Anda di halaman 1dari 8

POLA PRODUKSI DAN KONSUMSI YANG BERKELANJUTAN

(Oleh : Sriati)

 Pemikiran kebijakan
 Pengembangan instrumen

Pendahuluan ;

 Produksi dan konsumsi terus berkembang sejalan dengan peningkatan income


dan konsumsi masyarakat dunia.
 Proses degradasi tanah dan kelangkaan air berbagai tempat di dunia
 Pada tahun 1977 Indonesia menghasilkan Agenda 21, tentang strategi
pembangunan yang berkelanjutan.
 Isu-isu sektoral yang ditonjolkan dalam WSSD (World Summit on Sustainable
Development) tahun 2002 adalah sektor air, energi, dan pangan.

Pola produksi dan konsumsi yang bersifat 3 R (reduce, reuse, dan recycling)
belum sepenuhnya menjadi konsep perilaku masyarakat dan kebijakan dalam
pembangunan yang berkelanjutan. Kesadaran ini khususnya di negara yang
sedang berkembang termasuk Indonesia belum terjadi, karena masalah
kemiskinan merupakan penyebab dari berbagai penyebab penting lainnya seperti
pola produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan.

Ada tiga hal yang ditekankan dalam WSSD, yaitu :


1. Pengentasan kemiskinan
2. Perubahan pola produksi dan konsumsi
3. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan.

Pola Produksi dan Konsumsi yang berkelanjutan serta implikasinya

Pola konsumsi berkelanjutan adalah pola konsumsi dan gaya hidup yang tidak
menimpulkan tekanan berat pada lingkungan sehingga sumberdaya tetap berlanjut
untuk generasi yang akan datang. Tekanan yang dimaksud adalah eksploitasi
sumberdaya manusia dan alam (YKLI, 1998).

Menurut Stern, dkk (2003), definisi konsumsi dapat diartikan sesuai bidang
disiplinnya, yaitu konsumsi dalam arti fisik, konsumsi dalam arti ekonomi,
konsumsi dalam arti ekologi, dan konsumsi dalam arti sosiologi.

1. Dalam arti fisik konsumsi merupakan transformasi materi atau energi.


Perubahan materi dan energi mengarah pada transformasi sumberdaya yang
berdampak pada lingkungan hidup.

2. Konsumsi dalam arti ekonomi merupakan kegiatan ekonomi yang


menyeluruh, terdiri dari investasi dan modal. Kegiatan konsumsi, distribusi
dan produksi menimbulkan dampak terhadap lingkungan.

Mk Sosiologi Lingkungan (Sriati, 2008), PS I.Lingk,PPs Unsri 1


CFile: D\Kumpulan Kuliah Prof.Dr.Sriati
3. Dalam arti ekologi, konsumsi dapat didefinisikan bahwa tumbuhan sebagai
produsen dan manusia serta binatang sebagai konsumen. Manusia dengan
berbagai kegiatan mengkonsumsi bahan-bahan yang memberikan dampak
terhadap lingkungan.

4. Dalam arti sosiologi, tidak dapat didefinisikan dengan pasti, namun istilah
consumerism dan conspious consumption merupakan refleksi dari aspek
sosiologi.

Pola produksi yang berkelanjutan adalah proses-proses penyediaan barang dan


jasa yang dilakukan dengan pertimbangan keterbatasan lingkungan sehingga dapat
berlangsung terus menerus dari generasi kegenerasi.

Pertimbangan lingkungan dalam hal ini meliputi baik penggunaan input produksi
yang efisien, proses pengolahan, pengepakan, dan distribusi yang
mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan. Ini berarti meliputi pertimbangan
tentang pemanfaatan input lokal, dan proses produkdi dimana biaya
lingkungannya telah dipertimbangkan dan diinternalisasikan di dalam faktor
produksi.

Pola produksi yang berkelanjutan adalah pola produksi yang tidak menimbulkan
tekanan berat pada lingkungan yaitu kegiatan produksi yang memperhatikan
kelestarian lingkungan.

Pada dasawarsa terakhir pola konsumsi masyarakat Indonesia mengalami


perubahan. Hal ini ditandai dengan perubahan perekonomian, yang mengubah
pola konsumsi dari pangan ke non pangan (Warta Konsumen , 1998)

Perubahan nilai dan pergeseran gaya hidup dalam pola konsumsi dan produksi
perlu dilakukan secara bersama-sama oleh berbagai pihak yang terkait, antara lain
dari pemerintah, swasta, media, LSM, masyarakat dan lain-lain. Perubahan
tersebut berbasis pada komunitas local (local community based).

