DISUSUN OLEH :
Dosen Pengampu :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt Yang Maha Kuasa karena telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pengelolaan Sampah di Negara Jepang“. Atas rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan ketepatan waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan
Sampah Perkotaan yang diampu oleh Bapak Jecky Asmura.
Kami menyadari bahwa penyelesaian makalah ini masih tidak terlepas dari
motivasi dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Jecky Asmura, S.T., M.T.
selaku Dosen Mata Kuliah Pengelolaan Sampah Perkotaan yang telah
memberikan kami pengetahuan berkaitan dengan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan.
Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
membantu baik bentuk materi atau pengetahuan dan pengalaman serta
motivasi kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari
bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik secara sistematika
penulisan maupun penyajian.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari
para pembaca. Atas perhatian, saran dan kritikan dari pembaca kami
ucapkan terima kasih
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan.....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pola Pewadahan dan Pola Pengangkutan Sampah di Jepang................4
2.2 Jumlah Hasil Sampah dan Timbulan Sampah serta Sistematika Alur
Sampah…………....…..………………………………………………11
3.1 Kesimpulan...........................................................................................16
3.2 Saran.....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….…17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
`1
Kemajuan industri di Jepang yang dimulai semenjak Restorasi Meiji tahun
1868 telah menjadikan Jepang sebagai salah satu negara dengan perekonomian
kuat. Namun, ternyata hal tersebut juga membawa dampak yang sangat serius
terhadap lingkungan alamnya. Salah satu dampak yang sangat serius adalah
sampah (Norie Huddle, Michael Reich, 1975: 26). Sampah adalah masalah klasik
yang tidak kunjung mendapatkan solusinya, baik di negara maju maupun negara
berkembang. Negara maju seperti Jepang pun tidak luput dari masalah sampah.
Kemajuan industri, meningkatnya taraf hidup menyebabkan bertambahnya jumlah
produksi barang-barang di Jepang. Hal itu juga menyebabkan bertambahnya
jumlah sampah di Jepang.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pola Pewadahan dan Pola Pengangkutan Sampah?
2. Berapa Jumlah Hasil Sampah dan Timbulan serta Sistematika Alur
Pengangkutan Sampah di Jepang?
3. Bagaimana Kebijakan Unik dan Cerdas Pemerintah Jepang dalam
Pengelolaan Sampah?
4. Bagaimana Pola Pemrosesan Akhir dan Cara Mengedukasi Masyarakat?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pola Pewadahan dan Pola Pengangkutan Sampah
2. Untuk mengetahui Jumlah Hasil Sampah dan Timbulan Sampah serta
Sistematika Alur Pengangkutan Sampah di Jepang
3. Untuk mengetahui Kebijakan Unik dan Cerdas Pemerintah Jepang dalam
Pengelolaan Sampah
4. Untuk mengetahui Pola Pemrosesan Akhir dan Cara Mengedukasi
Masyarakat
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
6. Memiliki tutup supaya higienis;
7. Mudah diperoleh; dan
8. Volume pewadahan untuk sampah yang dapat digunakan ulang, untuk
9. sampah yang dapat didaur ulang, dan untuk sampah lainnya minimal 3
10. hari serta 1 hari untuk sampah yang mudah terurai.
Persyaratan Sarana Pewadahan yaitu jumlah sarana harus sesuai dengan jenis
pengelompokan sampah, diberi label atau tanda, dan dibedakan berdasarkan
warna, bahan, dan bentuk.
Jepang adalah salah satu negara yang berhasil dalam mengelola sampah.
Penduduk di jepang memiliki kesadaran yang tinggi terhadap lingkungan. Setiap
daerah di Jepang memiliki aturan pemilahan yang berbeda-beda. Bila di Indonesia
baru tersedia sebuah UU yang mengatur pengelolaan sampah, maka di jepang
tersedia paling tidak 9 UU yang terkait dengan sampah, yaitu:
5
Best practice pemilahan sampah di Jepang adalah Desa Kamikatsu. Desa
Kamikatsu memisahkan sampah sebanyak 45 jenis sampah. Pemilahan sampah ini
bertujuan untuk memudahkan sampah untuk di daur ulang, mengurangi resiko
dari bercampurnya sampah. Awalnya, Desa Kamikatsu menerapkan penggunaan
incenerator untuk mengolah sampahnya, namun penduduk setempat menyadari
bahwa pembakaran sampah dapat merusak lingkungan sekitar.
