Penyusunan Skripsi
Disusun Oleh :
PEKANBARU
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala. karena berkat rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat beserta salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarganya, para
sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, aamiin.
Penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada
program ilmu pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Riau dengan
judul “PERANAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEBERSIHAN DALAM
PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA PEKANBARU”
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan
terimakasih kepada:
1. Dr. Ranggi Ade selaku dosen Metode Penelitian Sosial yang telah memberikan dorongan
dalam penulisan skripsi ini.
2. Kedua orangtua yang telah memberikan support dalam pembuatan skripsi ini.
3. Teman-teman sekelompok yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
4. Teman-teman dari kelompok lain yang juga telah membantu kelancaran dalam
pembuatan skripsi ini.
Semoga pengorbanan dan bimbingannya selama ini mendapat balasan dari Allah
Subhanahu wa ta’ala. Penulis menyadari banyak kekurangan dan kelemahan dari penulisan
skripsi ini, oleh karena itu penulis menantikan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
dan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua Amin Ya Robbal Alamiin.
Kelompok
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR SINGKATAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Tentang Peranan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota
Pekanbaru dalam Pengelolaan Sampah
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
adalah sampah yang berdasarkan sifat, tingkat konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan
pengelolaan lebih lanjut, Sumber sampah merupakan asal timbulan sampah, Penghasil sampah
adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang menghasilkan timbulan sampah.
Berdasarkan atas zat pembentuknya sampah dibedakan menjadi sampah organic(basah) dan
sampah anorganik (kering) [ CITATION INy11 \l 1033 ] . Sampah anorganic disebut sampah yang sulit
untuk membusuk dikarenakan sifatnya yang kering seperti kertas, plastic, potongan kain, logam,
gelas, karet, dsb. Sementara sampah organic disebut sebagai sampah yang mudah untuk membusuk
karena adanya aktivitas mikroorganisme, seperti daun, batang dan ranting pohon, sisa sayur mayor,
dsb.
Kota Pekanbaru merupakan salah satu kota yang memiliki perkembangan yang sangat
pesat untuk menuju ke kota metropolitan yang ada di Indonesia, sebagai Ibukota Provinsi Riau,
dengan luas wilayah ±632,26 km2 dan jumlah penduduk sebanyak 999.031 jiwa (BPS Kota
Pekanbaru Tahun 2013). Kota pekanbaru merupakan salah satu kota yang tidak luput dari masalah
sampah. Persoalan sampah sepertinya tidak pernah terselesaikan secara baik. Jumlah penduduk Kota
Pekanbaru yang mengalami peningkatan mengakibatkan besarnya timbulan sampah yang ada di kota
tersebut yaitu sekitar 1100 ton/hari untuk seluruh Kota Pekanbaru dan yang terangkut ke TPA hanya
sekitar 300-350 ton perhari (DLHK Kota Pekanbaru Tahun 2018), Ini berarti pengelolaan sampah yang
dilakukan belum optimal.
Konsekuensi dari perkembangan pertumbuhan Kota Pekanbaru mengakibatkan semakin besarnya
jumlah produksi sampah yang dihasilkan dan daya dukung lingkungan hidup yang semakin berkurang
terhadap sampah tersebut. Sehingga pemandangan sampah yang berserakan seakan menjadi hal yang
lumrah, tidak hanya lambatnya Pemerintah Kota Pekanbaru dalam menangani sampah terlebih lagi
masyarakatnya yang kurang sadar akan kebersihan. Minimnya TPS juga menyebabkan menumpuknya
sampah dimana-mana, dan adanya TPS gelap yang diciptakan oleh masyarakat akibat kurangnya
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah. Sehingga peningkatan volume sampah tidak sebanding
dengan TPS yang tersedia disetiap di wilayah Kota Pekanbaru.
