Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN

“Pengelolaan Sampah di Negara Jepang”

DISUSUN OLEH :

Bagus Duhan Irfandy (2007110727)

Fair Rizani Amelia (2007113894)

Febi Vatika Sari (2007110742)

Ghulami Afra Rulya (2007113891)

Nesya Billa Sausan (2007113909)

Rahmita Khairani Asrar (2007125762)

Rusydi Akbar (1907124729)

Dosen Pengampu :

Jecky Asmura, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt Yang Maha Kuasa karena telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pengelolaan Sampah di Negara Jepang“. Atas rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan ketepatan waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan
Sampah Perkotaan yang diampu oleh Bapak Jecky Asmura.

Kami menyadari bahwa penyelesaian makalah ini masih tidak terlepas dari
motivasi dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Jecky Asmura, S.T., M.T.
selaku Dosen Mata Kuliah Pengelolaan Sampah Perkotaan yang telah
memberikan kami pengetahuan berkaitan dengan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan.

Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
membantu baik bentuk materi atau pengetahuan dan pengalaman serta
motivasi kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari
bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik secara sistematika
penulisan maupun penyajian.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari
para pembaca. Atas perhatian, saran dan kritikan dari pembaca kami
ucapkan terima kasih

Pekanbaru, 20 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................3

1.3 Tujuan.....................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pola Pewadahan dan Pola Pengangkutan Sampah di Jepang................4

2.2 Jumlah Hasil Sampah dan Timbulan Sampah serta Sistematika Alur

Pengangkutan Sampah di Jepang...........................................................9

2.3 Kebijakan Unik dan Cerdas Pemerintah Jepang dalam Pengelolaan

Sampah…………....…..………………………………………………11

2.4 Pola Pemrosesan Akhir dan Cara Mengedukasi Masyarakat...............14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...........................................................................................16

3.2 Saran.....................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….…17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persoalan sampah mungkin menjadi masalah tanpa solusi bagi negara-negara
berkembang, namun tidak bagi negara maju seperti di Jepang yang mempunyai
aturan mengenai tempat pengolahan sampah terpadu yang tersedia di daerahnya.
Secara umum, cara pemisahan sampah di Jepang menggunakan konsep 3R, yaitu
hemat (reduce), penggunaan kembali (reuse), dan resource cycle (mendaur ulang
limbah) yang sedapat mungkin diarahkan pada konsep penggunaan kembali
(reuse). Sebagai contoh adalah isi ulang botol minuman, reparasi barang atau alat
yang rusak (mobil, komputer, meja, mesin tulis, kursi dan sebagainya), isi aki atau
baterai. Tindakan ini berarti mengurangi terjadinya timbunan alat-alat yang rusak
(Mohamad Soerjani, 2008:53).

Untuk mempelajari teknologi pengelolaan sampah di Jepang, diperlukan


penyuluhan yang tepat sasaran. Perubahan lingkungan pun akan berjalan menjadi
lingkungan yang kondusif untuk dijadikan tempat tinggal. Banyak manfaat yang
dapat dijadikan jika sama-sama sadar akan pentingnya kebersihan di sekitar kita,
seperti terhindarnya dari penyakit yang disebabkan lingkungan yang tidak sehat,
lingkungan menjadi sejuk, bebas dari polusi udara, dan lebih tenang dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari. Menurut World Bank (1999:43) urbanisasi,
kemajuan industri, meningkatnya taraf hidup menyebabkan semakin
meningkatnya kekacauan lingkungan alam hampir di setiap kota besar di dunia.
Kebutuhan sumber daya alam akan semakin tinggi seiring semakin tinggi jumlah
dan kebutuhan penduduk. Hal ini mengundang resiko pencemaran dan perusakan
alam. Tekanan tersebut menyebabkan adanya gangguan dan perusakan fungsi
dasar alam, struktur ekosistem, dan polusi. Jepang merupakan salah satu negara
industri terbesar dan juga merupakan salah satu negara terpolusi di dunia.