D
esa Kamikatsu
Kamikatsu merupakan kota kecil yang berada di antara perbukitan, lebih tepatnya
di utara Perfektur Tokushima dan berjarak sekitar satu jam perjalanan dari ibu
kota. Desa Kamikatsu memiliki ambisi untuk menjadi kota “Zero Waste Town”.
Tentunya, proses zero-waste ini tidak berlangsung secara instan. Apalagi, tidak
ada truk sampah yang bertugas mengangkut sampah, sehingga tiap penduduk
harus mengantarkan sampah mereka sendiri ke pusat daur ulang. Kebiasaan
memilah sampah tidak serta merta terjadi, namun membutuhkan waktu yang lama.
Salah satu upaya pemerintah setempat untuk mewujudkan Zero Waste Town
adalah mengeluarkan regulasi pemilahan sampah.
6
Jenis Pemilahan
7
8
Jenis Pemilahan Sampah Desa Kamikatsu
2.2 Jumlah Hasil Sampah dan Timbulan Sampah serta Alur Sitematika
Pengangkutan Sampah di Jepang
Individual yang dimaksud dalam bagan adalah sampah rumah tangga. Baik
sampah perusahaan maupun ampah rumah tangga biasanya diangkut oleh truk
khusus sampah dua kali seminggu. Setiap wilayah berbeda-beda waktu
pengambilan sampahnya.
9
Pemerintah daerah menyediakan truk-truk sampah ini dilengkapi alat penggilas
yang dapat menghancurkan sampah yang ada di dalam truk tersebut. Contoh
waktu pengambilan sampahnya, pengumpulan sampah yang tidak dapat dibakar
hari Selasa, dan Kamis. Waktu pengumpulan sampah yang dapat digunakan
kembali seminggu 1 kali hari Senin. Waktu pengumpulan sampah dalam bentuk
besar yaitu dengan cara mendaftar melalui telepon.
Sampah dibagi menjadi dua kategori umum, yaitu sampah umum dan
sampah industri. Sampah umum adalah sampah dapur dan sampah besar yang
dihasilkan oleh rumah tangga, dan sampah kertas yang dihasilkan oleh kantor-
kantor. Sedangkan, sampah industri adalah sampah yang dihasilkan oleh pabrik
seperti bara api, minyak, lumpur, dan lain-lain.
Pemerintah Jepang mulai membuat kebijakan baru mengenai sampah yaitu
dengan membuat undang-undang mengenai pengelolaan sampah seperti:
1. Waste Management Law, pada tahun 1970 mengenai hukum pengelolaan
limbah,
2. Law for Promotion of Utilizaton of Recycled Reseources pada tahun 1991
tentang hukum untuk promosi pemanfaatan sumber daya daur ulang,
3. Containers and Packaging Recycling Law pada tahun 1995 tentang hukum
daur ulang wadah dan pengemasan,
4. Home Appliance Recycling Law pada tahun 1998 tentang hukum daur
ulang alat rumah tangga, sampai tahun 2000
5. Foundation Law for Establishing a Sound Material-Cycle Society, Law for
Promotion of Effective Utilization of Resources, Green Purchasing Law,
dan Food Recycling Law tentang hukum dasar untuk membangun
masyarakat yang sehat, hukum untuk promosi pemanfaatan sumber daya
secara efektif, hukum pembelian hijau dan hukum daur ulang makanan
(MOE: Ministry of the Environment of Japan, 2003).
10
2.3 Kebijakan Unik dan Cerdas Pemerintah Jepang dalam Pengelolaan
11
Gas buangan dari insinerator pun diproses dengan menggunakan teknologi
penyaringan agar bersih dari debu, dioksin, merkuri, dan zatzat berbahaya lainnya.
