Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI

DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA


PETUGAS PENGANGKUT SAMPAH DI KAPAL SAPURA
CONSTRUCTOR AUSTRALIA

MINI PROPOSAL
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas
Mata Kuliah Metodologi Keperawatan

Disusun Oleh:
Parlindungan Manurung
NIM : 2051053

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA
BANDUNG
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................1
1.1 Latar Belakang Penelitian........................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................1
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian.................................................2
1.4 Kegunaan Penelitian................................................................2
1.5 Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah...............................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................4


2.1 Landasan Teori.........................................................................4
2.2 Kerangka Pemikiran dan Penelitian.........................................4
2.3 Hipotesis...................................................................................4

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.................................................5


3.1 Desain Penelitian......................................................................5
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian...............................................5
3.3 Definisi Operasional dan Pengukurannya................................5
3.4 Instrumen Penelitian................................................................5
3.5 Prosedur Pengumpulan Data....................................................5
3.6 Pengolahan dan Analisis Data..................................................5
3.7 Etika Penelitian........................................................................6

DAFTAR PUSTAKA............................................................................7
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada awal kehidupan manusia sampah belum menjadi suatu masalah, tetapi

dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka

makin hari masalah menjadi cukup besar. Hal ini jelas bila kita melihat

modernisasi kehidupan, perkembangan teknologi sehingga meningkatkan

aktifitas manusia. Sehubungan dengan kegiatan manusia, maka permasalahan

sampah akan berkaitan baik dari segi sosial, ekonomi maupun budaya (Depkes

RI, 1987).

Kesehatan seseorang maupun masyarakat merupakan masalah sosial yang selalu

berkaitan antara komponen-komponen yang ada didalam masyarakat. Sampah

sendiri, bila diamankan tidak menjadi potensi-potensi berpengaruh terhadap

lingkungan. Namun demikian sering kita temui bahwa sampah tidak berada pada

tempat yang menjamin keamanan lingkungan, sehingga mempunyai dampak

terhadap kesehatan lingkungan. Sampah yang kurang diperhatikan tersebut,

dapat berfungsi sebagai tempat berkembangnya serangga ataupun binatang

mengerat yang dikenal sebagai vektor penyakit menular (Sudarso, 1985).

Masalah lingkungan dewasa ini semakin komplek, hal ini seiring dengan

pertambahan jumlah penduduk yang cepat, modernisasi kehidupan,

meningkatnya aktifitas manusia serta perkembangan ilmu dan teknologi. Salah


satu masalah lingkungan yang perlu dipikirkan dan ditanggulangi bersama

adalah masalah sampah. Masalah sampah terutama di dunia industri lepas pantai

akan terus berkembang selama manusia belum menyadari dan melaksanakan

perlunya pengelolaan yang baik.

Mewujudkan sanitasi lingkungan yang baik diantaranya melalui pengelolaan

sampah. Kegiatan pengumpulan sampah merupakan kegiatan dari proses

pengumpulan atau pengambilan dari berbagai sumbernya dan proses

pengangkutannya. Pengangkutan sampah dilaksanakan oleh petugas anak buah

kapal dengan tenaga kerja sebanyak 20 orang. Anak buah kapal diberikan alat

pelindung diri sebagai sarana perlengkapan kerja yang berupa sarung tangan,

pakaian seragam, sepatu boot yang diberikan pada petugas pengangkut sampah

setiap enam bulan sekali sebagai upaya untuk mengurangi bahaya yang ada.

Berdasarkan survei yang dilaksanakan pada Tahun 2020 pada petugas

pengangkut sampah sejumlah 18 orang ditemukan 2 orang mengeluh pusing, 3

orang batuk dan 10 orang merasa gatal-gatal. Dari 18 orang pengangkut sampah

tersebut yang memakai alat pelindung diri sebanyak 13 orang dan yang tidak

memakai alat pelindung diri 5 orang. Pemakaian alat pelindung diri yang kurang

lengkap dapat memungkinkan kontak langsung dengan sampah sehingga

mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan.

Berdasarkan uraian diatas, maka muncul suatu pertanyaan penelitian apakah ada

hubungan bermakna antara pemakaian alat pelindung diri dengan kejadian

penyakit kulit pada petugas pengangkut sampah?


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang akan diteliti ini

sebagai berikut:

1) Adakah hubungan bermakna antara pemakaian alat pelindung diri dengan

kejadian penyakit kulit pada petugas pengangkut sampah di kapal Sapura

Constructor?”.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah:

1) Untuk mengetahui pemakaian alat pelindung diri pada petugas pengangkut

sampah Untuk mengetahui Pengaruh kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan

2) Untuk mengetahui gangguan kesehatan penyakit kulit yang diderita pada

petugas pengangkut sampah.

3) Untuk mendeskripsikan hubungan antara pemakaian alat pelindung diri dengan

penyakit kulit.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:


1) Bagi Dinas Kebersihan dan Pertamanan dapat dijadikan sebagai salah satu

alternatif dalam melaksanakan tindakan yang berguna untuk merubah perilaku

petugas pengangkut dalam memakai alat pelindung diri.

2) Untuk mengetahui alat pelindung diri yang digunakan dengan kejadian penyakit

kulit pada petugas pengangkut sampah.

3) Sebagai penerapan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pengelolaan

sampah terutama pada tahap pengangkutannya.

1.5 Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tahun 2020 pada petugas pengangkut

sampah di kapal Sapura Constructor Australia.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori

Menurut Kusnoputranto (1985), sumber sampah dibedakan menjadi :

a.          Sampah yang berasal dari daerah pemukiman.

b.         Sampah yang berasal dari daerah perdagangan.

c.          Sampah yang berasal dari jalan-jalan raya.

d.         Sampah-sampah Industri.

e.          Sampah-sampah yang berasal dari daerah pertanian dan perkabunan.

f.          Sampah yang berasal dari daerah pertambangan.

g.         Sampah-sampah yang berasal dari gedung-gedung atau perkantoran.

h.        Sampah-sampah yang berasal dari daerah penghancuran gedung-gedung

dan pembangunan atau pemugaran.

i.           Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum.

j.           Sampah yang berasal dari daerah kehutanan.

k.         Sampah yang berasal dari pusat-pusat pengolahan air buangan.

l.           Dari daerah peternakan dan perikanan.

Menurut Sudarso (1985), komposisi sampah dibedakan menjadi komposisi fisik dan

kimia.

a.       Komposisi Fisik


Susunan sampah secara fisik selain untuk pemilihan dan penggunaan alat pengelolaan

dapat digunakan sebagai penjajagan dalam usaha pemanfaatan sumber energi.

b. Komposisi Kimia

Sampah dapat dimanfaatkan kembali, tetapi perlu memperhatikan komposisi

kimianya. Pemanfaatan sampah antara lain dengan menggunakannya sebagai bahan

bakar.

2.1.1 Definisi Sampah

Menurut Freedman (1977), sampah adalah semua zat padat baik yang dapat

membusuk maupun yang tidak dapat membusuk kecuali kotoran manusia.

Menurut Juli Soemirat (1994), pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat

dikelompokkan menjadi efek yang langsung dan efek tidak langsung. Efek langsung

adalah efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah. Misalnya

sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, sampah yang karsinogenik,

teratogenik dan lainnya. Selain itu adapula sampah yang mengandung kuman

pathogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Efek tidak langsung yaitu pengaruh

yang tidak langsung dapat dirasakan oleh masyarakat akibat proses pembusukan,

pembakaran, dan pembuangan sampah. Penyakit bawaan sampah sangat luas dan

dapat berupa penyakit menular, tidak menular seperti bakteri, jamur cacing dan zat

kimia, dapat juga berupa akibat kebakaran, keracunan dan lain-lain. Secara
keseluruhan lingkungan bereperan penting akan kesejahteraan dan kesehatan hidup

manusia.

Menurut Anonim (2000), sampah dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori

antara lain :

a.       Sampah basah (Garbage)

Yaitu sampah yang berasal dari kegiatan domestik (rumah tangga), seperti sisa

makanan atau dapat juga dari industri pengolahan makanan.

b. Sampah kering (Rubish)

Sampah kering adalah sampah yang tidak membusuk. Sampah ini dibagi dua yaitu :

1) sampah yang tidak mudah membusuk tetapi mudah terbakar seperti kain, kertas,

plastik ; 2) sampah yang tidak mudah membusuk dan tidak mudah terbakar seperti

kaca, logam dan lain-lain.

c. Sampah lembut

Sampah lembut bersumber dari abu dengan partikel-partikel yang mudah

beterbangan, seperti debu, kapur, semen.

Menurut Ircham (1992), jenis sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung di

dalamnya dibedakan menjadi :

a. Sampah Organik

yaitu sampah yang mengandung senyawa organik atau tersusun atas unsur

karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan sedikit fosfor. Sampah organik

terdiri dari daun-daunan, sampah dari bekas makanan, dan lain-lain.


b. Sampah Anorganik

yaitu sampah yang mengandung senyawa anorganik sehingga tidak dapat

diuraikan oleh mikroorganisme.

Menurut Departemen Kesehatan (1987), sampah dapat menjadi tempat berkembang

biak dan sarang dari bermacam-macam vector penularan penyakit. Vektor-vektor

penularan penyakit yang biasa hidup dalam sampah adalah : a) lalat ; b) kecoak ;

c) nyamuk ; d) tikus.

Sampah adalah benda yang sudah tidak dipakai, tidak diinginkan dan dibuang yang

berasal dari aktivitas dan bersifat padat, tidak termasuk kotoran manusia.

Menurut Depkes RI (1987), dalam pengelolaan sampah terdapat enam tahapan

pengelolaan sampah yaitu :

a.       Tahap penimbulan sampah

Aktivitas yang sulit dikontrol, sehingga merupakan tahap yang paling menentukan

berhasil tidaknya pengelolaan sampah selanjutnya.

b.      Tahap penanganan setempat

Tahap penanganan setempat ini, masih dekat dengan penghasil sampah sehingga

dalam penangananya perlu diperhatikan nilai-nilai keindahan, kesehatan masyarakat

dan segi ekonomi. Penanganan setempat perlu dilakukan untuk pemenuhan

persyaratan pengelolaan sampah.

c.       Tahap pengumpulan sampah

Kegiatan mengambil sampah dari berbagai tempat kemudian membawa kelokasi

pengumpulan sampah dengan menggunakan alat pengangkut yang berupa truk.


d.      Tahap pemindahan dan pengangkutan

Menyangkut fasilitas dan perlengkapan yang digunakan untuk memindahkan sampah

dari alat angkut yang lebih kecil ke alat angkut yang lebih besar.

e.       Tahap pengolahan

Bertujuan untuk meningkatkan efisiensi sistem pengolahan, mendapatkan kembali

bahan yang berguna, serta energi dari bahan yang berguna.

f.       Tahap pembuangan akhir

Tahap pembuangan akhir merupakan tahap yang menentukan berhasil tidaknya

pengelolaan sampah.
2.2 Kerangka Pemikiran Dan Penelitian

Alat Pelindung diri :


 Topi Penyakit Kulit pada
 Kacamata Petugas Pengangkut
Sampah
 Perisai muka

 Sarung tangan

 Sumbat dan penutup telinga

 Pakaian kerja

Faktor Pendukung lainnya :

 usia,

 lama bekerja,

 pendidikan,

 kebersihan alat

pelindung diri.

1.      Variabel bebas (independent variable) adalah pemakaian alat pelindung diri.

2.      Variabel terikat (dependent variable) adalah penyakit kulit.

3.      Variabel pengganggu (confounding variable) adalah usia, lama bekerja dan

pendidikan, kebersihan alat pelindung diri.


2.3 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut

Ho : Tidak ada hubungan antara alat pelindung diri (APD) dengan kejadian

penyakit kulit pada petugas pengangkut sampah di kapal Sapura

Constructor

Ha : Ada hubungan antara alat pelindung diri (APD) dengan kejadian penyakit

kulit pada petugas pengangkut sampah di kapal Sapura Constructor


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasi dengan menggunakan

pendekatan cross sectional.

3.2 Populasi dan sampel penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah petugas pengangkut sampah di Kota

Padang yang terdiri dari 20 petugas pengangkut yang berada di bawah Departement

kesehatan dan keselamatan kerja.

Penelitian ini menggunakan cara non probability samplingdengan teknik

purposive sampling yaitu pengambilan sampel secara purposive didasarkan

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, ciri atau sifat-sifat populasi

yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2002).

3.3 Definisi operasional dan Pengukuruannya

.             1.       Pemakaian alat pelindung diri

Pemakaian APD yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seperangkat alat yang

digunakan pengangkut sampah untuk melindungi tubuhnya dari adanya potensi


bahaya. Alat pelindung diri tersebut terdiri dari sarung tangan, seragam kebersihan,

sepatu boot.

Kriteria penggunaan alat pelindung diri:

Lengkap : Petugas pengangkut sampah menggunakan alat pelindung diri yang

berupa sarung tangan, sepatu boot, seragam kebersihan.

Tidak lengkap : Petugas pengangkut sampah tidak menggunakan salah satu alat

pelindung diri tersebut.

Skala : Nominal

         2.         Penyakit kulit

Gangguan atau penyakit yang diderita oleh petugas pengangkut sampah yang

ditandai dengan gatal-gatal pada telapak tangan dan memerah pada telapak tangan

yaitu seperti jamur (Petrus Adrianto dan Sukardi, 1988).

Kriteria petugas yang menderita penyakit kulit:

Menderita : Pada petugas pengangkut sampah ditemui

adanya tanda atau gejala gatal-gatal pada

telapak tangan.

Tidak menderita : Pada petugas pengangkut sampah tidak ditemui

tanda atau gejala gatal-gatal.

Skala : Nominal

         3.         Variabel Pengganggu

a.       Usia

b.      Lama Kerja


c.       Tingkat Pendidikan

d.      Kebersihan alat pelindung diri\

3.4 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode kuantitatif. Instrumen yang digunakan

dalam metode kuantitatif menrut Sugiyono (2017) adalah angket yang diprioritaskan

agar respon dapat dikuantifikasikan untuk diolah menggunakan cara statistik.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang telah

disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.

Kuesioner dalam penelitian ini yaitu kuesioner tentang pemakaian alat

pelindung diri dan penyakit kulit pada petugas pengangkut sampah.

Kuesioner terdiri dari tiga bagian yaitu:

1.     Kuesioner pertanyaan identitas responden

2.     Kuesioner pertanyaan tentang alat pelindung diri

3.     ]Kuesioner pertanyaan tentang penyakit kulit

3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data dibutuhkan prosedur sebagai penuntun dalam

pengumpulan suatu data.


3.6 Pengolahan dan Analisa Data

Setelah data dikumpulkan, proses selanjutnya adalah analisa data. Untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan antara kedua variabel pada penelitian ini

digunakan uji statistic Chi-Square menggunakan program SPSS dengan derajad

kepercayaan 95% atau α: 0,05.

Hasil analisa data dikatakan bermakna apabila :

P hitung < 0,05 = Ho di tolak Ha di terima

Ha di terima, berarti ada hubungan antara pemakaian alat pelindung diri dengan

penyakit kulit pada petugas pengangkut sampah.

3.7 Etika Penelitian

Etika adalah ilmu tentang benar atau salah, termasuk tentang hak dan

kewajiban yang telah berlaku dan disepakati secara umum (Masturoh, 2018, hlm.28).

Etika yang diterapkan peneliti dalam penelitian ini adalah:


1) Menghormati, dimana peneliti menghargai laporan data yang diberikan sebagai

laporan yang benar-benar terjadi tanpa ada usaha untuk mengetahui mengapa hal

tersebut terjadi atau bagaimana hasil investigasi atau kelanjutan hasil investigasi.
DAFTAR PUSTAKA

Masturoh, I.&Anggita, N.T. (2018).Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan


Pertama. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai