5. Etika Iklan
- Biaya iklan harus ditutup dari harga yang dibayar konsumen utuk produk-produk yang
mereka beli: konsumen yang membayarnya. Namun menurut sebagian dari konsumen,
sangat sedikit yang mereka dapat dari iklan.
- Pembela industri periklanan iklan memiliki fungsi dasar memberikan informasi
kepada konsumen tentang produk-produk yang tersedia- sebuah jasa yang
menguntungkan.
a. Definisi
- Iklan sering tidak memuat banyak informasi objektif, karena fungsi utamanya bukan
untuk memberikan informasi yang sifatnya tidak bias. Fungsi sesungguhnya untuk
menjual semua produk kepada para calon pembeli, dan informasi dalam iklan sifatnya
hanya sebagai tambahan dari fungsi dasar dan ditentukan oleh fungsi dasar.
- Definisi dalam kaitannya dengan hubungan antara pembeli-penjual: iklan komersial
dapat didefinisikan sebagai jenis komunikasi tertentu antara penjual dan calon
pembeli. Komunikasi ini berbeda dengan komunikasi lain dalam 2 hal:
(1) Iklan ditujukan kepada khalayak ramai, yang pesannya berbeda dari yang
disampaikan kepada individu dipastikan memiliki pengaruh yang luas.
(2) Iklan dimaksud untuk mendorong sebagian orang yang melihat atau membaca
untuk membeli produk. Dan dikatakan dapat memenuhi tujuan dalam 2 cara:
(a) Menciptakan keinginan dalam diri konsumen untuk membeli produk
(b) Menciptakan keyakinan dalam diri konsumen bahwa produk tersebut
merupakan sarana untuk memenuhi keinginan yang ada dalam diri konsumen.
- Aspek etis dari iklan dikelompokkan menurut sejumlah karakteristik, pengaruh sosial,
pembentukan keinginan dalam diri konsumen, dan pengaruhnya pada keyakinan
konsumen.
b. Pengaruh Sosial Iklan
- Iklan memberikan sejumlah pengaruh buruk pada masyarakat: menurunkan citarasa,
merupakan pemborosan sumber daya, dan menciptakan monopoli.
(1) Pengaruh Psikoogis Iklan
- Kritik iklan merendahkan citarasa publik dengan cara menyajikan tampilan-
tampilan yang menjengkelkan dan secara estetis tidak menyenangkan. Memang
disayangkan bahwa iklan tidak disesuaikan dengan norma-norma estetika kita,
namun ini tidak berarti iklan melanggar norma etis.
- Kritik iklan merendahkan citarasa konsumen dengan sicara bertaap dan tidak
kentara menanamkan nilai-nilai dan gagasan materialistik tentang bagaimana
kebahagiaan bisa dicapai. Akibatnya usaha pribadi dialihkan dari tujuan dan sasaran
“nonmaterialistik”, yang dalam hal ini lebih mampu meningkatkan kebahagiaan, dan
disalurkan ke konsumen material.
- Kelemahan kritik masih belum pasti apakah iklan benar-benar memberikan
pengaruh psikologis yang luas seperti yang dikatakan. Maka iklan tidak bisa
dikatakan menciptakan nilai dalam masyarakat, tetapi hanya merefleksikannya.
(2) Iklan dan Pemborosan
- Kritik iklan merupakan pemborosan. Pakar ekonomi membedakan biaya produksi
dan biaya penjualan. Biaya produksi biaya sumber daya yang digunakan untuk
memproduksi atau meningkatkan kualitas suatu produk. Biaya penjualan biaya
tambahan atas sumber daya yang tidak ditunjukkan untuk mengubah produk, namun
diinvestasikan pada usaha-usaha untuk membujuk calon konsumen agar membeli
produk tersebut.
- Menurut kritikus biaya sumber daya yang digunakan iklan pada dasarnya adalah
“biaya penjualan”. Jadi sumber daya yang digunakan untuk iklan “terbuang sia-sia”
karena digunakan tanpa memberikan tambahan kegunaan dalam hal apapun.
- Tanggapan lain iklan berperan menciptakan kenaikan permintaan yang
menguntungkan atas semua produk memungkinkan dilakukan produksi masal
hasilnya, perluasan ekonomi secara bertahap, dimana produk dihasilkan dengan
tingkat efisiensi yang semakin tinggi dan semakin murah iklan menambah utilitas
konsumen dengan berperan menciptakan konsumen yang lebih besar memotivasi
produktivitas dan efisiensi yang lebih besar, dan struktur harga lebih rendah.
- Meskipun iklan merupakan pemacu konsumsi yang efektif, beberapa penulis
mengatakan bahwa ini bukan merupakan suatu berkeh. Kebutuhan sosial yang
paling mendesak saat ini adalah mencari cara menurunkan konsumsi. Jadi klaim
bahwa iklan mendorong tingkat konsumsi yang lebih besar tidaklah menguntungkan.
(3) Iklan dan Kekuatan Pasar
- Nicholas Kaldor usaha iklan yang masif dari perusahaan-perusahaan modern
memungkinkan mereka mencapai dan mempertahankan monopoli (atau oligopoli)
atas pasar. Jadi usaha yang masif tersebut digunakan untuk memperkenalkan produk
mereka menciptakan “loyalitas” konsumen perusahaan mampu mengendalikan
sebagian besar pasar, perusahaan kecil tidak mampu masuk pasar.
- Hubungan iklan dengan kekuatan pasar industtri yang lebih terkonsentrasi dan
kurang kompetitif akan menunjukkan tingkat pengeluaran untuk iklan yang tinggi,
sementara industri yang kurang terkonsentrasi dan lebih kompetitif menunjukkan
tingkat pengeluaran yang lebih rendah.
c. Iklan dan Pembentukan Keinginan Konsumen
- John K. Galbraith iklan bersifat manipulatif: iklan dimaksud untuk menciptakan
keinginan dalam diri konsumen untuk tujuan penyerapan output industri. Gailbraith
membedakan 2 keinginan: (1) keinginan yang memiliki dasar ‘fisik’, seperti
keinginan untuk memperoleh makanan dan tempat tinggal; dan (2) keinginan yang
memiliki ‘asal usul psikologis’, seperti keinginan seseorang akan barang yang
‘membuatnya merasa berprestasi, setara dengan tetangganya, dll’. Jadi iklan digunakan
untuk menciptakan keinginan-keinginan psikis yang bertujuan untuk memastikan
bahwa orang-orang membeli apa yang diproduksi, atau menyerap output sistem
industri yang semakin besar. Produksi tidak dilakukan untuk melayani kebutuhan
manusia, namun keinginan manusia-lah yang diatur agar melayani kebutuhan
produksi.
- Jika pandangan Galbraith benar iklan melanggar hak individu untuk memilih bagi
dirinya sendiri: iklan memanipulasi konsumen. Namun masih belum jelas apakah
pandangan ini benar. Sehingga belum jelas apakah keinginan psikis dapat dimanipulasi
oleh iklan dalam cara yang diasumsikan Galbraith.
- F.A. Von Hayek “penciptaan” keinginan psikis tidak muncul dari iklan
- Iklan tentang mainan anak-anak yang dimodelkan menurut tokoh super hero atau
mainan tentara mendorong muncunya perilaku agresif dan kekerasan dalam diri anak-
anak yang memang sangat mudah dipengaruhi dan dimanipulasi, sehingga termasuk
dalah iklan yang tidak etis melanggar hak konsumen untuk diperlakukan sebagai
makhluk hidup yang bebas dan rasional.
d. Iklan dan Pengaruhnya pada Keyakinan Konsumen
- Sebagian besar kritik terhadap iklan difokuskan pada aspek-aspek penipuan dari iklan
modern penipuan dapat terdiri dari beberapa bentuk, dengan menggunakan
rekayasa, pernyataan para ahli yang tidak benar, menyisipkan kata dijamin,
menuliskan harga yang tidak benar, tidak menunjukkan cacat produk, meremehkan
produk pesaing, atau menggunakan nama merek yang mirip dengan nama yang telah
terkenal.
- Tradisi etis telah lama mengecam penipuan dalam iklan karena dianggap melanggar
hak konsumen yang memilih bagi dirinya sendiri (Argumen Kant) dan karena
menciptakan ketidakpercayaan publik atas iklan sehingga meniadakan utilitas iklan
dan bahkan bentuk-bentuk komunikasi lain (argumen utilitarian)
- Komunikasi melibatkan 3 aspek
(1) Orang yang menciptakan komunikasi: pembuat iklan tidak dapat dimintai
pertanggungjawaban secara moral atas kesalahan menggambarkan sesuatu
(misrepresentasi) apabila hal tersebut merupakan akibat yang tidak dapat
diperkirakan dari kecerobohan penerimanya.
(2) Media: media secara moral bertanggungjawab atas pengaruh-pengaruh yang
ditimbulkan, termasuk untuk tidak “menyesatkan”.
(3) Penerima: masalah yang muncul adalah sampai seberapa besar kemampuan
konsumen untuk menyaring bias-bias yang terdapat di hampir semua iklan?
Sayangnya kita tidak tahu banyak tentang seberapa besar konsumen mampu
menyaring pesan-pesan iklan yang hampir selalu besar-besaran.
6. Privasi Konsumen
- Kemajuan pemrosesan komputer, database perangkat lunak, dan teknologi komunikasi
memunculkan kemampuan baru untuk mengumpulkan, memanipulasi, dan
menyebarkan informasi untuk memungkinkan terjadinya invasi besar-besaran terhadap
privasi konsumen serta menciptakan kemungkinan terjadinya hal-hal yang merugikan
akibat informasi yang salah.
- Hak untuk memperoleh privasi adalah hak untuk tidak diganggu. Hak seseorang
untuk memutuskan apa, pada siapa, dan berapa banyak informasi tentang dirinya yang
boleh diungkapkan pada pihak lain.
- 2 jenis privasi:
(1) Privasi psikologis berkaitan dengan kehidupan diri seseorang, yang diantaranya
termasuk pikiran dan rencana, keyakinan dan nilai-nilai pribadi, perasaan, dan
keinginan melanggar, berarti menyerang orang tersebut
(2) Privasi fisik berkaitan dengan aktivitas fisik seseorang.
