Anda di halaman 1dari 23

YAYASAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DAERAH RIAU

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
PERANAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEBERSIHAN DALAM
PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA PEKANBARU
USULAN PENELITIAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Penyusunan Skripsi

Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Islam Riau Pekanbaru

Disusun Oleh :

Athaya Iwanda Mahsa (177310617)

Indri Cahyani (177310448)

Jumiyanti Syafitri (177310351)

Nurul Fadila Mustofa (177310364)

Riri Riantika Rambey (177310574)

Jurusan Ilmu Pemerintahan

PEKANBARU
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala. karena berkat rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat beserta salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarganya, para
sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, aamiin.
Penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada
program ilmu pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Riau dengan
judul “PERANAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEBERSIHAN DALAM
PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA PEKANBARU”

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan
terimakasih kepada:

1. Dr. Ranggi Ade selaku dosen Metode Penelitian Sosial yang telah memberikan dorongan
dalam penulisan skripsi ini.
2. Kedua orangtua yang telah memberikan support dalam pembuatan skripsi ini.
3. Teman-teman sekelompok yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
4. Teman-teman dari kelompok lain yang juga telah membantu kelancaran dalam
pembuatan skripsi ini.
Semoga pengorbanan dan bimbingannya selama ini mendapat balasan dari Allah
Subhanahu wa ta’ala. Penulis menyadari banyak kekurangan dan kelemahan dari penulisan
skripsi ini, oleh karena itu penulis menantikan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
dan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua Amin Ya Robbal Alamiin.

Pekanbaru, 11 Mei 2019

Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………..i


DAFTAR ISI …………………………………………………..………………………………...ii
DAFTAR TABEL ………………………………………....………………..………………......iii
DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………………………………iv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………………v
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………..
1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIR
2.1 Tinjauan Pustaka ……………………………………………..
2.1.1 Peran ……………………………………………….
2.1.2 Sampah …………………………………………….
2.1.3 Pengelolaan Sampah ………………………………
2.2 Kerangka Pikir ……………………………………………….
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian …………………………………………
3.2 Unit Analisis ………………………………………………
3.3 Informan …………………………………………………..
3.4 Lokasi Penelitian …………………………………………
3.5 Tahapan Penelitian ……………………………………….
3.6 Jenis Penelitian dan Sumber Data ………………………..
3.7 Teknik Pengumpulan Data ……………………………….
3.8 Teknik Analisis Data …………………………………..
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh Komposisi dan Sumber Sampah

Tabel 2.2 Pengolahan Sampah 3R di Fasilitas Umum

Tabel 2.3 Pengolahan Sampah 3R di Daerah Perumahan dan Fasilitas Sosial

Tabel 2.4 Pengolahan sampah 3R di Daerah Komersial

Tabel 2.5 Informan

iii
DAFTAR SINGKATAN

 3R.: Reduce (Mengurangi), Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (Mendaur


Ulang).
 B3 : Bahan Berbahaya dan Beracum
 BPS : Badan Pusat Statistik
 DLHK : Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
 TPS : Tempat Pembuangan Sementara
 TPA : Tempat Pembuangan Akhir
 UU : Undang -Undang

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Tentang Peranan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota
Pekanbaru dalam Pengelolaan Sampah

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari berbagai permasalahan dan salah satunya
adalah permasalahan sampah. Setiap orang pasti menghasilkan sampah apapun jenisnya. Ini
menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan hidup akibat adanya permasalahan sampah
terkait dengan hubungan dan timbal balik antara jumlah penduduk, nilai dan pola bermasyarakat
terhadap perwujudan sampah, organisasi atau badan pengelola sampah, serta sistem pengelolaan
sampah yang diterapkan. Pertumbuhan penduduk yang semakin padat serta meningkatnya
aktivitas masyarakatnya menjadi dasar adanya pertambahan jumlah sampah yang dihasilkan
setiap harinya baik kuantitas maupun kualitasnya. Keberadaan sampah juga dapat menjadi lahan
pencaharian baru bagi sebagian orang, namun tidak menutup kemungkinan sampah dengan
jumlah banyak menjadi masalah terhadap lingkungan dan kesehatan.
Permasalahan sampah merupakan permasalahan yang serius terutama di kota-kota besar.
Bagi masyarakat pedesaan mungkin adanya sampah belum terlalu berpengaruh terhadap
kehidupan mereka karena dengan lahan yang masih luas, sehingga masyarakat masih mudah
untuk mengelola sampah dengan baik. Akan tetapi bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan
dengan adanya sampah menjadi masalah yang tidak mudah untuk dipecahkan. Sampah
diperkotaan telah menjadi perhatian bagi pemerintah pada khususnya serta pihak swasta dan
masyarakat pada umumnya. Maka dari itu perlu pengelolaan yang tepat untuk mengatasi
permasalahan sampah yang ada.
Pada sebagian kota-kota besar dunia, pengelolaan sampah dikelola secara terpadu.
Sampah yang dikelola seperti limbah atau sampah rumah tangga, kantor, pertokoan, industri dan
daerah industry. Pengelolaan menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomis serta
mengurangi sisa sampah yang memiliki tingkat pencemaran paling tinggi dan dapat diterima oleh
lingkungan hidup (World Resources, 2016). Artinya dengan melalukan pengelolaan sampah
secara terpadu, sampah yang awalnya adalah sebuah permasalahan dapat menjadi nilai jual dan
bermanfaat bagi sebagian orang.
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan /atau proses alam yang terbentuk
padat (UU RI No.18 tahun 2008). Selanjutnya yang dimaksud dengan sampah secara spesifik

1
adalah sampah yang berdasarkan sifat, tingkat konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan
pengelolaan lebih lanjut, Sumber sampah merupakan asal timbulan sampah, Penghasil sampah
adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang menghasilkan timbulan sampah.
Berdasarkan atas zat pembentuknya sampah dibedakan menjadi sampah organic(basah) dan
sampah anorganik (kering) [ CITATION INy11 \l 1033 ] . Sampah anorganic disebut sampah yang sulit
untuk membusuk dikarenakan sifatnya yang kering seperti kertas, plastic, potongan kain, logam,
gelas, karet, dsb. Sementara sampah organic disebut sebagai sampah yang mudah untuk membusuk
karena adanya aktivitas mikroorganisme, seperti daun, batang dan ranting pohon, sisa sayur mayor,
dsb.

Kota Pekanbaru merupakan salah satu kota yang memiliki perkembangan yang sangat
pesat untuk menuju ke kota metropolitan yang ada di Indonesia, sebagai Ibukota Provinsi Riau,
dengan luas wilayah ±632,26 km2 dan jumlah penduduk sebanyak 999.031 jiwa (BPS Kota
Pekanbaru Tahun 2013). Kota pekanbaru merupakan salah satu kota yang tidak luput dari masalah
sampah. Persoalan sampah sepertinya tidak pernah terselesaikan secara baik. Jumlah penduduk Kota
Pekanbaru yang mengalami peningkatan mengakibatkan besarnya timbulan sampah yang ada di kota
tersebut yaitu sekitar 1100 ton/hari untuk seluruh Kota Pekanbaru dan yang terangkut ke TPA hanya
sekitar 300-350 ton perhari (DLHK Kota Pekanbaru Tahun 2018), Ini berarti pengelolaan sampah yang
dilakukan belum optimal.
Konsekuensi dari perkembangan pertumbuhan Kota Pekanbaru mengakibatkan semakin besarnya
jumlah produksi sampah yang dihasilkan dan daya dukung lingkungan hidup yang semakin berkurang
terhadap sampah tersebut. Sehingga pemandangan sampah yang berserakan seakan menjadi hal yang
lumrah, tidak hanya lambatnya Pemerintah Kota Pekanbaru dalam menangani sampah terlebih lagi
masyarakatnya yang kurang sadar akan kebersihan. Minimnya TPS juga menyebabkan menumpuknya
sampah dimana-mana, dan adanya TPS gelap yang diciptakan oleh masyarakat akibat kurangnya
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah. Sehingga peningkatan volume sampah tidak sebanding
dengan TPS yang tersedia disetiap di wilayah Kota Pekanbaru.
Selain itu, pengelolaan sampah yang ada di Kota Pekanbaru belum menerapkan konsep
yang terintegrasi dengan baik dari satu tahap ke tahap lainnya. Akibatnya juga menimbulkan
banyak permasalahan seperti tempat sampah dan pemilahan sampah yang belum sesuai dengan
pengelompokan sampah sehingga menyebabkan ketidakefektifan dan penumpukan sampah di
TPS, kemudian pengumpulan dan pengangkutan sampah yang mencampurkan jenis sampah baik

2
sampah organic maupun anorganik, dan pengelolaan sampah yang belum optimal dalam
melibatkan partisipasi dari masyarakat.
Sampah-sampah yang terkumpul di setiap TPS akan diangkut ke TPA. Kota Pekanbaru
memiliki TPA yaitu TPA Muara Fajar 1 yang lokasinya terletak di Kelurahan Muara Fajar,
Kecamatan Rumbai Pesisir yang mempunyai luas keseluruhan 8,6 Ha dan sebagian besar telah
dijadikan tempat buangan sampah. TPA ini menampung sampah dari 12 Kecamatan yang ada di
Kota Pekanbaru. Sampah sampah tersebut berasal dari sampah taman kota, sampah jalan,
sampah perumahan, sampah non-medis rumah sakit, sampah perkantoran dan sampah pasar.
Dengan sampah yang masuk setiap harinya ke TPA Muara Fajar sebesar 306 ton/hari dari total
timbulan sampah di Kota Pekanbaru yang kurang lebih 1000 ton/hari. Dengan jumlah timbulan
sampah tersebut mengakibatkan penumpukan sampah akan cepat terjadi. Namun, pengelolaan
sampah di TPA Muara Fajar 1 hanya sebatas diratakan dengan beko dan kemudian ditimbun
dengan tanah untuk meminimalkan perkembangan bibit penyakit. Tetapi cara ini masih dianggap
kurang maksimal oleh DLHK Kota Pekanbaru, karena hanya bersifat sementara dan
membutuhkan timbunan tanah yang cukup banyak, terlebih lagi menimbang daya tampung di
TPA Muara Fajar 1 yang telah mencapai batas maksimum. Disatu pihak, jumlah sampah terus
bertambah dengan laju yang cukup cepat sedangkan dilain pihak kemampuan pengelolaan
sampah masih belum memadai. Oleh karena itu diperlukan metode lain dalam pengelolaan
sampah, salah satunya adalah penerapan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle).

Dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah telah


mengatur mengenai bagaimana cara pengelolaan sampah rumah tangga. Cara pengelolaan yang
dimaksud dalam undang-undang tersebut adalah dengan menerapkan prinsip 3R yaitu meliputi
kegiatan pengurangan/pembatasan timbulan sampah (reduce), pemanfaatan kembali sampah
(reuse) dan pendauran ulang sampah (recycle). Prinsip 3R harus diterapkan dan menjadi alat
alternative dalam pemecahan untuk mengurangi permasalahan tingginya timbulan sampah di
TPS dan keterbatasan daya tampung. Karena penanganan permasalahan sampah yang kurang
tepat dapat mengancam aspek keindahan kota dan pencemaran lingkungan serta masalah
kesehatan.

Maka dari itu, dengan adanya peran Dinas daerah sebagai pelaksana dan penanggung
jawab dalam pengelolaan lingkungan hidup daerah menjadi sangat penting. Karena dengan

3
uraian tugas, pokok dan fungsi dan tanggung jawab yang jelas akan menjadi landasan yang kuat
dalam mengatasi berbagai permasalahan pengelolaan sampah yang ada di Kota Pekanbaru.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penyusun dapat menarik rumusan masalah yaitu
Bagaimana Peranan DLHK dalam Pengelolaan Sampah di Kota Pekanbaru?

1.3 Tujuan Penelitian


Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan penelitian ini adalah
untuk menganalisis peran organisasi daerah khususnya DLHK Kota Pekanbaru dalam
Pengelolaan sampah.

1.4 Manfaat Penelitian


a) Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang Ilmu Pemerintahan.
b) Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mendalami kajian yang
sama yang dilihat dari sudut pandang yang berbeda.