`1
Kemajuan industri di Jepang yang dimulai semenjak Restorasi Meiji tahun
1868 telah menjadikan Jepang sebagai salah satu negara dengan perekonomian
kuat. Namun, ternyata hal tersebut juga membawa dampak yang sangat serius
terhadap lingkungan alamnya. Salah satu dampak yang sangat serius adalah
sampah (Norie Huddle, Michael Reich, 1975: 26). Sampah adalah masalah klasik
yang tidak kunjung mendapatkan solusinya, baik di negara maju maupun negara
berkembang. Negara maju seperti Jepang pun tidak luput dari masalah sampah.
Kemajuan industri, meningkatnya taraf hidup menyebabkan bertambahnya jumlah
produksi barang-barang di Jepang. Hal itu juga menyebabkan bertambahnya
jumlah sampah di Jepang.

Bertambahnya jumlah sampah dan sempitnya lahan yang dimiliki, membuat


pemerintah Jepang mulai memperhatikan masalah sampah dengan serius.
Pembakaran dan penimbunan adalah dua cara utama dalam mengatasi masalah
sampah di Jepang, namun seiring perkembangan waktu, dua cara tersebut ternyata
belum bisa menyelesaikan masalah sampah di Jepang. Pemerintah Jepang mulai
membuat kebijakan baru mengenai sampah yaitu dengan membuat undang-
undang mengenai pengelolaan sampah seperti: Waste Management Law, pada
tahun 1970 mengenai hukum pengelolaan limbah, kemudian bertambah Law for
Promotion of Utilizaton of Recycled Reseources pada tahun 1991 tentang hukum
untuk promosi pemanfaatan sumber daya daur ulang, bertambah lagi Containers
and Packaging Recycling Law pada tahun 1995 tentang hukum daur ulang wadah
dan pengemasan, lalu bertambah lagi Home Appliance Recycling Law pada tahun
1998 tentang hukum daur ulang alat rumah tangga, sampai tahun 2000 masih tetap
bertambah lagi Foundation Law for Establishing a Sound Material-Cycle Society,
Law for Promotion of Effective Utilization of Resources, Green Purchasing Law,
dan Food Recycling Law tentang hukum dasar untuk membangun masyarakat
yang sehat, hukum untuk promosi pemanfaatan sumber daya secara efektif,
hukum pembelian hijau dan hukum daur ulang makanan (MOE: Ministry of the
Environment of Japan, 2003).

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pola Pewadahan dan Pola Pengangkutan Sampah?
2. Berapa Jumlah Hasil Sampah dan Timbulan serta Sistematika Alur
Pengangkutan Sampah di Jepang?
3. Bagaimana Kebijakan Unik dan Cerdas Pemerintah Jepang dalam
Pengelolaan Sampah?
4. Bagaimana Pola Pemrosesan Akhir dan Cara Mengedukasi Masyarakat?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pola Pewadahan dan Pola Pengangkutan Sampah
2. Untuk mengetahui Jumlah Hasil Sampah dan Timbulan Sampah serta
Sistematika Alur Pengangkutan Sampah di Jepang
3. Untuk mengetahui Kebijakan Unik dan Cerdas Pemerintah Jepang dalam
Pengelolaan Sampah
4. Untuk mengetahui Pola Pemrosesan Akhir dan Cara Mengedukasi
Masyarakat

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pola Pewadahan dan Pola Pengangkatan Sampah


Wadah sampah adalah tempat untuk menyimpan sampah sementara di sumber
sampah. Sedangkan pewadahan sampah adalah kegiatan menampung sampah
sementara sebelum sampah dikumpulkan, dipindahkan, diangkut, diolah, dan
dilakukan pemrosesan akhir sampah di TPA. Tujuan utama dari pewadahan
adalah untuk menghindari terjadinya sampah yang berserakan sehingga tidak
berdampak buruk kepada kesehatan, kebersihan lingkungan, dan estetika. Dan
emudahkan proses pengumpulan sampah dan tidak membahayakan petugas
pengumpul sampah.

Pola pewadahan terbagi menjadi 2 yaitu :

1. Pewadahan Individual, diperuntukan bagi daerah permukiman tinggi


dan daerah komersial. Bentuk yang dipakai tergantung setara dan
kemampuan pengadaannya dari pemiliknya.
2. Pewadahan Komunal, diperuntukan bagi daerah pemukiman
sedang/kumuh, taman kota, jalan pasar. Bentuknya ditentukan oleh
pihak instansi pengelola karena sifat penggunaannnya adalah umum.

