Anda di halaman 1dari 24

BAB 12

INVESTIGATIF DENGAN
TEHNIK AUDIT DAN
TEHNIK PERPAJAKAN
Ridwan.,SE.,M.AK
INVESTIGATIF DENGAN TEHNIK AUDIT
Kata “investigasi” dalam akuntansi forensic umumnya
berarti audit investigasi atau investgatif (investigative
audit). Karena itu secara alamiah, diantara beberapa
tehnik investigasi ada tehnik - tehnik yang berasal dari
tehnik-tehnik audit (audit techniques). Banyak auditor
yang sudah berpengalaman pun, merasa ragu untuk
terjun dalam bidang investigasi. Padahal, tehnik - tehnik
audit yang mereka kuasai, memadai untuk
dipergunakan dalam audit investigasi.
INVESTIGATIF DENGAN TEHNIK AUDIT
Tehnik audit adalah cara - cara yang dipakai dalam
mengaudit kewajaran penyajian laporan keuangan. Hasil
dari penerapan tehnik audit adalah bukti audit. Ada tujuh
tehnik, yang dirinci dalam bentuk kata kerja bahasa
indonesia, dengan jenis bukti auditnya dalam kurung
(kata benda bahasa inggris), yakni
1. Memeriksa fisik (physical examination).
2. Meminta konfirmasi (confirmation).
3. memeriksa dokumen (documentation)
INVESTIGATIF DENGAN TEHNIK AUDIT
4. Reviu analitikal (analytic review atau analytical review).
5. Meminta informasi lisan atau tertulis dari auditan (inquiries of
the auditee).
6. Menghitung Kembali (reperformance).
7. Mengamati (observation).
Kalau tehnik - tehnik audit itu diterapkan dalam audit umum, maka
bukti audit yang berhasil dihimpun akan mendukung pendapat
auditor independent. Dalam audit investigative, tehnik-tehnik audit
tersebut bersifat eksplorative, mencari wilayah garapan”, atau
probing (misalnya dalam reviu analitikal) maupun pedalaman
(misalnya dalam confirmation dan documentation).
TEHNIK - TEHNIK AUDIT
Ada tehnik audit yang lebih dekat kepada praktek
investigasi perpajakan dan organized crime (seperti net
worth method dan expenditure method) ada juga
tehnik audit seperti follow the money, yang mempunyai
unsure pencucian uang dalam tindak pidananya yang
berkaitan erat dengan naluri penjahat dan sangat
dipengaruhi oleh teknologi informasi dalam
pengungkapannya. meskipun semua(tujuh) tehnik
audit yang disebutkan pembahasan akan berfokus pada
reviu analitikal.
MEMERIKSA FISIK DAN MENGAMATI
Memeriksa fisik atau physical examination lazimnya diartikan sebagai
penghitungan uang tunai (baik dalam mata uang rupiah atau mata uang
asing), kertas berharga, persediaan barang, aktiva tetap, dan barang
berwujud (tangible assets) lainnya. Mengamati sering diartikan sebagai
pemanfaatan indera kita untuk mengetahui sesuatu. Kalau kita
melakukan kunjungan pabrik, kita melihat luasnya pabrik, peralatan
yang ada,kegiatan yang dilakukan, banyaknya dan beragamnya tenaga
kerja. Kita juga mendengar sesuatu, mungkin sesuatu yang wangi
(seperti di pabrik parfum, aromatic, obat, dan lain-lain) atau bahkan bau
yang menyengat (misalnya ditempat penyamakan kulit atau tempat
pengolahan sampah). Kita bisa mencicipi, misalnya dipabrik yang
menghasilkan makanan. Kita merasa suhu panas atau dingin ditempat
kerja. Singkatnya, mengamati adalah menggunakan indera, bisa salah
satu atau beberapa indera sekaligus
MEMERIKSA FISIK DAN MENGAMATI
Dalam kedua tehnik ini investigator menggunakan inderanya, untuk
mengetahui atau memahami sesuatu. Dari beberapa contoh dibawah, kita
melihat berbagai tingkat pemahaman yang bisa diperoleh dari
pengamatan dan pemeriksaan fisik. Dari kunjungan ke lokasi yang
terkena dampak semburan lumpur panas di porong, sidoarjo tahun 2006,
investigator menyaksikan sendiri apa yang terjadi dan luasnya musibah.
ini salah satu pemahaman. Investigator mempunyai “bayangan”.
pemahaman ini penting ketika nantinya membaca laporan para ahli
secara rinci tentang luasnya kerusakan dan besarnya kerugian. Dari
kunjungan ke wilayah yang terkena gempa, para relawan dan petugas
dari dinas sosial dapat menentukan jumlah kilometer jalan, rumah,
sekolah, rumah ibadah, kantor, pabrik, dan lain-lain yang rusak.
Pemahaman ini lebih dalam dari “bayangan” mengenai intensitas
kerugian akibat semburan lumpur panas tadi. Disini ada data kuantitatif.
MEMINTA INFORMASI DAN KONFIRMASI
Meminta informasi baik lisan maupun tertulis kepada auditan, merupakan
prosedur yang biasa dilakukan auditor. pertanyaannya, apakah dalam
investigasi hal itu perlu dilakukan apakah sebaiknya kita tidak meminta
informasi, supaya yang diperiksa tidak mengetahui apa yang kita cari. Yang
bersangkutan juga mempunyai kepentingan dan peluang untuk berbohong.
Seperti dalam audit juga dalam investigatif, permintaan informasi harus
dibarengi, diperkuat, atau dikolaborasi dengan informasi dari sumber lain
atau diperkuat (substantiated) dengan cara lain. Permintaan informasi
sangat penting, dan juga merupakan prosedur yang normal dalam suatu
investigatif. Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (dari yang
diinvestigasi) untuk menegaskan kebenaran atau tidak keebenaran suatu
informasi. Dalam audit, tehnik ini umumnya diterapkan untuk mendapat
kepastian mengenai saldo utang-piutang. Tapi sebenarnya ia dapat
diterapkan untuk berbagai informasi, keuangan maupun non keuangan
MEMERIKSA DOKUMEN
Tehnik ini tidak memerlukan pembahasan khusus. Tak
ada investigasi tanps pemeriksaan dokumen. hanya
saja, dengan kemajuan teknologi, definisi dokumen
menjadi luas, termasuk informasi yang diolah, disimpan
dan dipindahkan secara elektronis/digital.
REVIU ANALITIKAL
Dalam reviu analitikal yang penting bukannya perangkat lunaknya,
tetapi semangatnya, "ada dasarnya seorang invvestigator secara
intuitif terobsesi dengan “sesuatu yang melenceng”dan bahasa
“something must be strong because it appears so”. Karena itu ia
memerlukan patokan atau benchmark untuk membandingkannya
dengan apa yang dihadapinya. Patokan inilah yang dirumuskan
stringer dan stewart sebagai results that may reasonably be
expected. Misalnya kita sedang menginvestigasi suatu bank yang
berkewajiban memungut pajak penghasilan atas bunga yang
diperoleh nasabahnya. Apakah bank menyetorkan pajak
penghasilan ini sesuai ketentuan, baik dalam jumlah maupun waktu
penyetoran apakah investigasi ini harus dimulai di cabang - cabang
atau kantor-kantor perwakilan menurut reviu analitikal,tidak.
REVIU ANALITIKAL
Kita mulai dengan mencocokkan angka-angka agregat. Pertama, kita tentukan
jumlah pajak penghasilan yang sudah disetorkan untuk bank secara
keseluruhan (Kantor pusat dan cabang-cabang), menurut pembukuan bank
itu. selanjutnya, ini adalah hasil perkalian antar tarif pajak (misal 10%)
dengan jumlah bunga yang dibayarkan bank itu kepada kepada
paranasabahnya. Perbedaan antara data a dengan data b bisa merupakan
perbedaan waktu (timming difference) saja. yakni, perbedaan antara saat
memotong dan saat menyetor pajak penghasilan. Timming difference ini Juga
mudah dialokasi. Tetapi mungkin juga ada perbedaan yang bersifat tetap
(permanent difference) misalnya dalam hal deposan dalam negeri yang
mendapat pembebasan pajak penghasilan dan deposan dicabang - cabang luar
negeri dimana bank tidak berkewajiban memungut pajak penghasilannya.
perbedaan ini mudah diketahui karena umumnya jumlah deposan dalam
negeri yang dibebaskan, tidak banyak. Sedangkan untuk deposan di cabang-
cabang diluar negeri, kita mengabaikan seluruh data bunga luar negeri
(bagian dari data b semula).
REVIU ANALITIKAL
Dengan contoh ini, mari kita saJi definisi reviu analitikal diatas: a form of
deductive reasoning in Which the propriety of the individual details is
inferred from evidence of the reasonableness of the aggregate results. Kita
harus memulai dari belakang. Pertama, evidence of the reasonbleness of the
aggregate of the results ini diperoleh dari data B yang diadJust untuk deposan
dalam negeri yang dikecualikan pemungutan pajak penghasilannya dan bunga
dicabang-cabang luar negeri. Kedua, a form of deductive reasoning. di sini kita
membuat deduksi dari data agregat, data global, data menyeluruh, yang dalam
hal ini adalah data a dan data b. Deduksi ini berkenaan dengan the proprierty
of the individual details. Individual details disini adalah pemungutan dan
penyetoran pajak penghasilan oleh bank secara transaksi demi transaksi,
cabangdemi cabang, atau mungkin per pe!abat bank sesuai dengan
kesenangannya. Kita “ think ananlytical first ”, dan tidak langsung terjun dan
menyibukkan diri dengan detailed substantive test.
INVESTIGATIF DENGAN TEHNIK PERPAJAKAN
Investigatif dengan tehnik perpajakan menggunakan dua tehnik yang secara
luas dipraktekkan oleh IRS (Internal Revenue Services) di Amerika Serikat.
Kedua tehnik investigasi ini digunakan untuk menentukan panghasilan kena
pajak ("K") yang belum dilaporkan oleh wajib pajak dalam SPT-nya.
penerapan tehnik-tehnik ini terus berkembang, sehingga menjadi umum
digunakan dalam memerangi organized crime. Kedua tehnik investigatif ini
adalah Net worth Method dan expenditure method. Keduanya menggunakan
logika pembukuan atau akuntansi yang sederhana. IRS menggunakannya
sebagai bukti tidak langsung (circumstantial evidence). Tehnik ini menggeser
beban pembuktian dari negara/fiskus kepada wajib pajak. Perlindungan hak
Wajib pajak diperlukan karena pergeseran beban pembuktian tersebut diatas
NET WORTH METHOD
Net Worth method diterapkan oleh kantor pajak amerika serikat (IRS).
Pemakaiannya bisa ditelusuri kembali ke tahun 1932 ketika IRS berhasil
menjaring al(fonso) capone. Sejak kongress mengundangkan RICO act pada
tahun 1970, penggunaannya diperluas untuk menemukan indikasi illegal
income dari organized crime (kejahatan yang diorganisasi seperti mafia,triad,
dan lain-lain). Net Worth method untuk investigasi pajak ingin membuktikan
adanya “pkp" yang belum dilaporkan oleh wajib pajak. untuk organized crime
yang ingin dibuktikan adalah terdapatnya penghasilan yang tidak sah,
melawan hukum, atau illegal income. Metode ini cukup sederhana dengan
membandingkan pendapatan atau kekayaan bersih wajib pajak tahun ini
dengan sebelumnya, jika ada pertambahan nilai tersebut namun pajak yang
dibayarkan tetap atau berkurang, sudah tentu wajib pajak melakukan tidakan
penggelapan pajak. Net worth method juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi seperti kasus penggelapan korupsi, atau organisasi kriminal
lainnya.
NET WORTH METHOD
Di amerika serikat di mana net worth method diterima sebagai cara pembuktian tidak
langsung, dasar penggunaannya adalah kewajiban wajib pa!ak untuk melaporkan
semua penghasilannya (sebagaimana didefinisikan oleh undang-undangnya) dalam tax
returns mereka. Ketentuan serupa juga berlaku di indonesia di mana wajib pajak
diwajibkan penghasilannya secara lengkap dan benar dalam SPT (surat
pemberitahuan tahunan, dalam hal ini SPT pph). Memeriksa pajak menetapkan net
worth atau kekayaan bersih pada awal tahun. Ini diperoleh dari pengurangan seluruh
assets seseorang dengan seluruh liabilities-nya. jadi di awal tahun tertentu, sebutlah
tahun-1, net worth = assets-lialibilities. Hal yang sama dilakukan untuk menentukan
net Worth tahun-2 .selanjutnya, net worth tahun-1 dibandingkan dengan net worth
tahun-2. perbandingan ini akan menghasilkan kenaikan net worth (net worth
increase) yang seharusnya sama dengan PKP untuk tahun-2. Karena itu kenaikan net
Worth ini dibandingkan dengan penghasilan yang dilaporkan dalam SPT pph tahun-2.
EXPENDITURE METHOD
Expenditure method juga dimaksudkan untuk menentukan unreported
taxable income. expenditure method lebih cocok untuk para wajib pajak yang
tidak mengumpulkan harta benda, tetapi mempunyai pengeluaran-
pengeluaran besar (mewah). Expenditure method lebih populer dari net
worth method, karena expenditure method lebih mudah dibuat atau dihitung,
dan !uga lebih mudah dimengerti oleh orang awam. mahkamah agung di
amerika serikat tidak menetapkan expenditure method secara khusus sebagai
alat pembuktian, karena expenditure method dianggap derivasi atau turunan
dari net worth method. seorang akuntan harusnya mampu menghitung
unreported taxable income berdasarkan net worth method akan
mengkonversikannya ke expenditure method.
EXPENDITURE METHOD
Expenditure method harusnya digunakan untuk kasus - kasus perpajakan
apabila kondisi-kondisi berikut sangat kuat atau dominan :
1. wajib pajak tidak menyelenggarakan pembukuan atau catatan.
2. pembukuan dan catatan wajib pajak tidak tersedia, misalnya karena
terbakar.
3. wajib pajak menyelenggarakan pembukuan tetapi tidak memadai.
4. wajib pajak menyembunyikan pembukuan.
5. wajib pajak tidak mempunyai assets yang terlihat atau dapat diidentifikasi.
EXPENDITURE METHOD
expenditure method harusnya digunakan untuk kasus - kasus organized crime
apabila kondisi-kondisi berikut sangat kuat atau dominan :
1. tersangka kelihatannya tidak membeli asset seperti rumah, tanah, saham,
perhiasan, mobil ataukapal mewah, dan seterusnya.
2. tersangka mempunyai gaya hidup mewah dan agaknya diluar
kemampuannya.
3. tersangka diduga mengepalai !aringan ke!ahatan, atau semua saksi yang
memberatkan dia adalah para penjahat yang sudah dijatuhi hukuman.
4. llegal income harus ditentukan untuk menghitung denda (misalnya dalam
ke!ahatan penebanganhutan ilegal), menghitung kerugian negara (dalam
kasus korupsi), dan pungutan negara lainnya.
EXPENDITURE METHOD
Expenditure method adalah derivasi dari net worth method. Namun,
perlakuan terhadap asset dan liabilities-nya berbeda. Misalnya, dalam net
worth method penyidik akan mencantumkan saldo akhir kas dan bank. Dalam
expenditure method, hanya perubahannya yang diambil (kenaikan atau
penurunan kas dan bank). Hal yang sama Juga berlaku untuk persediaan
barang, piutang, utang, dan pin!aman bank. depresiasi, amortisasi, deplesi,
deffered gains, dan semacamnya juga diabaikan dalam expenditure method ini
sebenarnya merupakan hal yang elementer untuk seorang akuntan.