4
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIR

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Peran
Peran adalah perilaku individu yang diharapkan sesuai dengan posisi yang dimiliki. Peran
juga bisa diartikan sebagai suatu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, dan sikap yang
diharapkan dapat menggambarkan perilaku yang seharusnya diperlihatkan oleh individu
pemegang peran tersebut dalam situasi yang umumnya terjadi (Sarwono, 2012).
Menurut Soekanto (2007), peran dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu peran aktif, peran
partisipatife, peran passif.
a. Peran aktif merupakan peran yang diberikan oleh kelompok atau organisasi karena
kedudukannya di dalam organisasi sebagai kegiatan kelompok, seperti pengurus, pejabat dan
sebagainya.
b. Peran partisipatif ialah peran yang di berikan oleh anggota organisasi kepada organisasinya
yang telah memberikan sumbangsih yang berguna dan bermanfaat bagi organisasi tersebut.
c. Peran pasif merupakan sumbangan dari anggota kelompok yang bersifat pasif, yang mana
anggota kelompok mereka memberi kesempatan kepada fungsi-fungsi lain dalam kelompok agar
dapat berjalan dengan baik.

Menurut Pitana (dalam Ardianto, 2016), yang mengemukakan pemerintah daerah


memiliki peranan sebagai :

1. Koordinator, dalam pengelolaan sampah, peran DLHK Kota Pekanbaru sebagai kordinator
diperlukan agar upaya pengelolaan sampah dapat berjalan optimal. Pemerintah daerah serta
seluruh elemen masyarakat merupakan sasaran utama yang perlu untuk terus diberikan motivasi
agar terciptanya kota Pekanbaru sebagai kota yang memiliki lingkungan yang bersih dan asri.

5
2. Fasilitator, sebagai fasilitator dalam pengelolaan sampah, peran pemerintah daerah adalah
menyediakan segala fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung segala program yang
diadakan oleh DLHK Kota Pekanbaru. Adapula pada prakteknnya pemerintah daerah bisa
mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak, baik itu swasta maupun masyarakat.
Sebagaimana yang telah dilakukan oleh pemerinta Kota Pekanbaru dengan mengikutsertakan
pihak swasta dalam penanganan permasalahan sampah.

3. Stimulator, peran DLHK sebagai stimulator adalah pemerintah dapat menciptakan strategi
yang berguna untuk membangun dan meningkatkan pengelolaan sampah yang lebih baik di Kota
Pekanbaru.

2.1.2 Sampah
Hadiwiyoto (2013) menyatakan bahwa sampah merupakan bahan sisa, baik bahan yang
sudah tidak digunakan lagi (bahan bekas) maupun bahan yang sudah diambil bagian utamanya
dan ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi tidak memiliki nilai serta dari segi lingkungan dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan.
Besaran dan komposisi sampah yang dihasilkan dalam suatu wilayah ditentukan oleh beberapa
faktor yaitu:
(1) jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya;
(2) tingkat pendapatan dan pola konsumsi masyarakat;
(3) pola penyediaan kebutuhan hidup penduduknya;
(4) iklim dan musim.
Komposisi sampah menentukan pola penanganan yang dilakukan terhadap sampah.
Komposisi juga menentukan jenis dan kapasitas sarana, system, dan program pengelolaannya.
Komposisi sampah merupakan komponen sampah yang kemudian terbentuk menjadi satu
kesatuan. Komposisi sampah tidaklah sama berdasarkan sumber sampah karakteristik, kebiasaan
masyarakat dan juga keadaan ekonomi yang bermacam-macam serta proses pengelolaan sampah
di sumber sampah. Pada tabel 1.1 dapat di jumpai komposisi dan sumber sampah dari tiap-tiap
sumbernya
Tabel 2.1
Contoh Komposisi dan Sumber Sampah

6
Sumber Sampah Komposisi Sampah

Kantor Kertas
Kertas karton
Plastik
Cartridge printer bekas
Sampah bekas makanan
Kertas
Kapas bekas
Plastik (spuit bekas)
Kaca
Rumah Sakit atau Puskesmas Logam
Perban bekas
Sisa potongan jaringan tubuh
Sisa obat
Sampah bekas makanan
Sampah organic yang mudah membusuk
Pasar Kertas karton, karet dan kain
Kayu pengemas barang
Sampah bekas makanan
Warung Makan/Restoran Kertas pembungkus
Plastik pembungkus
Kertas
Lapangan Olahraga Plastik
Sampah makanan
Sisa potongan rumput
Lapangan Terbuka Ranting/daun kering
Potongan rambut
Kertas
Jalan dan Lapangan Plastik
Daun kering
Sampah makanan
Rumah Tangga Kertas/karton
Plastik, logam

7
Kain, daun dan ranting
Pecahan bata
Pecahan beton
Pembangunan Gedung/Konstruksi Pecahan genting
Kayu
Kertas
Plastik
Sumber : (Direktorat Jendral Cipta Karya, 2011)

1) Karakteristik Sampah
Selain komposisi, maka karakteristik lain yang bisa ditampilkan dalam pengelolaan
sampah adalah karakteritik fisika dan kimia. Karakteristik tersebut bervariasi, tergantung pada
komponen-komponen sampah. Sampah kota di negara yang berkembang akan jelas berbeda
karakteristiknya dengan sampah kota di negara yang maju.
Menurut Damanhuri (2010) Karakteristik sampah dapat dikelompokkan menurut sifat-sifatnya,
seperti:
- Karakteristik fisika, yang meliputi;
a) densitas,
b) kadar air,
c) kadar volatil,
d) kadar abu,
e) nilai kalor,
f) distribusi ukuran
- Karakteristik kimia, yang khususnya menggambarkan susunan kimia sampah tersebut yang
terdiri dari unsur kimia seperti C, N, O, P, H, S, dsb.

2) Sumber Sampah
Sesuai dengan UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sumber sampah
terdiri atas:
a) Sampah rumah tangga: sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari, namun tidak termasuk
limbah manusia (tinja) dan sampah spesifik.

8
b) Sampah yang serupa dengan sampah rumah tangga: sampah yang berada di daerah khusus,
daerah komersial, daerah industri, fasilitas sosial dan umum.

c) Sampah spesifik:

 Sampah yang mengandung racun (B3)


 Sampah yang muncul diakibatkan oleh bencana
 Sampah bongkaran bangunan
 Sampah yang belum dapat diolah secara teknologi
 Sampah yang muncul secara tidak berkala.

2.1.3 Pengelolaan Sampah


Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 mengenai Pengelolaan Sampah,yang dimaksud
pengelolaan sampah ialah aktifitas yang sistematis, mencakup keseluruhan serta pelaksanaan
yang berkelanjutan termasuk dalam pengurangan sampah dan penanganan sampah.
1. Pengurangan sampah, yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah sejak dari
produsen sampah (rumah tangga, pasar dan lainnya), mengguna ulang sampah dari
sumbernya dan/atau ditempat pengolahan, dan daur ulang sampah disumbernya dan atau
ditempat pengolahan. Pengurangan sampah akan diatur dalam peraturan Menteri
tersendiri, kegiatan yang termasuk dalam pengurangan sampah ini adalah:
a. Menetapkan sasaran pengurangan sampah
b. Mengembangkan Teknologi bersih dan label produk
c. Menggunakan bahan produksi yang dapat didaur ulang atau diguna ulang
d. Fasilitas kegiatan guna atau daur ulang
e. Mengembangkan kesadaran program guna ulang atau daur ulang
2. Penanganan sampah, yaitu rangkaian kegiatan penanganan sampah yang mencakup
pemilahan (pengelompokan dan pemisahan sampah menurut jenis dan sifatnya),
pengumpulan (memindahkan sampah dari sumber sampah ke TPS), pengangkutan
(kegiatan memindahkan sampah dari sumber TPS), pengolahan hasil akhir (mengubah
bentuk, komposisi, karakteristik dan jumlah sampah agar diproses lebih lanjut, yang
dimanfaatkan atau dikembalikan alam), dan pemrosesan aktif kegiatan pengolahan

9
sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya agar dapat dikembalikan ke media
lingkungan.

Pengelolaan sampah dengan paradigma baru dapat dilakukan dengan prinsip-prinsip yang
dapat diterapkan dalam keseharian, misalnya dengan menerapkan 3R, yaitu Reduce
(Mengurangi), Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (Mendaur Ulang). Penanganan
sampah berdasarkan prinsip 3R sangat efektif untuk diterapkan agar terwujudnya efisiensi dan
efektifitas dalam pengelolaan sampah kota sehingga mampu mengurangi anggaran pengelolaan
yang mengalami peningkatan tiap tahunnya. Bila sampah kota ditangani melalui konsep 3R,
maka sampah yang akan sampai di lokasi TPA hanya sekitar 20% saja. Hal ini akan sangat
meminimalisirkan biaya pengangkutan dan pembuangan akhir.
Tahap-tahap pengolahan sampah melalui paradigma 3R dapat disesuaikan dengan sumber
penghasil sampah, seperti daerah perumahan, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan daerah
komersial.
Tabel 2.2
Pengolahan Sampah 3R di Fasilitas Umum
Penanganan 3R Cara Pengerjaan
R-1  Gunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotokopi
 Gunakan alat tulis yang dapat disi kembali
 Sediakan jaringan informasi dengan computer (tanpa kertas)
 Maksimumkan penggunaan alat-alat penyimpan elektronik yang
dapat dihapus dan ditulis kembali
 Khusus untuk rumah sakit, gunakan incinerator untuk sampah
medis
 Gunakan produk yang dapat diisi ulang
 Kurangi penggunaan bahan sekali pakai
R-2  Gunakan alat kantor yang dapat digunakan berulang-ulang
 Gunakan peralatan penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan
ditulis kembali
R-3  Olah sampah kertas menjadi kertas kembali
 Olah sampah organic menjadi kompos
Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2006

Tabel 2.3
Pengolahan Sampah 3R di Daerah Perumahan dan Fasilitas Sosial

10
Penanganan 3R Cara Pengerjaan
R-1  Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan
sampah dalam jumlah besar
 Gunakan produk yang dapat diisi ulang
 Kurangi pembangunan bahan sekali pakai
 Jual atau berikan sampah yang telah terpilah kepada pihak yang
memerlukan
R-2  Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau
fungsi lainnya
 Gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang
 Gunakan batrai yang dapat diisi kembali
R-3  Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah
terurai
 Lakukan penanganan untuk sampah organic menjadi kompos
dengan berbagai cara yang telah ada (sesuai ketentuan) atau
manfaatkan sesuai dengan kreatifitas masing-masing.
 Lakukan penanganan sampah anorganik menjadi barang yang
bermanfaat.
Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2006

Tabel 2.4
Pengolahan sampah 3R di Daerah Komersial
Penanganan 3R Cara Pengerjaan
R-1  Berikan insentif oleh produsen bagi pembeli yang mengembalikan
kemasan yang dapat digunakan kembali
 Berikan tambahan biaya bagi pembeli yang meminta
kemasan/bungkusan untuk produk yang dibelinya
 Memberikan kemasan/bungkusan hanya pada produk yang benar-
benar memerlukannya
 Sediakan produk yang kemasannya tidak menghasilkan sampah
dalam jumlah besar
 Kenakan biaya tambahan untuk permintaan kantong plastic
belanjaan
 Jual atau berikan sampah yang telah terpilah kepada yang
memerlukannya
R-2  Gunakan kembali sampah yang masih dapat dimanfaatkan untuk
produk lain, seperti pakan ternak
 Berikan insentif bagi konsumen yang membawa wadah sendiri
atau wadah belanjaan yang diproduksi oleh swalayan yang
bersangkutan sebagai bukti pelanggan setia

11
 Sediakan perlengkapan untuk pengisian kembali produk umum isi
ulang (minyak, minuman ringan)
R-3  Jual produk-produk hasil daur ulang sampah lebih menarik
 Berilah insentif kepada masyarakat yang membeli barang hasil
daur ulang sampah
 Olah kembali buangan dari proses yang dilakukan sehingga
bermanfaat bagi proses lainnya
 Lakukan penanganan sampah organic menjadi kompos atau
memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan
 Lakukan penanganan sampah anorganik.
Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2006

2.2 Kerangka Pikir


Kerangka berfikir ini adalah suatu konsep dalam menganalisis fenomena yang bertujuan
untuk memberikan gambaran tentang pemecahan masalah yang dihadapi dalam penelitian
tentang peran DLHK di kota Pekanbaru dalam pengelolaan sampah , sesuai dengan konsep
maupun teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang di teliti. Adapun kerangka berfikir
dalam penelitian ini dijelaskan seperti gambar di bawah ini:

Gambar 1.1 Kerangka Pikir

Peran Pemerintah
Daerah
Peraturan Daerah No
8 Tahun 2014

Dinas Lingkungan Pengelolaan Sampah


Hidup dan Kebersihan
Kota Pekanbaru

Peranan Menurut
Pinata
Sistem Pengelolaan Sampah
 Koordinator Yang Terpadu untuk mendukung
 Fasilitator
BAB III pelaksanaan prinsip 3R
 Stimulator

12
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini berdesain deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif


sehingga data yang dihasilkan adalah berupa kata dan kalimat. Penelitian dengan pendekatan
kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan
dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh social yang tidak dapat dijelaskan,
diukur atau di gambarkan melalui pendekatan kuantitatif (Saryono,2010).

Desain penelitian deskriptif ini dilakukan untuk menerangkan, menguraikan dan


menganalisa data yang diperoleh melalui wawancara terhadap fenomena mengenai peranan
DLHK dalam pengelolaan sampah terutama di Kota Pekanbaru.

3.2 Unit Analisis

Dalam penelitian ini akan memperoleh informasi dari :

1. Kepala DLHK Kota Pekanbaru


2. Kepala Seksi Pengurangan Sampah DLHK Kota Pekanbaru

3.3 Informan

Tabel 2.5 Informan

No Nama Kedudukan Pendidikan


1. Zulfikri Kepala DLHK S1 Sarjana hukum
2. Rima Septisa Kepala seksi pengurangan S1 Sarjana ekonomi
sampah

3.4 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di dua tempat, yaitu di Kantor pusat Dinas Lingkungan
Hidup dan Kebersihan Kota Pekanbaru yang beralamat di Jl. Datuk Setia Maharaja No. 04, Kota
Pekanbaru.

3.5 Tahapan Penelitian

a. Tahap persiapan dilakukan dalam beberapa kegiatan, yaitu :


1. Menentukan masalah yang akan diteliti
2. Permasalahan yang akan diteliti berdasarkan fenomena yang terjadi

13
3. Melakukan studi kepustakaan
4. Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang jelas yang berkaitan
dengan variabel yang akan diteliti.
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan dengan pengumpulan data melalui wawancara dengan Kepala
DLHK kota pekanbaru dan kepala seksi pengurangan sampah pada hari selasa, 30 April
2019.

3.6 Jenis Penelitian dan Sumber Data

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sebagaimana dijelaskan oleh


(Sugiyono, 2012) bahwa penelitian dengan metode deskriptif kualitatif memiliki sifat-sifat
tertentu, yaitu :

1. Penelitian dengan metode Deskriptif kualitatif memusatkan pada pemecahan permasalahan


yang terjadi terutama fenomena yang bersifat aktual.
2. Penelitian deskriptif kualitatif menggunakan data yang telah ditelaah lalu
kemudian disusun, dideskripsikan serta dianalisa.

b. Sumber Data

Data yang telah dikumpulkan dan di telaah pada penelitian ini sebagian besar merupakan
data kualitatif. Data tersebut akan diklarifikasi lagi dari berbagai sumber. Sumber data yang akan
dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi :
1) Sumber Data Sekunder
a. Arsip dan dokumen resmi tentang persampahan di Kota Pekanbaru dari DLHK
b. Data Sarana dan Prasarana DLHK Kota Pekanbaru
c. Studi literatur terdahulu

2) Sumber Data Primer


Narasumber dalam penelitian antara lain Struktural DLHK dan pelaksana di DLHK Kota
Pekanbaru.

14
Pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan teknik sampel Purposive Random
Sampling. Purposive random sampling merupakan tehnik pengambilan sampel dengan
memperhatikan pertimbangan-pertimbangan yang dibuat oleh peneliti (Hadi, 2004). Oleh karena
itu untuk menggali peranan DLHK Kota Pekanbaru dalam Pengolahan sampah dengan
wawancara secara langsung dengan narasumber, Materi yang peneliti siapkan dalam wawancara
ini yaitu :
1) Peran DLHK terhadap pengolahan sampah di Kota Pekanbaru

2) Partisipasi masyarakat terkait kegiatan pengolahan sampah di Kota Pekanbaru yang telah
dilakukan oleh DLHK.

3.7 Teknik Pengumpulan Data


Sesuai dengan jenis penelitian kualitatif dan jenis sumber data yang akan dimanfaatkan,
maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Metode Wawancara
Pada penelitan ini peneliti menggunakan teknik berdasarkan teori Snowball Sampling,
yaitu seperti bola salju yang sangat kecil, kemudian menggelinding di bukit salju dan semakin
jauh dan menjadi semakin besar dan padat.
Menurut HB Soetopo (2012), peneliti bisa secara langsung datang memasuki lokasi
penelitian, dan bertanya mengenai topik yang diperlukan kepada siapapun. Peneliti kemungkinan
akan mendapatkan informasi yang terbatas. Namun boleh bertanya kepada informan pertama
untuk mengetahui kepada siapa bisa lebih mengetahui informasinya. Dalam hal ini peneliti akan
memilih informan yang dipandang paling tahu, sehingga kemungkinan pilihan informan dapat
berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data.
2) Observasi Langsung
Menurut HB Sutopo (2012) observasi ini dalam penelitian kualitatif sering disebut
sebagai “Observasi Partisipatif ”. Observasi langsung ini akan dilakukan dengan cara formal dan
informal, untuk mengamati berbagai kegiatan dan peristiwa yang terjadi pada kegiatan
pengelolaan sampah.
3) Dokumentasi

15
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dengan cara
mengutip data yang terdapat dari DLHK Kota Pekanbaru.

3.8 Teknik Analis Data


Analisa yang digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah
data yang dikumpulkan berupa studi kasus dan monografis, mudah diklasifikasikan dan
jumlahnya sedikit. Dengan menggunakan teknik analisa data yang didapat di dalam penelitian
tidak lagi dianalisis dengan menggunakan rumus numerik tetapi data yang didapatkan tersebut di
interpretasikan sesuai dengan tujuan penelitian.
Menurut Arikunto (1996) Prosedur dalam pengumpulan data sampai pada pengambilan
kesimpulan adalah sebagai berikut :
1) Mengumpulkan data dilapangan yang bersifat primer maupun sekunder yang bersifat
kualitatif.

2) Memeriksa data dan informasi yang telah diperoleh dilapangan.

3) Penyusunan klasifikasi data dan informasi di dalam data yang didapat.

4) Mendeskripsikan dan juga menganalisa.

5) Mengambil kesimpulan.

16
DAFTAR PUSTAKA

BB Puspa. 2017. Penerapan Pengelolaan Sampah yang Berkelanjutan di Kota Pekanbaru (skripsi).
Bandung (ID): Universitas Pasundan.

E Zuhriyanti. 2017. Peran Dinas Lingkungan Hidup Kota Cirebon dalam Pengolahan Sampah Tahun
2016 (skripsi). Yogyakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Husain, Aliamin Tabrani. (2016). Sistem Pengolahan Sampah di Tempat Pembuangan akhir (TPA) Muara
Fajar Kota Pekanbaru. JOM FISIP, 3(1), 1-13.

Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2014

Pratama, Jery Nov. (2018). Tata Kelola Sampah di Pekanbaru (Studi Kasus pada Bank Sampah di Kota
Pekanbaru Tahun 2016). JOM FISIP, 5(1), 1-15.

Rielasari, Irienda. (2018). Pengelolaan Sampah Kota Pekanbaru. JOM FISIP, 5(1), 1-12.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008

17

Anda mungkin juga menyukai