Selain itu, pengelolaan sampah yang ada di Kota Pekanbaru belum menerapkan konsep
yang terintegrasi dengan baik dari satu tahap ke tahap lainnya. Akibatnya juga menimbulkan
banyak permasalahan seperti tempat sampah dan pemilahan sampah yang belum sesuai dengan
pengelompokan sampah sehingga menyebabkan ketidakefektifan dan penumpukan sampah di
TPS, kemudian pengumpulan dan pengangkutan sampah yang mencampurkan jenis sampah baik
2
sampah organic maupun anorganik, dan pengelolaan sampah yang belum optimal dalam
melibatkan partisipasi dari masyarakat.
Sampah-sampah yang terkumpul di setiap TPS akan diangkut ke TPA. Kota Pekanbaru
memiliki TPA yaitu TPA Muara Fajar 1 yang lokasinya terletak di Kelurahan Muara Fajar,
Kecamatan Rumbai Pesisir yang mempunyai luas keseluruhan 8,6 Ha dan sebagian besar telah
dijadikan tempat buangan sampah. TPA ini menampung sampah dari 12 Kecamatan yang ada di
Kota Pekanbaru. Sampah sampah tersebut berasal dari sampah taman kota, sampah jalan,
sampah perumahan, sampah non-medis rumah sakit, sampah perkantoran dan sampah pasar.
Dengan sampah yang masuk setiap harinya ke TPA Muara Fajar sebesar 306 ton/hari dari total
timbulan sampah di Kota Pekanbaru yang kurang lebih 1000 ton/hari. Dengan jumlah timbulan
sampah tersebut mengakibatkan penumpukan sampah akan cepat terjadi. Namun, pengelolaan
sampah di TPA Muara Fajar 1 hanya sebatas diratakan dengan beko dan kemudian ditimbun
dengan tanah untuk meminimalkan perkembangan bibit penyakit. Tetapi cara ini masih dianggap
kurang maksimal oleh DLHK Kota Pekanbaru, karena hanya bersifat sementara dan
membutuhkan timbunan tanah yang cukup banyak, terlebih lagi menimbang daya tampung di
TPA Muara Fajar 1 yang telah mencapai batas maksimum. Disatu pihak, jumlah sampah terus
bertambah dengan laju yang cukup cepat sedangkan dilain pihak kemampuan pengelolaan
sampah masih belum memadai. Oleh karena itu diperlukan metode lain dalam pengelolaan
sampah, salah satunya adalah penerapan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Maka dari itu, dengan adanya peran Dinas daerah sebagai pelaksana dan penanggung
jawab dalam pengelolaan lingkungan hidup daerah menjadi sangat penting. Karena dengan
3
uraian tugas, pokok dan fungsi dan tanggung jawab yang jelas akan menjadi landasan yang kuat
dalam mengatasi berbagai permasalahan pengelolaan sampah yang ada di Kota Pekanbaru.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penyusun dapat menarik rumusan masalah yaitu
Bagaimana Peranan DLHK dalam Pengelolaan Sampah di Kota Pekanbaru?
4
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIR
1. Koordinator, dalam pengelolaan sampah, peran DLHK Kota Pekanbaru sebagai kordinator
diperlukan agar upaya pengelolaan sampah dapat berjalan optimal. Pemerintah daerah serta
seluruh elemen masyarakat merupakan sasaran utama yang perlu untuk terus diberikan motivasi
agar terciptanya kota Pekanbaru sebagai kota yang memiliki lingkungan yang bersih dan asri.
5
2. Fasilitator, sebagai fasilitator dalam pengelolaan sampah, peran pemerintah daerah adalah
menyediakan segala fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung segala program yang
diadakan oleh DLHK Kota Pekanbaru. Adapula pada prakteknnya pemerintah daerah bisa
mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak, baik itu swasta maupun masyarakat.
Sebagaimana yang telah dilakukan oleh pemerinta Kota Pekanbaru dengan mengikutsertakan
pihak swasta dalam penanganan permasalahan sampah.
3. Stimulator, peran DLHK sebagai stimulator adalah pemerintah dapat menciptakan strategi
yang berguna untuk membangun dan meningkatkan pengelolaan sampah yang lebih baik di Kota
Pekanbaru.
2.1.2 Sampah
Hadiwiyoto (2013) menyatakan bahwa sampah merupakan bahan sisa, baik bahan yang
sudah tidak digunakan lagi (bahan bekas) maupun bahan yang sudah diambil bagian utamanya
dan ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi tidak memiliki nilai serta dari segi lingkungan dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan.
