Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

BIOETIKA
“ISSUE- ISSUE DALAM ETIKA LINGKUNGAN DAN
KAITANNYA DENGAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN ”

OLEH

KELOMPOK 6

1. AULYA NOVITA
2. FADHILA HUMAIRA
3. NURUL ‘IZZATI

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
ISSUE- ISSUE DALAM ETIKA LINGKUNGAN DAN KAITANNYA DENGAN
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

A. Etika Lingkungan dan Pembangunan

Etika Lingkungan Hidup hadir sebagai respon atas etika moral yang selama ini
berlaku, yang dirasa lebih mementingkan hubungan antar manusia dan mengabaikan
hubungan antara manusia dan mahluk hidup bukan manusia. Mahluk bukan manusia,
kendati bukan pelaku moral (moral agents) melainkan dipandang sebagai subyek
moral (moral subjects), sehingga pantas menjadi perhatian moral manusia.

Etika lingkungan merupakan pedoman tentang cara berpikir, bersikap, dan


bertindak yang didasari atas nilai-nilai positif untuk mempertahankan fungsi dan
kelestarian lingkungan. Sebagai sebuah pedoman, etika lingkungan juga berfungsi
sebagai kritik atas etika yang selama ini dianut oleh manusia, yang dibatasi pada
komunitas sosial manusia. Etika lingkungan hidup menuntut agar etika dan moralitas
tersebut diberlakukan juga bagi komonitas biotis dan komonitas ekologis. Dengan
demikian, etika lingkungan berfungsi sebagi refleksi kritis atas nrma- norma dan
prinsip atau nilai moral yang selama ini yang selama ini dikenal dalam komunitas
manusia untuk diterapkan secara lebih luas dalam komunitas biologi (Totok
Gunawan, 2003). Etika lingkungan berfungsi dalam dua hal. Pertama, sebagai
pengimbangan atas hak dan kewajiban manusia terhadap lingkungan.
Kedua,membatasi tingkah kelentingan lingkungan.

Pembangunan fisik yang pesat saat ini khususnya di kawasan perkotaan


meninggalkan permasalahan lingkungan yang mengancam kehidupan bersama,
permasalahan ini berkaitan dengan penyelenggaraan pembangunan yang kurang
memperhatikan aspek etika. Secara Etimologis, etika berasal dari bahasa Yunani yaitu

Ethos yang berarti ‘adat-istiadat’ atau kebiasaan. Dalam arti ini etika berkaitan dengan
kebiasaan hidup yang baik dalam masyarakat. Etika kemudian sering dipahami
sebagai ajaran atau perintah tentang baik-buruk, dalam definisi ini etika sering
dikaitkan dengan perilaku moral. Jika kemudian dipahami secara luas, etika bukan
sekedar pelajaran tentang baik-buruk dalam hal perilaku manusia, tetapi juga dapat
berlaku bagi sebuah entitas besar yaitu dalam penyelenggaraan pembangunan dalam
kehidupan bernegara. Etika pembangunan melihat pembangunan sebagai sebuah
bidang multidisiplin dimana teori dan praktik berjalan dalam berbagai sudut pandang,
lebih lanjut etika pembangunan berupaya memahami sifat alamiah, sebab-sebab, dan
akibat-akibat pembangunan bagi perubahan sosial

Pembangunan adalah suatu proses yang berjalan terus-menerus. Untuk mencapai


hasil maksimal, maka sumber pembangunan yang tersedia perlu digunakan secara
berencana dengan memperhatikan skala prioritas pada kurun waktu tertentu. Dalam
proses pembangunan berencana diusahakan agar setiap tahap memiliki kemampuan
menopang pembangunan dalam tahap berikutnya. Karena itu disamping usaha
meningkatkan kemajuan menjadi penting pula usaha memantapkan kemajuan yang
sudah dicapai (Emil, 1986).

Dalam pembangunan lingkungan hidup tidak hanya butuh rencana yang matang
akan tetapi sangat penting didalamnya jika menerapkan tentang etika lingkungan.
Sehingga masyarakat tidak hanya membangun lingkungannya tapi mereka juga
berfikir tindakan apa yang akan mereka lakukan untuk lingkungannya.

