Anda di halaman 1dari 11

ETIKA BISNIS

“ETIKA LINGKUNGAN HIDUP”


“Bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Etika Bisnis”
Dosen Pengampu: Dra. Ni Ketut Purnawati, M.S

Kode Kelas/Kelas: EKU221M / F2


Disusun Oleh:

KELOMPOK 8

Putu Eka Maharani (1907521108/15)


Nyoman Devi Novita Sri Jayati (1907521109/16)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

Pada umumnya manusia bergantung pada keadaan lingkungan disekitarnya yaitu


berupa sumber daya alam yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari. Sumber daya alam
yang utama bagi manusia adalah tanah, air, dan udara.Tanah merupakan tempat manusia untuk
melakukan berbagai kegiatan. Air sangat diperlukan oleh manusia sebagai komponen terbesar
dari tubuh manusia.Untuk menjaga keseimbangan, air sangat dibutuhkan dengan jumlah yang
cukup banyak dan memiliki kualitas yang baik. Selain itu, udara merupakan sumber oksigen
yang alami bagi pernafasan manusia. Lingkungan yang sehat akan terwujud apabila manusia
dan lingkungannya dalam kondisi yang baik.
Etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan
lingkungannya. Etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut
lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga.
Namun dewasa ini, kondisi lingkungan semakin memprihatinkan. Hal ini dipicu oleh manusia
yang mengekploitasi sumber daya alam dan lingkungan tanpa batas. Berbagai kasus
pencemaran dan perusakan, seperti di laut, hutan, atmosfer, dan air bersumber dari manusia
yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli dan hanya mementingkan diri sendiri.
Berdasarkan hal tersebut, maka akan dibahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
etika lingkungan hidup, antara lain:
1) Dimensi polusi dan penyusutan sumber daya
2) Etika pengendalian polusi
3) Etika konservasi sumber daya yang bisa habis
4) Meningkatnya perhatian bisnis terhadap etika lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dimensi Polusi dan Penyusutan Sumber Daya