- Fungsi ‘protektif atau perlindungan’ dari privasi :
(1) Privasi menjamin bahwa orang lain tidak mendapat informasi tentang diri kita yang
jika terungkap akan membuat diri kita malu, mjd bahan tertawaan, direndahkan, dll
(2) Mencegah orang lain ikut campur tangan dalam rencana kita karena memang
mereka tidak memiliki nilai-nilai yang sama seperti yang kita yakini.
(3) Melindungi orang-orang yang kita cintai agar keyakinan mereka pada kita tidak
terguncang.
(4) Melindungi individu dari ajakan untuk melakukan yang merugikan diri sendiri.
- Fungsi ‘kemungkinan’ dari privasi :
(1) Memungkinkan seseorang menjalin persahabatan, cinta, dan kepercayaan dengan
orang lain.
(2) Memungkinkan terbentuknya hubungan-hubungan profesional tertentu.
(3) Memungkinkan seseorang mempertahankan peran sosialnya.
(4) Memungkinkan orang-orang menentukan siapa mereka dengan memberikan dalam
cara mereka menampilkan diri di masyarakat dan cara dimana masyarakat melihat
mereka.
- Jadi jelas bahwa pertimbangan kita atas privasi cukup penting untuk dapat
mengakuinya sebagai hak yang dimiliki semua orang, termasuk konsumen.
- Hak privasi konsumen perlu diimbangi dengan kebutuhan bisnis yang sah. Beberapa
pertimbangan diusulkan sebagai kunci untuk menyeimbangkan kebutuhan bisnis
dengan hak privasi, diantaranya (1) relevansi, (b) pemberitahuan, (c) persetujuan, (d)
ketepatan, (e) tujuan, dan (f) penerima dan keamanan.
BAB 7 Buku Velasquez
The Ethics of Job Discrimination
Pendahuluan
Perdebatan yang terus berlanjut tentang ras dan gender sebagian besar difokuskan pada
bidang bisnis. Diskusi tentang diskriminasi telah masuk ke dalam masalah-masalah etis:
istilah-istilah keadilan, kesamaan hak, rasisme, hak, dan diskriminasi selalu ada dalam setiap
perdebatan. Bab ini akan menganalisis berbagai sisi masalah etis, yang diawali dengan
memperlajari sifat dan tingkat diskriminasi, dan dilanjutkan denghan pembahasan tentang
aspek-aspek perilaku diskriminatif dalam ketenagakerjaan dan diakhiri dengan pembahasan
mengenai program-program tindakan afirmatif.
Sifat Diskriminasi Pekerjaan
Diskriminasi jenis kelamin masih merajalela. Selama awal tahun 1990-an, para peneliti di
Urban Institute menerbitkan hasil penelitian di mana mereka membandingkan beberapa
pria kulit hitam dengan pria kulit putih, dengan menyamakan tingkat keterbukaan,
semangat, pembicaraan, karakteristik fisik, pakaian, dan pengalaman kerja.
Diskriminasi adalah membedakan satu objek dari objek lainnya, suatu tindakan yang
secara moral adalah netral dan tidak dapat disalahkan. Tetapi dalam pengertian modern,
istilah secara moral tidak netral: karena biasanya mengacu pada tindakan yang
membedakan seseorang dari orang lain bukan berdasarkan keunggulan yang dimiliki,
namun berdasarkan prasangka atau berdasarkan sikap-sikap yang secara moral tercela.
Melakukan diskriminasi tenaga kerja berarti membuat keputusan (atau serangkaian
keputusan) yang merugikan pegawai (atau calon pegawai) yang merupakan anggota
kelompok tertentu karena adanya prasangka yang secara moral tidak dibenarkan terhadap
kelompok tertentu.
Diskriminasi dalam ketenagakerjaan melibatkan 3 elemen dasar: 1) keputusan yang
merugikan seorang pegawai atau lebih (atau calon pegawai) karena bukan didasarkan
pada kemampuan yang dimiliki. 2) keputusan yang sepenuhnya (atau sebagian) diambil
berdasarkan prasangka rasial atau seksual, stereotip yang salah, atau sikap lain yang
secara moral tidak benar terhadap kelompok tertentu dimana pegawai tersebut berasal. 3)
keputusan (serangkaian keputusan) yang memiliki pengaruh negatif atau merugikan pada
kepentingan-kepentingan pegawai, mungkin melibatkan mereka kehilangan pekerjaan,
kesempatan memperoleh kenaikan pangkat, atau gaji yang lebih baik.
Diskriminasi tenaga kerja di Amerika secara historis pada umumnya ditujukan pada
berbagai macam kelompok, diantaranya agama, etnis, ras, dan seksual.
Bentuk-Bentuk Diskriminasi: Aspek Kesengajaan dan Aspek Institusional
1. Tindakan diskriminatif mungkin merupakan bagian dari perilaku terpisah (tidak
terinstitusionalisasi) dari seseorang yang dengan sengaja dan sadar melakukan
dskriminasi karena adanya prasangka pribadi.
2. Tindakan diskriminatif mungkin merupakan bagian dari perilaku rutin dan sebuah
kelompok yang terinstitusionalisasi, yang dengan sengaja dan sadar melakukan
diskriminasi berdasarkan prasangka pribadi para anggotanya.
3. Tindakan diskriminatif mungkin merupakan bagian dari perilaku yang terpisah (tidak
terinstituionalisasi) dari seseorang yang secara tidak sengaja dan tidak sadar melakukan
idskriminasi terhada orang lain karena dia menerima dan melaksanakan praktik-praktik
stereotip tradisional drai masyarakat.