Kriteria Sarana Pewadahan dan Pemilihan sarana pewadahan sampah


mempertimbangkan volume sampah, jenis sampah, penempatan, jadwal
pengumpulan, jenis sarana pengumpulan dan pengangkutan.

Kriteria sarana pewadahan sampah dengan pola pewadahan individual adalah :

1. Kedap air dan udara;


2. Mudah dibersihkan;
3. Harga terjangkau;
4. Ringan dan mudah diangkat;
5. Bentuk dan warna estetis;

4
6. Memiliki tutup supaya higienis;
7. Mudah diperoleh; dan
8. Volume pewadahan untuk sampah yang dapat digunakan ulang, untuk
9. sampah yang dapat didaur ulang, dan untuk sampah lainnya minimal 3
10. hari serta 1 hari untuk sampah yang mudah terurai.

Persyaratan Sarana Pewadahan yaitu jumlah sarana harus sesuai dengan jenis
pengelompokan sampah, diberi label atau tanda, dan dibedakan berdasarkan
warna, bahan, dan bentuk.

Jepang adalah salah satu negara yang berhasil dalam mengelola sampah.
Penduduk di jepang memiliki kesadaran yang tinggi terhadap lingkungan. Setiap
daerah di Jepang memiliki aturan pemilahan yang berbeda-beda. Bila di Indonesia
baru tersedia sebuah UU yang mengatur pengelolaan sampah, maka di jepang
tersedia paling tidak 9 UU yang terkait dengan sampah, yaitu:

a. Masyarakat berbasis daur-bahan (material-cycle society)


b. Pengolahan limbah dan kebersihan
c. Penggunaan secara efektif sumberdaya
d. Recycling wadah dan pengemas
e. Recycling peralaan rumah tangga
f. Recycling sisa makanan
g. Recycling puing bangunan
h. Recycling end of life kendaraan
i. Promosi produk hijau

5
Best practice pemilahan sampah di Jepang adalah Desa Kamikatsu. Desa
Kamikatsu memisahkan sampah sebanyak 45 jenis sampah. Pemilahan sampah ini
bertujuan untuk memudahkan sampah untuk di daur ulang, mengurangi resiko
dari bercampurnya sampah. Awalnya, Desa Kamikatsu menerapkan penggunaan
incenerator untuk mengolah sampahnya, namun penduduk setempat menyadari
bahwa pembakaran sampah dapat merusak lingkungan sekitar.

D
esa Kamikatsu

Kamikatsu merupakan kota kecil yang berada di antara perbukitan, lebih tepatnya
di utara Perfektur Tokushima dan berjarak sekitar satu jam perjalanan dari ibu
kota. Desa Kamikatsu memiliki ambisi untuk menjadi kota “Zero Waste Town”.
Tentunya, proses zero-waste ini tidak berlangsung secara instan. Apalagi, tidak
ada truk sampah yang bertugas mengangkut sampah, sehingga tiap penduduk
harus mengantarkan sampah mereka sendiri ke pusat daur ulang. Kebiasaan
memilah sampah tidak serta merta terjadi, namun membutuhkan waktu yang lama.
Salah satu upaya pemerintah setempat untuk mewujudkan Zero Waste Town
adalah mengeluarkan regulasi pemilahan sampah.

6
Jenis Pemilahan

Pemilahan sampah di Kamikatsu dikategorikan menjadi 45 jenis. Pemilahan


sampah dilakukan sejak dari sumber sampah yakni rumah tangga. Sampah non
organik dicuci di rumah masing-masing. Setelah sampah dipilah dari sumber,
sampah tersebut akan dibawa ke pusat pemilahan sampah Hibbigatani Waste and
Resources Station. Di pusat pemilahan, sampah kembali dipilah sendiri oleh
penduduk. Stasiun pemilahan ini dibuka tiap hari dari pukul 07.30 pagi – 02.00
siang. Penduduk setempat dapat membawa sampah kapan saja selama jam kerja.
Di pusat pemilahan ini, staf akan membantu jika mengalami kesulitan pada saat
memilah sampah.