Ancaman lingkungan berasal dari dua sumber yaitu polusi dan penyusutan sumber
daya. Polusi mengacu pada kontaminasi yang tidak diinginkan terhadap lingkungan oleh
pembuatan atau penggunaan komoditas. Penyusutan sumber daya mengacu pada konsumsi
sumber daya yang terbatas atau langka.
1) Dimensi Polusi
a) Polusi Udara
Polusi udara terjadi semenjak Revolusi Industri dunia, saat cerobong-cerobong
asap pabrik mulai berdiri. Namun demikian, polusi udara semakin meningkat secara
besar-besaran saat industri mulai meluas. Saat ini, bahan pencemar Pipa udara telah
berpengaruh pada vegetasi, menurunkan hasil panen dan industri kayu: merusak bahan-
bahan bangunan melalui proses karat, perubahan warna, dan pembusukan, berbahaya
bagi kesehatan dan kehidupan. Polusi udara seperti pemanasan global, penyusutan
ozon, hujan asam, racun udara, dan kualitas udara.
b) Polusi Air
Kontaminasi sumber air terjadi semenjak peradaban manusia mulai
menggunakan air untuk membuang sampah dan kotoran. Polusi air dapat disebabkan
oleh beberapa jenis pencemar sebagai berikut:
 Pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan pembuangan sampah
domestik. Misalnya, sisa detergen mencemari air. Buangan industri seperti Pb,
Hg, Zn, dan CO, dapat terakumulasi dan bersifat racun.
 Sampah-sampah organik yang dibusukkan oleh bakteri menyebabkan oksigen
(O2) di air berkurang sehingga mengganggu aktivitas kehidupan organisme air.
 Salah satu bahan pencemar di laut seperti tumpahan minyak bumi, akibat
kecelakaan kapal tanker minyak yang sering terjadi.
Saat ini lebih dari satu juta orang tidak memiliki akses air sehat, sebagian besar
di negara-negara miskin. Banyak organisme akuatik yang mati atau keracunan karena
bahan pencemar air saat ini sangat beragam dan tidak hanya terdiri dari sampah
organik, namun juga garam, logam, bahan-bahan radioaktif, bakteri, virus serta
endapan. Semua jenis kontaminasi ini dapat merusak bahkan menghancurkan
kehidupan air, mengancam kesehatan manusia serta mencemari air.
c) Polusi Tanah
Tanah saat ini juga telah tercemar dengan zat-zat beracun, limbah padat serta
limbah nuklir. Zat beracun dapat memberikan pengaruh buruk bagi kesehatan dan
lingkungan. Jumlah sampah atau limbah padat yang dihasilkan manusia naik setiap
tahun, namun fasilitas untuk menanganinya justru semakin sedikit. Limbah padat
meningkat setiap tahunnya dan menyebabkan ribuan bekas lokasi pembuangan sampah
mengandung limbah berbahaya. Hal ini dikarenakan limbah padat minim dukungan
untuk proses pengolahannya. Reaktor nuklir mengandung bahan bahan radioaktif yang
diketahui bersifat karsinogen. Radiasi tingkat tinggi dapat menyebabkan kematian,
sedangkan dosis lebih rendah dapat menyebabkan kanker dan kerusakan genetika pada
generasi selanjutnya.
Contoh polusi tanah seperti sampah-sampah plastik yang sukar hancur, botol,
karet sintesis, pecahan kaca, dan kaleng. Detergen yang bersifat non bio degradable
(secara alami sulit diuraikan) Zat kimia dari buangan pertanian, misalnya insektisida.
2) Penyusutan Sumber Daya
a) Penyusutan Spesies dan Habitat
Telah diketahui bahwa manusia membuat punah puluhan spesies binatang dan
tumbuhan. Semenjak tahun 1600, setidaknya 63 spesies mamalia dan 88 spesies burung
telah punah. Habitat hutan yang menjadi tempat tinggal berbagai jenis spesies juga
tengah dihancurkan oleh industri kayu. Para ahli memperkirakan bahwa kerusakan
hutan hujan di bunyi mencapai tingkat 1 persen tiap tahun. Hilangnya habitat hutan
yang disertai dengan pengaruh-pengaruh polusi diperkirakan telah mengakibatkan
kepunahan sejumlah besar spesies.
b) Penyusutan Bahan Bakar Fosil
Sampai tahun 1980-an, bahan bakar fosil terus mengalami penyusutan secara
eksponensial. Jika dibiarkan,penyusutan eksponensial akan berakhirnya dengan
punahnya semua sumber daya dalam waktu yang sangat relatif singkat. Di perkirakan
bahwa cadangan batu bara dunia akanhabis dalam waktu 100 tahun,minyak akan habis
dalam waktu 40 tahun,dan gas akan habis dalam waktu 25 tahun.
Jadi, ada batas-batas fisik dari sumber daya alam kita, meskipun banyak yang
masih berlimpah, namun semuanya tidak bisa digali secara terus-menerus. Pada
akhirnya semuanya secara perlahan akan habis dan biaya penambangannya akan naik
secara eksponensial. Bahan-bahan pengganti yang lebih berlimpah bisa ditemukan
untuk sebagian besar dari sumber daya tersebut, namun mungkin bahan-bahan
pengganti ini tidak bisa menggantikan semuanya. Apa pun bahan pengganti yang
dikembangkan juga terbatas, jadi hari perhitungan hanya ditunda saja.