Tahapan dalam mencapai perubahan tersebut meliputi berbagai aspek yaitu :

1. Dialog
2. Perubahan retorika
3. Indikator-indikator baru
4. Informasi
5. Pendidikan
6. Inisiatif dan inovasi
7. Kerangka pikir kebijakan

Pola konsumsi dan produksi tersebut dapat memberikan implikasi pada penyediaan
komoditi sumberdaya alam yang terkait dengan kegiatan ekspor dan impor.

Mk Sosiologi Lingkungan (Sriati, 2008), PS I.Lingk,PPs Unsri 2


CFile: D\Kumpulan Kuliah Prof.Dr.Sriati
Isu-isu Strategis
.
1. Bidang pangan :
a. Ketahanan pangan :
Kebijakan pangan nasional ditekankan pada sector produksi dan
distribusi. Di Indonesia masalahnya adalah apakah hasil panen dapat
memenuhi kebutuhan penduduk, dan apakah hasil panen tersebut dapat
didistribusikan secara merata?

b. Diversifikasi. Diversifikasi/penganekaragaman pangan adalah proses


pemilihan pangan yang tidak tergantung pada satu jenis saja, tetapi
terhadap bermacam-macam bahan pangan mulai dari aspek produksi,
pengolahan, distribusi hingga aspek konsumsi pangan tingkat rumah
tangga. Penerapan program diversifikasi pangan di Indonesia sulit,
karena masalah kultur yang disebabkan kuatnya paradigma masyarakat
yang menganggap beras sebagai komoditas pangan yang mengangkat
derajat social mereka.

c. Bahan pangan lokal. Pangan lokal, baik nabati maupun hewani,


mempunyai peranan strategis untuk memenuhi kebutuhan pangan di
daerahnya karena didukung dengan factor produksi yang tersedia dan
mempunyai keunggulan wilayah sehingga dijamin kesinambungannya.

d. Bahan pangan organik. Bahan pangan organik ini adalah bahan


pangan yang ramah lingkungan, baik dari proses produksi, pengolahan,
maupun konsumsinya. Proses produksi dimaksud adalah proses
produksi yang tidak menggunakan bahan kimia yang berbahaya atau
bahan lain yang berakibat buruk pada lingkungan, demikian pula
proses pengolahan dan konsumsinya.

2. Bidang Air :
a. Kelangkaan air. Kelangkaan air menyebabkan produksi pertanian dan
perkebunan mengalami kesulitan dalam mengolah lahan. Di sector
energi kelangkaan air menyebabkan sumberdaya untuk menggerakan
turbin-turbin PLTA tidak berfungsi, sehinnga memperparah kondisi
penyediaan listrik PLN

b. Konservasi sumberdaya air, sangat diperlukan untuk menghindari


kelangkaan air. Program penghijauan, pembatasan HPH an
pengawasan terhadap penebangan dan penyelundupan kayu, perlu
digalakan kembali.

c. Distribusi pemanfaatan. Ketersediaan air belum mencakup seluruh


wilayah Indonesia. Akses penduduk terhadap air bersih kadang
terhambat oleh kondisi wilayah geografis.

d. Efisiensi penggunaan. Pola penggunaan air yang boros harus dirubah


terutama oleh para konsumen pengguna.

Mk Sosiologi Lingkungan (Sriati, 2008), PS I.Lingk,PPs Unsri 3


CFile: D\Kumpulan Kuliah Prof.Dr.Sriati
e. Kualitas air. Kualitas air yang bersih diperlukan individu agar dapat
hidup sehat dan mampu berproduksi dengan lebih baik. Akses
penduduk terhadap air bersih perlu ditingkatkan.

f. Komersialisasi. Apabila terjadi perubahan akses untuk memperoleh air


dalam skala besar akan menimbulkan gejolak sosial.

3. Bidang Energi
a. Kelangkaan. Sumberdaya Energi (SDE) seperti minyak, batubara, dan
gas akan habis dan ketersediaan energi ini diperlukan untuk
pembangunan yang berkelanjutan. Maka SDE yang bersifat tidaksapat
diperbarui perlu diwaspadai.

b. Diversifikasi sumberdaya. Sebagai alternative kelangkaan energi,


diperlukan diversifikasi sumberdaya dengan mengembangkan sumber
energi alternative terutama sumber energi yang dapat diperbarui.

c. Renewable dan non-renewable. Penggunaan energi non-renewable


sudah saatnya dipikirkan teknologinya untuk beralih ke energi yang
renewable.

d. DistribusiTidak semua penduduk Indonesia dapat menikmati energi,


misalnya listrik. Saat ini 100 jt (54 %) penduduk ang mayoritas
penduduk mskin masih belum dapat menikmati listrik.

e. Efisiensi/pemborosan penggunaan. Efisiensi penggunaan dapat


dilakukan dengan penggunaan sesuai kebutuhan. Konservasi energi
juga perlu dilaksanakan.

f. Harga. Kelangkaan energi takterbarukan menyebabkan harga-harga


energi dan barang-barang yang diproduksi dengan energi menjadi
mahal. Dan ini menyebabkan turunnya jumlah individu yang dapat
mengasesnya.

4. Barang-barang konsumtif
a. Pemilikan kendaraan pribadi. Kekurangan transport public
menyebabkan kecenderungan masyarakat untuk memiliki klendaraan
pribadi, yang pad gilirannya akan menyebabkan kemacetan dan polusi
(di kota-kota besar), dan juga resiko kesehatan, ketidaknyamanan
lalulintas, sehingga produktivitas menurun..

b. Penggunaan alat-alat elektronik. Penggunaan alat elektronik berlebihan


dapat berakibat pada inefisiensi pemanfaatan energi (listrik).

c. Makanan impor. Makanan impor yang menyebar, menyebabkan bahan


pangan local tersaingi. Hal ini melemahkan produktivitas produsen
makanan domestic, Pola konsumsi masyarakat yang mengikuti pola
makan luar negeri mangakibatkan makanan impor menjadi komoditi
yang selalu dicari.

Mk Sosiologi Lingkungan (Sriati, 2008), PS I.Lingk,PPs Unsri 4


CFile: D\Kumpulan Kuliah Prof.Dr.Sriati
d. Barang-barang ramah lingkungan. Beberapa produk dan kemasan
daur ulang masih relatif mahal disbanding dengan kemasan produk
biasa.

e. Luxurious Goods. Barang mewah di Indonesia masih didominasi


barang impor dan kecenderungan menyebabkan deficit neraca
perdagangan dan menurunkan devisa negara. Kegiatan perekonomian
impor lebih besar daripada kegiatan ekspor Indonesia ke luar negeri.
Hal ini sulit dibatasi apalagi di era globalisasi.

Tabel 1. Ragam Instrumen yang dapat dikembangkan.

No Instrumen Contoh Catatan


1 Regulatory Instrument -Undang-undang Seringkali lemah pada
(Hukum dan Peraturan) -Peraturan Perundangan tataran enforcement
-PP/Keppres
-GBHN

2 Economic Innstrument -Pajak dan retribusi Lebih efektif tetapi


-Subsidi kurang banyak
-Insentif dan desinsedntif dikembangkan

3 Intervensi langsung -Proteksi -Efektif fungsi, mahal


Pemerintah -Bulog -Terlalu banyak menun-
-Subsidi tut sumberdaya publik
-Program-program inpres

4 Instrument Alternatif -Pendidikan -Perlu waktu


-Ksampanye publik -Efektif
-Partisipasi public -Meningkatkan
-Pelatihan dan advokasi partisipasi publik
-Green Consumer

Mk Sosiologi Lingkungan (Sriati, 2008), PS I.Lingk,PPs Unsri 5


CFile: D\Kumpulan Kuliah Prof.Dr.Sriati
Tabel 2. Kajian Kebijakan di bidang Pangan dan Pengembangan Instrumen

No Isu Strategis Eksisting Review Rekomend Pengembangan


kebijakan asi instrumen
kebijakan
1 Ketahanan Ada dan Perlu diteruskan Harus lebih Fair trade dan
pangan cukupjelas, tetapi diperkuat berorientasi advocacy pada
arahnya sudah dengan pada bahan bahan pangan lokal
benar instrument- pangan
instrumen lokal
2 Diversifikasi Ada tapi Perlu lebih Harus lebih Pengembangan
kurang tajam eksplisit disertai eksplisit instrument
dengan dan tegas ekonomi untuk
instrument- mendukung
instrumen pemanfaatan bahan
pangan lokal
3 Bahan Tidak jelas Perlu lebih jelas Harus lebih Proteksi, insentif
Pangan local /tidak eksplisit dan instrument eksplisit dan disinsentif
yang mendukung dan serta peningkatan
mengarah kesadaran
pada
proteksi
4 Bahan Tidak jelas Perlu lebih jelas Harus lebih Pengembangan
pangan /tidak eksplisit dan instrument eksplisit instrument
organik yang mendukung ekonomi : insentif
yang menarik serta
instrument
kampanye publik

Tabel 3. Kajian Kebijakan Bidang air dan Pengembangan instrumen

No Isu Strategis Eksisting Review Rekomend Pengembangan


kebijakan asi instrumen
kebijakan
1 Kelangkaan Tidak eksplisit Perlu lebih Perlu Peraturan yang
air Eksplisit dan kebijakan lebih ketat tentang
tegas yang tegas penggunaan air
2 Konservasi Ada dan cukup Kelemahan pada Perlu Peraturan yang
sumberdaya jelas instrumentasi kebijakan lebih tajam, instru-
air nasional men ekonomi, dan
yang lebih upaya langsung
tajam seperti reboisasi,
dll.
3 Distribusi Tidak cukup Perlu ketegasan Perlu Kebijakan yang
Pemanfaatan tegas kebijakan kebijakan lebnih tegas dan
yang lebih tajam serta
eksplisit instrument
ekonomi
4 Efisiensi Tidak cukup Perlu ketegasan Perlu Instrumen ekonomi

Mk Sosiologi Lingkungan (Sriati, 2008), PS I.Lingk,PPs Unsri 6


CFile: D\Kumpulan Kuliah Prof.Dr.Sriati
pemanfaatan tegas disertai dengan kebijakan dan kampanye
/pemborosan instrument yang khusus publik
penggunaan efektif
5 Kualitas Air Ada dan cukup Kelemahan di Sudah Instrumen ekonomi
jelas instrumentasi cukup dan kampanye
bagus publik
6 Komersialisa Rancu Perlu ketegasan Revisi Perlu control
si kebijakan dan RUU terhadap upaya-
instrument yang sumber upaya privatisasi
mendukung daya air air

Tabel 4. Kajian Kebijakan di bidang energi dan Pengembangan instrumen

No Isu Strategis Eksisting Review Rekomend Pengembangan


kebijakan asi instrumen
kebijakan
1 Sudah cukup Perlu diperkuat Harus lebih Perkuat instrument
Kelangkaan jelas dengan berorientasi insentif
instrumentasi pada bahan desinsentif, hokum
pangan dan ekonomi, dan
lokal kampanye publik
2 Diversivikasi Sudah cukup Perlu diperkuat Sudah Perkuat instrument
sumberdaya jelas dengan cukup jelas insentif
instrumentasi desinsentif, hokum
dan ekonomi, dan
kampanye publik
3 Renewable Sudah cukup Perlu diperkuat Perlu lebih Kembangan
dan non- jelas dengan tegas instrument hokum
renewable instrumentasi dan fiscal serta
kampanye public.

4 Distribusi Sudah ada Implementasinya kampanye publik


belum, perlu Cukup
dipertegas. jelas
5 Efisiensi/ Kurang tegas Perlu dipertegas Perlu lebih Kebijakan
pemborosan dengan jelas instrument-
penggunaan instrumentasi instrumen
hukumdan
ekonomi, serta
kampanye publik
6 Harga Rabcu Perlu dipertegas Perlu Evaluasi
dengan kebijakan instrument
instrumentasi yang ekonomi
memihak
ke
masyarakat
kecil

Mk Sosiologi Lingkungan (Sriati, 2008), PS I.Lingk,PPs Unsri 7


CFile: D\Kumpulan Kuliah Prof.Dr.Sriati
Tabel 5.Kajian kebijakan barang konsumtif dan Pengembangan kebijakan.

No Isu Strategis Eksisting Review Rekomendasi Pengembangan


policy kebijakan instrumen
1 Pemilikan Tidak jelas, Harus tegas Perlu Regulasi industri
Kendaraan denderung mendorong pembatasan otomotif, regulasi yang
Pribadi memihak public- kendaraan lebih ketat, disinsentif
ke privat transport pribadi bagi kendaraan mewah,
kampanye public, public
spending utk transport
publik
2 Penggunaan Tidak ada Mungkin Perlu Kampanye public dan
alat-alat perlu pembatasan instrument ekonomi, dan
elektronik kebijakan disinsentif
pembatasan
3 Barang- Tidak ada Perlu Perlu
barang kebijakan pembatasan
Instrumen ekonomi dan
ramah yang dan pengaturan
kampanye publik
lingkungan khusus yang lebih
tegas

4 Barang- Tidak ada Perlu Perlu


barang kebijakan pembatasan
Instrumen ekonomi dan
mewah dan dan pengaturan
kampanye publik
instrumen yang lebih
tegas

Mk Sosiologi Lingkungan (Sriati, 2008), PS I.Lingk,PPs Unsri 8


CFile: D\Kumpulan Kuliah Prof.Dr.Sriati

Anda mungkin juga menyukai