Dengan demikian, dengan adanya etika lingkungan hidup, pembangunan


lingkungan hidup lebih mudah terealisasi. Dikarenakan dalam etika lingkungan,
masyarakat sudah peduli tentang lingkungannya dan memeikirkan hal apa yang harus
mereka konstribusikan pada lingkungan tersebut sehingga menjadi lingkungan yang
asri dan damai.

B. ISSUE- ISSUE DALAM ETIKA LINGKUNGAN

Etika lingkungan hidup dipahami sebagai refleksi kritis tentang apa yang harus
dilakukan manusia dalam menghadapi pilihan - pilihan moral yang terkait dengan isu
lingkungan hidup.

Sejumlah isu-isu strategis dalam pengelolaan lingkungan hidup yang dihadapi


pemerintah antara lain:
1. Ilegal logging, penebangan hutan secara liar dapat merusak keseimbangan
alam, keanekaragaman hewani dan hayati yang ada dihutan menjadi berkurang,
sumber daya air menurun yang berujung pada kehancuran sumber daya hutan
berimbas kepada aspek ekonomi dan sosial masyarakat yang ada disekitar hutan.

2. Pertambangan Ilegal, upaya penambangan yang dilakukan oleh oknum-oknum


yang tidak memiliki izin dan terkadang mengabaikan aspek keselamatan dan tidak
berwawasan lingkungan.

3. Pencemaran laut, kondisi laut yang tercemar disebabkan oleh manusia seperti
minyak tertumpah ke laut, pecemaran sampah organik dilaut yang menganggu
ekosistem dan keindahan panorama laut.

4. Alih fungsi lahan pertanian, banyak lahan produktif yang dikonversi menjadi
area industri sehingga berpengaruh pada produktifitas pangan yang dihasilkan di
dalam negeri.

5. Pencemaran (pollution)

Pencemaran yang kini dirasakan berbarengan erat dengan teknologi


mekanisme, industrialisasi, serta pola-pola hidup yang mewah dan konsumtif.
Masalah pencemaran muncul bilamana suatu zat atau energi dengan konsentrasi yang
sedemikian rupa hingga dapat merubah kondisi lingkungan, baik secara langsung atau
tidak langsung dan pada akhirnya lingkungan tidak dapat lagi berfungsi sebagaimana
mestinya. Timbulnya pencemaran tentu saja erat kaitannya dengan berbagai aktivitas
manusia, antara lain:

a) Kegiatan-kegiatan industri, dalam bentuk limbah, zat-zat buangan berbahaya


seperti logam-logam berat, zat radioaktif, air buangan panas (thermal water
waste). Juga dalam bentuk kepulan asap (smog), kebisingan dan lainlain
b) Kegiatan pertambangan, berupa terjadinya kerusakan instalasi, pencemaran
buangan-buangan penambangan, pencemaran udara dan rusaknya lahan-lahan
bekas pertambangan
c) Kegiatan transportal, berupa asap, naiknya suhu udara kota, kebisingan dari
kendaraan bermotor, tumpahantumpahan bahan baker terutama minyak bumi
dari kapalkapal tanker, dan lain-lain
d) Kegiatan pertanian, terutama akibat residu pemakaian zat-zat kimia yang
memberantas binatang-binatang dan tumbuhan-tumbuhan penggangu, seperti:
insektisida, pestisida, herbisida, atau fungisida. Demikian pula pemakaian
pupuk organik dan lain-lain
6. Pemanfaatan alam secara tidak terkendali