2.2 ETIKA PENGENDALIAN POLUSI


Selama berabad-abad, lembaga bisnis diperbolehkan mengabaikan akibat-akibat
kegiatan mereka terhadap lingkungan alam, hal ini dikarenakan para pelaku bisnis
menganggap udara dan air adalah barang gratis atau dengan kata lain, tidak ada yang memiliki
dan masing-masing perusahaan bisa menggunakannya tanpa perlu mengeluarkan biaya.
1) Etika Ekologi
Etika ekologi adalah sebuah etika yang mengklaim bahwa kesejahteraan dari
bagianbagian non-manusia di bumi ini secara intrinsik memiliki nilai tersendiri dan
bahwa karena adanya nilai intrinsik ini, kita manusia memiliki tugas untuk menghargai
dan mempertahankannya. Etika ekologi didasarkan pada gagasan bahwa bagian-
bagian lingkungan yang bukan manusia perlu dijaga demi bagian-bagian itu sendiri,
tidak masalah apakah itu menguntungkan manusia atau tidak. Namun hingga kini
untuk memperluas hakhak moral terhadap hal-hal non-manusia masih sangat
kontroversial. Untuk hal tersebut dibutuhkan pendekatan lagi dalam menghadapi
masalah lingkungan yang berdasarkan hakhak asasi manusia maupun pertimbangan
utilitarian.
2) Hak Lingkungan dan Pembatasan Mutlak
William T. Blackstone menyatakan bahwa kepemilikan atas lingkungan yang
nyaman tidak hanya sangat diinginkan, namun merupakan hak bagi setiap manusia.
Lebih jauh lagi, hak moral dan hukum lebih diutamakan daripada hak kepemilikan
secara hukum. Kemampuan kita yang semakin besar untuk memanipulasi lingkungan
telah menunjukkan bahwa, kecuali jika kita membatasi kebebasan hukum untuk
terlibat dalam praktik-praktik yang merusak lingkungan, kita akan kehilangan semua
kesempatan memperoleh kehidupan yang layak dan kesempatan untuk menggunakan
hak-hak lainnya, seperti hak atas kebebasan dan kesamaan derajat.Masalah utama dari
pandangan Blackstone adalah pandangan ini gagal memberikan petunjuk tentang
sejumlah pilihan yang cukup berat mengenai lingkungan.
3) Utilitarianisme dan Pengendalian Parsial
Utilitarianisme memberikan suatu cara guna menjawab pertanyaan yang tidak
dapat dijawab teori hak-hak lingkungan Blackstone. Pendekatan utilitarian
menyatakan bahwa seseorang perlu berusaha menghindari polusi karena dia juga tidak
ingin merugikan kesejahteraan masyarakat.
a) Biaya Pribadi dan Biaya Sosial
Ketika suatu perusahaan mencemari lingkungan maka biaya pribadi selalu
lebih kecil dibanding dengan biaya sosial totalnya (biaya pribadi ditambah biaya
eksternal). Polusi selalu melibatkan biaya eksternal, yaitu biaya yang tidak perlu
dibayar oleh pihak yang memproduksi polusi tersebut. Saat biaya pribadi untuk
menghasilkan suatu produk berbeda dari biaya sosial yang terkait dengan proses
produksinya, maka pasar tidak lagi memberikan harga yang tepat atas komoditas
yang dihasilkan.
b) Penyelesaian: Tugas-Tugas Perusahaan
Penyelesaian untuk masalah biaya eksternal, jika menurut utilitarian yang
dapat dilakukan dengan memasukkan biaya polusi atau pencemaran ke dalam
perhitungan, sehingga biaya-biaya ini ditanggung oleh produsen dan
diperhitungkan untuk menentukan harga komoditas mereka. Ada beberapa cara
untuk menginternalisasi biaya eksternal polusi, yaitu meminta pihak yang
menyebabkan polusi untuk membayar ganti rugi secara suka rela atau secara hukum
kepada pihak-pihak yang dirugikan, serta mewajibkan perusahaan yang menjadi
sumber polusi untuk menghentikan polusi dengan memasang alat indicator
pengendali polusi.
c) Keadilan
Cara utilitarian menangani polusi (dengan menginternalisasikan biaya)
tampak konsisten dengan persyaratan keadilan distributif sejauh keadilan distribut if
tersebut mendukung kesamaan hak. Internalisasi biaya eksternal juga terlihat
konsisten dengan persyaratan keadilan retributif dan kompensatif. Dengan adanya
pandangan keadilan retributif dan keadilan kompensatif, maka muncul biaya
pengendalian polusi harus ditanggung oleh pihak yang menyebabkan polusi dan
yang memperoleh keuntungan darinya, serta keuntungan pengendalian polusi wajib
diberikan kepada pihak-pihak yang menanggung biaya eksternal polusi.
d) Biaya dan Keuntungan
Agar perusahaan bisa melakukan analisis biaya keuntungan, para peneliti
telah mengembangkan serangkaian metode teoris serta teknik-teknik menghitung
biaya dan keuntungan untuk menangani polusi. Thomas Klein memberikan
ringkasan prosedur analisis biaya-keuntungan dengan mengidentifikasi biaya dan
keuntungan, mengevaluasi biaya dan keuntungan, dan menambahkan biaya dan
keuntungan.7 Untuk menghindari penggunaan prosedur yang tidak beraturan dan
mahal, Klein mengusulkan agar perusahaan membentuk sebuah sistem akuntansi
sisal secara rutin mengukur, mencatat, dan melaporkan pengaruh-pengaruh
eksternal terhadap pihak manajemen dan pihak-pihak lain
e) Ekologi Sosial, Ekofeminisme, dan Kewajiban untuk Memelihara
Ekologi sosial menyatakan bahwa apabila pola-pola hierarki dan dominasi
sosial belum berubah, maka kita tidak akan bisa menghadapi krisis lingkungan. Jadi
kerusakan lingkungan yang terjadi secara luas tidak bisa dihentikan sampai
masyarakat kita menjadi tidak terlalu hierarkis, tidak terlalu mendominasi dan tidak
terlalu menindas. Ekofeminisme digambarkan dengan adanya beberapa hubungan
penting (historis, eksperensial, simbolis,teoritis) antara dominasi atas kaum
perempuan dan dominasi atas alam, sebuah pemahaman yang sangat penting baik
bagi etika feminism ataupun etika lingkungan. Kaum ekofeminis meyakini bahwa
meskipun konsep utilitarianisme, hak, dan keadilan memiliki peran terbatas dalam
etika lingkungan, namun etika lingkungan yang baik harus memperhitungka n
perspektifperspektif etika memberi perhatian

