Dosen Pengajar
Dr. Ir. Ekawati Sri Wahyuni, M.A.
Dr. Ir. Rr. Melani Abdulkadir, M.Sc.
Dr. rer. nat. Rina Mardiana, S.P., M.Si
PENDAHULUAN
METODOLOGI
Pada penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi
pustaka menggunakan sumber-sumber berupa data dari jurnal, liputan di media,
buku, serta artikel terpercaya di internet. Pada penelitian tahapan yang dilakukan
yaitu mengumpulkan data, dibaca dan dipelajari, dipilah data yang diperlukan dan
diolah untuk menjabarkan permasalahan yang akan dibahas. Ada lima tahapan
dalam studi pustaka ini antara lain: (1) menemukan gagasan untuk penelitian, (2)
membuat lokus penelitian seta mengelompokkan bahan sesuai judul penelitian, (3)
menggali dan mengumpulkan data dan informasi terkait judul penelitian, (4)
membaca dan menganalisis ulang informasi yang telah didapat dan dikumpulkan,
(5) penyusunan laporan penelitian (Tahmidaten & Krismanto, 2020). Penelitian
ini mengkaji empat kabupaten yang ada di Jawa Timur yaitu Kabupaten Tuban,
Kabupaten Gresik, Kabupaten Jember, Dan Kabupaten Rembang. Penelitian ini
berusaha memahami bagaimana perusahaan dan aktivitas tambang kapur
mengkonstruksi berbagai kerusakan yang terjadi dengan menggunakan framework
Hunter (Hunter, 2000a). Dalam kerangka framework tersebut akan dijabarkan
bagaimana aktivitas penambangan kapur pada aspek Enviroment, Mediating
Factors, dan Population.
PEMBAHASAN
Pemprov Jawa Tengah dengan mencabut izin pada tanggal 16 Januari 2017.
Namun satu bulan setelah dikeluarkannya pencabutan izin tersebut, Pemprov Jawa
Tengah tepatnya pada 23 Februari 2017 mengeluarkan izin kembali untuk
penambangan PT Semen Indonesia. Selang waktu 38 hari kemudian tepatnya pada
23 Februari 2017 Pemprov Jawa Tengah mengeluarkan izin kembali untuk PT
Semen Indonesia (KOMPASTV, 2017). Warga tentu saja kecewa akan
pengeluaran izin tersebut setelah mereka memenangkan gugatan ke MA.
Walaupun hal itu sebenarnya sah-sah saja untuk diajukan kembali izinnya dan
dapat dikeluarkan izin tersebut dalam jangka waktu paling cepat 25 hari kerja
sejak permohonan izin tersebut diterima pihak pemerintah provinsi (Menpan,
n.d.).
Dalam mendirikan usaha pertambangan tidak hanya Izin Usaha
Pertambangan (IUP) yang diperlukan tetapi juga HO (Hinder ordonantie) atas
dasar aturan di dalam pasal 1 angka 1 hingga 3 dan pasal 3 pada Permendagri No.
27 tahun 2009 tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan di daerah (Arini,
2021). Di dalam aturan itu terkandung bahwa dalam menetapkan izin HO harus
menilik aspek lingkungan (yaitu peninjauan terhadap adanya gangguan pada
keadaan dan fungsi udara, air, tanah, suara bising, getaran yang ditimbulkan, dan
komponen lingkungan lainnya) , sosial dan masyarakat (yaitu peninjauan terhadap
adanya gangguan pada terganggunya ketertiban masyarakat, merosotnya nilai dan
moral) , dan aspek ekonomi (yaitu peninjauan terhadap turun atau tidaknya
kegiatan produksi dan usaha, penurunan nilai suatu benta tetap ataupun bergerak
yang dapat merugikan warga). Namun kenyataannya masih banyak yang belum
mematuhi ketentuan baik AMDAL atau HO yang harus dimiliki perusahaan
tambang.
Penegakkan kebijakan dan pengawasan terhadap penanganan selepas
penambangan masih banyak dilanggar. Ketentuan seharusnya ketika telah selesai
menambang ada beberapa kegiatan (Sania et al., n.d.). Pertama mengembalikan
lapisan tanah yang sebelumnya telah digali dan terdapat unsur haranya atau biasa
disebut top soil. Hal ini dilakukan agar tanaman dapat tumbuh di daerah bekas
tambang. Kedua menutup atau mereklamasi bekas galian tambang agar kerusakan
lingkungan dan potensi jiwa yang ditimbulkan dapat dicegah. Ketiga meratakan
lahan atau tanah seperti sedia kala. Keempat yaitu proses menggemburkan dan
mengobati lahan agar unsur-unsur hara pada tanah dapat kembali. Kelima adanya
saluran air agar logam ataupun zat-zat lainnya tidak mengendap dan
membahayakan. Keenam kegiatan menetralkan asam pada kegiatan tambang
dengan menggunakan dam untuk pengendapan sebelum membuangnya ke aliran
sungai. Terakhir ialah pengembalian vegetasi di bekas galian tambang dengan
ditanami tumbuh-tumbuhan ataupun pepohonan.
Pernapasan (ISPA), asma, dan bronkitis bahkan yang lebih parah dapat
menyebabkan kematian. Penyakit itu timbul akibat para penambang baik yang
ilegal ataupun pekerja perusahaan tambang yang legal terkena dampak kesehatan
itu dari aktivitas pembakaran, peledakkan, dan aktivitas tambang batu kapur
lainnya. Penyakit itu menjangkit pra penambang yang terlalu sering menghirup
debu kapur dan debu pembakaran, berada di area tambang pada saat aktivitas
tambang. Semua paparan itu berujung pada potensi kematian yang semakin besar
sehingga dapat menurunkan jumlah populasi penduduk di sekitar area tambang
kapur di Jember.
Kasus lainnya di daerah Tuban, tepatnya di Desa Bektiharjo para
penambang ilegal tidak memiliki kelengkapan peralatan dan SOP keselamatan
dalam menambang. Akibatnya sering ada kecelakaan dan mengakibatkan
kematian sebagai konsekuensi dari tidak diterapkannya standar keamanan dan
keselamatan kerja. Misalnya saja pada tahun 2020 terdapat seorang pekerja yang
meninggal karena tergelincir dari tangga-tangga pada dinding tebing kapur ketika
hendak turun karena tidak adanya penghalang pada tangga-tangga itu (Shahriyah
& Fahrullah, 2021). Hal lainnya yaitu dampak dari aktivitas penambangan kapur
maka akan meninggalkan lubang-lubang yang lebar dan dalam serta terbuka
begitu saja sehingga tidak aman. Luabng-lubang tersebut dibiarkan tanpa ada
upaya untuk menutup atau mereklamasinya. Lubang-lubang tersebut
kedalamannya bervariasi dan ada yang kedalamannya hingga 45 meter.
Banyaknya lubang bekas galian tambang itu akan sangat membahayakan baik
untuk orang dewasa apalagi bagi anak-anak jika berada di sekitar lubang itu dan
terlebih lagi lubang bekas galian itu berada di dekat rumah-rumah warga.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Akili, R. H., Kolibu, F., & Tucunan, A. C. (2017). Kejadian Penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut pada Pekerja Tambang Kapur. Kes Mas: Jurnal
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Daulan, 11(1), 41–
45.
Apriliani, N. F., & Aniriani, G. W. (2017). FORMULASI SCRUB DARI KAPUR
SIRIH SEBAGAI INOVASI PRODUK PERAWATAN. 4.
Arini, D. P. (2021). Pelaksanaan Izin Pertambangan Batu Kapur di Gunung
Sadeng Jember Perspektif Hukum Lingkungan. Rechtenstudent Journal
UIN KHAS Jember, 2(2), Article 2. https://doi.org/10.35719/rch.v2i2.62
Batu Gamping, Andalan untuk Pembangunan Infrastruktur di Indonesia. (n.d.).
Retrieved November 21, 2022, from
https://duniatambang.co.id/Berita/read/1514/Batu-Gamping-Andalan-
untuk-Pembangunan-Infrastruktur-di-Indonesia
Daftar Perusahaan Batu Kapur di Jawa Barat November 2022 | Indonetwork.
(n.d.). Retrieved November 20, 2022, from
https://www.indonetwork.co.id/s/jawa-barat/k/batu-kapur/perusahaan
Gofur, M. A., & Wesnawa, I. G. A. (2018). Dampak Ekologi Penambangan Batu
Kapur Sebagai Bahan Dasar Pebuatan Semen Di Gunung Sadeng
Kecamatan Puger, Kabupaten Jember. Jurnal Pendidikan Geografi
Undiksha, 6(3).
Hunter, L. M. (2000). The environmental implications of population dynamics.
Rand.
KOMPASTV (Director). (2017, March 24). Polemik Pabrik Semen di Kendeng
Menurut Gubernur Jawa Tengah.
https://www.youtube.com/watch?v=sRF_9afNqc4
Majid, D. A., & Sukojo, B. M. (2017). Pemetaan Potensi Batuan Kapur
Menggunakan Citra Satelit Landsat 8 di Kabupaten Tuban
[Journal:eArticle, Institut Teknologi Sepuluh Nopember]. In Jurnal Teknik
ITS (Vol. 6, Issue 2, p. 494879).
https://doi.org/10.12962/j23373539.v6i2.25051
Manfaat Batu Kapur Dari Pertanian Hingga Pengobatan. (2018, September 2).
Manfaat.co.id. https://manfaat.co.id/manfaat-batu-kapur
Menpan. (n.d.). Izin Pertambangan Rakyat. SIPP. Retrieved November 28, 2022,
from https://sippn.menpan.go.id/pelayanan-publik/kalimantan-
tengah/dinas-penanaman-modal-dan-pelayanan-terpadu-satu-pintu-
provinsi-kalimantan-tengah/{current_url}
Narasi Newsroom (Director). (2022, January 25). Yang Dilupakan Orang tentang
Aksi Ganjar Pranowo di Rembang | Buka Mata.
https://www.youtube.com/watch?v=C1gG9Z5d9GQ
Pambudi, A. (2020). KERUSAKAN LINGKUNGAN SEBAGAI DAMPAK
PENAMBANGAN BATU KAPUR DI BENTANG ALAM KARST
KABUPATEN GUNUNGKIDUL. PRANATA HUKUM, 15(2), Article 2.
https://doi.org/10.36448/pranatahukum.v15i2.231
Qurbani, I. D. (2020). URGENSI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH
TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DI PROVINSI JAWA
11