(Oleh : Sriati)
Pemikiran kebijakan
Pengembangan instrumen
Pendahuluan ;
Pola produksi dan konsumsi yang bersifat 3 R (reduce, reuse, dan recycling)
belum sepenuhnya menjadi konsep perilaku masyarakat dan kebijakan dalam
pembangunan yang berkelanjutan. Kesadaran ini khususnya di negara yang
sedang berkembang termasuk Indonesia belum terjadi, karena masalah
kemiskinan merupakan penyebab dari berbagai penyebab penting lainnya seperti
pola produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan.
Pola konsumsi berkelanjutan adalah pola konsumsi dan gaya hidup yang tidak
menimpulkan tekanan berat pada lingkungan sehingga sumberdaya tetap berlanjut
untuk generasi yang akan datang. Tekanan yang dimaksud adalah eksploitasi
sumberdaya manusia dan alam (YKLI, 1998).
Menurut Stern, dkk (2003), definisi konsumsi dapat diartikan sesuai bidang
disiplinnya, yaitu konsumsi dalam arti fisik, konsumsi dalam arti ekonomi,
konsumsi dalam arti ekologi, dan konsumsi dalam arti sosiologi.
4. Dalam arti sosiologi, tidak dapat didefinisikan dengan pasti, namun istilah
consumerism dan conspious consumption merupakan refleksi dari aspek
sosiologi.
Pertimbangan lingkungan dalam hal ini meliputi baik penggunaan input produksi
yang efisien, proses pengolahan, pengepakan, dan distribusi yang
mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan. Ini berarti meliputi pertimbangan
tentang pemanfaatan input lokal, dan proses produkdi dimana biaya
lingkungannya telah dipertimbangkan dan diinternalisasikan di dalam faktor
produksi.
Pola produksi yang berkelanjutan adalah pola produksi yang tidak menimbulkan
tekanan berat pada lingkungan yaitu kegiatan produksi yang memperhatikan
kelestarian lingkungan.
Perubahan nilai dan pergeseran gaya hidup dalam pola konsumsi dan produksi
perlu dilakukan secara bersama-sama oleh berbagai pihak yang terkait, antara lain
dari pemerintah, swasta, media, LSM, masyarakat dan lain-lain. Perubahan
tersebut berbasis pada komunitas local (local community based).
1. Dialog
2. Perubahan retorika
3. Indikator-indikator baru
4. Informasi
5. Pendidikan
6. Inisiatif dan inovasi
7. Kerangka pikir kebijakan
Pola konsumsi dan produksi tersebut dapat memberikan implikasi pada penyediaan
komoditi sumberdaya alam yang terkait dengan kegiatan ekspor dan impor.
2. Bidang Air :
a. Kelangkaan air. Kelangkaan air menyebabkan produksi pertanian dan
perkebunan mengalami kesulitan dalam mengolah lahan. Di sector
energi kelangkaan air menyebabkan sumberdaya untuk menggerakan
turbin-turbin PLTA tidak berfungsi, sehinnga memperparah kondisi
penyediaan listrik PLN
3. Bidang Energi
a. Kelangkaan. Sumberdaya Energi (SDE) seperti minyak, batubara, dan
gas akan habis dan ketersediaan energi ini diperlukan untuk
pembangunan yang berkelanjutan. Maka SDE yang bersifat tidaksapat
diperbarui perlu diwaspadai.
4. Barang-barang konsumtif
a. Pemilikan kendaraan pribadi. Kekurangan transport public
menyebabkan kecenderungan masyarakat untuk memiliki klendaraan
pribadi, yang pad gilirannya akan menyebabkan kemacetan dan polusi
(di kota-kota besar), dan juga resiko kesehatan, ketidaknyamanan
lalulintas, sehingga produktivitas menurun..