2.3 Etika Konservasi Sumber Daya Yang Bisa Habi


Konservatisme mengacu pada penghematan sumber daya alam untuk digunakan di
masa mendatang. Jadi, konservatisme sebagian besar mengacu pada masa depan: kebutuhan
untuk membatasi konsumsi saat ini agar cukup untuk besok. Pengendalian polusi merupakan
salah satu bentuk konservatisme. Konservasi lebih tepat diterapkan pada masalah-masalah
penyusutan sumber daya dibandingkan polusi.
1) Hak Generasi Mendatang
Tindakan menghabiskan sumber daya berarti mengambil apa yang sebenarnya
menjadi milik generasi mendatang dan melanggar hak-hak mereka atas sumber daya
tersebut, namun sejumlah penulis menyatakan bahwa salah bila kita berpikir generasi
mendatang juga punya hak.
2) Keadilan bagi Generasi Mendatang
Menurut John Rowls: meskipun tidak adil bila memberikan beban yang berat
bagi generasi sekarang demi generasi mendatang, namun juga tidak adil bila generasi
sekarang tidak meninggalkan apa-apa sama sekali bagi generasi mendatang.
3) Pertumbuhan Ekonomi
Sejumlah penulis menyatakan bahwa jika kita menghemat sumber daya alam
yang langka agar generasi mendatang bisa memperoleh kualitas kehidupan yang
memuaskan, maka kita perlu mengubah sistem perekonomian secara substansial,
khususnya dengan menekan usaha-usaha untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Contoh: Dalam proses produksi misalnya diperlukan proses produksi yang efisien dan
ramah lingkungan. Jika suatu perusahaan menggunakan bahan baku yang berasal dari sumber
daya alam, maka hendaknya perusahaan tersebut harus memperhatikannya secara baik, agar
sumber daya yang dipergunakan tersebut tidak menjadi barang langka sehingga tidak dapat
dipergunakan lagi di masa mendatang. Perusahaan juga perlu memperhatikan limbah yang
dihasilkan. Jadi pada dasarnya manusia itu harus memiliki komitmen moral untuk
menciptakan solidaritas kemanusiaan agar lebih peduli terhadap penciptaan keharmonisan
hidup sesama manusia dengan lingkungannya secara serasi dan seimbang

2.4 Meningkatnya Perhatian Bisnis Terhadap Etika Lingkungan


Bisnis dan lingkungan yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia semakin bergejolak
(turbulent). Apalagi dengan kondisi internal perusahaan-peruahaan secara umum yang
memburuk dan bangkrutnya sebagian perusahaan, perhatian terhadap pengaruh dan dampak
faktor-faktor eksternal perusahaan yang bersifat makro menjadi sangat penting, termasuk pada
etika lingkungan. Meningkatnya perhatian bisnis terhadap etika lingkungan dikarenakan
persepsi bahwa:
1) Lingkungan Hidup sebagai “the commons”
Sebelumnya kita lihat bahwa bisnis modern mengandaikan begitu saja status
lingkungan hidup sebagai ranah umum. Dianggapnya disini tidak ada pemilik dan tidak
ada kepentingan pribadi. Pengandaian ini adalah keliru. Kekeliruan itu dapat kita
mengerti dengan lebih baik jika kita membandingkan lingkungan hidup dengan the
commons. The commons adalah ladang umum yang dulu dapat ditemukan dalam
banyak daerah pedesaan di Eropa dan dimanfaatkan secara bersama-sama oleh semua
penduduknya. Sering kali the commons adalah padang rumput yang dipakai oleh semua
penduduk kampung tempat pengangonan ternaknya. Di zaman modern dengan
bertambahnya penduduk sistem ini tidak dipertahankan lagi dan ladang umum itu
diprivatisasi dengan menjualnya kepada penduduk perorangan. Masalah lingkungan
hidup dan masalah kependudukan dapat dibandingkan dengan proses menghilangnya
the commons. Jalan keluarnya adalah terletak pada bidang moralnya yakni dengan
mambatasi kebebasan. Solusi ini memang bersifat moral karena pembatasan harus
dilaksanakan dengan adil. Pembatasan kebebasan itu merupakan suatu tragedi karena
kepentingan pribadi harus dikorbankan kepada kepentingan umum. Tetapi tragedi ini
tidak bisa dihindari. Membiarkan kebebasan semua orang justru akan mengakibatkan
kehancuran bagi semua.
2) Lingkungan Hidup Tidak lagi Eksternalitas
Dengan demikian serentak juga harus ditinggalkan pengandaian kedua tentang
lingkungan hidup dalam bisnis modern yakni bahwa sumber-sumber daya alam itu
tidak terbatas. Mau tak mau kita perlu akui lingkungan hidup dan komponen-komponen
yang ada didalamnya tetap terbatas, walaupun barangkali tersedia dalam kuantitas
besar. Sumber daya alam pun ditandai dengan kelangkaan. Jika para peminat berjumlah
besar, maka air, udara, dan komponen-komponen yang ada didalamnya akan menjadi
barang langka dan karena itu tidak dapat dipergunakan lagi secara gratis. Akibatnya
faktor lingkungan hidup pun merupakan urusan ekonomi karena ekonomi adalah usaha
untuk memanfaatkan barang dan jasa yang langka dengan efisien sehingga dinikmati
oleh semua peminat.
Contoh: Perusahaan kini menyadari akan pentingnya lingkungan sekitar terhadap
kelangsungan perusahaan tersebut di masa mendatang. Saat ini sudah banyak perusahaan yang
menggunakan mesin atau alat-alat yang ramah lingkungan. Secara tidak langsung, perusahaan
tentunya memiliki tanggung jawab moral mengenai kebersihan lingkungan di sekitar
perusahaan tersebut beroperasi karena hal tersebut tentunya akan membuat keharmonisan
hidup sesama manusia dengan lingkungannya akan menjadi serasi dan seimbang. Selain itu,
banyak juga perusahaan yang memilih untuk mendaur ulang barang yang tidak terpakai
menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis, seperti contoh sampah botol bekas yang
dibuang sembarangan kemudian diubah menjadi kerajinan yang memiliki nilai ekonomis.
BAB III
KESIMPULAN
1) Ancaman lingkungan berasal dari dua sumber, yaitu polusi dan penyusutan sumber daya.
Polusi mengacu pada kontaminasi yang tidak diinginkan terhadap lingkungan oleh
pembuatan atau penggunaan komoditas. Penyusutan sumber daya mengacu pada konsumsi
sumber daya yang terbatas atau langka.
2) Etika pengendalian polusi terdiri dari etika ekologi, hak lingkungan dan pembatasan
mutlak, Utilitarianisme dan pengendalian parsial.
3) Konservatisme mengacu pada penghematan sumber daya alam untuk digunakan di masa
mendatang. Jadi, konservatisme sebagian besar mengacu pada masa depan: kebutuhan
untuk membatasi konsumsi saat ini agar cukup untuk besok. Pengendalian polusi
merupakan salah satu bentuk konservatisme. Konservasi lebih tepat diterapkan pada
masalah – masalah penyusutan sumber daya dibandingkan polusi.
4) Bisnis dan lingkungan yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia semakin bergejolak
(turbulent). Apalagi dengan kondisi internal perusahaan secara umum yang memburuk dan
bangkrut sebagai perusahaan, pengaruh dampak factor eksternal perusahaan yang bersifat
makro menjadi sangat penting, termasuk pada etika lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Sutrisna. (2011). Etika Bisnis: Konsep Dasar Implementasi & Kasus. Cetakan Pertama.
Denpasar: Udayana University Press.
Velasquez, Manuel G. 2005. Etika Bisnis Konsep dan Kasus Edisi 5. Yogyakarta: ANDI

Anda mungkin juga menyukai