Masalah berikut ialah rusaknya tata lingkungan alami. Hal ini merupakan
dampak dari tingkah laku manusia dalam mengeksploitasi dan menggunakan sumber-
sumber dayaalam secara tidak seimbang (over stress). Disadari atau tidak, kenyataan
ini dapat dilihat lewat praktek-praktek masyarakat seperti penebasan hutan sampai
gundul, pemanfaatan ekosistem pantai (esturia, mangrove, karang-karang pantai,
pasir, kerikil, atau timah), penangkapan ikan laut sampai melampaui batas
konservasinya, penggunaan alat-alat beracun dan peledak untuk penangkap ikan,
berburu binatang-binatang liar, pertanian dengan sistem lahan berpindah. Masalah ini
merupakan dampak yang kait-mengait satu dengan lainnya oleh kenyataan-kenyataan
berikut ini antara lain: tingkat pertumbuhan penduduk yang lebih mengungguli
pertumbuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan lainnya, perkembangan kemajuan di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan taraf hidup konsumerisme,
masalah keterbatasan alam untuk diolah terutama sumber-sumber daya yang bersifat
renewable pengangguran, dan lain-lain.

7 . Menurunnya populasi fauna

Menurunnya populasi makhluk hidup (terutama binatang-binatang liar) selain


yang untuk mencukupi kebutuhan berupa tindakan berburu, namun juga banyak
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan lain yang bisa menganggu perkembangbiakan
(populasi) dan merusak habitat binatang-binatang tersebut. Lewat media massa, kita
dapat mengetahui adanya gajah yang secara bergerombol mengobrak-abrik dan
menghancurkan rumah-rumah penduduk, harimau yang membinasakan beberapa
orang peladang, dan lainnya. Timbulnya kenyataan ini sebagai akibat pengaruh hutan
yang sudah gersang sehingga habitat untuk hewan-hewan tersebut sudah tidak ada
lagi. Populasi fauna pun kian langka dan menuju pada kepunahan. Aktivitas lain juga
berupa penyemprotan hama melalui obat pembasmi pestisida dan semacamnya seperti
sudah disebutkan di atas. Memang penyemprotan dengan cara itu cukup praktis untuk
membunuh serangga dan hamahama yang merusak tanamanatau mengganggu
ketenteraman. Pemakaian DDT dan semacamnya (eldrin,dieldrin, chlordane, dan lain-
lain) yang peristen dan sukar terurai akan merembes ke dalam rantai-rantai makanan,
yang selanjutnya akan mempengaruhi mahkluk-makhluk lain.

Disini timbul pula dampak yang tidak disadari. Tindakan pembasmian tersebut
ternyata juga telah mengakibatkan makhluk-makhluk lain yang bukan menjadi
sasaran ikut terbasmi, padahal makhluk-makhluk tersebut berfungsi sebagai predator,
yaitu binatang pemangsa yang bermanfaat mengontrol populasi binatang secara
efektif dan banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia.

C. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan hidup menurut Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor


32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (“UU
PPLH”) adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

Penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilakukan


dengan :

1. Pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan


hidup kepada masyarakat;

2. Pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

3. Penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

4. Cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sedangkan pemulihan fungsi lingkungan hidup dilakukan dengan tahapan:

1. Penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar;

2. Remediasi (upaya pemulihan pencemaran lingkungan hidup untuk memperbaiki


mutu lingkungan hidup);

3. Rehabilitasi (upaya pemulihan untuk mengembalikan nilai, fungsi, dan manfaat


lingkungan hidup termasuk upaya pencegahan kerusakan lahan, memberikan
perlindungan, dan memperbaiki ekosistem);
4. Restorasi (upaya pemulihan untuk menjadikan lingkungan hidup atau bagian-
bagiannya berfungsi kembali sebagaimana semula);

5. Atau cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

D.Ancaman Pidana Bagi Perusahaan Pelaku Pencemaran Lingkungan

Menurut UU PPLH Jika perusahaan tersebut sengaja membuang limbah ke


sungai maka diancam pidana berdasarkan Pasal 60 dan Pasal 104 UU PPLH sebagai
berikut:

Pasal 60 UU PPLH:

Setiap orang dilarang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media


lingkungan hidup tanpa izin.

Pasal 104 UU PPLH:

Setiap orang yang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media lingkungan
hidup tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga
miliar rupiah).

Selain pidana karena pembuangan limbah, ada beberapa pidana lain yang bisa
dikenakan kepada perusahaan tersebut:

Jika pencemaran lingkungan tersebut terjadi karena perusahaan sengaja melakukan


perbuatan (misalnya membuang limbah) yang mengakibatkan dilampauinya baku
mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup, yang mana hal tersebut mengakibatkan orang mati maka diancam
pidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 tahun
dan denda paling sedikit Rp5 miliar dan paling banyak Rp15 miliar.

Jika pencemaran lingkungan tersebut terjadi karena perusahaan lalai sehingga


mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air
laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, yang mana hal tersebut
mengakibatkan orang mati, maka dipidana dengan pidana penjara paling singkat
paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda paling
sedikit Rp3 miliar dan paling banyak Rp9 miliar.
Gugatan Ganti Kerugian Terhadap Akibat dari Pencemaran Lingkungan :

Prinsipnya, setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang melakukan
perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran atau perusakan lingkungan hidup
yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar
ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.

misalnya perintah untuk:

a. Memasang atau memperbaiki unit pengolahan limbah sehingga limbah sesuai


dengan baku mutu lingkungan hidup yang ditentukan;

b. Memulihkan fungsi lingkungan hidup; dan/atau

c. Menghilangkan atau memusnahkan penyebab timbulnya pencemaran dan/atau


perusakan lingkungan hidup.

Contoh Kasus

Sebagai contoh kasus pencemaran limbah dalam Putusan Pengadilan Negeri Surabaya
Nomor: 3628/Pid.B/2011/PN.SBY. Dalam putusan ini, Terdakwa merupakan wakil
dari sebuah perusahaan yang terbukti secara sah melakukan dumping limbah industri
ke media lingkungan hidup tanpa izin sehingga menyebabkan sungai tercemar. Untuk
itu, Majelis Hakim menghukum terdakwa dengan pidana penjara selama 8 bulan dan
pidana denda sebesar Rp 10 juta dengan ketentuan apabila denda tidak dibayarkan
maka diganti dengan pidana kurungan selama 2 bulan.

Terdapat berbagai fakor kendala yang membatasi usaha pembangunan


berwawasan lingkungan, antara lain:

a) Perkembangan teknologi masa kini banyak yang didasarkan pada kebutuhan


yang berorientasi pasar dan tidak memperhatikan dimensi lingkungan dan
kepentingan masa depan. Contohnya adalah perkembangan energi nuklir yang masih
belum sanggup menjawab berbagai pertanyaan lingkungan yang berkaitan dengan
resiko yang akan dihadapi generasi masa depan. Hal ini mendorong keharusan untuk
menguji ulang kemampuan dan posisi teknologi. Teknologi belum sanggup
menciptakan biosphere tambahan atau biosphere baru sehingga perkembangan
teknologi harus tertuju pada usaha untuk mengurangi dampak negatif perilaku
manusia terhadap biosphere

b) Kemampuan organisasi kemasyarakatan menanggapi tantangan persoalan baru


yang ditimbulkan oleh pertambahan penduduk, semakin kompleks dan meningkatnya
kebutuhan masyarakat

c) Terbatasnya kemampuan lingkungan untuk mendukung jumlah dan permintaan


kebutuhan manusia yang semakin meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Emil, Salim. 1986. Pembangunan Berwawasan Lingkungan, Jakarta: LPSES

Gunawan Totok, 2003. Lingkungan Hidup Dan Pembangunan Berwawasan

Lingkungan Hidup, Jakarta: Depdiknas

Hettne, Bjorn. 2001. Teori Pembangunan dan Tiga Dunia. Jakarta: Gramedia.

Hargrove, Eugene C. 1989. Etika Lingkungan Dasar. Prentice Hall:New Jersey.

Herimanto, Winarto. 2010. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta:Bumi Aksara.

Ruky, Achmad S. 2000. Menjadi Manajer Internasional. Jakarta: PT Gramedia

Sonny, Keraf. 2010. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Buku Kompas

Anda mungkin juga menyukai