bahan bangunan
lahan tegalan, kebun atau digali. Gumuk sangat terkenal di indonesia bahkan
sebagai lahan tegalan dimanfaatkan sampai ke manca negara khususnya
untuk penanaman tembakau, ketela negara Malaysia, Singapore, Tiongkok
pohon, kacang, kedelai, hortikultura, dan Jepang. Salah satu pertambangan
sengon, glirisidae, tanaman buah dan batu piring yang ada di Jember adalah di
kopi. Lahan di sekitar gumuk umumnya daerah batu piring kawasan Jelbuk.
dimanfaatkan untuk penanaman Pertambangan batu piring ini adalah
tembakau. primadona penghasilan bagi masyarakat
Gumuk juga memberikan Jember (Bappekap Jember, 2010)
manfaat bagi usaha peternakan. Pada Penambangan batu piring ini
daerah gumuk banyak dijumpai juga dapat memberikan dampak terhadap
masyarakat beternak itik yang lingkungan dan kesehatan manusia.
memanfaatkan aliran sungai yang Dampak pada lingkungan yaitu
bersumber pada gumuk, selain itu juga pencemaran lingkungan dari hasil limbah
memanfaatkan satwa alami yang ada yang dihasilkan, sedangkan pada
pada ekosistem gumuk. Ekosistem manusia akan berdampak pada
gumuk juga mempunyai fungsi sebagai kesehatannya. Gangguan kesehatan

24 | Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 1. Januari – April 2017


e-ISSN : 2579-5783

akibat lingkungan kerja pada penambang pencemaran lingkungan dan rusaknya


batu piring salah satunya adalah infrastruktur jalan. Dampak positif yang
terjadinya gangguan fungsi paru para terjadi adalah membuka lapangan kerja
pekerja dan masyarakat. Berbagai baru, mengurangi jumlah pengangguran
aktivitas yang dapat mencemari udara dan menambah penghasilan warga
seperti debu yang dihasilkan dari tanah sekitar.
maupun batu piring. Pengaruh
pemaparan debu terhadap tenaga kerja BAHAN DAN METODE
dapat mengakibatkan gangguan antara Jenis penelitian ini adalah
lain kenikmatan kerja, iritasi baik pada deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
mata maupun pada saluran pernapasan Populasi penelitian ini adalah semua
dan gangguan fungsi paru. Untuk itu pekerja yang berada di tempat
diperlukan kajian lebih lanjut tentang penambangan batu piring sekaligus
analisis mengenai dampak lingkungan menjadikan sampel dalam penelitian
terhadap kesehatan pada pekerja sebanyak 33 responden. Teknik
penambang batu piring di Kabupaten pengambilan sampel yang digunakan
Jember. Hasil dpenelitian yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode
(Triananda, 2014) didapatkan bahwa purposive sampling. Variabel dalam
risiko dari kegiatan pertambangan batu penelitian ini adalah karakteristik
piring di desa bedadung meliputi risiko respoden, kebiasaan menggunakan APD,
kerusakan dan pencemaran lingkungan, kontinuitas penggunaan masker, masa
risiko kecelakaan kerja bagi pekerja kerja, lama kerja, proses pengolahan batu
tambang serta risiko penurunan nilai piring, dan dampak terhadap lingkungan.
moralitas warga. Longsor dan Analisis dengan menggunakan deskriptif
pencemaran udara merupakan risiko dan penyajian data dengan menggunakan
tertinggi dari kegiatan pertambangan, tabel. Kriteria inklusi adalah bersedia
sementara dampak yang telah terjadi menjadi responden, berada di tempat
selama kegiatan pertambangan kerja saat dilakukan penelitian.
berlangsung ialah dampak negatif dan Sedangkan kriteria eksklusinya adalah
positif. Dampak negatif yang terjadi responden tidak berada di tempat kerja
adalah perubahan bentang lahan, saat dilakukan penelitian.

HASIL
Tabel 1. Karakteristik Responden
No Tempat Jenis kelamin Umur
penambanga Laki-laki Perempuan 20-30 31-40
n ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1 Pakusari 4 23,5 16 100 2 16,6 18 85,7
2 Sumbersari 3 17,6 0 - 3 25 0 -
3 Patrang 8 47 0 - 5 41,7 3 14,3
4 Kalisat 2 11,7 0 - 2 16,6 0 -
Total 17 16 12 21

Berdasarkan Tabel 1. Hasil berumur sebagian umur responden pada


penelitian yang dilakukan pada 33 rentang 31-40 tahun, yaitu sebanyak 21
responden menunjukkan bahwa responden (63,6%).
responden yang berjenis kelamin laki- Hasil penelitian tentang
laki sebanyak 17 responden (51,5%) dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
responden berjenis kelamin perempuan pada pekerja pertambangan batu piring
sebanyak 16 responden (48,5%), yang berada di Kecamatan Pakusari,
sedangkan untuk umur responden Sumbersari, Patrang dan Kalisat semua
didapatkan bahwa responden yang responden menyatakan tidak pernah

Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 1. Januari – April 2017 | 25


e-ISSN : 2579-5783

menggunakan alat pelindung diri untuk mengakibatkan terjadinya gangguan faal


menghindari dan mengurangi dampak paru yang timbul setelah terpajan debu
negatif dari debu dan serpihan batu selama 5 – 25 tahun, sedangkan untuk
piring. gangguan paru restriktif ringan dapat
Pekerja yang bekerja berada di terpajan debu kurang dari 1 tahun. Lama
lingkungan udara yang tidak sehat kerja juga dapat mempengaruhi
(banyak pencemaran) dalam waktu yang kesehatan pekerja pertambangan batu
lama, memiliki risiko tinggi terkena piring.
penyakit diantaranya dapat

Tabel 2. Masa kerja dan Lama kerja pada Pekerja Pertambangan Batu Piring
No Tempat Masa Kerja Lama Kerja
penambangan ≥ 5 tahun < 5 tahun >8 jam ≤ 8 jam
∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1 Pakusari 12 85,7 8 42,1 2 100 18 58
2 Sumbersari 0 - 3 15,7 0 - 3 9,7
3 Patrang 0 - 8 42,1 0 - 8 25,8
4 Kalisat 2 14,3 0 - 0 - 2 6,4
Total 14 19 2 31

Berdasarkan Tabel 2 data hasil responden yang lama kerjanya ≤ 8 jam


penelitian didapatkan bahwa responden sebanyak 31 responden (94%).
yang masa kerjanya ≥5 tahun sebanyak Kebiasaan menggunakan masker
14 responden (42,4%) dan responden merupakan perilaku pekerja dalam
masa kerjanya < 5 tahun sebanyak 19 menggunakan masker sebagai alat
responden (57,5%). Lama kerja/durasi pelindung diri pada saat bertugas di
kerja responden didapatkan bahwa dalam pabrik sehingga pekerja merasa
responden yang lama kerjanya >8 jam aman dari bahaya terutama debu yang
sebanyak 2 responden (6%) dan masuk ke saluran pernapasan.

Tabel 3. Kebiasaan Menggunakan Masker


No Tempat Kebiasaan Menggunakan Masker
penambangan Menggunakan Masker Tidak Menggunakan Masker
∑ % ∑ %
1 Pakusari 0 - 20 62,5
2 Sumbersari 1 100 2 6,2
3 Patrang 0 - 8 25
4 Kalisat 0 - 2 6,2
Total 1 32

Berdasarkan Tabel 3 data hasil menganggap APD hanya akan


penelitian didapatkan bahwa responden mempersulit pekerjaan mereka dan
yang memiliki kebiasaan menggunakan membuat mereka semakin tidak leluasa
masker sebanyak 1 responden (3%) dan bekerja. Hal ini tentu saja sangat
responden yang tidak menggunakan memprihatinkan karena tingkat
masker sebanyak 32 responden (97%). kesadaran masyarakat tentang kesehatan
masih sangat rendah. Jadi, mungkin
PEMBAHASAN karena hal itu juga pihak perusahaan
Berdasarkan wawancara yang enggan menyediakan APD. Apabila
telah dilakukan pada pekerja, semua pekerja ingin menggunakan APD maka
pekerja mengaku enggan menggunakan pekerja harus membeli sendiri APD yang
APD sekalipun itu disediakan karena dibutuhkan. Pekerja menyatakan bahwa

26 | Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 1. Januari – April 2017


e-ISSN : 2579-5783

mereka tidak memiliki uang yang cukup Semakin banyak seseorang lembur dalam
untuk membeli APD sehingga mereka mengerjakan pekerjaannya maka akan
tidak pernah menggunakan APD. Tidak semakin mudah seseorang tersebut dalam
tertibnya untuk menggunakan masker keadaan yang tidak sehat karena tenaga
pada pekerja saat bekerja di terforsir sehingga presentase untuk
pertambangan batu piring ini merupakan terjadinya fungsi paru juga semakin
kebiasaan yang sudah sangat biasa terjadi banyak (Kepmenakertrans, 2004).
pada para pekerja di industri lainnya. Jam kerja, waktu Istirahat kerja,
Hasil penelitian ini sama dengan hasil waktu lembur diatur dalam pasal 77
penelitian yang di lakukan oleh sampai pasal 85 Undang-Undang No.13
Damayanti T, dkk. menyebutkan dari 182 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU
responden terdapat 84 responden RI, 2003). Rata-rata pekerja tambang di
(46,2%) yang mempunyai kebiasaan Kecamatan Pakusari bekerja selama 9-10
buruk dalam penggunaan masker jam. Jumlah jam kerja yang lebih dari 8
(Damayanti, dkk, 2007) jam perhari sudah tidak memenuhi
APD yang baik adalah yang persyaratan jumlah jam kerja maksimal
memenuhi standar keamanan dan untuk pekerja. Lama kerja pekerja
kenyamanan bagi pekerja (Safety and Perusahaan Putra batu Alam di
Acceptation). Apabila pekerja memakai Kecamatan Sumbersari yakni selama 6,5
APD merasa kurang nyaman dan jam dan waktu istirahat 1,5 jam. Jumlah
penggunaannya kurang bermanfaat bagi jam kerja yang kurang dari 8 jam perhari
pekerja, pekerja tersebut akan enggan sudah memenuhi persyaratan jumlah jam
memakainya, walaupun memakai karena kerja maksimal untuk pekerja.Untuk
terpaksa/hanya berpura-pura sebagai Perusahaan U.D Slawu Jaya di
syarat agar masih diperbolehkan untuk Kecamatan Patrang hanya menetapkan
bekerja atau menghindari sanksi jam mulai bekerja dan pekerjalah yang
perusahaan. APD yang tepat bagi tenaga menentukan jam istirahat dan jam pulang
kerja yang berada pada lingkungan kerja kerja sendiri. Para pekerrja tersebut akan
dengan paparan debu berkonsentrasi pulang apabila sudah menggiling batu
tinggi adalah masker untuk melindungi piring sebanyak kurang lebih 3-3,5 m3.
debu atau partikel-partikel yang lebih Pekerja pemotong batu lempeng pada
kasar masuk ke dalam saluran UD Hibah Alam di Kecamatan Kalisat
pernapasan, terbuat dari bahan kain seluruhnya bekerja dengan jam kerja
dengan ukuran pori-pori tertentu dan kurang dari 8 jam per hari. Pada UD
respirator pemurni udara, membersihkan Hibah Alam diberlakukan 2 shift kerja,
udara dengan cara menyaring atau yaitu shift pagi dari jam 8 pagi hingga
menyerap kontaminan toksinitas rendah jam 3 sore dan shift malam dari jam 4
sebelum memasuki sistem pernapasan sore hingga jam 12 dini hari dengan
(Habsari, 2003). waktu istirahat 1 jam untuk masing-
Kerja fisik apabila kerja yang masing shift. Jumlah jam kerja yang
berat dan monoton yang dilakukan di kurang dari 8 jam perhari sudah
tempat-tempat berdebu dalam waktu memenuhi persyaratan jumlah jam kerja
yang lama tanpa disertai dengan rotasi maksimal untuk pekerja. Namun, jam
kerja, istirahat dan rekreasi yang cukup, istirahat yang hanya satu jam dirasa
akan berakibat terjadinya di suatu daerah kurang sesuai dengan jam kerja yang
berdebu maka kapasitas paru seseorang cukup panjang.
akan semakin menurun. Menurut Setiap kegiatan industri selalu
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan menggunakan teknologi, baik teknologi
Transmigrasi No. 102/MEN/VI/2004 yang canggih ataupun sederhana. Efek
tentang waktu kerja lembur mengatakan samping penggunaan teknologi dapat
hari kerja dalam sehari adalah 8 jam/hari. mengganggu tatanan kehidupan dan
Apabila lebih dari 8 jam maka seseorang lingkungan hidup, khususnya
dalam bekerja dapat dikatakan lembur. penggunaan teknologi yang dapat

Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 1. Januari – April 2017 | 27


e-ISSN : 2579-5783

berdampak negatip pada tenaga kerja sangat sederhana adalah alat pelindung
(Depkes RI, 1994). Pekerja yang berada yang dikenakan (dipakai) oleh tenaga
pada lingkungan kerja dengan kadardebu kerja secara langsung untuk tujuan
tinggi dalam waktu lama memiliki risiko pencegahan kecelakaan atau terjadinya
tinggi terkena obstruksi paru (Wardhana, penyakit akibat kerja yang disebabkan
2001). Berdasarkan studi penelitian yang oleh aneka faktor yang ada (timbul)
dilakukan oleh Sugeng AM, dkk dilingkungan kerja (M. Suritno, 2008)
menunjukkan bahwa masa kerja lebih APD yang yang diperlukan
dari 10 tahun mempunyai risiko untuk dikenakan selama bekerja di
terjadinya obstruksi paru pada pekerja bagian kerja tertentu adalah: 1)
industri yang berdebu (Sugeng, 2003). respirator, sarung tangan, sepatu boot,
Sesuai dengan penelitian Mila SM, pelindung mata, masker. Hasil penelitian
berdasarkan perhitungan chi-square pada ini berbanding terbalik dengan hasil
tingkat signifikansi α : 0,05 dan df: 1 penelitian Tadesse S, dkk, untuk tingkat
diperoleh x2 sebesar 10,139 sedangkan x2 pemanfaatan personal protective
dalam tabel 3,481 (x2 hitung>x2 tabel, equipment (PPE) pada pekerja tekstil di
dan p sebesar 0,001 (p<0,05) yang Hawassa Town Southern Ethiopia dua
artinya ada hubungan antara masa kerja kali lebih tinggi dari pada pekerja yang
dengan kapasitas fungsi paru, di peroleh tidak memakai alat pelindung diri.
keeratan hubungan sebesar 0,523 yang Namun, ini tidak berarti bahwa tidak
artinya ada hubungan yang cukup kuat perlu untuk memperkuat program
antara masa kerja dengan kapasitas keselamatan sebagai proporsi yang
fungsi paru. Kelainan ini sesuai dengan signifikan dari para pekerja masih
teori bahwa makin lama terpajan melakukan tidak menggunakan semua
lingkungan udara yang tercemar maka APD yang diperlukan selama bekerja.
makin besar kemungkinan untuk terjadi Intervensi untuk mempromosikan
gangguan faal paru (Mila, 2018). pemanfaatan APD harus fokus pada
Alat pelindung diri yang baik daerah, seperti durasi layanan,
adalah APD yang memenuhi standar ketersediaan APD, kehadiran pergeseran
keamanan dan kenyamanan bagi pekerja kerja, dan pengendalian penyalahgunaan
(safety and acceptation), apabila pekerja zat (Tedesse, 2016)
memakai APD merasa kurang nyaman Dalam bekerja seluruh pekerja
dan penggunaannya kurang bermanfaat tidak menggunakan masker. Alasan
bagi pekerja, pekerja tersebut akan mereka tidak menggunakan masker
enggan memakainya, walaupun memakai sangat beragam, mereka mengatakan
karena terpaksa/ hanya berpura-pura bahwa masker itu ribet, hanya bisa
sebagai syarat agar masih diperbolehkan mengganggu dan harganya relatif mahal,
untuk bekerja atau menghindari sanksi sedangkan yang lain berasalan tidak
perusahaan. Salah satuAPD yang penting biasa menggunakan masker, tidak
bagi pekerja di pertambangan yang membutuhkan ataupun merasa sedikit
digunakan untuk melindungi fungsi paru terpapar debu. Memang pihak
adalah masker. Masker berfungsi untuk perusahaan juga tidak menyediakan
mengurangi polutan yang masuk lewat masker atau alat pelindung diri yang lain.
rongga pernafasan. Masker yang ideal Debu yang terhirup oleh pekerja bisa
adalah masker yang mampu mengakibatkan adanya gangguan
meminimalkan udara kotor yang masuk kesehatan antara lain yaitu terjadinya
ke tubuh dan tidak mengganggu penyakit paru-paru salah satunya
pernafasan. Banyaknya polutan baik dari silikosis. Salah satu pencegahan yang
asap kendaraan maupun debu perlu dapat dilakukan adalah dengan
disaring. Masker yang aman harus penggunaan masker. Hal ini sesuai
mengandung karbon aktif yang berfungsi dengan hasil penelitian Jian yajiang,
sebagai filter dan absorber sehingga 2013 dihasilkan bahwa riwayat pekerjaan
penyaringan udara lebih baik. APD pada pekerja yang bekerja khusus pada

28 | Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 1. Januari – April 2017


e-ISSN : 2579-5783

penambangan batu piring selama satu yang ukurannya lebih kecil yang
decade didapatkan adanya penyakit kemudian di jual sedangkan untuk pasir
silikosis dengan diagnose pasti. 13 batu piring, hanya di pinggirkan ke
Pemilihan alat-alat pelindung saluran tempat yang sekiranya tidak
pernapasan harus didasarkan kepada mengganggu. Apabila gunungan pasir
hasil evaluasi terhadap bahaya yang telah tinggi maka pemilik perusahaan
berkaitan dengan pengelompokan pada mengerahkan para pekerjanya untuk
setiap jenis bahaya baik secara fisik mengangkut pasir dan meratakannya di
maupun kimia (M Soeripto, 2008) lahan kosong sekitar perusahaan.
Sama halnya dengan penelitian U.D Slawu Jaya di Kecamatan
yang dilakukan Yulaekah pada pekerja Patrang bergerak dalam bidang
tambang kapur, jenis APD yang paling penggilingan batu piring yang
banyak digunakan oleh responden menghasilkan limbah berupa debu. Debu
(75,86%) adalah masker, meskipun pada yang dihasilkan ini akan lebih mudah
kenyataannya masker yang digunakan mencemari lingkungan sekitar karena
adalah kaos (pakaian) (Yulaekah, 2013). sifatnya yang ringan dan mudah terbang
Sebagian besar responden (48,39%) terbawa angin. Pencemaran lingkungan
menyatakan malas menggunakan masker akibat debu ini didukung karena letak
sedangkan 25,81% responden U.D Slawu Jaya yang berada dipinggir
menyatakan tidak tersedia karena jalan sehingga memudahkan debu
memang pengusaha tidak menyediakan terbang terbawa angin sebagai efek dari
APD. Dengan tidak memakai masker laju kendaraan bermotor. U.D Slawu
maka bisa menyebabkan terjadinya Jayatidak memiliki pengelolaan khusus
gangguan fungsi paru ataupun penyakit dalam menangani debu yang dihasilkan
silikosis pada pekerja. Seperti penelitian dari proses penggilingan. Penggilingan
Nelson didapatkan bahwa dari 19.143 batu piring dilakukan di ruangan terbuka
penambang emas yang meninggal karena sehingga debu dapat langsung terbang
penyebab eksternal, 16.411 (85,7%) yang terbawa angin.
berkulit hitam dan 2732 (14,3%) adalah U.D Citra Natural Stone di
kulit putih. Proporsi kasar penambang Kecamatan Kalisat bergerak dalam
hitam dengan silikosis meningkat bidang pemotongan batu piring.Limbah
sepuluh kali lipat 3-32%; sedangkan yang dihasilkan dari proses pemotongan
untuk yang berulit putih laki-laki sedikit, batu piring di U.D Citra Natural Stone
dari 18 menjadi 22% (Nelson Gill, 2013) berupa limbah padat dan limbah cair.
Pengolahan batu piring juga Limbah padat berupa sisa-sisa potongan
dilakukan di daerah pertambangan batu piring yang kemudian dipecah
Gumuk Suda Kecamatan Pakusari, jadi menjadi ukuran yang lebih kecil untuk
tidak ada pengelolaan yang dilakukan dijadikan batu cor yang laku dijual.
oleh pabrik. Limbah yang dihasilkan dari Sedangkan limbah cair yang dihasilhan
proses pertambangan hanya berupa juga tidak mengalami proses pengolahan,
limbah padat yaitu pecahan batu piring. limbah cair berasal dari air sisa untuk
Namun, pecahan tersebut masih memiliki membasahi batu yang dipotong, dan air
nilai jual yaitu diolah menjadi batu yang tersebut terus mengalir dengan lancar
berukuran lebih halus lagi dan dijadikan menuju selokan di samping tempat
bahan baku cor untuk bangunan. produksi. Air yang merupakan limbah
Perusahaan Putra Batu Alam di cair bekas pemotongan batu lempeng ini
Kecamatan Sumbersari bergerak di masih dapat dimanfaatkan untuk
bidang pemotongan batu piring. Limbah diendapkan dan diambil pasirnya.
batu piring dari hasil pemotongan berupa Aktivitas pertambangan memang
pasir batu piring dan pecahan batu piring. dapat berisiko merusak tatanan alam,
Pecahan batu piring di jual kepada para karena lokasi pertambangan yang sudah
pemecah batu di sekitar lokasi perusahan sangat dalam mengakibatkan air tanah
untuk dipecah kembali menjadi batu juga ikut keluar. Air tanah tersebut

Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 1. Januari – April 2017 | 29


e-ISSN : 2579-5783

disedot dengan mesin dan dialirkan dihasilkan dapat dikurangi. Namun,


langsung ke sungai sekitar proses pengolahan masih tetap
pertambangan. hal ini mengakibatkan menghasilkan debu yang dapat
terjadinya semakin banyak sedimentasi mencemari udara di sekitar. Hal ini dapat
di daerah sungai tersebut dan menyebabkan gangguan kesehatan
mengakibatkan sungai menjadi semakin masyarakat berupa batuk dan pusing.
keruh karena tekanan yang dihasilkan
dari keluarnya air tersebut dari selang KESIMPULAN DAN SARAN
pompa air. Sedangkan pada Kesimpulan penelitian adalah
pertambangan dapat merusak tatanan pekerja yang bekerja di pertambangan
alam, dimana jika air tanah terus dipompa batu piring kebanyakan berjenis kelamin
keluar, maka keseimbangan pada daerah laki-laki tetapi perempuan juga menjadi
tersebut menjadi terganggu. Hal ini pekerja dengan rata-rata usia 31-40
sesuai dengan penelitian Hilson G dan tahun, dengan masa kerja sebagian besar
Vost HVD dampak lingkungan yang ≤ 5 tahun dengan lama kerja ≤8 jam/hari.
terjadi adalah tiga masalah lingkungan Proses pengolahan sebagian besar masih
yang terkait dengan kegiatan secara manual dan dampak dari
pertambangan emas skala kecil: (1) pertambangan batu biring ini adalah
pencemaran merkuri; (2) air asam adanya perubahan tatalahan alam. Saran
tambang (AMD) dari tailing; dan (3) penelitian ini adalah untuk perusahaan
degradasi lahan pertama dua dari tiga sebaiknya menyediakan fasilitas APD
besar tersebut masalah lingkungan dapat untuk keamaan pada saat bekerja, dan
diperbaiki melalui inisiatif teknologi, tapi untuk instansi pemerintah diperlukan
yang ketiga (degradasi lahan) adanya pengawasan secara berkala untuk
membutuhkan pendekatan yang lebih kesehatan keselamatan kerja dan
luas (Hilson Gavin, 2002). pengawasan kepada alam sehingga
Keadaan yang berbahaya lainnya pertambangan batu biring ini tidak
adalah, jalan yang digunakan oleh para berdampak besar pada alam yang
kuli angkut yang rawan longsor. Oleh akhirnya berdampak ke manusia.
karena jalan tersebut terbuat dari
tumpukan pecahan batu sisa DAFTAR PUSTAKA
pertambangan, jadi keseimbangan dari
jalan tersebut sangat rendah. Jika ada Bappekab Jember., 2010. Batu Piring.
aktivitas penambangan lagi di bawahnya, [diakses, 28 november 2011].
maka jalan di atasnya dapat berpotensi Availableat:
longsor. Namun, tidak ada upaya http://bappeda.jemberkab.go.id/in
perbaikan dari warga sekitar dan para dex.php?option=com_content&vi
pekerja sendiri. Jalan menuju ew=article&id=79:batu-
pertambangan keadaannya becek dan piring&catid=46:tambang&Itemid
licin, jadi untuk pengendara sepeda =91
motor sedikit berbahaya.
Proses pengolahan batu piring Damayanti, T, Yunus, F., Ikhsan, M.,
memberikan dampak negatif untuk Sutjahhyo K. 2007. Hubungan
lingkungan yaitu pencemaran fisik Penggunaan Masker dengan
(kebisingan) dan pencemaran udara Gambaran Klinis, Faal Paru dan
khususnya bagi penduduk yang berada di Foto Toraks Pekerja Terpajan
dekat lingkungan perusahaan. Sementara Debu Semen. Majalah Kedokteran
itu, pencemaran udara berupa debu yang Indonesia
berasal dari proses pengolahan batu
piring. Meskipun selama proses Depkes RI. 1994. Upaya Kesehatan
pemotongan sudah menggunakan air Kerja Sektor Informal di
sumur yang bertujuan untuk membasahi Indonesia. Materi Upaya
batu dan diharapkan debu yang Kesehatan Kerja. Jakarta

30 | Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 1. Januari – April 2017


e-ISSN : 2579-5783

(HIPERKES). Jakarta : Sagung


Habsari ND. 2003. Penggunaan APD Seto
bagi Tenaga Kerja. Bunga Rampai
Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Tedesse, S., Kelaye, T., Assefa, Y. 2016.
Semarang : Badan Peberbit Utilization of Personal Protective
UNDIP Equipment and Associated Factors
Among Textile Factory Workers at
Hilson Gavin, Vorst RVD. 2002. Hawassa Town, Southern
Technology, Managerial, and Ethiopia. Journal of Occupational
Policy Initiatives for Improving Medicine and Toxicology
Environmental Performance in
Small-Scale Gold Mining Triananda Guntur. Analisis Risiko
Industry. Jurnal Environment Lingkungan Kegiatan
Management Pertambangan Batu Piring Di
Kabupaten Jember . [Skripsi].
Jiyang yajian. 2013. A Stone Miner With Fakultas Kesehatan Masyarakat
Both Silicosis and Constrictive Universitas Jember.
Pericarditis: Case Report and
Review of the Literature. BioMed Undang-undang Republik Indonesia
Central Pulmonary Medicine Nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Jakarta :
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Presiden Republik Indonesia
Transmigrasi No.
102/MEN/VI/2004 tentang waktu Wardhana. AW. 2001. Dampak
kerja lembur. Jakarta : Menteri Pencemaran Lingkungan.
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Yogyakarta : ANDI
Republik Indonesia
Yulaekah, S. 2007. Paparan Debu
Mila SM. 2006. Hubungan antara Masa Terhirup dan Gangguan Fungsi
Kerja, Pemakaian Alat Pelindung Paru pada Pekerja Industri Batu
Pernafasan (Masker) pada Tenaga Kapur (Studi di Desa Mrisi
Kerja Bagian Pengamplasan Kecamatan Tanggungharjo
dengan Kapasitas Fungsi Paru PT. Kabupaten Grobogan) [Tesis].
Accent House Pecangaan Jepara Semarang: Program Pasca Sarjana
[Skripsi]. Semarang : Universitas Universitas Diponegoro
Diponegoro

M. Soeripto. 2008. Higiene Industri.


Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Nelson Gill. 2013. Occupational


Respiratory Diseases in the South
African Mining Industry. Global
Health Action

Sugeng AM, RMS Jusuf, Adriana P.


2003. Bunga Rampai Hiperkes dan
Kesehatan Kerja. Semarang:
Badan Penerbit Universitas
Diponegoro

Suma’mur. 2009. Hygiene Perusahaan


dan Kesehatan Kerja

Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 1. Januari – April 2017 | 31

Anda mungkin juga menyukai