4. Tindakan diskriminatif mungkin merupakan bagian drai rutinitas sistemiatis dari
organisasi perusahaan atau kelompok yang secara tidak sengaja memasukkan prosedur-
prosedur formal yang mendiskriminasikan kaum perempuan atau kelompok minoritas.
Tingkat Diskriminasi
Indikator pertama diskriminasi muncul apabila terdapat proporsi yang tidak seimbang
atas anggota kelompok tertentu yang memegang jabatan yang kurang diminati dalam suatu
institusi tanpa mempertmbangkan preferensi ataupun kemampuan mereka.
Ada 3 perbandingan yang bisa membuktikan distribusi semacam itu: 1) perbandingan
atas keuntungan rata-rata yang diberikan institusi pada kelompok yang terdiskriminasi dan
kelompok lain. 2) perbandingan atas proporsi kelompok terdiskriminasi yang terdapat
dalam tingkat pekerjaan paling rendah dengan proporsi kelompok lain dalam tingkat yang
sama. 3) perbandingan proporsi dari anggota kelompok tersebut yang memegang jabatan
lebih menguntungkan dengan proporsi kelompok lain dalam jabatan yang sama.
Perbandingan Penghasilan Rata-Rata
Perbandingan penghasilan memberikan indikator paling sugestif aats diskriminasi.
Perbandingan penghasilan juga mengungkapkan adanya berbagai kesenjangan yang
berkaitan dengan gender.
Perbandingan Kelompok Penghasilan Rendah
Kelompok penghasilan terendah di Amerika terdiri dari orang-orang yang penghasilan per
tahunnya di bawah tingkat kemiskinan.
Dalam kaitannya dengan tingkat penghasilan yang lebih rendah untuk perempuan, juga
tidaklah mengejutkan bila keluarga-keluarga yang dikepalai oleh perempuan lebih banyak
yang termasuk di bawah tingkat kemiskinan dibandingkan dengan yang dikepalai oleh
pria.
Perbandingan Pekerjaan yang Diminati
Pekerjaan-pekerjaan yang lebih diminati dimiliki oleh orang-orang kulit putih sementara
yang kurang diminati dimiliki oleh orang-orang kulit hitam, demikian juga pekerjaan-
pekerjaan dengan gaji yang tinggi dimiliki oleh kaum pria, dan sisanya untuk kaum
perempuan.
Tenaga kerja perempuan dan minoritas tetap menghadapi hambatan-hambatan besar di
pasar kerja. 1) sebagian besar tenaga kerja perempuan diarahkan menuju pekerjaan-
pekerjaan “perempuan” yang gajinya lebih kecil dibandingkan pekerjaan “pria”. 2) saat
tenaga kerja perempuan memperoleh kemajuan karier, mereka menghadapi hambatan
(yang disebut dinding kaca) saat mereka berusaha meraih jabatan manajemen tinggi. 3)
perempuan yang sudah menikah dan ingin punya anak, berbeda dengan pria yang sudah
menikah dan ingin punya anak, saat dia menghadapi hambatan-ha,batan besar dalam
perkembangan karier mereka.
Anggota kelompok minoritas yang memasuki pasar kerja dalam jumlah besar juga
menghadapi hambatan-hambatan penting. Saat mereka memasuki pasar kerja, mereka
mendapati bahwa sebagian besar pekerjaan yang ada mensyaratkan tingkat keahlian dan
pendidikan yang jauh lebih tinggi dari yang mereka miliki. Kelompok minoritas saat ini
merupakan kelompok dengan tingkat keahlian dan tingkat pendidikan paling rendah.
lebih jauh lagi, muncul hambatan lain yaitu 42% pegawai perempuan yang bekerja di
pemerintahan federal melaporkan bahwa mereka mengalami pelecehan seksual yang tidak
diinginkan.
Diskriminasi: Utilitas, hak, dan Keadilan
Argumen yang menentang diskriminasi secara umum dibagi menjadi 3 kelompok: 1)
argumen utilitarian, yang menyatakan bahwa diskriminasi mengarahkan pada penggunaan
sumber daya manusia secara tidak efisien. 2) argumen hak, yang menyatakan bahwa
diskriminasi melanggar HAM. 3) argumen keadilan, yang menyatakan bahwa diskriminasi
mengakibatkan munculnya perbedaan distribusi keuntungan dan beban dalam masyarakat.
Utilitas
Argumen utilitarian yang menentang diskriminasi rasial dan seksual didasarkan pada
gagasan bahwa produktivitas masyarakat akan optimal jika pekerjaan diberikan dengan
berdasarkan kompetensi. Untuk memastikan agar pekerjaan bisa dilaksanakan seproduktif
mungkin, maka semuanya harus diberikan pada individu-individu yang keahlian dan
kepribadiannya merupakan yang paling kompeten bagi pekerjaan tersebut.
Diskriminasi terhadap para pencari kerja berdasarkan ras, jenis kelamin, agama, atau
karakteristik-karakteristik lain yang tidak berkaitan dengan pekerjaan adalah tidak efisien
dan bertentangan dengan prinsip-prinsip utilitarian.