Pemilahan Sampah Desa Kamikatsu

7
8
Jenis Pemilahan Sampah Desa Kamikatsu

2.2 Jumlah Hasil Sampah dan Timbulan Sampah serta Alur Sitematika
Pengangkutan Sampah di Jepang

Individual yang dimaksud dalam bagan adalah sampah rumah tangga. Baik
sampah perusahaan maupun ampah rumah tangga biasanya diangkut oleh truk
khusus sampah dua kali seminggu. Setiap wilayah berbeda-beda waktu
pengambilan sampahnya.

9
Pemerintah daerah menyediakan truk-truk sampah ini dilengkapi alat penggilas
yang dapat menghancurkan sampah yang ada di dalam truk tersebut. Contoh
waktu pengambilan sampahnya, pengumpulan sampah yang tidak dapat dibakar
hari Selasa, dan Kamis. Waktu pengumpulan sampah yang dapat digunakan
kembali seminggu 1 kali hari Senin. Waktu pengumpulan sampah dalam bentuk
besar yaitu dengan cara mendaftar melalui telepon.
Sampah dibagi menjadi dua kategori umum, yaitu sampah umum dan
sampah industri. Sampah umum adalah sampah dapur dan sampah besar yang
dihasilkan oleh rumah tangga, dan sampah kertas yang dihasilkan oleh kantor-
kantor. Sedangkan, sampah industri adalah sampah yang dihasilkan oleh pabrik
seperti bara api, minyak, lumpur, dan lain-lain.
Pemerintah Jepang mulai membuat kebijakan baru mengenai sampah yaitu
dengan membuat undang-undang mengenai pengelolaan sampah seperti:
1. Waste Management Law, pada tahun 1970 mengenai hukum pengelolaan
limbah,
2. Law for Promotion of Utilizaton of Recycled Reseources pada tahun 1991
tentang hukum untuk promosi pemanfaatan sumber daya daur ulang,
3. Containers and Packaging Recycling Law pada tahun 1995 tentang hukum
daur ulang wadah dan pengemasan,
4. Home Appliance Recycling Law pada tahun 1998 tentang hukum daur
ulang alat rumah tangga, sampai tahun 2000
5. Foundation Law for Establishing a Sound Material-Cycle Society, Law for
Promotion of Effective Utilization of Resources, Green Purchasing Law,
dan Food Recycling Law tentang hukum dasar untuk membangun
masyarakat yang sehat, hukum untuk promosi pemanfaatan sumber daya
secara efektif, hukum pembelian hijau dan hukum daur ulang makanan
(MOE: Ministry of the Environment of Japan, 2003).

10
2.3 Kebijakan Unik dan Cerdas Pemerintah Jepang dalam Pengelolaan

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa selain dibuat kategorisasi


sampah, terdapat pula hukuman atas pelanggaran-pelanggaran ketentuan
pengelolaan sampah. Misalnya, apabila tidak mematuhi peraturan mengenai
pengelolaan sampah (sampah tidak dipisahkan-pisahkan berdasarkan
kelompoknya, tidak dikumpulkan sesuai jadwal pembuangan, atau tidak ditulis
nama pemilik sampah pada plastik yang digunakan untuk membuang sampah)
maka sampah-sampah tersebut akan dikembalikan kepada pemiliknya dan akan
diberi surat peringatan. Pelanggaran dalam pengelolaan sampah atau membuang
sampah sembarangan akan dikenai hukuman dan denda karena telah melakukan
kejahatan lingkungan atau environmental crime. Kasus pelanggaran ini banyak
terjadi pada jenis sampah besar, karena ingin menghindari kewajiban membayar
pada saat membuangnya. Hukuman bagi kejahatan ini adalah lima tahun penjara
dan denda sepuluh juta yen. Denda atau hukuman bagi pelanggaran pengelolaan
sampah berbeda-beda di tiap daerah Tokyo.