Dengan kata lain, semua tempat pembakaran sampah di Jepang, khususnya Tokyo
mendapat bahan bakar dari sampah itu sendiri dan menyuplai tenaga ke
lingkungan sekitar untuk fasilitas-fasilitas kesejahteraan dan fasilitas-fasilitas
lainnya.
Tokyo memiliki dua puluh satu tempat pembakaran sampah yang tersebar.
Tempat pembakaran sampah tersebut mulai dibangun sejak tahun 1980an. Pada
saat itu, jumlah sampah di Jepang meningkat drastis dan mengakibatkan polusi
dan pencemaran lingkungan karena sampah-sampah tersebut dibakar
sembarangan. Oleh karena itu, pemerintah mulai membangun tempat pembakaran
sampah yang dikelola dengan teknologi tinggi.
12
Selain kedua kantong plastik tersebut, ada beberapa kategori lainnya, yaitu: botol
PET, botol beling, kaleng, batu betere, barang pecah belah, sampah besar dan
elektronik yang masing-masing memiliki cara pengelolaan dan jadwal
pembuangan berbeda. Sebagai ilustrasi, cara membuang botol minuman plastik
adalah botol PET dibuang di keranjang kuning. Setelah sebelumnya label plastik
yang menempel di botol itu kita copot dan penutup botol kita lepas, label dan
penutup botol plastik harus masuk ke kantong sampah berwarna merah dan
dibuang setiap hari kamis. Apabila dalam label tersebut ada label harga yang
terbuat dari kertas, pisahkan label kertas tersebut dan masukkan ke kantong
sampah berwarna hijau dan buang setiap hari Selasa.
13
Selanjutnya, sampah-sampah tersebut akan diangkut ke bank sampah yang
memiliki lahan pengolahan. Sampah plastik yang sudah dipadatkan bisa diolah
menjadi benang fiber untuk bahan baku pakaian. Sedangkan sampah botol kaca
diolah menjadi bahan paving jalan atau botol kaca baru. Proses pemilahan dan
pengolahan tersebut merupakan langkah efektif yang membuat jumlah sampah di
Jepang berkurang drastis.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan sampah di
Jepang telah menjadi suatu budaya, karena tidak hanya dipandang sebagai suatu
hukum atau peraturan yang dibuat semata, tetapi juga merupakan kebiasaan,
moral, kesenian bahkan kepercayaan. Adanya aturan-aturan yang jelas dalam
pengelolaan sampah di Jepang, penyampaian informasi yang jelas dan konsisten,
ditambah pula koordinasi dan kerja sama yang baik antara pemerintah dan
masyarakat menyebabkan pengelolaan sampah yang baik dan benar dapat
terwujud di Jepang. Dapat dilihat pula, bahwa sistem pengelolaan sampah, di
Jepang memberikan porsi yang besar kepada masyarakat untuk saling bekerja
sama dan terlibat dalam menghadapi berbagai persoalan sampah yang terjadi. Hal
ini, sesuai dengan teori keteraturan sosial bahwa kondisi keteraturan hanya dapat
dicapai apabila ada koordinasi dan kooperasi dari tiap individu sebagai anggota
masyarakat. Benar adanya, bahwa kehidupan sosial masyarakat Jepang
mempengaruhi pengelolaan sampah di Jepang. Hal inilah yang telah menjadikan
Negara Sakura tersebut terdepan dalam hal penanganan sampah.
3.2 Saran
Masyarakat Jepang harus lebih memiliki kesadaran yang dan berperan
dibidang sosialisasi untuk mempengaruhi keberhasilan pengelolaan sampah di
Jepang. Bidang sosialisasi sebagai pelaku praktik sosial memegang peranan yang
sangat penting dalam menjaga keteraturan. Bidang yang paling penting dalam
keberhasilan pengelolaan sampah di Jepang adalah pendidikan. Di Jepang,
pendidikan mengenai lingkungan dimasukkan dalam kurikulum sekolah, bahkan
diberikan sejak sekolah tingkat dasar.
16
DAFTAR PUSTAKA