Argumen utilitarian dihadapkan pada 2 keberatan: 1) jika argumen ini benar, maka
pekerjaan haruslah diberikan dengan dasar kualifikasi yang berkaitan dengan pekerjaan,
hanya jika hal tersebut akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jika dalam suatu
situasi tertentu, kesejahteraan masyarakat akan menjadi lebih baik dengan memberikan
pekerjaan berdasarkan faktor yang tidak berkaitan dengan pekerjaan, maka para
pendukung argumen utilitarian akan mengatakan bahwa dalam situasi-situasi semacam itu,
pekerjaan tidak perlu diberikan dengan berdasakan kualifikasi pekerjaan, namun
berdasarkan pada faktor lain. 2) argumen utilitarian juga harus menjawab tuntutan
penentangnya yang menyatakan bahwa masyarakat secara keseluruhan akan memperoleh
keuntungan dari keberadaan bentuk-bentuk diskriminasi seksual tertentu.
Hak
Argumen non-utilitarian yang menentang diskriminasi rasial dan seksual salah satunya
menyatakan bahwa diskriminasi salah karena hal tersebut melanggar hak moral dasar
manusia. Yang Hal ini berkaitan dengan teori Kant.
Masing-masing individu memiliki hak moral untuk diperlakukan sebagai seorang yang
merdeka dan sejajar dengan semua orang lain, dan bahwa semua individu memiliki
kewajiban moral korelatif untuk memperlakukan satu sama lain sebagai individu yang
merdeka dan sejajar.
Tindakan diskriminasi melanggar prinsip hak tersebut dalam 2 cara: 1) diskriminasi
didasarkan pada keyakinan bahwa suatu kelompok tertentu dianggap lebih rendah
dibandingkan kelompok lain. 2) diskriminasi menempatkan kelompok yang
terdiskriminasi dalam posisi sosial dan ekonomi yang rendah.
Sejumlah argumen Kantian, yang berkaitan dengan argumen di atas menyatakan bahwa
diskriminasi salah karena orang yang melakukan diskriminasi tidak ingin perilakunya
diuniversalkan.
Keadilan
Kelompok argumen non-utilitarian kedua melihat diskriminasi sebagai pelanggaran
atas prinsip-prinsip keadilan. John Rawls menyatakan bahwa prinsip-prinsip keadilan
yang menjelaskan “original position” yang paling penting adalah prinsip kesamaan hak
untuk memperoleh kesempatan.
Diskriminasi melanggar prinsip tersebut dengan cara menutup kesempatan bagi kaum
minoritas untuk menduduki posisi-posisi tertentu dalam sebuah lembaga sehingga
otomatis berarti mereka tidak memperoleh kesempatan yang sama dengan orang lain.
Pendekatan lain terhadap moralitas diskriminasi juga melihat diskriminasi sebagai salah
satu bentuk ketidakadilan, mendasarkan pandangannya pada “prinsip keadilan formal”:
individu-individu yang setara dalam segala hal yang berkaitan dengan, misalnya
pekerjaan haruslah diperlakukan secara sama sekalipun mereka berbeda dalam aspek-
aspek yang tidak relevan lainnya.
Praktik Diskriminasi
Tindakan-tindakan yang dianggap diskriminatif adalah sebagai berikut:
1. Rekrutmen: perusahaan-perusahaan yang sepenuhnya bergantung pada referensi verbal
para pegawai saat ini dalam merekrut pegawai baru cenderung merekrut pegawai dari
kelompok ras dan seksual yang sama dnegan yang terdapat dalam perusahaan.
2. Screening (seleksi): kualifikasi pekerjaan dianggap diskriminatif jika tidak relevan dengan
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
3. Kenaikan pangkat: proses kenaikan pangkat, kemajuan kerja, dan transfer dikatakan
diskriminatif jika perusahaan memisahkan evaluasi kerja pria kulit putih dengan pegawai
perempuan dan pegawai dari kelompok minoritas.
4. Kondisi pekerjaan: pemberian gaji dikatakan diskriminatif jika diberikan dalam jumlah
yang tidak sama untuk orang-orang yang melaksanakan pekerjaan yang pada dasarnya
sama.
5. PHK: memecat pegawai berdasarkan pertimbangan ras dan jenis kelamin jelas
merupakan diskriminasi.
Pelecehan Seksual
Kaum perempuan merupakan korban dari salah satu bentuk diskriminasi yang terang-
terangan dan koersif: mereka menghadapi kemungkinan pelecehan seksual.
Pada tahun 1978, Equal Employment Commission mempublikasikan serangkaian
pedoman untuk mendefinisikan pelecehan seksual dan menetapkan apa yang menurut
mereka sebagai tindakan yang melanggar hukum, diantaranya: 1) sikap tunduk terhadap
tindakan tersebut secara eksplisit ataupun implisit dikaitkan dengan situasi atau syarat-
syarat kerja seseorang. 2) sikap tunduk atau penolakan terhadap tindakan digunakan
sebagai dasar untuk membuat keputusan yang berpengaruh pada individu yang
bersangkutan. 3) tindakan tersebut bertujuan mengganggu pelaksanaan pekerjaan seserang
atau menciptakan lingkungan kerja yang diwarnai kekhawatiran, sikap permusuhan, atau
penghinaan.
