E-ISSN: 2720-9717
Volume 3, Nomor 2, 2022
ECOTAS
https://journals.ecotas.org/index.php/ems
https://doi.org/10.55448/ems
Artikel Ulasan
Etika Tanah Aldo Leopold: Telaah Moral Atas
Eksploitasi dan Kewajiban Reklamasi
Tambang Batu Bara
Priyaji Agung Pambudi1, Suyud Warno Utomo 1
, Soemarno Witoro Soelarno1,
Noverita Dian Takarina2
Riwayat Artikel: 1
Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, Kampus UI Salemba, Jl. Salemba Raya 4
Masuk: 03-04-2022 DKI Jakarta 10430 INDONESIA
2
Diterima: 17-11-2022 Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Dipublikasi: 18-11-2022 Indonesia, Kampus UI Depok, Jl. Lingkar UI, Depok Jawa Barat 16424 INDONESIA
Penulis koresponden: suyudwarno@gmail.com
Cara Mengutip: Abstrak: Berbagai fenomena alam yang belum terselesaikan menunjukkan kondisi yang
semakin mengkhawatirkan dan menjadi tantangan bagi semua pihak. Pada konteks ini filsafat
Pambudi, Priyaji Agung, Suyud memiliki peran strategis sebagai dasar pemikiran penting untuk menentukan posisi seseorang
Warno Utomo, Soemarno
Witoro Soelarno, dan Noverita
dalam menyikapi fenomena yang terjadi. Landasan filsafat ekofenomenologi yang mendalam
Dian Takarina. 2022. “Etika menentukan alur pikir dan solusi yang dirumuskan. Artikel bertujuan menelaah konsep etika
Tanah Aldo Leopold: Telaah tanah Aldo Leopold untuk menentukan solusi reklamasi lahan pasca tambang. Penelitian
Moral Atas Eksploitasi Dan kualitatif ini menggunakan metode kajian pustaka, desk study, dan hermeunetik. Pustaka
Kewajiban Reklamasi
diperoleh dari berbagai sumber meliputi jurnal, artikel, buku, laporan pemerintah, dan
Tambang Batu Bara”. Jurnal
Ekologi, Masyarakat Dan Sains laporan perusahaan dengan isu terkait. Diketahui antroposentrisme telah mendominasi pola
3 (2). Bandung, Indonesia:37- pemikiran stakeholder terkait. Hal tersebut dapat tercermin dari berbagai produk kebijakan,
44. tindakan di lapangan, dan rencana kegiatan yang disusun untuk reklamasi lahan pasca
https://doi.org/10.55448/ems.v tambang. Azas utilitarianisme sangat mewarnai setiap kebijakan dan tindakan yang diambil.
3i2.56.
Kondisi ini telah mengorbankan ekosistem khususnya tanah yang tidak lagi dianggap sebagai
subjek yang perlu dikelola dan dijaga kuantitas dan kualitasnya. Proses ini apabila tidak
segera diluruskan akan berdampak pada kemerosotan fungsi dan jasa lingkungan dan
mengakibatkan ketidakstabilan ekosistem. Jika hal tersebut terjadi, maka pembangunan
berkelanjutan yang digaungkan tidak akan dapat diwujudkan. Oleh karenanya reklamasi
menjadi kewajiban yang tidak dapat ditawar dan harus dilakukan secara sungguh-sungguh
sesuai dengan norma dan aturan yang ditetapkan pemerintah.
Kata Kunci: antroposentrisme; etika tanah; lahan tambang; reklamasi
37
Pambudi, Priyaji Agung, Suyud Warno Utomo, Soemarno Witoro Soelarno, dan Noverita Dian Takarina. 2022. “Etika Tanah Aldo Leopold: Telaah
Moral Atas Eksploitasi Dan Kewajiban Reklamasi Tambang Batu Bara”.
38
Jurnal Ekologi, Masyarakat Dan Sains 3 (2). Bandung, Indonesia:37-44. https://doi.org/10.55448/ems.v3i2.56.
39
Pambudi, Priyaji Agung, Suyud Warno Utomo, Soemarno Witoro Soelarno, dan Noverita Dian Takarina. 2022. “Etika Tanah Aldo Leopold: Telaah
Moral Atas Eksploitasi Dan Kewajiban Reklamasi Tambang Batu Bara”.
nilai integritas sebagai nilai utama untuk melimpah dibandingkan dengan hutan-hutan jenis
mempersatukan semua bagian dan kapasitas lain. Ini adalah anugerah luar biasa yang
sehingga masing-masing bagian dan kapasitas diberikan oleh Tuhan untuk kita, tetapi kita
berfungsi sebagaimana mestinya (Hilal 2019). kurang bersyukur akan hal itu.
Kaitannya dengan hal ini, batu bara tetap dapat di Sejenak mari kita renungkan, mengapa kita
produksi karena menjadi kebutuhan vital di sektor terus menggali semakin dalam dan jauh semakin
energi. Namun pemanfaatannya harus secara bijak dalam di bawah permukaan tanah hanya untuk
dan perlu mempertimbangkan neraca masa, agar mendapatkan batu bara? Bukankah kebutuhan
penggunaannya dapat dinikmati dalam jangka nasional kita telah terpenuhi? Memang teori
waktu yang lebih lama. ekonomi menyatakan bahwa harus ada suplai
Melalui hal tersebut akan didapatkan suatu yang stabil di tingkat global agar semua dapat
kondisi keseimbangan kehidupan manusia yang memperoleh energi listrik? Tetapi mau sampai
lebih selaras dengan ekosistemnya. Tentu kapan kita terus menggali secara sporadik?
intervensi sosiosistem yang diberikan manusia Mengapa kita yang telah memiliki pemahaman
sebagai salah satu bagian biokomunitas tidaklah dan kemampuan untuk substitusi bahan tidak
berangkat dari pandangan antroposentrisme lagi. segera beralih? Bukankah kita negara tropis yang
Sehingga, manusia akan tetap memegang selalu mendapatkan terik matahari sepanjang
keyakinan bahwa keseluruhan aktivitas yang tahun? Lalu mengapa sumber daya matahari
dilakukan memiliki konsekuensi terhadap masih belum dioptimasi untuk energi listrik?
ekosistem karena adanya interdepedensi antara Mengapa kita masih terus mengorbankan
dirinya dengan biokomunitas. Hal ini penting lingkungan untuk menggali batu bara semakin
dipahami karena dengan demikian sikap dan dalam? Bukankah hal tersebut menjadi bukti
perilaku manusia dapat dikelola secara individu bahwa kita masih kurang bersyukur atas karunia
agar tidak berperilaku menyimpang yang Tuhan? Aneh memang jika direnungkan betapa
mengarah pada eksploitasi alam. tidak bersyukurnya kita yang rela mengeluarkan
Manusia perlu memahami secara mendalam biaya sangat besar dan merusak tatanan alam yang
bahwa perilaku yang selama ini dilakukan harmonis untuk sekedar mendapatkan energi
kaitannya dengan eksploitasi tanah (tambang batu listrik atau memacu pertumbuhan ekonomi?
bara) telah berdampak terhadap hilangnya Setelah kita mengetahui hal tersebut, mari
berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Status sejenak kita melihat negara-negara di Amerika
pemikiran tentang pola kesalingtergantungan dan Eropa, mereka memiliki iklim yang khas dan
antara perilaku-tanah-biokomunitas menjadi hutan yang tidak seperti di Indonesia. Di negara
landasan utama penentu keberlanjutan kehidupan tersebut hanya ada beberapa jenis tumbuhan yang
secara utuh. Dengan demikian, pada saat tanah hidup salah satunya adalah genus rumput-
dikeruk lalu dipindahkan ke tempat lain untuk rumputan contohnya ialah gandum. Makanan
keperluan eksploitasi batu bara sama halnya kita pokok mereka adalah gandum, sungguh mereka
memindahkan kehidupan bagi fauna tanah. sangat mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan
Apabila mereka memiliki kesesuaian dengan dengan memakan apa yang telah Tuhan tumbuh
iklim mikro lokasi pemindahan tanah sebagai dan hidupkan di tempat mereka. Pernahkah kita
habitatnya tentu akan mampu bertahan hidup. mendengar lahan gandum diserang hama?
Namun, apabila lokasi pemindahan tanah tersebut Sepertinya tidak, karena gandum adalah
tidak sesuai dengan kondisi iklim lokasi semula tumbuhan asli di tempat tersebut sehingga hama
sama halnya kita sedang melakukan pembunuhan dan gulma tidak ada karena sifat mikroklimat dan
masal terhadap fauna tanah. makroklimat yang khas. Mereka hidup sesuai
Masalah-masalah terkait dengan kepunahan dengan tatanan alam tanpa merubah bentuk dan
jenis organisme jika kita telisik lebih mendalam strukturnya sehingga kondisi ekosistemnya tidak
mayoritas karena faktor manusia. Manusia yang mengalami kerusakan yang parah.
gagal memaknai biokomunitas secara utuh Pemahaman Land Ethics menjadi sangat
(komprehensif dan holistik) telah berperan penting untuk menyikapi hal tersebut. Sekalipun
mendegradasi kualitas ekosistem. Pernahkah kita itu sudah terjadi tetapi setidaknya kita tidak
sejenak merenung bahwa sudahkah kita bersyukur memperparah kondisinya. Sungguh niat manusia
kepada sang Maha Pencipta? Merujuk pada sisi yang bertujuan mengoptimalkan hasil produksi
biologis bahwa Indonesia adalah negara yang lahan pertanian justru berdampak kompleks bagi
mayoritas memiliki tipe hutan hujan tropis ekosistem yang lama-kelamaan mengakibatkan
(tropical rain forest), hutan tipe ini memiliki degradasi lahan dan keanekaragaman hayati. Pada
keanekeragaman hayati yang sangat tinggi sangat nantinya jika hal ini terus dilakukan, maka akan
40
Jurnal Ekologi, Masyarakat Dan Sains 3 (2). Bandung, Indonesia:37-44. https://doi.org/10.55448/ems.v3i2.56.
menimbulkan suatu kondisi dimana kawasan tahapan, yaitu: (1) pemulihan lahan bekas
ekosistem alam khususnya hutan tidak lagi tambang untuk memperbaiki lahan yang
mampu memberikan jasa lingkungan sebagai terganggu ekologinya, (2) mempersiapkan lahan
penyerap CO2, penghasil O2, penyerap air, bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya
penahan struktur tanah agar tidak longsor, dan untuk pemanfaatan selanjutnya (Latifah 2003).
berbagai manfaat lainnya. Jika kondisi tersebut Pemanfaatan lahan pasca penambangan melalui
tidak lagi mampu diperankan oleh hutan lantas kegiatan reklamasi ini mencakup kegiatan
kepada siapa kita akan mengadu? Bukankah perbaikan tingkat kesuburan tanah dan perbaikan
Tuhan telah menciptakan bumi dan segala isinya kualitas air pada danau (void) bekas tambang.
untuk kita jaga dan lestarikan? Perbaikan kondisi ekologis tersebut
Inilah peran penting pemahaman Land diarahkan untuk menunjang optimasi
Ethics utuk mewujudkan kelestarian dan pemanfaatan berikutnya, karena apabila ditinjau
keberlanjutan tanah/lahan. Konsep Land Ethics dari aspek teknis, areal bekas tambang dapat
inilah yang penulis gunakan untuk merumuskan digunakan untuk budidaya pertanian, jika
pendekatan eko-habitat dalam reklamasi lahan perbaikan kondisi lahan berhasil dilakukan
pasca penambangan. Pola yang akan dirumuskan (Hirfan 2016). Dari aspek kualitas tanah, kendala
ini tentunya memandang bahwa tanah harus utama reklamasi lahan adalah rendahnya
dicintai dan dihormati karena tanah tidak hanya kandungan unsur hara dan bahan organik atau
sebatas komoditas belaka. Sehingga pola biomassa. Padahal komponen inilah yang menjadi
reklamasi akan diupayakan untuk memulihkan dasar atau kebutuhan primer setiap organisme
kondisi ekologis terutama tanah, lalu organisme untuk hidup khususnya tumbuhan (Munir dan
akan mengikuti. Karena pada dasarnya tanah Setyowati 2017). Di sisi lain, lahan pasca
sebagai “ruang” bagi kehidupan seluruh penambangan umumnya memiliki toksisitas yang
organisme termasuk manusia. menjadi faktor penghambat nyata bagi
kelangsungan hidup suatu organisme. Hal ini
3.2 Reklamasi Lahan sesuai dengan penelitian dari Dariah dkk. (2010)
Sistem pengambilan bahan tambang yang menyatakan bahwa kemampuan tanah dalam
memiliki mekanisme yang berbeda-beda, hal menyerap hara dan air di lahan pasca
tersebut mempengaruhi keadaan permukaan tanah penambangan sangat buruk, sehingga
dan lingkungan. Selain merusak kondisi tanah, berimplikasi pada kualitas tanah. Lebih jauh tanah
pertambangan juga dapat mempengaruhi kinerja dengan karakteristik demikian sulit dapat menjadi
fungsi hidrologis dalam tanah, dan dapat habitat bagi suatu organisme. Rendahnya unsur
menurunkan tingkat produktivitas tanah (Patiung hara dan bahan organik tanah serta toksisitas
2011). Hal tersebut memicu dampak yang lebih menjadi sebuah perpaduan yang sangat sempurna
serius, yakni degradasi lahan. Persoalan degradasi atas kerusakan kualitas tanah. Tentu hal ini dapat
lahan tidak dapat dianggap sebelah mata, karena dipulihkan walaupun persentasenya kecil dan
berdampak luas baik bagi ekosistem maupun membutuhkan waktu yang sangat lama.
sosiosistem. Degradasi lahan baik struktur dan Kerusakan struktur maupun kualitas tanah
komposisi bentang alam, perubahan kondisi tersebut menggambarkan betapa sporadisnya
biofisik dan kimia tanah dapat menjadi faktor eksploitasi batu bara yang telah dilakukan. Tanah
pembatas bagi organisme tertentu. Hal ini sesuai sebagai komponen abiotik menjadi saksi bisu atas
dengan hasil penelitian dari Siswanto dkk. (2012) eksploitasi sumber daya alam untuk sepenuhnya
yang menyatakan bahwa degradasi lahan baik kepentingan manusia tersebut. Apabila melihat
kuantitas maupun kualitasnya menjadi persoalan kondisi lahan pasca tambang tentu kita akan
hilangnya kanekaragaman hayati di kawasan berpikir betapa banyaknya organisme yang telah
tersebut. Oleh karena itu, reklamasi menjadi dikorbankan dari habitat tersebut (Kessey dkk.
kewajiban bagi setiap perusahaan tambang agar 2013). Persoalan lain adalah bahwa organisme
kondisi lingkungan dapat dipulihkan. yang berada pada kawasan tersebut harusnya
Reklamasi lahan pasca penambangan dipindahkan ke habitat yang menyerupai, tentunya
merupakan kegiatan yang diwajibkan dan diatur di lokasi yang masih berdekatan karena
dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tipologinya mirip (Barrow 2011). Namun, pada
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. kenyataannya tanah dan organisme yang terdapat
Reklamasi lahan pasca penambangan diperlukan di dalamnya dipindahkan ke tempat yang sesuai
dalam mencapai pembangunan yang berwawasan keinginan eksploitator. Hal ini mengakibatkan
lingkungan. Kegiatan reklamasi meliputi dua organisme tidak mampu bertahan hidup, karena
41
Pambudi, Priyaji Agung, Suyud Warno Utomo, Soemarno Witoro Soelarno, dan Noverita Dian Takarina. 2022. “Etika Tanah Aldo Leopold: Telaah
Moral Atas Eksploitasi Dan Kewajiban Reklamasi Tambang Batu Bara”.
perbedaan kondisi iklim mikro menjadi faktor sosial di sekitarnya. Dasar hukum reklamasi
penghambat bagi sebagain organisme. tambang juga harus menginternalisasikan etika
Secara alamiah faktor pembatas akan hadir tanah Aldo Leopold bahwa sentra pemulihan
dengan sendirinya sebagai akibat dari dinamika ekosistem sesuai dengan kondisi rona lingkungan
ekosistem. Akan tetapi untuk kondisi di kawasan awal harus benar-benar dipantau, dikontrol, dan
tambang seringkali faktor pembatas dihadirkan dievaluasi untuk memastikan keberhasilannya.
oleh manusia (Azcue 1999). Inilah yang menjadi
soal, pada saat pemerintah sudah berniat baik
4 PENUTUP
untuk menjaga kelangsungan ekosistem suatu
kawasan tambang tetapi masih saja sering Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
diterobos. Artinya bahwa prosedur yang sudah adalah dua hal yang harus dicapai untuk
ditetapkan justru dianggap sebagai hambatan, memastikan eksistensi suatu negara. Hal ini juga
sehingga tidak jarang diambil jalan pintas untuk berperan untuk meningkatkan stabilitas kehidupan
mempercepat prosesnya (Putri dkk. 2017). Tentu bernegara. Penambangan sumber daya alam sah
dengan demikian yang menjadi korban adalah dilakukan, tetapi perlu mempertimbangkan aspek
ekosistem dan seluruh organisme tidak berdosa yang komprehensif dan holistik. Aspek sosial,
yang berada di dalamnya. Disadari atau tidak, ini ekonomi, dan lingkungan harus terintegrasi ke
adalah persoalan moral di mana manusia terus dalam satu kesatuan pengelolaan kawasan
menganggap dirinya sebagai pemegang otoritas pertambangan mulai dari pra-konstruksi,
tertinggi dan paling berkuasa diatas pemukaan eksploitasi atau operasi, dan pasca penambangan.
bumi. Atas dasar tersebut, semua yang menjadi Reklamasi dengan memulihkan kondisi ekosistem
penghambat dapat dikelola baik dengan cara bijak idealnya dilakukan dengan memilih strategi yang
maupun dengan cara tidak bijak. tepat dan jenis tumbuhan lokal atau jenis asing
Hal tersebut akan tercermin dari perilaku tidak invasif yang berperan untuk memberikan
dan sikap manusia dalam interaksinya dengan nilai ekologi dan ekonomi bagi masyarakat
alam. Oleh karena itu, penambangan bukan sekitar. Pemilihan jenis yang tepat tersebut dapat
berarti harus dilarang atau dihentikan secara dicapai jika manusia mampu memaknai secara
masif, tetapi manusia akan selalu memiliki hati utuh konsep etika tanah dimana lahan bekas
nurani yang mendorong untuk berfikir jernih dan tambang diasumsikan sebagai seorang ibu yang
bijak. Sisi inilah yang harus tengah sakit, sehingga kita berupaya serius dan
ditumbuhkembangkan agar kebijaksanaan dalam memilih jalan terbaik untuk menyembuhkannya.
bertindak terus dapat dilakukan (Callicott 1989). Kegagalan pemaknaan atas etika tanah memicu
Bentuk kebijaksanaan kaitannya dengan terjadinya lahan bekas tambang yang terlantar
penambangan adalah melakukan reklamasi atau dan/atau sekadar ditanami dengan jenis tumbuhan
reklamasi lahan pasca tambang. Manusia yang invasif.
telah mengambil sumber daya dari dalam tanah
tentu memiliki kewajiban untuk memulihkan atau DAFTAR PUSTAKA
mungkin hanya sekadar untuk memperbaiki
kondisi dan kualitas ekosistemnya (Nelson 2004). Abdillah, Junaidi, 2014, “Dekonstruksi Tafsir
Apabila ini dapat dilakukan maka moral agen Antroposentrisme: Telaah Ayat-Ayat
manusia masih dapat difungsikan. Bukan hal yang Berwawasan Lingkungan”, Kalam:
mudah memang, tetapi sisi ini menjadi kesatuan Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam,
yang utuh dalam diri manusia dan akan selalu Vol. 8 No.1, 2014, Fakultas Ushuluddin
hadir bersama termasuk pada saat berinteraksi dan Studi Islam, UIN Raden Intan,
dengan alam. Sehingga mampu mendorong sisi Lampung.
baik setiap manusia untuk melakukan reklamasi https://doi.org/10.24042/klm.v8i1.168
atas lahan yang telah dieksploitasi. Azcue, Jose, M, 1999, Environmental Impacts of
Etika Tanah Aldo Leopold semestinya Mining Activities Emphasis on Mitigation
dijadikan landasan pemikiran bagi pihak-pihak and Remedial Measures, Springer-Verlag
yang memiliki kewajiban melakukan reklamasi Berlin Heidelberg, Berlin.
tambang. Aldo Leopold mengurai dengan sangat https://www.springer.com/gp/book/97836
jelas, tegas, dan komprehensif mengenai 42641695
pentingnya menjaga tanah karena tanah adalah Barrow, C,J, 2011, Degradation of Tropical Rain
sumber kehidupan, gangguan yang diberikan pada Forest, Tropical/Sub Tropical Seasonally
tanah sama halnya manusia sedang memulai Organisme ang Tropical/Sub Tropical
mengganggu kehidupannya sendiri dan komunitas Upland Forests, Woodlands and
42
Jurnal Ekologi, Masyarakat Dan Sains 3 (2). Bandung, Indonesia:37-44. https://doi.org/10.55448/ems.v3i2.56.
43
Pambudi, Priyaji Agung, Suyud Warno Utomo, Soemarno Witoro Soelarno, dan Noverita Dian Takarina. 2022. “Etika Tanah Aldo Leopold: Telaah
Moral Atas Eksploitasi Dan Kewajiban Reklamasi Tambang Batu Bara”.
Sumatera Utara. Vol. 4 No. 1, 2012. DOI:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456 10.5897/JGMR11.027
789/896 Widodo, B, Lupyanto, R, Sulistiono, B, Harjito,
Munir, Misbakhul, Setyowati, RR, Diah DA, Hamidin, J, Hapsari, E, Yasin, M,
Nugraeni, 2017, “Kajian Reklamasi Ellinda, C, 2015, “Analysis of
Lahan Pasca Tambang Di Jambi, Bangka, environmental carrying capacity for the
dan Kalimantan Selatan”, Klorofil, Vol. 1 development of sustainable settlement in
No. 1, 2017, UIN Sumatera Utara, Yogyakarta urban area” Procedia
Medan. Environmental Sciences, Vol. 28, 2015.
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/klorofil https://doi.org/10.1016/j.proenv.2015.07.
/article/view/1233 062
Nelson, Michael, Paul, 2004 “Teaching The Land Yudhistira, Hidayat, W,K, Hadiyarto, A, 2011
Ethic”, Worldviews, Vol. 8 No. 2-3, 2004. “Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat
DOI:10.1163/1568535042690835 Kegiatan Penambangan Pasir Di Desa
Nurhayati, I,N, Brata, N,T, Rochana, T, 2017, Keningar Daerah Kawasan Gunung
“Etnoekologi Masyarakat Penambang Merapi”, Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol. 9
Emas Rakyat Di Desa Cihonje No. 2, 2011, Program Pascasarjana,
Kecamatan Gumelar Kabupaten Universitas Diponegoro, Semarang.
Banyumas”, Solidarity, Vol. 6 No. 2, https://doi.org/10.14710/jil.9.2.76-84
2017.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/s
olidarity/article/view/16187
Nurlaela, Saleng, A., & Patittingi, F. (2014).
Tanggung Jawab Hukum Reklamasi
Lahan Bekas Pertambangan Pt.Kaltim
Prima Coal Di Kabupaten Kutai Timur.
E-Jurnal Pasca Sarjana UNHAS, 3(2), 1–
13.
Patiung, Onesimus, Sinukaban, Naik, Tarigan,
Suria, Darusman, Dudung, 2011,
“Pengaruh Umur Reklamasi Lahan Bekas
Tambang Batubara Terhadap Fungsi
Hidrologis”, Jurnal Hidrolitan, Vol. 2 No.
2, 2011. https://online-
journal.unja.ac.id/hidrolitan/article/view/
403
Putri, Amelia, Prameswari, Widayati, Sri, Usman,
Dudi, Nasrudin, 2017, “Kajian Penilaian
Kebehasilan Reklamasi Lahan Bekas
Penambangan Batubara di PT Madhani
Talatan Nusantar Desa Rantau Nangka,
Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten
Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan”,
Prosiding Teknik Pertambangan, Vol. 3
No. 2, 2017.
http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/
pertambangan/article/view/7624
Ricoeur, P. (2006). Hermeneutika Ilmu Sosial
(Terjemahan). Kreasi Wacana.
Siswanto, B, Krisnayanti, B,D, Utomo, W,H,
Anderson, C,W,N, 2012, “Rehabilitation
of artisanal gold mining land in West
Lombok: Characteristization of
overburden and the surrounding soils”,
Journal of Geology and Mining Research,
44