Setelah sampah dikumpulkan di tempat-tempat yang telah ditentukan,


kemudian sampah-sampah tersebut diangkut dengan truk sampah. Moeru gomi
tidak langsung dibakar begitu saja. Moeru gomi tersebut ditimbang terlebih
dahulu, kemudian baru dimasukkan ke lubang sampah atau refuse bunker. Hal itu
dilakukan untuk mengurangi efek negatif dari perbedaan ukuran sampah dan
tingkat kelembaban sampah yang dapat memengaruhi proses pembakaran. Setelah
itu, sampah-sampah tersebut dimasukkan ke dalam incinerator atau dalam bahasa
Indonesia disebut dengan insinerator, yaitu tungku perapian atau alat pembakaran
sampah. Insinerator tersebut beroperasi terus menerus selama 24 jam setiap hari
dengan suhu 8000 C untuk menghindari gas emisi beracun. Insinerator tidak
membutuhkan bahan bakar khusus karena sampah-sampah yang dibakar otomatis
merupakan bahan bakar dari insinerator tersebut. Abu dari pembakaran kemudian
dilebur pada suhu 12000 C dan digunakan untuk materi konstruksi sebagai
pengganti pasir.

11
Gas buangan dari insinerator pun diproses dengan menggunakan teknologi
penyaringan agar bersih dari debu, dioksin, merkuri, dan zatzat berbahaya lainnya.
Dengan kata lain, semua tempat pembakaran sampah di Jepang, khususnya Tokyo
mendapat bahan bakar dari sampah itu sendiri dan menyuplai tenaga ke
lingkungan sekitar untuk fasilitas-fasilitas kesejahteraan dan fasilitas-fasilitas
lainnya.

Tokyo memiliki dua puluh satu tempat pembakaran sampah yang tersebar.
Tempat pembakaran sampah tersebut mulai dibangun sejak tahun 1980an. Pada
saat itu, jumlah sampah di Jepang meningkat drastis dan mengakibatkan polusi
dan pencemaran lingkungan karena sampah-sampah tersebut dibakar
sembarangan. Oleh karena itu, pemerintah mulai membangun tempat pembakaran
sampah yang dikelola dengan teknologi tinggi.

Beberapa lokasi pembakaran sampah bahkan terletak di tengah kota,


seperti tempat pembakaran di daerah Shibuya yang dekat dengan stasiun kereta
Shibuya dan tempat pembakaran Toshima yang dekat dengan stasiun kereta
Ikebukuro. Proses untuk moenai gomi jauh lebih sederhana. Pertama sampah
tersebut dipilah-pilah terlebih dahulu sebelum dikirim ke tempat insinerasi khusus
untuk moenai gomi dan kemudian dikirim ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Sampah daur ulang di Tokyo menurut data tahun 2006 terdiri dari 72% kertas dan
72% kayu. Sampah besar atau ōkina gomi setelah dikumpulkan kemudian
dihancurleburkan. Hasil dari penghancuran tersebut dapat dijual sebagai sumber
bahan-bahan konstruksi, dikirim ke TPA atau dibakar dalam insinerator sebelum
dikirim ke TPA (Tokyo Metropolitan Government, Bureau of Environment,
2005:1-2).

Jepang sangat disiplin dalam mengelola sampah, sangat jauh berbeda


dengan Indonesia. Mereka (Jepang) telah membuat peraturan tentang pengelolaan
sampah yang diatur oleh pemerintah kota. Mereka telah menyiapkan dua buah
kantong plastik besar dengan warna berbeda, hijau dan merah.

12
Selain kedua kantong plastik tersebut, ada beberapa kategori lainnya, yaitu: botol
PET, botol beling, kaleng, batu betere, barang pecah belah, sampah besar dan
elektronik yang masing-masing memiliki cara pengelolaan dan jadwal
pembuangan berbeda. Sebagai ilustrasi, cara membuang botol minuman plastik
adalah botol PET dibuang di keranjang kuning. Setelah sebelumnya label plastik
yang menempel di botol itu kita copot dan penutup botol kita lepas, label dan
penutup botol plastik harus masuk ke kantong sampah berwarna merah dan
dibuang setiap hari kamis. Apabila dalam label tersebut ada label harga yang
terbuat dari kertas, pisahkan label kertas tersebut dan masukkan ke kantong
sampah berwarna hijau dan buang setiap hari Selasa.