Besaran dan komposisi sampah yang dihasilkan dalam suatu wilayah ditentukan oleh beberapa
faktor yaitu:
(1) jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya;
(2) tingkat pendapatan dan pola konsumsi masyarakat;
(3) pola penyediaan kebutuhan hidup penduduknya;
(4) iklim dan musim.
Komposisi sampah menentukan pola penanganan yang dilakukan terhadap sampah.
Komposisi juga menentukan jenis dan kapasitas sarana, system, dan program pengelolaannya.
Komposisi sampah merupakan komponen sampah yang kemudian terbentuk menjadi satu
kesatuan. Komposisi sampah tidaklah sama berdasarkan sumber sampah karakteristik, kebiasaan
masyarakat dan juga keadaan ekonomi yang bermacam-macam serta proses pengelolaan sampah
di sumber sampah. Pada tabel 1.1 dapat di jumpai komposisi dan sumber sampah dari tiap-tiap
sumbernya
Tabel 2.1
Contoh Komposisi dan Sumber Sampah
6
Sumber Sampah Komposisi Sampah
Kantor Kertas
Kertas karton
Plastik
Cartridge printer bekas
Sampah bekas makanan
Kertas
Kapas bekas
Plastik (spuit bekas)
Kaca
Rumah Sakit atau Puskesmas Logam
Perban bekas
Sisa potongan jaringan tubuh
Sisa obat
Sampah bekas makanan
Sampah organic yang mudah membusuk
Pasar Kertas karton, karet dan kain
Kayu pengemas barang
Sampah bekas makanan
Warung Makan/Restoran Kertas pembungkus
Plastik pembungkus
Kertas
Lapangan Olahraga Plastik
Sampah makanan
Sisa potongan rumput
Lapangan Terbuka Ranting/daun kering
Potongan rambut
Kertas
Jalan dan Lapangan Plastik
Daun kering
Sampah makanan
Rumah Tangga Kertas/karton
Plastik, logam
7
Kain, daun dan ranting
Pecahan bata
Pecahan beton
Pembangunan Gedung/Konstruksi Pecahan genting
Kayu
Kertas
Plastik
Sumber : (Direktorat Jendral Cipta Karya, 2011)
1) Karakteristik Sampah
Selain komposisi, maka karakteristik lain yang bisa ditampilkan dalam pengelolaan
sampah adalah karakteritik fisika dan kimia. Karakteristik tersebut bervariasi, tergantung pada
komponen-komponen sampah. Sampah kota di negara yang berkembang akan jelas berbeda
karakteristiknya dengan sampah kota di negara yang maju.
Menurut Damanhuri (2010) Karakteristik sampah dapat dikelompokkan menurut sifat-sifatnya,
seperti:
- Karakteristik fisika, yang meliputi;
a) densitas,
b) kadar air,
c) kadar volatil,
d) kadar abu,
e) nilai kalor,
f) distribusi ukuran
- Karakteristik kimia, yang khususnya menggambarkan susunan kimia sampah tersebut yang
terdiri dari unsur kimia seperti C, N, O, P, H, S, dsb.
2) Sumber Sampah
Sesuai dengan UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sumber sampah
terdiri atas:
a) Sampah rumah tangga: sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari, namun tidak termasuk
limbah manusia (tinja) dan sampah spesifik.
8
b) Sampah yang serupa dengan sampah rumah tangga: sampah yang berada di daerah khusus,
daerah komersial, daerah industri, fasilitas sosial dan umum.
c) Sampah spesifik:
9
sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya agar dapat dikembalikan ke media
lingkungan.
Pengelolaan sampah dengan paradigma baru dapat dilakukan dengan prinsip-prinsip yang
dapat diterapkan dalam keseharian, misalnya dengan menerapkan 3R, yaitu Reduce
(Mengurangi), Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (Mendaur Ulang). Penanganan
sampah berdasarkan prinsip 3R sangat efektif untuk diterapkan agar terwujudnya efisiensi dan
efektifitas dalam pengelolaan sampah kota sehingga mampu mengurangi anggaran pengelolaan
yang mengalami peningkatan tiap tahunnya. Bila sampah kota ditangani melalui konsep 3R,
maka sampah yang akan sampai di lokasi TPA hanya sekitar 20% saja. Hal ini akan sangat
meminimalisirkan biaya pengangkutan dan pembuangan akhir.
