Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

DETEKSI FRAUD

RIDWAN.,SE.,M.AK
MENGENALKAN STANDAR AUDIT UNTUK
MENEMUKAN FRAUD
Kalau auditor independen bekerja tanpa standar audit, ia
menempatkan dirinya dalam posisi yang sangat lemah.
Terutama ketika ia memberikan audit yang diharapkan
menemukan fraud. Para praktisi harus tahu apa yang mereka
harapkan dari standar untuk pemeriksaan yang secara spesifik
ditunjukan untuk menemukan fraud. Sekurang – kurangnya
para praktisi harus menyadari hal – hal berikut ini.
MENGENALKAN STANDAR AUDIT UNTUK
MENEMUKAN FRAUD
1. Mereka tidak bisa, karenanya tidak boleh , memberikan jaminan bahwa mereka bisa
menemukan fraud. Klien dapat membatasi upaya menemukan fraud diatas jumlah tertentu
dengan pengertian bahwa potensi menemukan fraud ini bergantung kepada waktu dan
keahlian yang digunakan, pada giliran berikutnya , ini tercermin dari fee.
2. Seluruh pekerjaan didasarkan atas standar audit. Diindonesia untuk pekerjaan
KAP ,standar ini adalah SPAP.
3. Jumlah fee bergantung pada luasnya upaya pemeriksaan yang ditetapkan klien. Jadi klien
bisa memilih penugasan yang bernilai 100 juta, 1 miliar dan seterusnya.
4. Praktisi bersedia untuk memperluas jasanya dari tahap proactive review ke tahap
pendalaman apabila ada indikasi terjadinya fraud. Tentunya dengan tambahan fee.
STANDAR AUDIT FORENSIK
Theodorus M Tuanakotta mengutip standar yang dirumuskan K.H. Spencer Pickett dan
Jennifer Pickett dengan 7 (tujuh) standar untuk melakukan investigasi terhadap fraud, yaitu:
1. Seluruh investigasi harus dilandasi praktek terbaik yang diakui/accepted best practices) .
2. Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehatihatian/due care sehingga bukti-bukti tadi
dapat diterima di pengadilan.
3. Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi dan diindeks; dan
jejak audit tersedia.
4. Pastikan bahwa para investigator mengerti hakhak azasi pegawai dan senantiasa
menghormatinya.
STANDAR AUDIT FORENSIK
5. Beban pembuktian ada pada yang ‚menduga‛ pegawainya melakukan kecurangan, dan pada
‚penuntut umum‛ yang mendakwa pegawai tersebut, baik dalam kasus hukum administratif
maupun hukum pidana.
6. Cakup seluruh subtansi investigasi dan ‚kuasai‛ seluruh target yang sangat kritis ditinjau
dari segi waktu.
7. Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk perencanaan, pengumpulan
bukti dan barang bukti,wawancara, kontak dengan pihak ketiga, pengamanan mengenai
hal-hal yang bersifat rahasia, ikuti tatacara atau protokol, dokumentasi dan
penyelenggaraan catatan, keterlibatan polisi, kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai
pelaporan.
STANDAR AUDIT FORENSIK
Untuk melaksanakan audit forensik maka sangatlah wajar bila seorang auditor harus memiliki
talenta yang lebih dan memiliki kompetensi yang spesial. Berkaitan dengan hal tersebut
auditor diwajibkan atau harus memiliki kompetensi akademis dan empiris sebagai bukti proses
litigasi atau memberikan keterangan ahli di pengadilan saat proses hukum berjalan.
Kompetensi auditor forensik maupun akuntan forensik tersebut sangat berkait erat dengan
ketersediaan kemampuan audit atas permasalahan yang spesifik antara lain audit investigasi,
kemampuan menghitung terjadinya kerugian keuangan Negara, kemampuan mengendus dan
mencegah kejahatan pencucian uang, kemampuan penelusuran asset Negara, kemampuan
mengidentifikasi, menyikapi terjadinya risiko penyimpangan atau fraud, kemampuan untuk
memahami terjadinya penyimpangan transaksi keuangan dan dalam pengadaan barang-jasa
pemerintah dan kemampuan lain yang mendukung dan relevan.
STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL
INDONESIA (SKKNI)
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah
‚rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspeks pengetahuan,
ketrampilan dan atau keahlian serta sikap kerja yang relevan
dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku‛
(Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP.
46/MEN/II/2009 tanggal tentang penetapan Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia Bidang Audit Forensik).
STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL
INDONESIA (SKKNI)
Kompetensi kunci yang meliputi (i) mengumpulkan,
menganalisis, dan mengorganisasikan informasi; (ii)
mengkomunikasikan informasi dan ide - ide; (iii)
Merencanakan dan mengorganisasikan aktivitas aktivitas;
(iv) Bekerja dengan orang lain dan kelompok; (v)
menggunakan gagasan secara matematis dan teknis; (vi)
memecahkan masalah; dan (vii) menggunakan teknologi.
STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL
INDONESIA (SKKNI)
Dalam Summary of General and Specific Standards for the Profesional
Practices of Forensic Accounting yang mencakup hal berikut :
1. Independensi, bahwa Akuntan forencsik tetap independen terhadap
seluruh aktivitas yang direview (i) Laporan dapat
dipertanggungjawabkan; (ii) Objektivitas.
2. Standarisasi Professional, mencakup (i) unsur stap; (ii) pengetahuan,
ketrampilan, dan disiplin; (iii) supervisi; (iv) mematuhi standar atau
pedoman; (v) hubungan antar manusia; (vi) komunikasi; (vii)
edukasi yang berkelanjutan; (viii) prinsip kehati-hatian profesional.
STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL
INDONESIA (SKKNI)
3. Ruang lingkup pekerjaan, meliputi (i) keandalan dan integritas
informasi, (ii) mentaati kebijakan, perencanaan, prosedur,
perundangan, dan peraturan, (iii) pengamanan atas aset, (iv)
penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien, (v) obyektif
menetapkan prestasi dan tujuan operasional atau program.
4. Performa atas pekerjaan review
STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL
INDONESIA (SKKNI)
Benang merah konklusi atas uraian yang dapat disampaikan bahwa
kedepan peran auditor forensik maupun akuntan forensik sangat
dibutuhkan dalam rangka untuk mendeteksi dan membedah secara
efektif terjadinya kecurangan (fraud) yang dapat memberikan hasil
audit berupa alat bukti yang merupakan rekaman jejak kejadian
perkara yang dapat memenuhi syarat ketentuan KUHAP Pasal 184
ayat (1).
STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL
INDONESIA (SKKNI)
Demikian halnya, sekurang-kurangnya auditor forensik dan akuntan
forensik harus mampu untuk memberikan konstribusi pemberantasan
tindak pidana korupsi atau Korupsi-Kolusi-Nepotisme melalui
pemberian peran pada tahap pencegahan akan terjadinya fraud melalui
sosialisasi Corruption Orientation System Audit (COSA) dan tahap
penindakan melalui audit investigatif.
AUDIT UMUM DAN PEMERIKSAAN FRAUD
Issue Auditing Fraud Examinnation
Timing Recurring Non – recurring
Audit dilakukan secara teratur, berkala Pemeriksaan fraud tidak berulang
dan berulang kembali (recurring) kembali , dilakukan setelah adanya
cukup indikasi.
Scope General Spesific
Lingkup audit adalah pemeriksaan Pemeriksaan fraud diarahkan pada
umum atas data keuangan. dugaan, tuduhan atau sangkaan yang
spesifik.
Objective Opinion Affix Blame
Tujuan audit adalah untuk memberikan Tujuan pemeriksaan fraud adalah untuk
pendapat atas kewajaran laporan memastikan apakah fraud memang
keuangan. terjadi dan untuk menentukan siapa
yang bertanggung jawab.
Relationship Non – advesarial Advesarial
Sifat pekerjaan audit adalah tidak Karena pada akhirnya pemeriksa harus
bermusuhan. menentukan siapa yang bersalah, sifat
pemeriksaan fraud adalah bermusuhan
AUDIT UMUM DAN PEMERIKSAAN FRAUD
Issue Auditing Fraud Examinnation
Methodology Audit techniques Fraud examination techniques
Audit dilakukan terutama dengan Pemeriksaan fraud dilakukan dengan
pemeriksaan data keuangan memeriksa dokumen, telaah data ekstern
dan wawancara.
Presumption Profesional skepticism Proff
Auditor melaksanakan pekerjaannya Pemeriksaan fraud berupaya
dengan profesional skepticism mengumpulkan bukti untuk mendukung
atau menambah dugaan, tudahan atau
sangkaan terjadinya fraud.
TEKNIK PEMERIKSAAN FRAUD
1. Penggunaan teknik - teknik audit yang dilakukan oleh internal maupun
eksternal auditor dalam mengaudit laporan keuangan, namun secara lebih
mendalam dan luas.
2. Pemanfaatan teknik audit investigatif dalam kejahatan terorganisir dan
penyelundupan pajak penghasilan, yang juga dapat diterapkan terhadap
kekayaan pejabat negara.
3. Penelusuran jejak – jejak arus uang.
4. Penerapan teknik analisis dalam bidang hukum.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai