Anda di halaman 1dari 10

AKUNTANSI FORENSIK

AUDIT INVESTIGATIF:
TEKNIK AUDIT DAN TEKNIK PERPAJAKAN

Disusun oleh :
Hafidz Rahman Ponto (170020110111003)
Henny Rakhmawati (170020110111004)
Iman Haidar (170020110111004)
Sri Umi (170020110111004)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI & MAGISTER AKUNTANSI

MAGISTER FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017
Audit investigatif merupakan penelitian secara mendalam terhadap fakta-fakta. Dalam
Tuanakotta (2010) mengemukakan bahwa auditor investigatif adalah gabungan antara
pengacara, akuntan kriminolog, dan detektif. Tuanakotta (2007:49) menyatakan bahwa
pemeriksa fraud harus memiliki kemampuan yang unik. Disamping keahlian teknis, seorang
pemeriksa fraud yang sukses mempunyai kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari
berbagai saksi secara fair, tidak memihak, sahih (mengikuti ketentuan perundang-undangan),
dan akurat, serta mampu melaporkan fakta-fakta itu secara akurat dan lengkap. Kemampuan
untuk memastikan kebenaran dari fakta yang dikumpulkan dan kemudian melaporkannya
dengan lengkap dan akurat adalah sama pentingnya.
1. Investigatif Dengan Teknik Audit
Teknik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran penyajian
laporan keuangan. Hasil dari penerapan teknik audit adalah bukti audit. Jika teknik-tekni
tersebut diterapkan dalam audit umum, maka bukti audit yang berhasil dikumpulkan dapat
mendukung pendapat auditor independen. Ada tujuh teknik audit yaitu:
A. Memeriksa dan Mengamati Fisik (Physical Examination)
Memeriksa fisik atau physical examination umumnya diartikan sebagai penghitungan
uang tunai (baik dalam mata uang rupiah atau mata uang asing), kertas berharga, persediaan
barang, aktiva tetap, dan barang berwujud (tangible assets) lainnya.
Mengamati sering diartikan sebagai pemanfaatan indera kita untuk mengetahui sesuatu.
Misalnya ketika melakukan kunjungan pabrik, kita melihat luasnya pabrik, peralatan yang
ada, kegiatan yang dilakukan, banyaknya dan beragamnya tenaga kerja. Kita juga mendengar
sesuatu, mungkin sesuatu yang wangi (seperti di pabrik parfum, aromatik, obat, dan lain-lain)
atau bahkan bau yang menyengat (misalnya ditempat penyamakan kulit atau tempat
pengolahan sampah). Kita bisa mencicipi, misalnya di pabrik yang menghasilkan makanan.
Kita merasa suhu panas atau dingin ditempat kerja. Singkatnya, mengamati adalah
menggunakan indera, bisa salah satu atau beberapa indera sekaligus.
Dalam teknik ini investigator menggunakan inderanya, untuk mengetahui atau
memahami sesuatu. Dari beberapa contoh dibawah, kita melihat berbagai tingkat pemahaman
yang bisa diperoleh dari pengamatan dan pemeriksaan fisik:
1.) Dari kunjungan ke lokasi yang terkena dampak semburan lumpur panas di Porong,
Sidoarjo tahun 2006, investigator menyaksikan sendiri apa yang terjadi dan luasnya
musibah. Ini salah satu pemahaman. Investigator mempunyai “bayangan”. Pemahaman
ini penting ketika nantinya ia membaca laporan para ahli secara rinci tentang luasnya
kerusakan dan besarnya kerugian.
2.) Dari kunjungan ke wilayah yang terkena gempa, para relawan dan petugas dari dinas
Sosial dapat menentukan jumlah kilometer jalan, rumah, sekolah, rumah ibadah, kantor,
pabrik, dan lain-lain yang rusak. Pemahaman ini lebih dalam dari “bayangan” mengenai
intensitas kerugian akibat semburan Lumpur panas tadi. Disini ada data kuantitatif.
B. Meminta Konfirmasi (Confirmation)
Meminta informasi baik lisan maupun tertulis kepada auditan, merupakan prosedur
yang biasa dilakukan auditor. Pertanyaannya, apakah dalam investigasi hal itu perlu
dilakukan? Apakah sebaiknya kita tidak meminta informasi, supaya yang diperiksa tidak
mengetahui apa yang kita cari? Yang bersangkutan juga mempunyai kepentingan dan
peluang untuk berbohong.
Seperti dalam audit juga dalam investigatif, permintaan informasi harus dibarengi,
diperkuat, atau dikolaborasi dengan informasi dari sumber lain atau diperkuat (substantiated)
dengan cara lain. Permintaan informasi sangat penting, dan juga merupakan prosedur yang
normal dalam suatu investigatif. Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (dari yang
diinvestigasi) untuk menegaskan kebenaran atau tidak keebenaran suatu informasi. Dalam
audit, tehnik ini umumnya diterapkan untuk mendapat kepastian mengenai saldo utang-
piutang. Tapi sebenarnya ia dapat diterapkan untuk berbagai informasi, keuangan maupun
non keuangan.
C. Memeriksa Dokumen (Documentation)
Tak ada investigasi tanpa pemeriksaan dokumen. Hanya saja, dengan kemajuan
teknologi, definisi dokumen menjadi luas, termasuk informasi yang diolah, disimpan dan
dipindahkan secara elektronis/digital.
D. Review Analitikal (Analytical Review)
Dalam review analitikal yang penting bukannya perangkat lunaknya, tetapi
semangatnya. Pada dasarnya seorang investigator secara intuitif terobsesi dengan “sesuatu
yang melenceng” dan bahwa “something must be wrong because it appears so”. Karena itu
ia memerlukan patokan atau benchmark untuk membandingkannya dengan apa yang
dihadapinya. Patokan inilah yang dirumuskan Stringer dan Stewart sebagai results that may
reasonably be expected.
Prosedur analitik juga dapat dikatakan sebagai tes kelayakan (test of reasonableness)
karena membandingkan apa yang diperoleh dengan apa yang diharapkan. Sebagai contoh
apabila auditor ingin mengetahui omzet penjualan suatu perusahaan yang diperiksanya maka
auditor dapat membandingkan antara biaya komisi dengan penjualan yaitu dengan tarif
komisi penjualan yang ditetapkan perusahaan.
Misalnya kita sedang menginvestigasi suatu bank yang berkewajiban memungut pajak
penghasilan atas bunga yang diperoleh nasabahnya. Apakah bank menyetorkan pajak
penghasilan ini sesuai ketentuan, baik dalam jumlah maupun waktu penyetoran? Apakah
investigasi ini harus dimulai di cabang-cabang atau kantor-kantor perwakilan? Menurut
review analitikal, tidak.
Kita mulai dengan mencocokkan angka-angka agregat. Pertama, kita tentukan jumlah
pajak penghasilan yang sudah disetorkan untuk bank secara keseluruhan (kantor pusat dan
cabang-cabang), menurut pembukuan bank itu. Selanjutnya, ini adalah hasil perkalian antar
tarif pajak (misal 10 %) dengan jumlah bunga yang dibayarkan bank itu kepada kepada para
nasabahnya. Perbedaan antara data A dengan data B bisa merupakan perbedaan waktu
(timming difference) saja. Yakni, perbedaan antara saat memotong dan saat menyetor pajak
penghasilan. Timming difference ini juga mudah dialokasi.
Tetapi mungkin juga ada perbedaan yang bersifat tetap (permanent difference)
misalnya dalam hal deposan dalam negeri yang mendapat pembebasan pajak penghasilan dan
deposan di cabang-cabang luar negeri dimana bank tidak berkewajiban memungut pajak
penghasilannya. Perbedaan ini mudah diketahui karena umumnya jumlah deposan dalam
negeri yang dibebaskan, tidak banyak. Sedangkan untuk deposan di cabang-cabang diluar
negeri, kita mengabaikan seluruh data bunga luar negeri (bagian dari data B semula).
Ada bermacam-macam variasi dari teknik review analitikal, namun semuanya
didasarkan atas perbandingan antara apa yang dihadapi dengan apa yang layaknya harus
terjadi, dan berusaha menjawab sebabnya terjadi kesenjangan. Apakah ada kesalahan (error),
fraud, atau salah merumuskan patokannya.
E. Meminta Informasi Lisan Atau Tulisan Dari Auditee (Inquiries Of The Auditee)
Meminta informasi lisan maupun tulisan dari pihak yang diaudit ini bertujuan untuk
mendukung masalah.
F. Menghitung Kembali (Reperformance)
Menghitung kembali atau repeform tidak lain dari mencek kebenaran perhitungan (kali,
bagi, tambah, kurang, dan lain-lain). Ini prosedur yang sangat lazim dalam audit. Biasanya
tugas ini diberikan kepada seseorang yang baru mulai bekerja sebagai auditor, seorang junior
auditor di kantor akuntan.
Dalam investigatif, perhitungan yang dihadapi umumnya sangat kompleks, didasarkan
atas kontrak atau perjanjian yang rumit, mungkin sudah terjadi perubahan dan renegoisasi
berkali-kali dengan pejabat (atau kabinet) yang berbeda. Perhitungan ini dilakukan atau
disupervisi oleh investigator yang berpengalaman.
Beberapa contoh penghitungan kembali semacam itu yang berpotensi triliunan rupiah:
a. Kasus penyelesaian kewajiban pemegang saham menurut Keputusan Menteri Keuangan
nomor 151/KMK.01/2006 tanggal 16 Maret 2006 mensyaratkan penetapan jumlah
kewajiban berdasarkan data terakhir.
b. Perhitungan cost recovery oleh kontraktor bagi hasil (production sharing contractor).
Cost recovery ini sangat besar jumlahnya. Kalau tidak dihitung kembali oleh
counterpart PSC atau lembaga pemeriksa independen, cost recovery rawan
penyalahgunaan.
c. Biaya yang dikeluarkan BUMN yang mempunyai kewajiban memberikan pelayanan
umum (public service obligation). Keterlambatan pembayaran PSO mempunyai
dampak yang besar terhadap likuiditas BUMN yang bersangkutan.
G. Mengamati (Observation)
Dalam mengamati / observation ini auditor lebih menggunakan intuisi terhadap
keumngkinan adanya hal-hal yang disembunyikan.
2. INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK PERPAJAKAN
Investigatif dengan teknik perpajakan menggunakan dua tehnik yang secara luas
dipraktekkan oleh IRS (Internal Revenue Services) di Amerika Serikat. Kedua teknik
investigasi ini digunakan untuk menentukan panghasilan kena pajak (PKP) yang belum
dilaporkan oleh wajib pajak dalam SPT milikinya. Penerapan teknik-teknik ini terus
berkembang, sehingga menjadi umum digunakan dalam memerangi organized crime.
Kedua tehnik investigatif ini adalah net worth method dan expenditure method.
Keduanya menggunakan logika pembukuan atau akuntansi yang sederhana. IRS
menggunakannya sebagai bukti tidak langsung (circumstantial evidence). Teknik ini
menggeser beban pembuktian dari negara / fiskus kepada wajib pajak. Perlindungan hak
wajib pajak diperlukan karena pergeseran beban pembuktian tersebut diatas.
A. Net Worth Method
Net worth method diterapkan oleh kantor pajak Amerika Serikat (IRS). Pemakaiannya
bisa ditelusuri kembali ke tahun 1931 ketika IRS berhasil menjaring Al(fonso) Capone. Sejak
kongres mengundangkan RICO Act pada tahun 1970, penggunaannya diperluas untuk
menemukan indikasi illegal income dari organized crime (kejahatan yang diorganisasi seperti
Mafia,Triad, dan lain-lain).
Net worth method untuk investigasi pajak ingin membuktikan adanya PKP yang belum
dilaporkan oleh wajib pajak. Untuk organized crime yang ingin dibuktikan adalah
terdapatnya penghasilan yang tidak sah, melawan hukum, atau illegal income.
1.) Net Worth Method Untuk Perpajakan
Di Amerika Serikat di mana net worth method diterima sebagai cara pembuktian tidak
langsung, dasar penggunaannya adalah kewajiban wajib pajak untuk melaporkan semua
penghasilannya (sebagaimana didefinisikan oleh undang-undangnya) dalam tax returns
mereka. Ketentuan serupa juga berlaku di Indonesia di mana wajib pajak diwajibkan
penghasilannya secara lengkap dan benar dalam SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan, dalam
hal ini SPT PPh).
Meskipun tidak ditegaskan dalam undang-undang perpajakan di Indonesia, net worth
method sebenarnya sudah lama diterapkan. Dalam zaman penjajahan Belanda, kita mengenal
undang-undang pajak kekayaan. Dalam reformasi perpajakan di zaman Orde Baru, pajak
kekayaan ini dihilangkan. Pajak kekayaan tidak lain dari pajak atas penghasilan yang karena
macam-macam alasan, belum terkena pajak penghasilan. SPT pajak kekayaan juga memuat
informasi untuk penghitungan net worth.