Selain pengelolaan sampah di rumah, departemen store, convenient store,


dan supermarket juga menyediakan kotak-kotak sampah untuk
tujuan recycle (daur ulang). Kotak-kotak tersebut disusun di dekat pintu masuk,
kotak untuk botol beling, kaleng, botol PET. Bahkan di
beberapa supermarket tersedia untuk kemasan susu dan jus (yang terbuat dari
kertas). Uniknya lagi, dalam kotak kemasan susu atau jus (biasanya terpisah),
terdapat ilustrasi tentang cara menggunting dan melipat kemasan sedemikian rupa
sebelum dimasukkan ke dalam kotak. Proses daur ulang tersebut pun sebagian
besar dikelola perusahaan produk yang bersangkutan. Hebatnya lagi, informasi
tentang siapa yang akan mengelola proses recycle juga tertulis dalam setiap kotak
sampah.

Di tempat umum juga menyediakan menyediakan kotak-kotak sampah,


biasanya untuk kategori kaleng, beling, dan sampah biasa, seperti di stasiun kereta
bawah tanah, shinkansen, pada saat para penumpang turun dari kereta ada petugas
yang berdiri di depan pintu keluar dengan membawa kantong plastik sampah
besar siap untuk menampung kotak bento dan botol kopi penumpang.

Di Jepang, sampah diklasifikasikan menjadi delapan jenis berdasarkan


komponen penyusunnya. Bahkan, satu botol plastik saja dibagi menjadi tiga jenis
sampah yaitu sampah tutup botol, sampah label kemasan, dan sampah botol.

13
Selanjutnya, sampah-sampah tersebut akan diangkut ke bank sampah yang
memiliki lahan pengolahan. Sampah plastik yang sudah dipadatkan bisa diolah
menjadi benang fiber untuk bahan baku pakaian. Sedangkan sampah botol kaca
diolah menjadi bahan paving jalan atau botol kaca baru. Proses pemilahan dan
pengolahan tersebut merupakan langkah efektif yang membuat jumlah sampah di
Jepang berkurang drastis.

2.4 Pola Pemrosesan Akhir dan Cara Mengedukasi Masyarakat


Tujuan pembangunan masyarakat Daur ulang dan sadar sampah yaitu dengan
dilakukan nya pendidikan Lingkungan. Adapun bentuk-bentuk kegiatan yang
dilakukan diantara nya :
1. Pendidik/Guru pada Sekolah dan lembaga pendidikan berperan utama
dalam membangun generasi muda Daur Ulang dan Sadar-Sampah
2. Praktek menjaga kebersihan dan menjaga lingkungan dilakukan dengan
kegiatan bersih-bersih di lingkungan sekolah sejak SD hingga SMA,
sehingga setiap siswa mempunyai kesadaran dan tanggung jawab untuk
menjaga kebersihan lingkungan sekolah dan di luar sekolah.
3. Di lingkungan rumah, orangtua mengajarkan tanggung jawab kebersihan
kepada anak-anak.
4. Komunitas lokal dengan melibatkan pelajar/siswa melakukan kegiatan
sukarela untuk membersihkan lingkungan
5. Kegiatan Praktek Lapangan/Sukarela siswa diantaranya untuk
Pembersihan Lingkungan dan Pengumpulan Sampah Yang telah dipilah.
Pengalaman produksi/penanaman pohon dan peternakan (animal
husbandry and plant production); dan Pengolahan sampah dan daur ulang
(waste and recycling)
6. Komunitas/LSM melakukan aksi-aksi kampanye kepedulian lingkungan
dengan memonitor pembuangan sampah dan berdialog dengan warga
7. Pemerintah Kota memberikan kesempatan Bisnis dan Ekonomi dalam
pengelolaan sampah kepada perusahaan swasta sebagai operator pada
kegiatan: pengumpulan sampah, reuse; recycle dan intermediate-process.
14
Pengelolaan sampah di Tokyo dibedakan menjadi empat, yaitu : 1. sampah
plastik yang dapat didaur ulang, 2. Botol plastik, botol , kaleng dan kertas, 3.
sampah yang dapat dibakar (terdiri atas plastik bekas makanan, sampah dapur,
karet, kulit, pakaian, dll), 4. sampah yang tidak dapat dibakar (terdiri atas barang
pecah belah, peralatan elektronik, produk yang terbuat dari logam, lampu, korek
api, dll).
Penanganan sampah jenis 1 dan 2 adalah diambil oleh petugas kebersihan
kemudian dikirim ke Recycle Centre, yang berfungsi untuk memilah dan
kemudian megirimkannya kepada industri untuk dapat digunakan kembali sebagai
bahan baku industri. Contoh industrinya adalah industri kimia, industri suku
cadang, industri plastik, industri paving, dll. Sampah yang dapat dibakar (3) akan
dikirim ke unit incenerator untuk dibakar.
Adapun abu dan lumpur yang dihasilkan dari sisa pembakaran selain dibuang
ke TPA, juga dimanfaatkan dalam industri eco semen serta bahan bangunan.
Adapun sampah yang tidak dapat dibakar (4) dikirim kepada industri daur ulang.
Berdasarkan proses penanganan sampah tersebut, terjadi pengurangan yang cukup
besar terhadap sampah yang dibuang ke TPA.
Hal yang tidak dapat dilepaskan dari pelajaran pengelolaan sampah di Jepang
adalah pentingnya kebijakan pemerintah dan konsistensi dalam pelaksanaannya
serta peran serta masyarakat yang merupakan faktor penentu terlaksananya
pemilahan sampah dari skala rumah tangga. Dari sisi kebijakan, terdapat
pembagian tanggung jawab yang jelas antara pemerintah pusat, pemerintah
provinsi, serta pemerintah daerah.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan sampah di
Jepang telah menjadi suatu budaya, karena tidak hanya dipandang sebagai suatu
hukum atau peraturan yang dibuat semata, tetapi juga merupakan kebiasaan,
moral, kesenian bahkan kepercayaan. Adanya aturan-aturan yang jelas dalam
pengelolaan sampah di Jepang, penyampaian informasi yang jelas dan konsisten,
ditambah pula koordinasi dan kerja sama yang baik antara pemerintah dan
masyarakat menyebabkan pengelolaan sampah yang baik dan benar dapat
terwujud di Jepang. Dapat dilihat pula, bahwa sistem pengelolaan sampah, di
Jepang memberikan porsi yang besar kepada masyarakat untuk saling bekerja
sama dan terlibat dalam menghadapi berbagai persoalan sampah yang terjadi. Hal
ini, sesuai dengan teori keteraturan sosial bahwa kondisi keteraturan hanya dapat
dicapai apabila ada koordinasi dan kooperasi dari tiap individu sebagai anggota
masyarakat. Benar adanya, bahwa kehidupan sosial masyarakat Jepang
mempengaruhi pengelolaan sampah di Jepang. Hal inilah yang telah menjadikan
Negara Sakura tersebut terdepan dalam hal penanganan sampah.

3.2 Saran
Masyarakat Jepang harus lebih memiliki kesadaran yang dan berperan
dibidang sosialisasi untuk mempengaruhi keberhasilan pengelolaan sampah di
Jepang. Bidang sosialisasi sebagai pelaku praktik sosial memegang peranan yang
sangat penting dalam menjaga keteraturan. Bidang yang paling penting dalam
keberhasilan pengelolaan sampah di Jepang adalah pendidikan. Di Jepang,
pendidikan mengenai lingkungan dimasukkan dalam kurikulum sekolah, bahkan
diberikan sejak sekolah tingkat dasar.

16
DAFTAR PUSTAKA

Fatmi I. 2018. “Budaya Pengelolaan Sampah di Jepang Sebagai Keteraturan


Sosial Masyarakat Jepang”. Skripsi. Fakultas Sastra. Universitas Darma
Persada: Jakarta.
Rovani, Riva. 2020. Pengelolaan Sampah di Jepang. Webinar “Katadata Regional
Summit”

Anda mungkin juga menyukai