Anda di halaman 1dari 15

Modernisasi Ekologi:

Mencari Titik Temu


Kepentingan Ekologi
dan Ekonomi

Prof. Dr. ARIF SATRIA


Rector IPB University

Akbar Tandjung Institute


Bogor, 19 Agustus 2020
2045
Indonesia di prediksi
menjadi negara maju
syarat: kesejahteraan &
keberlanjutan
Indonesia
dihadapkan pada
krisis lingkungan • Sampah • Pencemaran udara
• Banjir • Sulitnya air bersih
yang harus • Pencemaran sungai • Kerusakan hutan
segera di atasi • Rusaknya ekosistem laut • Abrasi
• Pemanasan global • Pencemaran tanah

Sampah plastik di laut Rusaknya kawasan hutan


2010: Indonesia berada di peringkat kedua 2019: 35 juta hektare dari 125 juta
terbesar di dunia hektare kawasan hutan dalam kondisi
setelah China rusak berat dan lahan tidak berhutan
0,48-1,29 juta ton/tahun
(KLHK 2019)
(Jambeck et al. 2015)
Dampak krisis lingkungan
terhadap sumber daya alam, eg.
pangan

Indeks Ketahanan Pangan Global 2019


Indonesia berada di urutan 62 dunia
dan kelima di Asia Tenggara

Food Sustainability Index (FSI) tahun


2018, Indonesia mendapat skor 59,1
tertinggal dari Ethiopia 68,5

Food Loss and Waste (FLW) Indonesia


sekitar 300 kg/kapita/tahun dan nomor
dua di dunia setelah Arab Saudi
Krisis tata kelola
• Krisis lingkungan dan sumber daya
alam adalah krisis tata kelola
(governance).
• Krisis tata kelola adalah kegagalan
mengatur tindakan para aktor
negara, pasar dan masyarakat yang
berkepentingan terhadap sumber
daya

(Evans 2012)
RASIONALITAS RASIONALITAS
EKONOMI EKOLOGI

• Modernisasi ekologi à rasionalitas ekologi diperlukan untuk


mengimbangi rasionalitas ekonomi
• Kegiatan produksi dan konsumsi dapat memberikan manfaat bagi
ekonomi dan ekologi
Asumsi
asumsi utama modernisasi ekologi:
pertumbuhan ekonomi dapat
direkonsiliasikan dengan kelestarian
ekologis

Strategi
Ekologisasi produksi, yang berarti pengurangan
1 limbah dan pencemaran melalui perbaikan
teknologi ramah lingkungan

2 Perbaikan kerangka regulasi dan pasar


untuk pro-ekologis
Menghijaukan (greening) nilai sosial dan
3 korporat beserta praktiknya
Low & Gleeson (1999)
Ragam Gerakan Sosial
Modernisasi Ekologi
• Car free day
• Kampanye earth hour
• Gerakan anti kantong plastik
• Penggunaan tumbler
• Upacara pernikahan yang “green”:
mewajibkan pemberian mahar
berupa bibit pohon yang harus
tanam
Aktor-aktor yang berkepentingan terhadap
tata kelola SDA

Karakteristik Pasar
Karakteristik Negara
1. Pasar dimaknai sebagai pendekatan
Negara sebagai solusi krisis lingkungan PASAR dan aktor (swasta)
(Modernisasi ekologi) NEGARA
• Tidak peduli lingkungan,
• Menerbitkan, mengimplementasikan, • Mengakomodasi kepentingan
dan menegakkan kebijakan lingkungan, melakukan “greenwash”
• Mendirikan lembaga-lembaga • Mengembangkan green business
pemerintah
2. Pasar sebagai Instrumen
• Transferable Quota
Kontestasi intra-negara • Pembayaran atas jasa lingkungan
• Aktor pengguna VS Aktor pelindung (PES)
• Ecolabelling
MASYARAKAT
Masyarakat rentan • 2030: menambah jumlah orang miskin
terhadap perubahan hingga 100 juta jiwa; Modernisasi memunculkan
• 2030: harga pangan melambung hingga mitos-mitos tentang kelemahan
lingkungan.
12%; masyarakat tradisional miskin
• 2050: memicu penduduk melakukan
(FAO 2018) migrasi sebanyak satu milyar
Tata Kelola Baru
Memadukan antara pendekatan
modernisasi ekologi dan ekologi
politik (Political Ecology).
Basis normatif: keadilan ekologis
Basis saintifik-teknokratik:
konstruktivisme
Basis regulatif: inklusivitas dan
keadilan akses

(Arifsatria 2020)
Basis Normatif: Keadilan Ekologis

• UUD 1945 Pasal 33 ayat 3


mengamanatkan bahwa “Bumi dan air
dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat”
• Relasi negara-masyarakat dan pasar-
masyarakat haruslah berisi muatan
keadilan
Basis Saintifik-
Teknokratik:
Konstruktivisme

• Pendekatan transdisiplin dengan


ilmu keberlanjutan (sustainability
science) yang memadukan sains
dan pengetahuan lokal dengan
prinsip inklusivitas dan keadilan
Basis Regulatif: Inklusivitas
dan Keadilan Akses

• Mengatur interaksi antara negara, pasar,


dan masyarakat secara inklusif
• Tata kelola jejaring-adaptif (adaptive-
network governance):
a. Basis hubungan antar pelaku adalah
kepercayaan (trust);
b. Instrumen pengelolaan berbasis
kolaborasi;
c. Orientasi pada mutual benefits, dan
d. Interaksi antar aktor bercirikan
learning dan interdependen.
PENUTUP

Tata kelola baru sumber daya alam di Indonesia


mencari titik temu dan memadukan rasionalitas
ekologi, rasionalitas ekonomi, rasionalitas moral, dan
rasionalitas politik
Terima kasih
arifsatria@apps.ipb.ac.id
arifsatria.fema.ipb.ac.id

Arif Satria

@arif_satria

@arifsatria10

Anda mungkin juga menyukai