Tahap-tahap pengolahan sampah melalui paradigma 3R dapat disesuaikan dengan sumber
penghasil sampah, seperti daerah perumahan, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan daerah
komersial.
Tabel 2.2
Pengolahan Sampah 3R di Fasilitas Umum
Penanganan 3R Cara Pengerjaan
R-1 Gunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotokopi
Gunakan alat tulis yang dapat disi kembali
Sediakan jaringan informasi dengan computer (tanpa kertas)
Maksimumkan penggunaan alat-alat penyimpan elektronik yang
dapat dihapus dan ditulis kembali
Khusus untuk rumah sakit, gunakan incinerator untuk sampah
medis
Gunakan produk yang dapat diisi ulang
Kurangi penggunaan bahan sekali pakai
R-2 Gunakan alat kantor yang dapat digunakan berulang-ulang
Gunakan peralatan penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan
ditulis kembali
R-3 Olah sampah kertas menjadi kertas kembali
Olah sampah organic menjadi kompos
Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2006
Tabel 2.3
Pengolahan Sampah 3R di Daerah Perumahan dan Fasilitas Sosial
10
Penanganan 3R Cara Pengerjaan
R-1 Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan
sampah dalam jumlah besar
Gunakan produk yang dapat diisi ulang
Kurangi pembangunan bahan sekali pakai
Jual atau berikan sampah yang telah terpilah kepada pihak yang
memerlukan
R-2 Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau
fungsi lainnya
Gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang
Gunakan batrai yang dapat diisi kembali
R-3 Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah
terurai
Lakukan penanganan untuk sampah organic menjadi kompos
dengan berbagai cara yang telah ada (sesuai ketentuan) atau
manfaatkan sesuai dengan kreatifitas masing-masing.
Lakukan penanganan sampah anorganik menjadi barang yang
bermanfaat.
Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2006
Tabel 2.4
Pengolahan sampah 3R di Daerah Komersial
Penanganan 3R Cara Pengerjaan
R-1 Berikan insentif oleh produsen bagi pembeli yang mengembalikan
kemasan yang dapat digunakan kembali
Berikan tambahan biaya bagi pembeli yang meminta
kemasan/bungkusan untuk produk yang dibelinya
Memberikan kemasan/bungkusan hanya pada produk yang benar-
benar memerlukannya
Sediakan produk yang kemasannya tidak menghasilkan sampah
dalam jumlah besar
Kenakan biaya tambahan untuk permintaan kantong plastic
belanjaan
Jual atau berikan sampah yang telah terpilah kepada yang
memerlukannya
R-2 Gunakan kembali sampah yang masih dapat dimanfaatkan untuk
produk lain, seperti pakan ternak
Berikan insentif bagi konsumen yang membawa wadah sendiri
atau wadah belanjaan yang diproduksi oleh swalayan yang
bersangkutan sebagai bukti pelanggan setia
11
Sediakan perlengkapan untuk pengisian kembali produk umum isi
ulang (minyak, minuman ringan)
R-3 Jual produk-produk hasil daur ulang sampah lebih menarik
Berilah insentif kepada masyarakat yang membeli barang hasil
daur ulang sampah
Olah kembali buangan dari proses yang dilakukan sehingga
bermanfaat bagi proses lainnya
Lakukan penanganan sampah organic menjadi kompos atau
memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan
Lakukan penanganan sampah anorganik.
Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2006
Peran Pemerintah
Daerah
Peraturan Daerah No
8 Tahun 2014
Peranan Menurut
Pinata
Sistem Pengelolaan Sampah
Koordinator Yang Terpadu untuk mendukung
Fasilitator
BAB III pelaksanaan prinsip 3R
Stimulator
12
METODE PENELITIAN
3.3 Informan
Penelitian ini akan dilakukan di dua tempat, yaitu di Kantor pusat Dinas Lingkungan
Hidup dan Kebersihan Kota Pekanbaru yang beralamat di Jl. Datuk Setia Maharaja No. 04, Kota
Pekanbaru.