Namun, ada aspek-aspek tertentu dalam pedoman yang perlu dibahas lebih jauh: 1)
pedoman tersebut tidak hanya melarang tindakan pelecehan seksual, namun juga tindakan
yang menciptakan lingkungan kerja yang diwarnai kekhawatiran, sikap permusuhan, dan
penghinaan. Hal itu berarti perusahaan dianggap bersalah melakukan pelecehan seksual
apabila mencipatakan lingkungan kerja yang memusuhi terhadap perempuan sekalipun
tidak terjadi insiden-insiden khusus ataupun pelecehan seksual yang sesungguhnya. 2)
pada pedoman dinyatakan bahwa kontak verbal dan fisik yang sifatnya seksual merupakan
pelecehan seksual apabila berpengaruh buruk pada prestasi kerja seseorang. Hal ini berarti
bahwa apa yang dianggap sebagai pelecehan seksual bergantung pada penilaian yang
sepenuhnya subjektif dari korban. Selain itu pelanggaran tindakan verbal pada akhirnya
akan melanggar kebebasan berbicara. 3) karakteristik penting yang perlu dicatat pada
pedoman adalah seorang penguasa dikatakan bersalah atas pelecehan seksual sekalipun dia
tidak tahu dan tidak mungkin bisa mengerti apa yang terjadi, dan sekalipun dia secara
eksplisit melarangnya.
Di Luar Ras dan Jenis Kelamin: Kelompok Lain
Age Discrimination dalam Employment Act tahun 1967 melarang diskriminasi terhadap
pegawai yang lebih tua berdasarkan usia, sampai mereka berusia 65 tahun.
Meskipun para pegawai tua dan yang menderita cacat setidaknya memiliki perlindungan
hukum terhadap diskriminasi, namun perlindungan semacam ini tidak atau jarang
diberikan pada para pegawai yang memiliki preferensi seksual yang tidak lazim.
Banyak perusahaan yang juga menerapkan kebijakan yang melarang perekrutan tenaga
kerja yang kelebihan berat badan .
Tindakan Afirmatif
untuk menghapus pengaruh-pengaruh diskriminasi masa lalu, banyak perusahaan yang
melakukan program-program tindakan afirmatif yang dimaksudkan untuk mencapai
distribusi yang lebih representatif dalam perusahaan dengan memberikan preferensi pada
kaum perempuan dan kelompok minoritas.
Inti program tindakan afirmatif adalah sebuah penyelidikan yang mendetail atas semua
klasifikasi pekerjaan besar dalam perusahaan.
Program tindakan afirmatif secara umum dikritik dengan alasan bahwa dalam upaya
memperbaiki kerugian akibat diskriminasi masa lalu, program-program itu sendiri juga
menjadi diskriminatif, baik rasial ataupun seksual.
Program tindakan afirmatif dianggap sebagai diskriminasi terhadap para kulit putih
karena menggunakan karakteristik-karakteristik yang tidak relevan (ras atau jenis kelamin)
dalam mengambil keputusan, dan ini melanggar keadilan karena tidak mengindahkan
prinsip-prinsip kesamaan hak dan kesempatan.
Argumen yang digunakan untuk membenarkan program-program tindakan afirmatif
dalam menghadapi kecaman di atas dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian: 1)
menginterpretasikan perlakuan preferensial yang diberikan pada kaum perempuan dan
minoritas sebagai suatu bentuk kompensasi atas kerugian yang mereka alami di masa lalu.
2) menginterpretasikan perlakuan preferensial sebagai suatu sarana guna mencapai tujuan-
tujuan sosial tertentu.
Tindakan Afirmatif Sebagai Kompensasi
Argumen-argumen yang mendukung tindakan afirmatif, sebagai salah satu bentuk
kompensasi didasarkan pada konsep keadilan kompensatif. Keadilan kompensatif
mengimplikasikan bahwa seseorang wajib memberikan kompensasi terhadap orang-orang
yang dirugikan secara sengaja.
Program tindakan afrmatif diinterpretasikan sebagai salah satu bentuk ganti rugi yang
diberikan kaum pria kulit putih kepada perempuan dan kelompok minoritas karena
telah merugikannya dengan cara tidak adil mendiskriminasikan mereka di masa lalu.
Kelemahan argumen yang mendukung tindakan afirmatif yang didasarkan pada prinsip
kompensasi adalah prinsip ini mensyaratkan kompensasi hanya dari individu-individu
yang secara sengaja merugikan orang lain, dan memberikan kompensasi hanya pada
individu-individu yang dirugikan.
Program tindakan afrmatif tidak adil karena pihak yang memperoleh keuntungan dari
program ini bukanlah individu-individu yang dirugikan di masa lalu, dan orang-orang
yang membayar ganti rugi juga bukan individu yang melakukan tindakan tersebut.
Sejumlah penulis berusaha menanggapi kritik terhadap argumen tindakan afirmatif
sebagai kompensasi dengan mengklaim bahwa pada dasanya semua orang kulit hitam
yang hidup saat ini dirugikan oleh diskriminasi yang dilakukan oleh semua orang kulit
putih yang memperoleh keuntungan dari tindakan tersebut.
Tindakan Afirmatif Sebagai Instrumen untuk Mencapai Tujuan Sosial
Rangkaian argumen kedua yang diajukan untuk mendukung program tindakan afirmatif
didasarkan pada gagasan bahwa program-program tersebut secara moral merupakan
instrumen yang sah untuk mencapai tujuan-tujuan yang secara moral juga sah.
Jika para penentang argumen tersebut menyatakan bahwa program tindakan afirmatif tidak
adil karena mendistribusikan keuntungan dengan berdasarkan kriteria yang tidak relevan
seperti ras, maka kaum utilitarian bisa menjawab bahwa kebutuhan, bukan ras,
merupakan kriteria untuk mendistribusikan keuntungan dari program tindakan
afirmatif.
Hambatan utama yang dihadapi oleh pembenaran utilitarian atas program tindakan
afirmatif: 1)berkaitan dengan persolanan apakah biaya sosial dari program tindakan
afirmatif lebih besar dari keuntungan-keuntungan yang diperoleh. 2) para penentang
program tindakan afirmatif mempertanyakan asumsi bahwa ras merupakan indikator
kebutuhan yang tepat.
Meskipun argumen-argumen utilitarian yang mendukung program tindakan afirmatif
cukup meyakinkan, namun argumen yang paling tegas dan paling persuasif untuk
mendukung program tersebut dapat dibagi menjadi 2 bagian: 1) mereka menyatakan
bahwa tujuan yang diharapkan oleh program tindakan afirmatif adalah keadlian yang
merata. 2) mereka menyatakan bahwa program tindakan afirmatif secara moral merupakan
cara yang sah untuk mencapai tujuan.
Tujuan program tindakan afirmatif: 1) mendistribusikan keuntungan dan beban
masyarakat yang konsisten dengan prinsip-prinsip keadilan distributif, dan yang mampu
menghapuskan dominasi ras atau jenis kelamin tertentu atas kelompok pekerjaan penting.
2) menetralkan bias (baik yang disadari ataupun tidak) untuk menjamin hak yang sama
untuk memperoleh kesempatan bagi kaum perempuan dan minoritas. 3) menetralkan
kelemahan kompetitif yang saat ini dimiliki oleh kaum perempuan dan minoritas saat
mereka bersaing dengan pria kulit putih, agar mereka memperoleh posisi awal yang sama
untuk bersaing dengan pria kulit putih.
Cara dimana program tindakan afirmatif berusaha mencapai tujuan masyarakat yang
adil adalah memberikan preferensi pada kaum perempuan dan minoritas yang
berkualifikasi, dibandingkan pria kulit putih yang berkualifikasi, dalam upaya merekrut
dan memberikan kenaikan pangkat serta program-program pelatihan bagi para perempuan
dan kaum minoritas agar mereka lebih berkualifikasi untuk melakukan pekerjaan tertentu.
Ada 3 alasan yang diajukan untuk menunjukkan bahwa cara tersebut tidak sah: 1)
sering dikatakan bahwa tindakan afirmatif merupakan “diskriminasi” terhadap pria kulit
putih. 2) kadang dikatakan bahwa perlakuan preferensial melanggar prinsip keadilan
karena menggunakan karakteristik yang tidak relevan untuk membuat keputusan
kepegawaian. 3) sejumlah kritikus menyatakan bahwa program tindakan afirmatif
sesungguhnya malah merugikan kaum perempuan dan minoritas karena program itu
mengimplikasikan bahwa kaum perempuan dan minoritas sangat lebih rendah
dibandingkan pria kulit putih sehingga mereka perlu bantuan khusus agar bisa bersaing.
Keberatan ketiga terhadap program tindkaan afirmatif ditanggapi dalam beberapa cara: 1)
meskipun banyak anggota kelompok minoritas yang mengakui bahwa tindakan afirmatif
melibatkan biaya-biaya tertentu, namun mereka juga yakin bahwa keuntungannya masih
lebih besar dari biayanya. 2) program-program itu didasarkan pada asumsi inferioritas
kaum perempuan atau minoritas, namun pengakuan atas fakta bahwa keputusan yang
diambil para kulit putih, disadari atau tidak memiliki bias yang menguntungkan pria kulit
putih lain. 3) meskipun ada sebagian kaum minoritas yang merasa direndahkan oleh
adanya program tindakan afirmatif, namun sebagian besar kaum minoritas merasa jauh
lebih direndahkan oleh rasisme, baik yang terbuka ataupun terselubung, yang ingin
dihapuskan melalui program tindakan afirmatif. 4) menunjukkan prefernsi pada kelompok
tertentu akan menjadikan anggota kelompok tersebut merasa rendah adalah kesan yang
sama sekali keliru: selama beraba-abad kulit putih diuntungkan oleh diskriminasi rasial
dan seksual tanpa kehilangan kebanggan diri.
Penerapan Tindakan Afirmatif dan penanganan Kenseragaman
Para pendukung program tindakan afirmatif menyatakan bahwa kriteria lain selain ras
dan jenis kelamin perlu dipertimbangkan saat mengambil keputusan dalm program
tindakan afirmatif: 1) jika hanya kriteria ras dan jenis kelamin yang digunakan, hal ini
akan mengarahkan pada perekrutan pegawai yang tidak berkualifikasi dan meungkin akan
menurunkan produktivitas. 2) banyak pekerjaan yang memiliki pengaruh-pengaruh
penting pada kehidupan orang lain. 3) program tindakan afirmatif, jika dilanjutkan, akan
membuat negara kita menjadi negara yang lebih diskriminasi.
Pedoman berikut diusulkan sebagai salah satu cara untuk memasukkan berbagai
pertimbangan ke dalam program tindakan afirmatif ketika kaum minoritas kurang
terwakili dalam suatu perusahaan: 1) kelompok minoritas dan bukan minoritas wajib
direkrut/ dipromosikan hanya jika mereka telah mencapai tingkat kompetensi minimum
atau mampu mencapai tingkat tersebut dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. 2) jika
kualifikasi calon dari kelompok minoritas hanya sedikit lebih rendah (atau sama atau lebih
tinggi) dibandingkan yang bukan dari kelompok minoritas, maka calon tersebut harus
lebih diutamakan. 3) jika calon dari kelompok minortitas dan bukan minoritas sama-sama
berkualifikasi atas suatu pekerjaan, namun calon dari kelompok bukan minoritas jauh
lebih berkualifikai maka, (a) jika pelaksanaan pekerjaan tersebut berpengaruh langsung
pada kehidupan/ keselamatan orang lain/memiliki pengaruh penting pada efisiensi seluruh
perusahaan maka calon dari kelompok bukan minoritas yang lebih jauh berkualifikasi
harus lebih diutamakan; (b) jika pekerjaan tersebut tidak berkaitan langsung dengan aspek
keselamatan dan tidak memiliki pengaruh penting terhadap efisiensi seluruh perusahaan,
maka calon dari kelompok minoritas harus lebih diutamakan. 4) preferensi juga harus
diberikan pada calon dari kelompok minoritas hanya jika jumlah pegawai minoritas dalam
berbagai tingkat jabatan dalam perusahaan tidak proporsional dengan ketersediaan dalam
populasi.
Gaji yang Sebanding untuk Pekerjaan yang Sebanding
Tidak seperti program tindakan afirmatif, program nilai sebanding tidak berusaha
menempatkan lebih banyak pegawai perempuan dalam jabatan-jabatan dengan gaji yang
tinggi. Tetapi, berusaha memberikan gaji yang lebih tinggi bagi pegawai perempuan
dalam pekerjaan mereka saat ini.
Program nilai sebanding diawali dengan memperkirakan nilai setiap pekerjaan terhadap
suatu organisasi dan memastikan bahwa pekerjaan dengan nilai yang sebanding gajinya
juga sebanding. Tidak peduli apakah pasar tenaga kerja eksternal memberi gaji yang sama
atau tidak untuk pekerjaan-pekerjaan tersebut.
Program nilai sebanding menilai setiap pekerjaan menurut tingkat kesulitan, persyaratan
keahlian, pengalaman, akuntabilitas, risiko, persyaratan pengetahuan, tanggung jawab,
kondisi kerja, dan semua faktor lain yang dianggap layak memperoleh kompensasi.
Argumen dasar yang mendukung program nilai sebanding didasarkan pada prinsip
keadlilan. Para pendukung program tersebut menyatakan bahwa sekarang pekerjaan-
pekerjaan yang dijalani kaum perempuan oleh pasar kerja dibayar kebih rendah
dibandingkan pekerjaan kaum pria meskipun kedua pekerjaan tersebut memiliki tanggung
jawab dan persyaratan keahlian yang sebanding.
1) Argumen utama yang menentang program nilai difokuskan pada kelayakan pasar
sebagai penentu gaji. Penentang program menyatakan bahwa tidak ada cara yang objektif
untuk mengevaluasi apakah suatu pekerjaan sebanding dengan pekerjaan lain selain
menggunakan penilaian pasar kerja yang dalam hal ini merupakan gabungan dari ratusan
evaluasi dari pembeli dan penjual. 2) Jika pasar kerja membayar orang-orang yang
melakukan pekerjaan tertentu dengan gaji rendah, ini karena jumlah persediaan tenaga
kerja yang menginginkan pekerjaan tersebut relatif lebih besar dari pada permintaan. 3)
Terakhir, para penentang program ini mengatakan bahwa pekerjaan pria yang gajinya
lebih besar juga terbuka bagi kaum perempuan.
Para pendukung program nilai sebanding menjawab kritik tersebut dengan mengatakan
bahwa 1) pasar kerja tidak objek. Pekerjaan perempuan digaji lebih kecil karena pasar
kerja yang ada saat ini diskriminatif: mereka memberikan gaji lebih kecil pada pekerjaan-
pekerjaan perempuan hanya karena pekerjaan tersebut ditangani oleh pegawai perempuan.
2) Pekerjaan perempuan yang gajinya kecil bukan karena banyaknya tenaga kerja yang
tersedia, namun merupakan indikasi bahwa kaum perempuan oleh para pelaku pasar kerja
masih dilihat sebagai individu yang kurang cakap, kurang keahlian, dan kurang
memiliki komitmen dibanding pria. Karena adanya bias subjektif dan diskriminasi, para
pembeli di pasar kerja tidak memberi nilai yang tepat bagi pekerjaan-pekerjaan yang
ditangani kaum perempuan. Jadi, pasar kerja bukan merupakan indikator skala kelayakan
gaji yang tepat bagi pekerjaan-pekerjaan kaum perempuan.