FOLLOW THE MONEY
Pertama kita akan melihat naluri penJahat. Tanpa disadarinya, nalurinya ini
akanmeninggalkan jejak - jejak berupa gambaran mengenai arus uang. jejak-
jejak uang atau money trails inilah yang dipetakan oleh penyidik. Ketentuan
perundang-undangan mengenai tindak pidana pencucian uang
menginagtkankita bahwa bukan kejahatan utamanya saja (seperti korupsi,
penyuapan, penyelundupan barangdan manusia, pencurian, prostitusi,
terorisme, dan lain-lain) yang merupakan tindak pidana,tetapi juga pencucian
uangnya adalah tindak pidana. Dang sangat cair/likuid, mudah mengalir.
itulah sebabnya : follow the money mempunyai banyak peluang untuk
digunakan dalam investigatif. namun, mata uang kejahatan atau currency of
crime bukanlah uang semata-mata. mengetahui currency of crime akan
membuka peluang baru untuk menerapkan tehnik Follow the money.
NALURI PENJAHAT
Dalam setiap kejahatan pada umumnya, dan fraud khususnya, ada suatu ge!ala
yangsangat lumrah, yakni pelaku berupaya memberi kesan bahwa ia tidak
terlibat fraud. untuk itu, pelaku harus jauh dari fraud itu sendiri dan “harus
jauh” dari uang yang merupakan hasil kejahatan. itulah sebabnya, salah satu
aksioma dalam fraud ialah fraud is hidden atau fraud itu tersembunyi. di lain
pihak, motive dari perbuatan fraud itu sendiri pada umumnya, adalah
mendapatkan uang. Kalaupun bukan itu motive-nya ada aliran uang ke diri
pelaku (atau keluarganya). pada akhirnya ada arus uang atau dana dari
“tempat persembunyian” atau “tempat penitipan” yang mengalir ke alamat
sipelaku utama. jejak-jejak kejahatan, dalam hal ini, berupa arus uang. Karena
itu, dalam mencari pelaku, investigator menelusuri jejak-jejak uang ini. tehnik
investigatif yang menelusuri arus dana dan mencari muaranya, disebut :follow
the money.
KRIMINALISASI DARI PENCUCIAN UANG
Pola perilaku pelaku kejahatan dengan “menjauhkan” uang dari pelaku dan
perbuatannya dilakukan melalui cara placement, layering, dan integration.
tindak perbuatan ini dengan tegas diperlakukan serbagai tindak pidana
sebagaimana diatur dalam undang - undang nomor 15 tahun 2002 tentang
tindak pidana pencucian uang sebagaimana telah diubah dengan undang-
undang nomor 25 tahun 2003. Dengan diperlakukannya pencucian uang
sebagai tindak pidana (kriminalisasi dari pencucian uang), maka banyak
kasus keJahatan (termasuk tindak pidana korupsi) dapat
diproses(pengadilan) melalui ke!ahatan utamanya dan melalui pencucian
uangnya. Pusat Pelaporan dan analisis transaksi Keuangan (PPATK)
merupakan lembaga yang penting untuk mengungkapkan pelaku-pelaku
dengan menelusuri laporan-laporan dari berbagai sumber, tanpa harus
membuktikan kejahatan utamanya.
Follow The Money dan Data Mining
Tehnik investigasi ini sebenarnya sangat sederhana. Kesulitannya adalah
datanya sangat banyak dalam hitungan terabytes. Kita tidak bisa mulai dengan
pelakunya, yang kita ingin kitalihat justru adanya pola-pola arus dana yang
menu!u ke suatu tempat (yang memberi indikasi tentang pelaku atau otak
kejahatan). disamping kerumitan karena data yang begitu besar, juga
diperlukan kecermatan dan persistensi dalam mengumpulkan bahan-
bahannya. Kemajuan yang sangat pesat di bidang teknologi informasi,
memfasilitasi proses ini.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai