Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS MENGENAI DAMPAK


LINGKUNGAN PERTANIAN DAN
PERKEBUNAN

DAMPAK SAMPAH DI TPA TERHADAP


LINGKUNGAN DAN MASYARAKAT

KELOMPOK II :
Adnin Muawiyah (203020401066)
Feby Triana (203020401042)
Merly Valentiasie (203030401106)
Nesa Cristia (203020401040)
Oktariani Cornelia Asi (203020401058)

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2021
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................. v
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Tujuan Praktikum........................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sampah........................................................................................ 3
2.2. Dampak Sampah.......................................................................... 4
2.3. Pengelolaan Sampah.................................................................... 5
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu Dan Tempat...................................................................... 7
3.2. Bahan dan Alat............................................................................ 7
3.3. Cara Kerja.................................................................................... 7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan........................................................................ 9
4.2. Pembahasan................................................................................. 11
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan.................................................................................. 16
5.2. Saran............................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. sp..............................................................................................
11
Gambar 2. sp

12
Gambar 3. sp

13
Gambar 4. ng

14
Gambar 5. ng.

15

iii
2

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup adalah terlaksananya
pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber
daya alam secara bijaksana. Untuk itu sejak awal perencana kegiatan sudah harus
memperkirakan perubahan rona lingkungan akibat pembentukan suatu kondisi
yang merugikan akibat diselenggarakannya pembangunan. Setiap kegiatan
pembangunan, dimana pun dan kapan pun, pasti akan menimbulkan dampak.
Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas yang
dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik maupun biologi (Otto Soemarwoto,
1994). Dampak tersebut dapat bernilai positif yang berarti memberi manfaat bagi
kehidupan manusia, dan dapat berarti negatif yaitu timbulnya resiko yang
merugikan masyarakat. Dampak positif pembangunan sangatlah banyak,
diantaranya adalah meningkatnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara
merata; meningkatnya pertumbuhan ekonomi secara bertahap; meningkatnya
kemampuan dan penguasaan teknologi; memperluas dan memeratakan
kesempatan kerja dan kesempatan berusaha; dan menunjang dan memperkuat
stabilitas nasional yang sehat dan dinamis dalam rangka memperkokoh ketahanan
nasional (Otto Soemarwoto, 1994).
Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia
merupakan sampah basah, yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah.
Oleh karena itu pengelolaan sampah yang terdesentralisisasi sangat membantu
dalam meminimasi sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Pada prinsipnya pengelolaan sampah haruslah dilakukan sedekat mungkin dengan
sumbernya. Selama ini pengelolaan persampahan, terutama di perkotaan, tidak
berjalan dengan efisien dan efektif karena pengelolaan sampah bersifat terpusat..
Dapat dibayangkan berapa ongkos yang harus dikeluarkan untuk ini. Belum lagi,
sampah yang dibuang masih tercampur antara sampah basah dan sampah kering.
Padahal, dengan mengelola sampah besar di tingkat lingkungan terkecil, seperti
RT atau RW, dengan membuatnya menjadi kompos maka paling tidak volume
sampah dapat diturunkan atau dikurangi. Masalah yang sering muncul dalam

2
3

penanganan sampah kota adalah masalah biaya operasional yang tinggi dan
semakin sulitnya ruang yang pantas untuk pembuangan. Sebagai akibat biaya
operasional yang tinggi, kebanyakan kota-kota di Indonesia hanya mampu
mengumpulkan dan membuang + 60% dari seluruh produksi sampahnya, dari
60% ini sebagian besar ditangani dan dibuang dengan cara yang tidak saniter,
boros dan mencemari (Daniel et al., 1985). Menurut Standar Sistem Persampahan
Indonesia edisi 1997, yang diterbitkan oleh Departemen Pekerjaan Umum, sistem
pengangkutan sampah mendominasi 50% dari totalitas biaya persampahan.
Sementara sistem pengumpulan mendominasi sebesar 10 %, serta sistem
pemusnahan akhir dengan teknologi lahan urug saniter sebesar 40 %. Dengan kata
lain, peningkatan efisiensi dan efektifitas sistem pengangkutan sampah, dapat
secara signifikan mereduksi biaya total persampahan. Dengan peningkatan
efisiensi dan efektifitas ini, akan terdapat kelebihan dana secara signifikan, yang
dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja sistem pengumpulan serta sistem
pemusnahan akhir sampah dengan lebih baik (Daniel et al., 1985).
Manfaat mempelajari dampak dan pengelolaan sampah di TPA adalah dapat
mengetahui isu utama yang terdapat di TPA sehingga kita dapat mencegah
dampak yang akan ditimbulkan dengan cara mencari dan melakukan pengelolaan
yang tepat terhadap sampah tersebut.

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan Praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui dampak sampah di TPA terhadap lingkungan dan
masyarakat.
2. Untuk mengetahui pengelolaan sampah dan upaya mengatasi dampak yang
ditimbulkan oleh sampah di TPA.

3
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sampah
Menurut Kamus Penataan Ruang, sampah merupakan sisa kegiatan sehari-
hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Dengan kata lain
sampah adalah sisa-sisa kegiatan atau proses dari kegiatan manusia atau alam
yang berbentuk padat dan sudah tidak digunakan lagi serta memiliki dampak
terhadap lingkungan (Pattiasina et al., 2018). Sampah merupakan konsep buatan
dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Sampah adalah suatu bahan yang
terbuang oleh sumber hasil kegiatan manusia maupun alam yang belum memiliki
nilai ekonomis. Bentuk sampah bisa berada dalam setiap fase materi, yaitu padat,
cair, dan gas (Penebar Swadaya, 2008). Menurut WHO, sampah adalah sesuatu
yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang
berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Menurut kamus
lingkungan, sampah merupakan bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak
berharga untuk digunakan secara biasa atau khusus dalam produksi atau
pemakaian, barang rusak atau cacat selama manufaktur, atau materi berlebihan
atau buangan (Setyaningrum, 2015).
Sampah adalah bahan-bahan buangan yang dibuang, baik sengaja maupun
tidak sengaja yang berasal dari proses alam atau hasil kegiatan manusia yang
belum terolah sehingga belum memiliki nilai manfaat. Sampah merupakan salah
satu tempat bersarang dan berkembang biaknya berbagai kuman penyakit. Di
tempat sampah sering terlihat berbagai binatang pembawa kuman, seperti lalat,
semut, dan tikus. Di sisi lain, sampah juga dapat menjadi sumber penghasilan bagi
para pemulung. Sampah-sampah plastik yang mereka kumpulkan dapat
menghasilkan uang untuk menghidupi keluarganya (Suherneti, 2006).
Sampah terbagi atas tiga jenis, yaitu sampah organik (sampah basah), sampah
an-organik (sampah kering), dan limbah khusus.
a. Sampah organik atau sampah basah adalah bahan-bahan buangan yang
berasal dari sisa makhluk hidup, yaitu manusia, tumbuh-tumbuhan, dan
hewan. Sampah jenis ini mudah membusuk dan dapat diuraikan oleh alam.

4
5

Contohnya sampah dari sisa makanan, kotoran hewan, buah busuk, dan
sayuran.
b. Sampah an-organik atau sampah kering adalah bahan- bahan buangan yang
berasal dari hasil industri. Sampah jenis ini sangat sulit diuraikan oleh alam.
Contohnya besi, aluminium, kaca, dan plastik.
c. Limbah khusus adalah bahan-bahan buangan yang berbahaya (beracun dan
mudah me- ledak) yang memerlukan penanganan khusus sebelum dibuang.
Contohnya limbah pabrik, limbah bahan kimia, dan sisa pestisida (Suherneti,
2006).

Sampah dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai golongan; dan


pengklasifikasian sampah dapat dilakukan berdasarkan beberapa tinjauan, yaitu :
a. Berdasarkan tingkat kelapukan
1) Sampah lapuk (garbage) : Sampah yang merupakan bahan-bahan
organik; seperti sayuran, buah, makanan. Pelapukan jenis sampah ini
dapat terjadi dalam waktu tertentu, sehingga akan berubah bentuk dan
dapat menyatu kembali dengan alam.
2) Sampah susah lapuk dan tidak lapuk (rubbish) : Sampah yang merupakan
bahan organik maupun an-organik; seperti; kertas dan kayu (susah lapuk;
pelapukan dapat terjadi tetapi dalam waktu yang lama, namun dapat
dibakar); kaleng, kawat, kaca, mika (tidak lapuk dan tidak dapat dibakar),
serta plastik (tidak lapuk tetapi dapat dibakar).
b. Berdasarkan bentuk
1) Padat : Sampah padat dapat berupa makhluk hidup (tumbuhan, hewan)
yang merupakan sampah organik, dan benda-benda tak hidup (besi,
kaleng, plastik, dll.).
2) Sampah cair : Sampah cair dapat bersumber dari pabrik / industri,
pertanian / perikanan / / manusia, dan limbah rumah tangga.
3) Gas : Sampah dalam bentuk gas dapat bersumber dari pabrik / industri,
alat transportasi, rumah tangga, pembakaran, dan efek lanjutan terurainya
sampah padat dan cair.
c. Berdasarkan sumber

5
6

1) Rumah tangga : Sampah rumah tangga dapat bersumber dari kamar


mandi dan dapur perumahan, rumah makan, dll. berupa limbah yang
merupakan cairan bekas mencuci dan membersihkan sesuatu bahan
keperluan sehari-hari.
2) Industri : Sampah industri bersumber dari pabrik, hotel, labratorium,
rumah sakit, dll. mengandung berbagai macam bahan kimia.
3) Pertanian : Sampah pertanian bersumber kawasan pertanian berupa sisa-
sisa insektisida dan pupuk, sisa-sisa produk pertanian (sisa sayuran,
potongan daun / batang / akar, buah) atau sisa-sisa bekas penanaman
(Rahmah et al., 2021).
2.2. Dampak Sampah
Sampah menjadi permasalahan yang dapat menimbulkan banyak kerugian.
Sampah sendiri tergolong menjadi sampah industri dan sampah rumah tangga.
Disini ada dampak positif dan dampak negative dari sampah sebagai berikut.
a) Dampak positif pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh
yang positif terhadap masyarakat dan lingkungannya antara lain:
1. Sampah dapat dipergunakan untuk menimbun tanah seperti rawa-rawa
dan dataran rendah.
2. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.
3. Dapat diberikan untuk makanan ternak melalui proses pengelolaan
4. Berkurangnya tempat berkembang biak serangga atau binatang pengerat.
5. Menurunya insiden penyakit menular yang erat hubungannya dengan
sampah.
6. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup
masyarakat.
7. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan kebudayaan
masyarakat.
b) Dampak negatif
1. Terhadap Kesehatan

6
7

 Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadi tempat


berkembang biak bagi vector penyakit seperti lalat atau tikus
sehingga insiden penyakit tertentu akan meningkat.
 Insiden penyakit demam berdarah dengue akan meningkat sebab
vector penyakit hidup dan berkembang biak dalam kaleng-kaleng
atau bank bekas yang berisi air hujan.
 Kecelakaan-kecelakaan timbul karena pembuangan sampah secara
sembarangan, misalnya luka oleh benda tajam seperti besi, kaca, dll.
 Gangguan psikosomatis seperti sesak nafas, insomnia, stress dan
lainnya.
2. Terhadap Lingkungan
 Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata.
 Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan
menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.
 Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan
bahaya kebakarang yang lebih luas.
 Pembuangan sampah ke saluran-saluran air akan menyebabkan
aliran terganggu dan saluran air akan menjadi dangkal.
 Bila musim hujan tiba akan menyebabkan banjir dan mengakibatkan
pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur menjadi
dangkal.
 Air banjir akan menyebabkan kerusakan fasilitas masyarakat, seperti
jalan,jembatan dan saluran air (Rahmah et al., 2021).

Adapun dampak positif dan negatif yang ditimbulkan oleh TPA terhadap
lingkungan:
1) Dampak positif dengan adanya TPA. Misalnya TPA bisa dijadikan lahan
perekonomian yang produktif bagi masyarakat sekitar. Karena dengan adanya
penumpukam sampah anorganik seperti plastik atau barang-barang bekas
yang tidak mudah hancur dan barang-baaramg tersebut dapat membantu
memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari- hari.

7
8

2) Adapun disamping dampak positif ada pula dampak negatif yang menghantui
kehidupan maupun lingkungan masyarakat sekitar tpa sepert: a). Kerusakan
infrastruktur; b). Pencemaran lingkungan setempat; c). Pelepasan gas metana;
d). Gangguan sederhana (Oktaviani et al., 2018).
2.3. Pengelolaan Sampah
Menurut (Mohsenizadeh et al., 2020), pengelolaan sampah yang tepat
merupakan salah satu aspek yang penting bagi setiap masyarakat karena akan
berdampak kepada aspek lain seperti aspek sosial, aspek lingkungan dan aspek
ekonomi. Salah satu keuntungan dalam pengelolaan sampah yang berasal dari
rumah yaitu dapat menekan jumlah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari
proses pengangkutan sampah dengan menggunakan transportasi pengangkutan ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Transportasi pengangkutan sampah
merupakan salah satu peran dalam sistem pengelolaan sampah kota yang dapat
menghasilkan emisi gas rumah kaca yang cukup tinggi.
Pengelolaan sampah di Indonesia masih menggunakan paradigma lama, di
mana pengelolaan masih fokus pada pemrosesan akhir, yaitu setelah sampah
dikumpulkan lalu diangkut dan dibuang ke pembuangan akhir. Paradigma seperti
ini akan menyebabkan tumpukan sampah yang seterusnya akan membusuk dan
memberikan dampak buruk terhadap lingkungan, di antaranya menyebabkan
polusi udara, menjadi sumber penyebaran serangga dan penyakit, dan juga
berpotensi dalam melepaskan gas metan (CH4) yang merupakan salah satu gas
rumah kaca. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran masyarakat untuk
melakukan pengelolaan sampah dengan paradigma baru, di mana sampah
diminimalisasi di hulu hingga dikembalikan ke lingkungan.
Paradigma baru pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan cara
pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah yang dimaksud
dilakukan dengan cara pembatasan, penggunaan kembali, dan mendaur ulang,
sedangkan penanganan sampah dilakukan dengan cara pemilahan, pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir. Pengolahan sampah
diharapkan dapat dilakukan pada setiap penanganan sampah. Beberapa
penanganan sampah yang dilakukan di antaranya: sistem 3R (Reduce, Reuse dan

8
9

Recycle) atau mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang. Bank


sampah, pengomposan, pengolahan sampah menjadi pupuk cair dan pemanfaatan
sampah organik menjadi pakan ternak (Sari, 2022).
Ada empat cara mudah dan aman untuk menangani sampah. Cara ini dikenal
dengan sebutan 4R, yaitu reduce (pengurangan), reuse (pemakaian kembali),
recycle (daur ulang), dan recovery (transformasi). Cara ini bisa menjadi pedoman
sederhana untuk membantu dalam mengurangi sampah disekitar rumah Anda.
a. Reduce (Pengurangan). Langkah ini dapat dilakukan dengan mengurangi
produk sampah menggunakan bahan atau barang yang awet, mengurangi
pemakaian bahan baku, melakukan proses habis pakai, menghindari proses
sekali pakai, menggunakan produk yang bisa diisi ulang (refill), serta
mengurangi pemakaian kantong plastik.
b. Reuse (Pemakaian Kembali). Langkah ini dapat digunakan dengan
menggunakan kembali barang bekas tanpa harus memprosesnya terlebih
dahulu, seperti menggunakan kembali kemasan atau memanfaatkan barang
kemasan menjadi tempat penyimpanan sesuatu. Hal tersebut dapat
memperpanjang umur kemasan dan waktu pemakaian barang sebelum benar-
benar harus dibuang ke tempat sampah.
c. Recycle (Daur Ulang). Langkah ini dapat digunakan dengan mengolah
limbah menjadi bahan lain yang bermanfaat atau mengubah barang bekas
menjadi benda lain yang lebih berguna dan layak pakai, seperti mengubah
bekas kemasan dari plastik atau botol mineral menjadi vas bunga dan jenis
kerajinan. lainnya, kertas daur ulang, kompos, batako, maupun pakan ternak.
d. Recovery (Transformasi). Langkah ini dapat digunakan dengan
menjadikansampah sebagi sumber energi (bahan bakar) (Suryanti, 2014).

9
10

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Pertanian dan
Perkebunan dilaksanakan pada hari Selasa, 6 Desember 2022 pukul 15.30-17.00
WIB, bertempat di Jalan Tjilik Riwut Km 14 Komp. UPT Pengelola Limbah
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kelurahan Bukit Tunggal, Kecamatan Jekan
Raya, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah.

3.2. Bahan dan Alat


Bahan yang dipakai pada Praktikum Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Pertanian dan Perkebunan yaitu BERUPA MATERI YANG DIBERIKAN dai
Pengelola TPA Bukit Tunggal. Sedangkan alat yang digunakan yaitu kamera/hp
dan alat tulis.

3.3. Cara Kerja


Cara kerja dalam Praktikum Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Pertanian dan Perkebunan adalah:
1. Mendatangi Tempat Pemrosesan Akhir yang ada di daerah sekitar tempat
tinggal.
2. Mengobservasi isu utama dan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh
sampah.
3. Mencatat dan mengumpulkan data yang disampaikan narasumber.
4. Mendokumentasikan keadaan di lapangan.
5. Menuangkan hasil pengamatan ke dalam laporan.

10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Luasan TPA : 10 ha
Jenis Pengelolaan : Control land fill
Jenis sampah : 1). Berdasarkan sumber : sampah pemerintah, sampah swasta, dan sampah masyarakat
2). Berdasarkan sifat : organik dan anorganik
Isu utama : keterbatasan lahan, produksi sampah yang terus meningkat, daya tampung TPA dan sarana prasarana yang
terbatas
Tabel 1. Jumlah Sampah yang masuk tiap bulan selama tahun 2022
Sumber
Bulan Sampah Masuk (ton)/kg
Pemerintah Swasta
Januari 3.410.936 kg 3.262.796 kg 148.140 kg
Februari 3.093.150 kg 2.956.961 kg 136.189 kg
Maret 3.429.510 kg 3.270.020 kg 159.490 kg
April 3.335.098 kg 3.227.506 kg 107.532 kg
Mei 3.693.830 kg 3.534.272 kg 159.558 kg
Juni 3.300.640 kg 3.159.518 kg 141.122 kg
Juli 3.415.180 kg 3.571.970 kg 153.160 kg
Agustus 3.477.794 kg 3.351.104 kg 126.690 kg
September 3,31,22 kg 3.193.910 kg 116.220 kg
Oktober 3.735.020 kg 3.635.910 kg 99.110 kg
November 3.648.370 kg 3.522.210 kg 126.160 kg
Desember - - -

11
Tabel 2. Matriks Idetifikasi Dampak Potensi
Komponen Kegiatan
No Komponen Lingkungan Prakonstruksi Konstruksi Operasi Pascaoperasi
1 2 3 1 2 3 4 5 6 1 2 3 1 2
A. GEOFISIK-KIMIA
1. Kualitas udara  
2. Kebisingan  
3. Medan listrik dan medan magnet  
4. Stabilitas tanah/Kelerengan   
5. Penggunaan tanah/lahan dan ruang 
6. Kualitas air permukaan  
B. BIOLOGI
1. Flora (Biota Darat)  
2. Fauna (Hewan Liar)   
3. Biota Perairan 
C. SOSIAL, EKONOMI, BUDAYA
1. Kesempatan kerja 
2. Peluang berusaha 
3. Pendapatan masyarakat 
4. Nilai estetika   
5. Harga tanah, bangunan dan tanaman   
6. Transportasi dan Lalulintas   
7. Persepsi masyarakat              
D. KESEHATAN MASYARAKAT
1. Sanitasi Lingkungan  

12
2. Gangguan Kesehatan     
3. Kecelakaan Kerja & PAK         

Prakonstruksi Konstruksi Operasi Pascaoperasi


1. Penentuan jalur 1. Mobillisasi alat dan bahan 1. Penyaluran tenaga listrik 1. Pembongkaran
2. Pembebasan lahan 2. Penyiapan lahan tapak 2. Penggunaan tanah/lahan dan 2. Uprating
menara ruang
3. Rekruitmen tenaga 3. Pemasangan pondasi menara 3. Pemeliharaan
kerja
4. Pendirian menara
5. Penarikan kawat penghantar
6. Uji coba

13
Bagan Alir Pelingkupan

PERUMUSAN LINGKUP KEGIATAN


Batas wilayah studi
RENCANA KEGIATAN: DAMPAK POTENSIAL Metode pengukuran dan analisa data
DAMPAK PENTING HIPOTETIK Lokasi pengambilan contoh sampel
Tahap Pra Pengelolaan Metode prakiraan dan evaluasi dampak
Kesempatan kerja Tahap Pra Pengelolaan
Survey, Pengukuran, Peluang berusaha Persepsi masyarakat
Pembebasan Lahan, Pendapatan masyarakat
Mobilisasi Tenaga Kerja, Alat Tahap Pengelolaan
Berat, Material Tahap Pengelolaan Peluang
Pembangunan Fisik Sarana Penurunan Kualitas Air/kualitas berusaha/bekerja
dan Prasarana Bangunan TPA air permukaan Sikap dan persepsi masyarakat
Gangguan terhadap biota akuatik Kualitas air permukaan
Peluang berusaha/bekerja Kualitas udara dan kebisingan
Kualitas Udara dan Kebisingan Pendapatan masyarakat
Tingkat pendapatan masyarakat ISU POKOK (HIPOTETIK)
Kompensasi tidak memuaskan,
keresaha sosial, gangguan
kamtibmas, persepsi masyarakat
Gangguang, erosi, genangan air,
RONA LINGKUNGAN EVALUASI DAMPAK kuailtas air, kebisingan
POTENSIAL Gangguan terhadap biota air,
kesehatan masyarakat
Fisik-Kimia: Penarikan kesimpulan Peningkatan kegiatan
Iklim, Fisiografi, Struktur (Hipotetik) berdasarkan perekonomian, peluang
METODE:
geologi,Hidrologi, Ruang hasil: berusaha/bekerja, pendapatan
Bagan alir dampak
Lahan dan Tanah, Kualitas Survey masyarakat
potensial
Udara, Kebisingan. Pendahuluan
Penelaahan Pustaka
Biologi: Spesifik
Flora dan Fauna. IDENTIFIKA SI DAMPAK
Sosekbudkesmas: , Matrik Identifikasi
Kependudukan, Budaya, Dampak Potensial
Perekonomian, Kesehatan,
Keamanan, Pekerjaan,
Fasilitas Rekreasi

14
15

4.2. Pembahasan
Tempat pembuangan akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah
diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan
sekiitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar
agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. TPA ialah tempat untuk
menimbun sampah dan merupakan bentuk tertua perlakuan sampah. TPA dapat
berbentuk tempat pembuangan dalam (dimana pembuangan sampah membawa
sampah di tempat produksi) begitupun tempat yang digunakan oleh produsen.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau yang sekarang disebut Tempat
Pemprosesan Akhir di Kelurahan Bukit Tunggal memiliki jenis pengelolaan
Control landfill. Controll landfill adalah sistem pembuangan dengan meratakan
dan memadatkan sampah yang datang setiap hari menggunakan alat berat.
Sampah dipadatkan menjadi sebuah sel, lalu dilapisi dengan tanah setiap lima hari
atau seminggu sekali. Tujuannya untuk mengurangi bau, perkembangbiakan lalat,
dan keluarnya gas metana (Wardhani, 2018). Selain itu, dibuat juga saluran
pengumpul air lindi (leachate), instansi pengolahannya, pos pengendalian
operasional, fasilitas pengendalian gas metana, serta saluran drainase untuk
mengendalikan air hujan. Pada TPA Bukit Tungal, sampah ditutup menggunakan
biomembran dan terpal karena biaya untuk membeli tanah cukup mahal. Tujuan
pemakaian biomembran dan terpal untuk mengurangi pencemaran udara dan agar
sampah cepat menyusut. Dampak dari kurangnya pengelolaan adalah longsor dan
banjir. Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak tersebut maka pengelola TPA
membuat terasering/trap dalam menumpuk sampahnya dan supaya tumpukan
sampah menjadi tertata.
Dalam sehari TPA Bukit Tunggal dapat mengangkut sampah berjumlah
110-120 ton dan mencapai 3 juta ton sebulan. Jenis-jenis sampah di TPA adalah
sampah organik dan anorganik bersumber dari sampah pemerintah, sampah
swasta dan sampah masyarakat. Sampah organik sebagian besar bersumber dari
pasar. Sampah yang dominan adalah sampah anorganik. Sampah anorganik
berupa limbah plastik yang akan dikumpul dan dijual oleh masyarakat. Sedangkan
sampah organik dimanfaatkan untuk dijadikan kompos. Namun sampah organik

15
16

hanya sedikit yang masuk ke TPA sehingga kekurangan bahan untuk membuat
kompos.
Adanya TPA memberikan dampak positif bagi masyarakat. Hampir 99%
masyarakat sekitar TPA Bukit Tunggal menggantungkan perekonomiannya dari
TPA tersebut untuk bekerja dari pagi sampai malam untuk memungut sampah
baik untuk dijual maupun untuk manfaat dan kebutuhan lainnya. Dampak lainnya
yaitu adanya gas metan yang dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar dalam
memasak dan digunakan untuk tenaga listrik. Adapun dampak sosial dari TPA
yaitu Pemberdayaan Masyarakat bekerjasama dengan Yayasan untuk membuka
Sekolah PAUD dimana sebagian besar muridnya berasal dari anak masyarakat
sekitar yang pekerjaan orang tuanya adalah pemulung.
Tumpukan sampah yang terdapat di TPA sudah pasti menimbulkan bau
yang tidak enak. Bau tersebut yang berasal dari gas metan yang dapat
menyebabkan orang yang menghirup aromanya menjadi pusing dan mual. Jika
gas metan dibiarkan maka akan menimbulkan pemanasan global. Pengelolaan gas
metan dilakukan dengan dibuat pipa penangkap gas metan yang dirancang
sedemikian rupa dan diberi alat tambahan yaitu blower untuk menarik gas metan
karena sudah tidak bisa menarik secara alami lagi. Terdapat dua macam pipa yang
terdapat di TPA Bukit Tunggal yaitu pipa kecil untuk saluran air dan pipa besar
untuk saluran gas metan. Selain bau, tumpukan sampah memiliki dampak yang
buruk bagi kesehatan karena terdapat banyak penyakit dari bakteri dan virus yang
berbahaya. Untuk menghindari dampak tersebut, maka pengelola setempat
melakukan pemeriksaan kesehatan setiap bulan kepada masyarakat mulai dari
pemulung sampai kepada pegawai pengelola TPA.
Pemantauan dilakukan terhadap air tanah dengan menguji air sumur kontrol
di laboratorium untuk memastikan air tidak mengalami pencemaran sehingga
tidak dikomplain oleh masyarakat. Untuk mencegah dampak negatif dari
pencemaran sampah, maka pengelola TPA menolak masuknya sampah B3 (Bahan
Berbahaya Beracun), jika terdapat sampah tersebut masuk ke TPA maka akan
dikembalikan ke tempat dimana sampah itu diambil. Untuk meminimalkan
dampak dari sampah, sampah yang ada tidak boleh dibakar karena jika

16
17

pembakaran dilakukan maka akan menimbulkan dampak negatif lainnya seperti


polusi udara dan kabut asap.
Timbunan sampah yang terpapar air hujan akan menghasilkan air yang
disebut air lindi. Air lindi merupakan air limbah berwarna hitam karena tercemar
oleh sampah dan sangat berbahaya bagi lingkungan karena mengandung senyawa
yang beracun. Pengelolaan air lindi yaitu dibuat lima kolam besar sedalam 3-4
meter untuk menampung air lindi dan dibuat saluran untuk pembuangan air yang
meluap jika terjadi hujan. Adanya tanaman kangkung pada parit/selokan sebagai
tanaman fitoremediasi untuk membantu menyerap kandungan logam dari air lindi.
Karena terdapat masalah pada TPA seperti keterbatasan lahan, daya
tampung TPA yang terbatas dan produksi sampah yang terus meningkat, maka
perlu dilakukan pengelolaan yang tepat seperti pengelolaan sampah berwawasan
lingkungan. Pengelolaan sampah berwawasan lingkungan untuk mencegah
dampak yang ditimbulkan salah satu cara untuk mengatasinya adalah merubah
pola produksi dan konsumsi yang tidak seimbang (unsustainable). Hal ini secara
tidak langsung memerlukan sebuah konsep manajemen siklus hidup yang terpadu,
yang menunjukkan sebuah kesempatan untuk menggabungkan pembangunan
dengan perlindungan terhadap lingkungan (Rahardyan dan Widagdo, 2015). Jadi
kerangka tindakan seharusnya ditentukan berdasarkan hirarki dari tujuan dan
terfokus pada 4 program yang terkait dengan sampah, yaitu mengurangi jumlah
sampah (minimising waste), meningkatkan penggunaan kembali sampah dan daur
ulang yang berwawasan lingkungan, mempromosikan TPA dan tempat
pengolahan yang berwawasan lingkungan, serta memperluas jangkauan pelayanan
sampah. Empat program tersebut adalah berkaitan dan harus saling mendukung
dan terpadu untuk menghasilkan suatu kerangka yang komprehensif dan responsif
terhadap lingkungan dalam pengelolaan sampah kota. Demikian juga sektor
swasta dan kelompok masyarakat ikut dilibatkan dalam implementasi program
tersebut (Syafrudin, 2014).

17
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Sampah menjadi permasalahan yang dapat menimbulkan banyak kerugian.
Sampah sendiri tergolong menjadi sampah industri dan sampah rumah tangga.
Disini ada dampak positif dan dampak negative. Dampak positif dengan adanya
TPA. Misalnya TPA bisa dijadikan lahan perekonomian yang produktif bagi
masyarakat sekitar. Adapun disamping dampak positif ada pula dampak negatif
yang menghantui kehidupan maupun lingkungan masyarakat sekitar TPA sepert:
a). Kerusakan infrastruktur; b). Pencemaran lingkungan setempat; c). Pelepasan
gas metana; d). Gangguan sederhana.
Pengelolaan sampah yang tepat merupakan salah satu aspek yang penting
bagi setiap masyarakat karena akan berdampak kepada aspek lain seperti aspek
sosial, aspek lingkungan dan aspek ekonomi. Ada empat cara mudah dan aman
untuk menangani sampah. Cara ini dikenal dengan sebutan 4R, yaitu reduce
(pengurangan), reuse (pemakaian kembali), recycle (daur ulang), dan recovery
(transformasi).

5.2. Saran
Diharapkan kepada masyarakat agar dapat mengurangi pemakaian plastik,
mengelola sampah dengan berwawasan lingkungan, serta merubah pola produksi
dan konsumsi yang seimbang.

18
DAFTAR PUSTAKA

Daniel, T. S., et.al., Tehnologi Pemanfaatan Sampah Kota dan Peran Pemulung
Sampah : Suatu Pendekatan Konseptual, PPLH ITB. Bandung, 1985
Otto Soemarwoto, Analisis Dampak Lingkungan, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, 1994, hal. 43
Oktaviani, N., dkk. 2018. Analisis Pengelolaan Dan Dampak Sampah Terhadap
Konsumsi Warga Sekitar Tempat Pembuangan Akhir. Jurisprudentie. Vol.
4 (1) : 83-105.
Pattiasiana, M. K., Tondobala, L., & Lakat, R. S. M. 2018. Analisis Pemilihan
Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Berbasis Geography
Information System (GIS) diKota Tomohon. Jurnal Spasial. Vol. 5 (3) :
449-460.
Rahmah, N. A., Sari, N., & Amrina, D. H. 2021. Kajian Dampak Sampah Rumah
Tangga Terhadap Lingkungan dan Perkekonomian Bagi Masyarakat
Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Berdasarkan Perspektif
Islam. Holistic Journal Of Management Research. Vol. 6 (2) : 42-59.
Rahardyan B. dan Widagdo A.S., 2015. Peningkatan Pengelolaan Persampahan
Perkotaan Melalui Pengembangan Daur Ulang. Materi Lokakarya 2
Pengelolaan Persampaham di Propinsi DKI Jakarta.
Sari, D. A. P., & Ridhani, C. 2022. Pemanfaatan Black Soldier Fly (BSF) Dalam
Pengelolaan Sampah Organik dan Strategi Pemasaran Produk yang di
Hasilkan. Yogyakarta : Deepublish.
Setyaningrum, I. 2015. Karakteristik Peningkatan Pengelolaan Sampah Oleh
Masyarakat Melalui Bank Sampah. Jurnal Teknik PWK. Vol. 4 (2) : 185-
196.
Syafrudin, 2014. Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Prosiding Diskusi
Interaktif Pengelolaan Sampah Perkotaan Secara Terpadu, Program
Magister Ilmu Lingkungan Undip, Semarang.
Suherneti, N., Sujana, A., & Kurniadi, D. 2006. Pendidikan Lingkungan Hidup.
Jakarta : Grasindo.
Suryanti, T. 2014. Bebas Sampah Dari Rumah. Jakarta Selatan : AgroMedia.
Wardhani, DK. 2018. Belajar Zero Waste: Menuju Rumah Minim Sampah.
Jakarta: Pustaka Rumah Main Anak (RMA).

19
LAMPIRAN

20

Anda mungkin juga menyukai