Net worth method dipraktikan kembali di Indonesia, dengan dimintanya daftar harta
dan kewajiban dalam SPT PPh. Banyak informasi lisan yang diminta petugas pajak ketika
memeriksa SPT mengindikasikan penggunaan net worth method dan expenditure method
yang akan dijelaskan di bawah. Hal ini tidak mengherankan karena pemerintah mendapatkan
bantuan teknis dari para ahli IRS atau mantan pejabat IRS.
2.) Net Worth Method Untuk Organized Crime
Dengan rumus yang hampir sama, kita dapat menentukan illegal income. Seperti
disebutkan tadi, di Amerika Serikat metode ini digunakan dalam memerangi organized crime.
Di Indonesia pendekatan ini dapat digunakan untuk memerangi korupsi. Ketentuan
perundang-undangannya sudah ada, yakni laporan mengenai kekayaan pejabat. Legal income
adalah semua penghasilan yang dilaporkan yang bersangkutan. Inilah yang dibandingkan
dengan net worth increase (sesudah di-adjust dengan personal expenses) untuk menentukan
illegal income.
Seperti yang telah disebutkan, di Amerika Serikat metode ini digunakan dalam
memerangi organized crime. Di Indonesia pendekatan ini dapat digunakan untuk memerangi
korupsi. Ketentuan perundangannya sudah ada, yakni, laporan mengenai kekayaan pejabat.
Ada beberapa catatan yang harus diperhatikan penyidik atau investigator dalam menerapkan
net worth method.
1. Rekaman – Semakin banyak transaksi terekam, makin ampuh pula net worth method.
Misalnya, penggunaan rekening bank baik giro, tabungan, maupun deposito. Semuanya
terekam, semuanya meninggalkan jejak. Contoh lain, penggunaan kartu kredit, kartu
debit.
2. Penyimpanan uang tunai – Istilah sehari-hari adalah simpan bawah bantal atau cash
hoarding. Pelaku kejahatan cukup canggih untuk menggunakan jasa perbankan atau
pasar modal untuk menanamkan uang dalam jumlah besar. Akan tetapi, dalam berbagai
kasus pidana perpajakan, pencucian uang, dan korupsi yang besar-besar sekalipun, cash
hoarding masih sering dilakukan.
3. Tambahan “penghasilan” – Penjelasan yang diberikan oleh pelaku untuk unreport
taxable income atau illegal income bisa bermacam-macam, mulai dari warisan,
pinjaman, hadiah atau gratifikasi, dan lain-lain.
4. Pembalikan beban pembuktian – sebenarnya net worth method membalikkan kewajiban
membuktikan dari pemerintah kepada yang bersangkutan. Rumusnya logis, dan kalau
pelaku sudah melaporkan semua unsur dengan rumus net worth method maka tidak
akan ada lagi unreport taxable income atau illegal income. Atau kalaupun ada,
jumlahnya tidak boleh materiil atau signifikan.
5. Catatan pembukuan – yang sering kali menjadi tantangan bagi penyidik adalah tidak
adanya catatan pembukuan. Atau, itulah yang sering diklaim oleh pelaku kejahatan.
Oleh karena itu, kantor pajak di zaman penjajahan Belanda secara aktif melakukan
penelitian dari bermacam-macam kelompok etnis. Kesungguhan dan kejelian penyidik
sering berhasil “mengorek” catatan-catatan informal yang secara sengaja maupun tidak
sengaja dihimpum oleh pelaku kejahatan sebelum audit investigatif dilakaukan.
6. Penyidik kurang sabar – dalam menghadapi pelaku yang tangguh dalam tindak pidana
perpajakn, penyidik mungkin menyerah ketika pelaku bersedia membayar dengan cepat
“temuan si penyidik”. Penyidik perlu berhati-hati terutama ketika menerapkan net
worth method untuk pertama kalinya pada wajib pajak yang bersangkutan. Itu
sebabnya, informasi penting harus dikumpulkan, baik secara formal maupun informal.
7. Pembuktian tidak langsung – berunglang kali dijelaskan di atas bahwa net worth
method adalah metode pembuktian tidak langsung, dan membalikan beban pembuktian
kepada pelaku. Di Indonesia, undang-undang belum menentukan net worth method
sebagai alat pembuktian. Kalau akan menggunkannya, cara pembuktiannya harus
dengan ketentuan-ketentuan yang melindungi wajib pajak. Tuduhan atau dakwaan
harus jelas dan ditetapkan secara formal dalam surat tugas, khususnya dalam makna
dan sifat net worth method, asumsi yang dipakai, dan kesimpulan yang dapat ditarik
oleh kedua pihak.
Kejahatan lain – sering kali dalam menerapkan net worth method untuk tujuan
perpajakan, penyidik dapat mengungkapkan kejahatan lain, jadi bukan tindak pidana
perpajakan.
B. Expenditure Method
Sebagaimana halnya dengan Net Worth yang dijelaskan, penerapan Expenditure
Method juga dipelopori IRS. Expenditure Method yang merupakan derivasi atau turunan dari
Net Worth Method digunakan IRS sejak tahun 1940an. Ketika RICO Act diundangkan dalam
tahun 1970, Expenditure Method dimanfaatkan sebagai petunjuk organized crime.
Expenditure Method juga merupakan cara pembuktian tidak langsung.
Seperti net worth method, expenditure method juga dimaksudkan untuk menentukan
unreported taxable income. Expenditure method lebih cocok untuk para wajib pajak yang
tidak mengumpulkan harta benda, tetapi mempunyai pengeluaran-pengeluaran besar
(mewah). Expenditure method lebih populer dari net worth method, karena expenditure
method lebih mudah dibuat atau dihitung, dan juga lebih mudah dimengerti oleh orang awam.
Mahkamah Agung di Amerika Serikat tidak menetapkan expenditure method secara khusus
sebagai alat pembuktian, karena expenditure method dianggap derivasi atau turunan dari net
worth method. Seorang akuntan harusnya mampu menghitung unreported taxable income
berdasarkan net worth method akan mengkonversikannya ke expenditure method.
Expenditure method harusnya digunakan untuk kasus-kasus perpajakan apabila kondisi-
kondisi berikut sangat kuat atau dominan:
1.) Wajib pajak tidak menyelenggarakan pembukuan atau catatan.
2.) Pembukuan dan catatan wajib pajak tidak tersedia, misalnya karena terbakar.
3.) Wajib pajak menyelenggarakan pembukuan tetapi tidak memadai.
4.) Wajib pajak menyembunyikan pembukuan.
5.) Wajib pajak tidak mempunyai aset yang terlihat atau dapat diidentifikasi.
Expenditure method harusnya digunakan untuk kasus-kasus organized crime apabila
kondisi-kondisi berikut sangat kuat atau dominan:
1.) Tersangka kelihatannya tidak membeli asset seperti rumah, tanah, saham, perhiasan,
mobil atau kapal mewah, dan seterusnya.
2.) Tersangka mempunyai gaya hidup mewah dan agaknya diluar kemampuannya.
3.) Tersangka diduga mengepalai jaringan kejahatan, atau semua saksi yang memberatkan
dia adalah para penjahat yang sudah dijatuhi hukuman.
4.) Illegal income harus ditentukan untuk menghitung denda (misalnya dalam kejahatan
penebangan hutan ilegal), menghitung kerugian negara (dalam kasus korupsi), dan
pungutan negara lainnya.
Expenditure method adalah derivasi dari net worth method. Namun, perlakuan terhadap
aset dan liabilitasnya berbeda. Misalnya, dalam net worth method penyidik akan
mencantumkan saldo akhir kas dan bank. Dalam expenditure method, hanya perubahannya
yang diambil (kenaikan atau penurunan kas dan bank). Hal yang sama juga berlaku untuk
persediaan barang, piutang, utang, dan pinjaman bank. Depresiasi, amortisasi, deplesi,
deffered gains, dan semacamnya juga diabaikan dalam expenditure method ini sebenarnya
merupakan hal yang elementer untuk seorang akuntan
DAFTAR RUJUKAN

https://www.scribd.com/document/331680132/AUDIT-INVESTIGATIF-DENGAN-TEKNIK-AUDIT-
docx diakses 23 November 2017

https://dokumen.tips/documents/audit-investigatif-dengan-teknik-perpajakan.html diakses 23
November 2017

http://meandmybubble.blogspot.co.id/2015/10/audit-investigatif.html diakses 23 November 2017

https://www.scribd.com/doc/109074663/Analytical-Review-Procedure diakses 23 November


2017

https://halimmubaroq.blogspot.co.id/2013/02/audit-investigatif.html diakses 23 November 2017

www.academia.edu/.../AUDIT_FORENSIK_MEMBEDAH_FRAUD_dan_LITIGASI diakses
23 November 2017

Anda mungkin juga menyukai