13
3. Melakukan studi kepustakaan
4. Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang jelas yang berkaitan
dengan variabel yang akan diteliti.
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan dengan pengumpulan data melalui wawancara dengan Kepala
DLHK kota pekanbaru dan kepala seksi pengurangan sampah pada hari selasa, 30 April
2019.
a. Jenis Penelitian
b. Sumber Data
Data yang telah dikumpulkan dan di telaah pada penelitian ini sebagian besar merupakan
data kualitatif. Data tersebut akan diklarifikasi lagi dari berbagai sumber. Sumber data yang akan
dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi :
1) Sumber Data Sekunder
a. Arsip dan dokumen resmi tentang persampahan di Kota Pekanbaru dari DLHK
b. Data Sarana dan Prasarana DLHK Kota Pekanbaru
c. Studi literatur terdahulu
14
Pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan teknik sampel Purposive Random
Sampling. Purposive random sampling merupakan tehnik pengambilan sampel dengan
memperhatikan pertimbangan-pertimbangan yang dibuat oleh peneliti (Hadi, 2004). Oleh karena
itu untuk menggali peranan DLHK Kota Pekanbaru dalam Pengolahan sampah dengan
wawancara secara langsung dengan narasumber, Materi yang peneliti siapkan dalam wawancara
ini yaitu :
1) Peran DLHK terhadap pengolahan sampah di Kota Pekanbaru
2) Partisipasi masyarakat terkait kegiatan pengolahan sampah di Kota Pekanbaru yang telah
dilakukan oleh DLHK.
1) Metode Wawancara
Pada penelitan ini peneliti menggunakan teknik berdasarkan teori Snowball Sampling,
yaitu seperti bola salju yang sangat kecil, kemudian menggelinding di bukit salju dan semakin
jauh dan menjadi semakin besar dan padat.
Menurut HB Soetopo (2012), peneliti bisa secara langsung datang memasuki lokasi
penelitian, dan bertanya mengenai topik yang diperlukan kepada siapapun. Peneliti kemungkinan
akan mendapatkan informasi yang terbatas. Namun boleh bertanya kepada informan pertama
untuk mengetahui kepada siapa bisa lebih mengetahui informasinya. Dalam hal ini peneliti akan
memilih informan yang dipandang paling tahu, sehingga kemungkinan pilihan informan dapat
berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data.
2) Observasi Langsung
Menurut HB Sutopo (2012) observasi ini dalam penelitian kualitatif sering disebut
sebagai “Observasi Partisipatif ”. Observasi langsung ini akan dilakukan dengan cara formal dan
informal, untuk mengamati berbagai kegiatan dan peristiwa yang terjadi pada kegiatan
pengelolaan sampah.
3) Dokumentasi
15
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dengan cara
mengutip data yang terdapat dari DLHK Kota Pekanbaru.
5) Mengambil kesimpulan.
16
DAFTAR PUSTAKA
BB Puspa. 2017. Penerapan Pengelolaan Sampah yang Berkelanjutan di Kota Pekanbaru (skripsi).
Bandung (ID): Universitas Pasundan.
E Zuhriyanti. 2017. Peran Dinas Lingkungan Hidup Kota Cirebon dalam Pengolahan Sampah Tahun
2016 (skripsi). Yogyakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Husain, Aliamin Tabrani. (2016). Sistem Pengolahan Sampah di Tempat Pembuangan akhir (TPA) Muara
Fajar Kota Pekanbaru. JOM FISIP, 3(1), 1-13.
Pratama, Jery Nov. (2018). Tata Kelola Sampah di Pekanbaru (Studi Kasus pada Bank Sampah di Kota
Pekanbaru Tahun 2016). JOM FISIP, 5(1), 1-15.
Rielasari, Irienda. (2018). Pengelolaan Sampah Kota Pekanbaru. JOM FISIP, 5(1), 1-12.
17