Etika Lingkungan
Etika lingkungan merupakan kebiasaan atau hal yang sudah
teratur terjadi dalam suatu lingkungan. Lingkungan adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi kelangsungan
kehidupan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lain baik secara
langsung maupun secara tidak langsung. Dapat disimpulkan etika
lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul
dengan lingkungannya. Etika lingkungan diperlukan agar setiap
kegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara cermat
sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga. Teori etika
lingkungan dapat diuraikan menajdi tiga yaitu :
1.1 Teori Antroposentrisme
Teori ini menitikberatkan manusia sebagai pusat dari sistem
alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling
menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil
dalam kaitannya dengan alam, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Teori ini lebih berpandangan pada memenuhi keinginan
manusia bukan kepentingan manusia (egositis).
1.2 Teori Biosentrisme
Didalam teori ini alam memiliki nilainya sendiri dimana setiap
kehidupan dan mahluk hidup dianggap berharga dan bernilai.
1.3 Teori Ekosentrime
Teori ekosentrisme memusatkan perhatian kepada semua
spesies, termasuk spesies bukan manusia, dan menekankan perhatiannya
pada jangka panjang, dan tak kalah pentingnya merupakan gerakan
diantara orang-orang yang mempunyai sikap dan keyakinan yang sama,
mendukung suatu gaya hidup yang selaras dengan alam, dan sama-sama
memperjuangkan isu lingkungan dan politik
5. Pembahasan Kasus
Timbunan sampah di Provinsi Bali sudah menjadi sorotan sejak
lama dan penampungan sampah di TPA Suwung sudah semakin
overload. Berdasarkan data Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) provinsi Bali menghasilkan 915,5ton timbunan
sampah sepanjang tahun 2021. Ini menjadikan Bali sebagai provinsi
penghasil sampah terbesar ke-8 di Indonesia. Jika dirinci berdasarkan
wilayahnya, timbunan sampah di Bali paling banyak adalah 349,5 ribu
ton yang selanjutnya adalah Kabupaten Gianyar 141,4 ribu ton,
Kabupaten Buleleng 123,7 ton, Kabupaten Badung 116,7 ribu ton dan
Kabupaten Tabanan 84,2 ribu ton. Berdasarkan sumbernya, sampah di
Bali banyak berasal dari aktivitas rumah tangga dengan porsi mencapai
40,58% dari total sampah yang diikuti berasal dari aktivitas perniagaan
18,22% dan dari pasar 17,7%.
Pada tahun 2022, Bali akan menyelenggarakan lokasi pehelatan
G20 dan akan bertemu dengan pimpinan negara dengan pendapatan
ekonomi tinggi. Permasalahan sampah ini telah menjadi fokus utama
pemerintah yang diperkirakan TPA Suwung yang akan dilalui delegasi
G20 akan ditutup karena sudah overload. Hal ini juga ditegaskan oleh
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah Limbah B3 dan PPKLH DKLH
Bali yang menyatakan bahwa kondisi darurat sampah menyebabkan
TPA Suwung harus ditutup pada November ini. Akan tetapi yang
menjadi sorotan adalah Pemerintah Provinsi Bali masih sulit
menegakkan regulasi larangan plastik sekali pakai (PSP) yang sudah
disahkan beberapa tahun lalu sesuai dengan aturan Peraturan Gubernur
Provinsi Bali No.97 tahun 2018 tentang Pembatasan Timbunan Sampah
Plastik Sekali Pakai.
Perlunya kesadaran kepada masyarakat dan penyuluhan
mengenai pengolahan sampah agar tidak adanya timbunan yang
berlebihan seperti keberadaan Yayasan (LSM) yang bekerja sama
dengan lembaga pemerintah dan pihak swasta. Keberadaaan Yayasan
ini mempunyai peran penting dalam memberikan pencerahan kepada
masyarakat lokal melalui penyuluhan dan pelatihan keterampilan
sampah dan sebagai fasilitator dalam mencarikan bantuan. Model
pengelolaan sampah berbasis sosial dan budaya dapat dilakukan secara
adaptif dengan memperhatikan aspek karakteristik sosial dan budaya
masyarakat, aspek ruang dan volume dan jenis sampah yang dihasilkan.