Anda di halaman 1dari 80

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu ancaman lingkungan terbesar yang terjadi yaitu

perubahan iklim. Perubahan iklim yang terjadi disebabkan oleh

meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer yang mengakibatkan

pemanasan global. Sektor industri menjadi salah satu faktor yang

menimbulkan pemanasan global, karena efek dari penggunaan bahan bakar

fosil, yaitu batu bara dan minyak bumi (Kementrian Lingkungan Hidup,

2013).

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74

± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental

Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar

peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20

kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas

rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-

perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya

intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,serta perubahan jumlah dan pola

presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah

terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai

jenis hewan.

1
2

Aktivitas industri menjadi salah satu faktor meningkatnya

konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, semakin meningkatkan kesadaran

bahwa pembangunan yang hanya mencapai pertumbuhan ekonomi setinggi-

tingginya akan mengakibatkan terhambatnya keberlanjutan perubahan

ekonomi itu sendiri, menurut Irwhantoko (2016). Menurut Choi et al.

(2013), isu perubahan iklim dianggap sebagai suatu isu politik dan

ekonomik, dimana hal tersebut menjadi tantangan bagi setiap entitas bisnis

untuk bisa berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon yang mereka

hasilkan.

Irwanthoko (2016) juga menyatakan bahwa emisi karbon

merupakan pelepasan gas-gas yang mengandung karbon ke lapisan bumi.

Berbagai bentuk dari gas-gas yang mengandung karbon ini pada protokol

kyoto diantaanya dapat berbentuk karbondioksida (CO2), metana (CH4),

dinitroksida (NO2), hidrofluorkarbon (HFCS), perfluorokarbon (PFCS),

sulfur hexafluorida (SF6) dan sebagainya. Aktifitas manusia menjadi

penyebab utama munculnya gas-gas tersebut terutama pada sektor industri,

dimana sektor industri menggunakan 70% energi fosil dari total energi yang

dikonsumsi seperti batu bara dan minyak bumi. Penambahan emisi karbon

di atmosfer bumi berasal dari pembakaran bahan fosil tersebut.

Protokol kyoto merupakan sebuah amandemen dari United Nation

(1998) yang berisikan amandemen dengan tujuan untuk mejaga konsentrasi

gas rumah kaca di atmosfer agar berada pada tingkat yang tidak

membahayakan sistem iklim bumi. Menurut Kementrisn Lingkungan Hidup


3

(2013) Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon sebanyak

26% pada tahun 2020, yaitu sekitar0,67 Gt.

Irwhantoko (2016) juga menyebutkan bahwa komitmen Indonesia

dalam menurunkan emisi karbon dibuktikan dengan meratfikasi konvensi

perubahan iklim melalui Undang-Undang No. 6 Tahun 1994 tentang

pengesahan United Nation Framework Convention On Climate Change

(UNFCCC). Pada 28 Juni 2004 Indonesia juga meratifikasi Protokol Kyoto

melalui Undang-Undang No. 17 Tahun 2004 tentang pengesahan Kyoto

Protocol to The United Nation Framework Convention on Climate Change,

dalam undang-undang ini, Indonesia sepakat untuk menurunkan gas rumah

kaca dalam skala global.

Kemudian, UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkuungan Hidup, Penpres No. 61 Tahun 2011 tentang

Rencana Aksi Nasional Penurunan Gas Rumah Kaca, dalam penpres ini

juga disebutkan bahwa peruahaan ikut serta dalam upaya penurunan Gas

Rumah Kaca, serta Penpres No. 71 Tahun 2011 tentang Penyeleggaraan

Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional. Kemudian Undang-Undang No.

16 Tahun 2016 atas Persetujuan Paris tahun 2015 yang mana menargetkan

penurunan emisi karbon sebesar 29% hingga 41% pada tahun 2030. Untuk

mencapai tujuan UNFCCC, Indonesia ikut serta dan berpartisipasi dalam

melakukan pengungkapan emisi meskipun Indonesia termasuk negara

berkembang yang tidak wajib melakukan pengungkapan emisi.


4

Akuntansi memiliki peran dalam meningkatkan partisipasi

Indonesia dalam mencapai tujuan UNFCCC, dengan adanya pengungkapan

emisi karbon sebagai perlakuan akuntansi dalam menyajikan penggunaan

karbon atas aktivitas perusahaan dalam laporan tahunan perusahaan. Dengan

adanya pengungkapan tersebut, diharapkan perusahaan dapat melakukan

pencegahan dan mengirangi emisi karbon. (Pratiwi dan sari, 2016)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan emisi karbon

yang akan dibahas pad penelitian ini yaitu ukuran perusahaan, media

exposure, profitabilitas dan leverage. Faktor pertama yaitu ukuran

perusahan yang digunakn karena semakin besar ukuran suatu perusahaaan

maka akan semakin terlihat dan diamati oleh masyarakat, media, dan

organisasi non pemerintahan yang membuat tekanan semakin besar dalam

melakukan pengungkapan emisi karbon tersebut daripada perusahaan yang

lebih kecil ukurannya. Media exposure juga berperan penting dalam

menginformasikan krpada publik mengenai kegiatan perusahaan termasuk

pengungkapan emisi karbon. Dengan adanya pengawsan dari media,

perusahaan akan semakin terpcu untuk melakukan pengungkapan terhadap

aktivitasnya. Selanjutnya yaitu profitabilitas, semakin tinggi tingkat

profitabilitas yng dimiliki perusahaan maka sangat memungkinkan bila

sumber daya yang dimiliki juga semakin besar sehingga menjadikan

perusahaan semakin mudah untuk melakukan kegiatan pengungkapan emisi

karbon. Sama halnya denga Leverage, apabila semakin tinggi nilai leverage

perusahaan maka tanggung jawab pada kreditur juga semakin besar yang
5

akan membuat perusahaan mempertimbkan beberapa hal termasuk

pengungkapan emisi karbon.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Suci dan Nur anisah (2019)

menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap pengungkapan emisi karbon. Sedangkan menurut

penelitian Endang Pujiastuty (2018) menunjukkan bahwa ukuran

perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan

emisi karbon, dan pada penelitian Kurniawati dan Sarwenda (2018)

menyebutkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap

pengungkapan emisi karbon.

Penelitian Suci dan Nur Anisah (2019) menjelaskan bahwa media

exposure memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan emisi

karbon. Penelitian Kurniawati dan Sarwenda (2018) menjelaskan bahwa

media exposure juga memiliki pengaruh yang signifikan. Sedangakan

penelitian Putri (2016) menunjukan bahwa media exposure tidak memiliki

pengaruh terhadap pengungkapan emisi karbon.

Suci dan Nur Anisah (2019) mengungkapkan pada penelitiannya

bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan emisi

karbon. Pada penelitian Putri (2016) profitabilitas juga tidak memili

pengaruh yang signifikan dalam pengungkapan emisi karbon, sedangkan

pada penelitian Kurniawati dan Sarwenda (2018) menunjukkan bahwa

profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan

emisi karbon.
6

Leverage, pada penelitian Suci dan Nur Anisah (2019) tidak

menunjukkan pengaruh yang signifikan. Sama halnya dengan penelitian

Endang Pujiastuty (2018), leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap

pengungkapan emisi karbon. Kemudian pada penelitian Adi dan Fatkhudin

(2020) menunjukkan bahwa Leverage mempengaruhi secara signifikan

terhadap pengungkapan emisi karbon.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu masih terdapat beberapa

hasil penelitian yang tidak konsisten, hal tersebut memotivasi untuk

dilakukan penelitian kembali. Penelitian ini menggunakan model baru yang

tidak sama dengan penelitian terdahulu untuk mengetahui Pengaruh Ukuran

Perusahaan, Media Exposure, Profitabilitas, dan Leverage Terhadap Carbon

Emission Disclosure dengan Variabel kontrol tipe Industri dengan studi

kasus perusahaan manufaktur sub pertambangan yang terdaftar di BEI.

Model penelitian ini mengacu dari penelitian yang dilakukan oleh Suci dan

Anisah (2019). Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian Suci dan Anisah

(2019) adalah (1) penelitian ini menambahkan variabel jenis industri sebagai

variabel kontrol. Jenis industri Faktor ini diadopsi dengan asumsi bahwa

perusahaan yang termasuk golongan intensif dalam menghasilkan karbon

akan mendapat tekanan lebih besar dari masyarakat sehingga membuat

perusahaan intensif lebih berpeluang besar untuk melakukan pengungkapan

emisi karbon dibandingkan dengan perusahaan non intensif (Kaya, 2008).

(2) Beredarnya isu tersebut menyebabkan peneliti tertarik untuk mengkaji

seberapa luaskan perusahaan manufaktur terutama pada sub pertambangan


7

di Indonesia menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya dengan mengukur

seberapa luas pengungkapan emisi karbon. Penelitian ini menggunakan

sampel perusahaan manufaktur sub pertambangan yang terdaftar di BEI

periode 2016-2020.

1.2 Perumusan Masalah

Penelitian tentang carbon emission disclosure sudah pernah

dilakukan sebelum-sebelumnya, seperti ukuran perusahaan berpengaruh

terhadap carbon emission disclosure Suci dan Nur anisah (2019); Endang

Pujiastuty (2018), Media exposure Suci dan Nur Anisah (2019); Kurniawati

dan Sarwenda (2018); Putri (2016), Profitabilitas Suci dan Nur Anisah

(2019); Putri (2016); Kurniawati dan Sarwenda (2018), Leverage Suci dan

Nur Anisah (2019); Pujiastuty (2018); Adi dan Fatkhudin (2020). Namun

hasil-hasil penelitian tersebut belum konsisten.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka

rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap carbon

emission disclosure?

2. Apakah media exposure berpengaruh signifikan terhadap carbon

emission disclosure?

3. Apakah profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap carbon emission

disclosure?

4. Apakah leverage berpengaruh signifikan terhadap carbon emission

disclosure?
8

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah ditentukan, maka

penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk dapat menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap

carbon emission disclosure

2. Untuk dapat menganalisis pengaruh media exposure terhadap carbon

emission disclosure

3. Untuk dapat menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap carbon

emission disclosure

4. Untuk dapat menganalisis pengaruh leverage terhadap carbon emission

disclosure.

1.4 Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan

pemikiran dalam pengembangan ilmu terutama dalam bidang

pengungkapan emisi karbon dan dapat digunakan untuk membantu

menyelesaikan suatu masalah yang ada.

b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunkan untuk tambahan

referensi pada penelitian berikutnya dengan topik yang sama.

2) Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan serta pengetahuan untuk peneliti mengenai pengungkapan

emisi karbon.
9

b. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi yang prktis dan bermanfaat bagi perusahaan sebgai pemilik

laporan keuangan dan masyarakat sebagai pengguna laporan

keuangan.
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Grand Theory

2.1.1 Teori Legitimasi

Teori Ligitimasi merupakan teori yang menjelaskan hubungan

antara perusahaan dengan masyarakat. Perusahaan dapat mencapai ligitimasi

apabila aktivitas perusahaan sesuai dengan batasan dan norma yang berlaku

di masyarakat. Pada dasarnya, ligitimasi dapat berubah dengan

perkembangan waktu dan tempat yang berbeda (Linsblom dalam Choi, et

al., 2013). Legitimasi masyarakat juga merupakan faktor strategis bagi

perusahaan dalam hak mengembangkan perusahaan. Teori legitimasi

memfokuskan perusahaan terhadap interaksinya dengan masyarakat,

sehingga dalam organisasi mampu menyelaraskan antara nilai-nilai sosial

yang melekat pada kegiatan dengan norma-norma perilaku yang ada dalam

sistem sosial masyarakat dimana organisasi merupakan bagian dari sistem

tersebut (Mudjianti dan Mulani, 2017).

Menurut Kurniawati dan Biduri (2018) menerangkan bahwa pada

teori legitimasi juga dapat mendorong perusahaan untuk melakukan

tanggung jawab lingkungan agar terlihat legitimate dimata pihak

masyarakat. Pengungkapan tanggung jawab sosial dilakukan perusahaan

dalam upaya untuk mendapatkan legitimasi dari komunitas yang mana

perusahaan tersebut berada dan memaksimalkan kekuatan keuangan dalam

jangka panjang. Teori legitimasi dilandasi dengan “kontrak sosial” yang

10
11

terjadi antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan tersebut

beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi (Ghozali dan Chariri, 2007).

Pada penelitian ini teori legitimasi dapat digunakan karena mampu

menjelaskan motivasi pengungkapan emisi karbon oleh suatu perusahaan

atau organisasi. Pengungkapan emisi karbon sendiri merupakan

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam upaya untuk

mendapatkan legitimasi dari kelompok masyarakat dimana peruahaan itu

berada dan uaya untuk memaksimalkan kekuatan jangka panajang

perusahaan dalam aspek keuangan. Legitimasi akan diperoleh jika

perusahaan dan masyarakat terdapat kesamaan hasil yang diharapkan,

sehingga sehingga akan mengurangi resiko jangka panjang atas tuntutan dari

masyarakat yang berhubungan dengan keuangan. Penetapan nilai-nlai

perusahaan yang sesuai dengan nilai masyarakat sendiri yang akan membuat

perusahaan mendapatkan legtimasi.

2.1.2 Teori Stakeholder

Menurut Freedman (1984) dalam (Ghozali dan Chairiri, 2007)

stakeholder merupakan kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi

atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan. Stakeholder terdiri dari

pemegang saham, kreditur, karyawan, pelanggan, pemasok, kelompok

kepentingan publik dan badan-badan pemerintah. Semua stakeholder

memiliki hak untuk memperoleh informasi mengenai aktivitas perusahaan

yang mempengaruhi mereka. Pada awalnya, hanya pemegang saham satu-

satunya stakeholder yang erlu diakui perusahaan. Hal itu didasarkan pada
12

argumen yang diajukan Freedman (1984) dalam (ghozali dan Chairiri, 2007)

yang mengemukakan bahwa tujuan utama perusahaan tersebut adalah untuk

kemakmuran pemiliknya.

Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas

yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun juga harus

memberikan manfaat bagi stakeholdernya yaitu para pemegang saham,

kreditur, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analisa, dan berbagai

pihak lain. Dukungan yang diberikan oleh stakeholder sangan berpengaruh

dalam keberadaan suatu perusahaan tersebut (Chairiri, 2011). Pendapat dari

Ghomi dan Leung (2013) bahwa stakeholder memiliki harapan yang

berbeda-beda kepada perusahaan, untuk mengejar harapan tersebut

stakeholder memberikan tekanan kepada perusahaan baik secara langsung

maupun secara tidak langsung dalam melakukan pengungkapan lingkungan.

Untuk mngahapi hal tersebut perusahaan dituntut harus selalu bekerjasama

dengan para stakeholdernya agar vissi perusahaan dapat sejalan dengan

mereka. Ghozali dan Chairiri (2007) juga mengatakan bahwa organisasi

akan memilih stakeholder yang ddipandang penting, dan dapat mengambil

tindakan yang dapat menghasilkan hubungan baik antara perusahaan dengan

stakeholdernya.

Teori ini dapat mendasari dalam praktik yang berhubungan dengan

lingkugan karena adanya peran dan hubungan antara perusahaan dengan

stakeholder, dimana stakeholder memiliki peranan penting dalam

kelangsungan perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang


13

lebih tinggi akan lebih bertanggung jawab kepada krediturnya. Menurut

Melani (2017) perusahaan akan lebih memilih melakukan pelunasan

hutangnya dibandingkan dengan melakukan pengungkapan emisi karbon.

Perusahaan harus lebih menghormati stakeholdernya dengan melakukan

pemenuhan hak dan kewajiban berbagai pihak dengan peraturan yang

berlaku.

2.1.3 Pengungkapan Emisi Karbon

Irwhantoko (2016) menjelaskan Emisi karbon didefinisikan

sebagai pelepasan gas-gas yang mengandung karbon ke lapisan atmosfer

bumi. Pelepasan gas-gas tersebut terjadi karena proses pembakaran terhadap

karbon baik tunggal maupun senyawa. Bentuk gas tersebut adalah carbon

dioxide (CO2), metana (CH4), dinitroksida (NO2), chlorofluorocarbons

(CFC) dan sebagainya. Penyebab utama pemanasan global adalah gas CO2

yang dari waktu ke waktu terus meningkat baik dari tingkat global, regional,

nasional pada suatu negara maupun lokal untuk suatu kawasan. Hal ini

terjadi karena adanya peningkatan pembakaran bahan bakar minyak, batu

bara dan bahan-bahan organik lain yang melampaui kemampuan tumbuhan

dan laut untuk menyerapnya, sehingga menyebabkan peningkatan suhu

permukaan buni dan perubahan iklim yang sangat ekstrim di bumi.

Emisi karbon atau gas rumah kaca menurut sumbernya dibedakan

menjadi dua yaitu gas rumah kaca alami dan gas rumah kaca industri. gas

rumah kaca alami adalah bagian dari siklus alam yang dapat dengan mudah

dinetralisir oleh tumbuhan dan lautan. Gas rumah kaca alami akan
14

menguntungkan bagi mahluk hidup karena dapat menjaga temperature bumi

tetap hangat pada kisaran suhu 6˚C sedangakan produksi gas rumah kaca

industri berasal dari kegiatan industrial yang dilakukan oleh manusia

karenapada sektor industri dan energi sendiri merupakan aktifitas manusia

yang banyak menghasilkan emisi karbon. Pada sektor industri menggunakan

sumber energi dari bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara

telah menyebabkan bertambahnya gas rumah kaca di atmosfer bumi. Dari

pembakaran fosil tersebut akan didapatkan penamabahan emisi karbon.

Pengurangan emisi karbon berfokus pada emisi yang dihasilkan terutama

pada kegiatan industri, sehingga pada akhirnya informasi tentang emisi

karbon akan berkurang dan memerlukan pengungkapan emisi karbon.

2.1.4 Ukuran Perusahaan

Menurut Niko (2013) ukuran perusahaan didefinisikan sebagai

bentuk besaran, dimensi, atau kapasitas dari suatu perusahaan besar atau

kecil dapat dilihat dari total aktiva, penjualan bersih, dan kapitalis pasar.

Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka semakin besar modal yang

ditanamnya pada berbagai jenis usaha, maka akan lebih mudah untuk

memasuki pasar modal, memperoleh penilaian kredit yang tinggu dan lain

sebagainya, dan hal tersebut akan mempengaruhi total aktiva.

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang usaha kecil,

mikro, dan menengah berdasarkan ukuran nilai kekayaan bersih dan hasil

penjualannya, dibagi menjadi tiga kriteria usaha, yaitu:

a. Usaha mikro
15

Dengan kriteria:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak senilai

Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)

b. Usaha kecil

Dengan kriteria:

1. Memiliki kekayaan bersih senilai lebih dari Rp.50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) sampai Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan senilai lebih dari Rp.300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah).

c. Usaha menengah

Dengan kriteria:

1. Kekayaan bersih yang dimiliki lebih dari Rp.500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh

milyar ruiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2. Hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000,00 (dua milyar

lima ratus ribu rupiah) sampai paling banyak Rp.50.000.000.000,00

(lima ratus milyar rupiah).


16

Ukuran perusahaan juga menggambarkan jumlah aktifitas

operasional didalamnya. Pada perusahaan yang lebih besar tentu akan

memiliki lebih banyak aktifitas operasional, dan aktifitas operasional

tersebut berhubungan langsung dengan lingkungan sehingga seiring dengan

jalannya proses operasional perusahaan tersebut maka pihak perusahaan

juga perlu menjaga kelestarian lingkungan demi mendukung kelangsungan

kinerjanya.

2.1.5 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan ukuran kinerja perusahaan, dan setiap

perusahaan memiliki target sendiri untuk menghasilakan profitabilitas yang

tinggi. Semakin tinggi profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan maka

kinerja perusahaan tersebut juga akan semakin bagus (Suci dan Nur, 2019).

Menurut Kasmir (2014) profitabilitas merupaakan rasio dengan

tujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan juga memberikan ukuran tentang tingkat efektifitas manajemen

dalam melaksanakan kegiatan operasinya.

Harahap (2016) mengemukakan bahwa profitabilitas merupakan

kemamouan perusahaan dalam menghaslkan laba melalui semua

kemampuan dan sumber yang ada dengan kegiatan penjualan, kas, modal,

jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.

Profitabilitas juga dapat disimpulkan yaitu rasio yang digunakan

untuk mengukur profit dari hasil kegiatan operasional perusahaan. Setiap

perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan frofitabilitasnya karena jika


17

perusahaan berhasil meningkatkan profitabilitasnya maka dapat dikatakan

bahwa perusahaan tersebut dapat mengelola sumber daya yang dimilikinya

secara efektif dan efisien untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi.

Berdasarkan teori legitimasi, masyarakat akan melakukan tekanan terhadap

perusahaan agar perusahaan tetap peduli terhadap kesehatan lingkungan

sekitar. Dengan profitabilitas yang tinggi perusahaan akan lebih mudah

dalam menjawab tekanan tersebut karena perusahaan memiliki sumber daya

lebih yang dapat digunakan untuk melakukan pengungkapan lingkungan

dibandingkan dengan perusahaan dengan profitabilitas yang rendah

sehingga hal ini dapat memudahkan perusahaan mendapatkan legitimasi

dari masyarat (Zhang, et al 2013 dalam pratiwi, 2016).

Penelitian Karina (2015) mengemukakan rasio yang digunakan

untuk mengukur profitabilitas diklasifikasikan menjadi beberapa bagian,

yaitu:

1. Return on equity (ROE)

ROE merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya

tingkat pendapatan yang tersedia bagi para pemilik perusahaan baik

pemegam saham biasa maupun saham preferen atas modal yang telah

mereka berikan kepada perusahaan.

2. Gross Profit Margin

Rasio ini merupakan presentasi dari laba kotor dibandingkan dengan

penjualan yang dilakukan perusahaan.

3. Operating Profit Margin


18

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba operasi dan menggambarkan apa yang disebut

“pure profit” karena laba yang diukur merupakan laba yang diterima

atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan tanpa melihat beban

keuangan (bunga) dan beban terhadap pemerinah (pajak).

4. Net Profit Margin

Net Profit Margin merupakan rasio antara laba bersih dengan

penjualan. Hasil penjualan setelah seluruh biaya-biaya dikurangi

termasuk bunga dan pajak. Dengan demikian, rasio ini mengukur

besarnya aba bersih yang telah dicapai oleh perusahaan dari hasil

penjulan yang telah dilakukan.

5. Return on Investment (ROI)

ROI ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan secara menyeluruh dalam menghasilkan keuntungan.

6. Return on Asset (ROA)

ROA merupakan rasio yang membandingkan antara pendapatan bersih

setelah pajak terhadap total aset milik perusahaan.

2.1.6 Media Exposure

Media merupakan salah satu sarana komunikasi antara pemberi

pesan dan penerima pesan. Media exposure adalah kegiatan mendengar,

melihat, dan membaca pesan-pesan media atau pengalaman dan perhatian

terhadap informasi yang disajikan yang dapat terjadi di masyarakat baik

individu maupun kelompok (Kasten dalam Iksan, 2016).


19

Media memiliki peran penting dalam pergerakan mobilisasi sosial,

misalnya kelompok yang tertarik pada lingkungan. Media juga berperan

penting dalam mengkomunikasikan suatu informasi kepada masyarakat.

Informasi aktifitas perusahaan termasuk salah satu informasi yang dapat

dikomunikasikan dengan masyarakat. Perusahaan perlu mewaspadai media

yang mengawasi kegiatannya karena bekaitan dan berpengaruh terhadap

reputasi dan nilai perusahaan. Semakin aktif suatu media mengawasi, maka

perusahaan akan semakin terpacu untuk mengungkapkan aktivitasnya (Nur

dan Priantinah, 2012).

2.1.7 Leverage

Leverage digunakan untuk mengetahui besarnya bagian aset yang

dijadikan sebagai jaminan atas utang. Perusahan yang memiliki nilai

leverage tinggi akan lebih memilih untuk melunasi utangnya kepada

kreditur daripada melakukan pengungkapan emisi karbon yang dihasilkan

oleh perusahaan (Luo, dkk. Dala suhardi, 2015).

Menurut Kasmir, 2016 dalam Henry, 2017 menjeaskan bahwa

leverage atau rasio utang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

berapa bagian aset perusahaan yang dibiayai oleh utang perusahaan.

Leverage menunjukkan besar ekuitas yang tersedia utnuk memeberikan

jaminan kepada hutang, yaitu meliputi hutang lancar dan hutang jangka

panjang. Untuk mengukur leverage dapat menggunakan Debt Equity

Ratio/DER, metode pengukuran DER juga dapat memberikan gambaran


20

mengenai struktur modal perusahaan sehingga dapat melihat tingkat resiko

tak tertagihnya suatu hutang Brigham dan Huston, 2006).

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas,

media exposure, dan leverage terhadap Carbon emission disclosure dengan

tipe industri sebagai variabel kontrol. Telah dilakukan oleh berbagai

penelitian terdahulu:

Tabel 2. 1
Hasil Penelitian Terdahulu

NAMA
NO VARIABEL SAMPEL HASIL
PENELITI
1 Rachmad, Variabel Perusahaan Pada penelitian ini
Dkk (2020) Dependen: Manufaktur Leverage dan
Carbon Yang pertumbuhan
Emission Terdaftar Di Perusahaan secara
Disclosure. Bursa Efek parsial tidak
Indonesia berpengaruh terhadap
Variabel (BEI) Tahun Carbon Emission
Independen: (2015–2017) Disclosure.
Sedanngkan kompetisi
secara parsial
1. Leverage
berpengaruh positif
2. Kompetisi
signifikan terhadap
3. Pertumbuhan
Carbon Emission
Perusahaan
Disclosure
2 Suci, & Variabel Perusahaan Pada penelitian ini
Anisah Dependen: Manufaktur terdapat pengaruh
(2019) Pengungkapan yang positif signifikan
Emisi Karbon Terdaftar di Media Exposure
Bursa Efek terhadap
Variabel Indonesia Pengungkapan Emisi
Independen: Periode Karbon.
21

2014-2018 Sedangkan Ukuran


Perusahaan,
1. Media
Profitabilitas dan
Exposure
Leverage tidak
2. Ukuran
memiliki pengaruh
Perusahaan
terhadap
3. Profitabilitas
Pengungkapan Emisi
4. Leverage
Karbon
3 Erika, dkk Variabel Perusahaan Pada penelitian ini
(2019) Dependen: Non Tipe Industri dan
Carbon Keuangan Profitabilitas memiliki
Emission Yang pengaruh yang
Disclosure. Menerbitkan signifikan terhadap
Laporan Carbon Emission
Variabel Tahunan Dan Disclodure.
Independen: Dipublikasik Sedangakan Kinerja
an Di Bursa Lingkungan tidak
Efek berpengaruh
1. Pengaruh
Indonesia signifikan terhadap
Tipe Industri
(Bei) Pada Carbon Emission
2. Kinerja
Tahun 2015- Disclosure.
Lingkungan
2017
3. Profitabilitas
4 Nur, (2019) Variabel Perusahaan Penelitian ini
Dependen: Yang menunjukkan bahwa
Pengungkapan Terdaftar Di kinerja lingkungan,
Emisi Karbon. Bursa Efek ukuran perusahaan
Indonesia dan komite audit
Variabel (BEI) Periode berpengaruh positif
Independen: Tahun 2012- terhadap
2016. pengungkapan emisi
karbon.
1. Tipe Industri
Tipe industri dan
2. Kinerja
profitabilitas
Lingkungan
berpengaruh negatif
3. Karekteristik
terhadap
Perusahaan
pengungkapan emisi
4. Komite
karbon.
Audit.
Sedangkan leverage
tidak berpengaruh
terhadap
22

pengungkapan emisi
karbon.
5 Ischazilatul, Variabel Perusahaan Hasil penelitian
& Dependen: Non menunjukkan bahwa
Badingatus Pengungkapan Keuangan Di kepemilikan
(2019) Emisi Karbon. Bursa Efek institusional dan
Indonesia komite audit yang
Variabel Yang tinggi mampu
Independen: Mempublikas meningkatkan
ikan pengungkapan emisi
Sustainability karbon.
1. Kinerja
Report Sementara kinerja
Lingkungan
Periode lingkungan,
2. Karakteristik
2013-2017. kepemilikan
Corporate
manajerial, komisaris
Governance
independen, dewan
direksi, umur dewan
direksi, dan tingkat
pendidikan komisaris
tidak memiliki
pengaruh terhadap
pengungkapan emisi
karbon.
6 Windi, dkk Variabel Perusahaan Penelitian ini
(2019) Dependen: Yang menunjukan bahwa
Pengungkapan Terdaftar Di ukuran perushaan
Emisi Karbon Bursa Efek dan leverage tidak
Indonesia berpengaruh
Variabel Selama signifikan terhadap
Independen: Periode pengungkapan emisi
2016-2018 karbon.
Sedangkan tipe
1. Ukuran
industri memiliki
Perusahaan
pengaruh signifikan
2. Leverage
terhadap
3. Tipe Industri
pengungkapan
emisi karbon, dimana
perusahaan dengan
intensitas tinggi
terhadap emisi karbon
23

yang dihasilkan akan


cenderung melakukan
pengungkapan yang
lebih luas.
7 Karsono, & Variabel Perusahaan Peneliti
Attika Dependen: Non Jasa mengungkapkan
(2019) Carbon Yang bahwa ukuran
Emission Terdaftar Di perusahaan,
Disclosure. Bursa Efek Profitabilitas, dan
Indonesia kinerja lingkungan
Variabel (BEI) Tahun tidak berpengaruh
Independen: 2017. signifkan terhadap
Carbon Emission
Disclosure
1. Ukuran
Perusahaan
2. Profitabilitas
3. Kinerja
Lingkungan

8 Desianti, & Variabel perusahaan Pada penelitian ini


Khrisna Indepeden: manufaktur Ukuran perusahaan
(2019) Pengungkapan yang terdaftar memiliki pengaruh
Emisi Karbon di Bursa Efek yang signifikan
Indonesia terhadap
Variabel (BEI) pada pengungkapan emisi
Independen: rentang tahun karbon pada
2015-2017. perusahaa manufaktur
yang terdaftar di
1. Ukuran
BEItahun 2015-2017.
Perusahaan
Dedangkan
2. Profitabilitas
profitabilitas,
3. Pertumbuhan
pertumbuhan, dan
4. Kinerja
kinerja lingkungan
Lingkungan
tidak memiliki
pengaruh terhadap
pengungkapan emisi
karbon.
9 Sari, Dkk Variabel Perusahaan Hasil menunjukkan
(2019) Dependen: Bumn Yang bahwa profitabilitas
Carbon Terdaftar Di tidak berpengaruh
24

Emission Bursa Efek signifikan dan negatif


Disclosure Indonesia terhadap carbon
Periode emission disclosure.
Variabel 2013-2017 Adapun
Independen: leverage dan ukuran
perusahaan
berpengaruh
1. Profitabilitas
signifikan dan positif
2. Leverage
terhadap carbon
3. Ukuran
emission disclosure
Perusahaan
10 Endang, Variabel Perusahaan Hasil penelitian ini
(2018) Dependen: Non Industri menunjukkan bahwa
Carbon Jasa Yang Jenis Industri dan
Emission Terdaftar Di Ukuran Perusahaan
Disclosure. Bursa Efek berpengaruh terhadap
Indonesia Carbon Emission
Variabel Tahun 2014- Disclosure.
Independen: 2016 Sedangkan proksi
profitabilitas dengan
Return On Asset dan
1. Pengaruh
Return On Equity dan
Tipe Industri
leverage tidak
2. Profitabilitas
efek pada
3. Media
pengungkapan emisi
Exposure
karbon.
4. Ukuran
Perusahaan
5. Leverage
11 Kurniawati, Variabel Perusahaan Hasil dari penelitian
Sarwenda Dependen: Manufaktur ini menunjukkan
Biduri Carbon Yang bahwa Ukuran
(2018) Emission Terlisting Di perusahaan, Media
Dosclosure. Bursa Efek Exposure dan
Indonesia Profitability
Variabel Pada Tahun berpengaruh
Independen: 2014-2016. signifikan terhadap
Carbon Emission
Disclosure.
1. Ukuran
Perusahaan
2. Media
25

Exposure
3. Profitability
12 Bayu, Variabel Perusahaan Hasil penelitian ini
(2017) Dependen: Go Public menunjukkan bahwa
Carbon Yang Hasil dari penelitian
Emissioon Terdaftar Di ini yaitu Jenis Industri
Disclosure. Jakarta berpengaruh negatif
Islamic Index secara signifikan.
Variabel (JII) Pada Profitabilitas
Independen: Tahun 2012- berpengaruh positif
2014. secara signifikan
terhadap tingkat
1. Media
pengungkapan emisi
Exposure
karbon.
2. Kinerja
Sementara itu kinerja
Lingkungan
lingkungan, paparan
3. Karakteristik
media dan ukuran
Perusahaan
perusahaan tidak
mempunyai pengaruh
signifikan terhadap
tingkat pengungkapan
emisi karbon.
13 Putri, Variabel Studi Empiris Hasil penelitian ini
(2016) Dependen: Pada menunjukkan bahwa
Carbon Perusahaaan tipe industri
Emission Non Industri berpengaruh
Disclosure. Jasa Yang signifikan positif
Terdaftar Di Terhadap
Variabel BEI Tahun pengungkapan emisi
Independen: 2012-2014. karbon.
Sementara itu media
exposure dan
1. Tipe Industri
profitabilitas tidak
2. Media
berpengaruh
Exposure
signifikan terhadap
3. Profitabilitas
pengungkapan emisi
karbon.
14 Irwhantoko, Variabel Perusahaan Berdasarkan pada
& Basuki Dependen: Manufaktur hasil pengujian, hanya
26

(2016) Carbon Yang Rasio utang pada


Emission Terdaftar Di ekuitas berpengaruh
Disclosure. Bursa Efek negatif signifikan.
Indonesia Sementara faktor
Variabel Berturut- lainnya tidak
Independen: Turut Mulai berpengaruh
Dari Tahun signifikan terhadap
2012-2013 pengungkapan
1. Ukuran
emisi karbon di
Perusahaan
Indonesia.
2. Profitabilitas
3. Kompetisi
4. Pertumbuhan
5. Rasio Utang
6. Reputasi
Kantor
Akuntan
Publik

2.3 Pengembangan Hipotesis

Perumusan hipotesis yang diajukan penelitian ini bertujuan untuk

menguji pengaruh Ukuran Perusahaan, Media Exposure, Profitabilitas, dan

Leverage Terhadap Carbon Emission Disclosure dengan Variabel kontrol

tipe Industri. Berdasarkan pemikiran tersebut maka hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.3.1 Pengaruh ukuran perusahaan terhadap carbon emission disclosure

Ukuran perusahaan digunakan untuk menentukan besarnya

perusahaan dengan total aktiva. Ukuran perusahaan dibedakan kedalam tiga

kategori, yaitu perusahaan besar, perusahaan menengah, dan perusahaan

kecil. Besarnya ukuran perusahaan biasanya menandakan jumlah aset yang

dimiliki perusahaan juga dalam jumlah yang besar. Perusahaan yang


27

memiliki asset dalam jumlah besar menandakan bahwa perusahaan tersebut

lebih banyak melakukan aktivitas operasionalnya utnuk menghasilkan

keuntungan yang tinggi sehingga akan cenderung melakukan pengungkapan

emisi karbon. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan besar

seharusnya peduli terhadap lingkungan sekitar (Melani, 2017).

Berdasarkan teori legitimasi, perusahaan yang besar akan

cenderung menjadi sorotan masyarakat karena aktivitas yang dijalankan

perusahaan tersebut sangat berdampak pada lingkungan sekitar. Semakin

besar aktivitas yang dilakukan perusahaan maka semakin besar pula dampak

yang akan ditimbulkan akibat kegiatan operasional tersebut. Pperusahaan

dengan ukuran yang besar diasumsikan dapat menunjukkan tanggung jawab

sosial lingkungan dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil.

Perusahaan besar lebih mampu untuk hal ketersediaan sumber daya untuk

memenuhi biaya terkait pengungkapan emisi karbon, sedangkan perusahaan

yang lebih kecil cenderung tidak melakukannya karena keterbatasan sumber

daya dan sumber dana.

Pada penelitian Desitania dan Yunita (2019) menyatakan bahwa

ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan erhadap

pengungkapan emisi karbon. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesa

yang dibangun adalah:

H1= Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan

emisi karbon.
28

2.3.2 Pengaruh Media Exposure terhadap pengungkapan emisi karbon

Menurut Jannah (2014) media exposure merupakan pemanfaatan

media yang dilakukan perusahaan unuk mengkomunikasikan iformasi dan

identitas mengenai kegiatan yang dilakukan perusahaan. Perusahaan

memiliki kewajiban moral untuk melakukan pengungkapan aktivitasnya

tidah hanya pada aspek keuangan saja tetapi juga pada aspek soasial dan

lingkungan.

Menurut teori stakeholder bagi perusahaan yang menyadari

pentingnya pengungkapan lingkungan akan memikirkan berbagai cara untuk

memberikan informasi kepada para stakeholder termasuk melakukan

pengungkapan emisi karbon. Dengan melakukan pengungkapan emisi

karbon melalui media, masyarakat akan lebih mengetahui aktivitas

perusahaan dan masyarakat akan lebih mempercayai perusahaan tersebut.

Menurut teori legitimasi melakukan pengungkapan emisi karbon

merupakan pengungkapan lingkungan yang harus dilakukan oleh

perusahaan untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat dan para

stakeholder. Salah satu media yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam

menyampaikan informasi tentang emisi karbon melalui media internet.

Melalui media intermet masyarakat dapat dengan udah mencari informasi

tersebut dan mengetahui aktivitas oerusahaan sehingga dapat memberikan

nilai positif untuk perusahaan (Iin Indriasih, 2019).

Pada penelitian Suci dan Nur Anisah (2019) menyatakan bahwa

Media Exposure memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan


29

emisi karbon. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dibangun hipotesa

sebagai berikut:

H2: Media Exposure Berpengaruh Positif Signifikan Terhadap

Pengungkapan Emisi Karbon.

2.3.3 Pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan emisi karbon

Profitabilitas merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk

mengukur kinerja keuangan. Perusahaan dengan kinerja keuangan yang baik

akan lebih berpotensi mengungkapkan informasi lingkungan (Irwhantoko,

2016). Berdasarkan teori legitimasi, masyarakat akan melakukan tekanan

terhadap perusahaan tentang kepedulian terhadal lingkungan sekitar

termasuk pengungkapan emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan

operasional perusahaan. Semakin besarnya kinerja keuangan perusahaan

maka perusahaan akan semakin mampu melakukan berbagai upaya untuk

penurunan emisi karbon. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan lebih

mudah menjawab tekanan dari masyarakat mengenai upaya pengurangan

emisi karbon dan dapat meningkatkan nilai perusahaan didalam masyarakat

dan mendapat legitimasi dari masyarakat. Perusahaan dengan profitabilitas

rendah akan lebih memilih berfokus pada tujuan mereka meningkatkan

profitabilitas serta peningkatan kinerja sehingga akan membatasi

tindakannya dalam upaya penurunan dan pelaporan emisi karbon karena hal

tersebut dapat menambah beban operasional.

Pada penelitian Nur Laela dan Krisno (2019) menyatakan bahwa

profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan emisi


30

karbon. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dibangun hipotesa sebagai

berikut:

H3: Profitabilitas Berpengaruh Positif Signifikan Terhadap

Pengungkapan Emisi Karbon

2.3.4 Pengaruh Leverage Terhadap Carbon Emission Disclosure

Leverage yaitu alat ukur yng digunkan untuk menentukan

perbandingan antara total hutang dan total asset perusahaan. Kondis

perusahaan bergantung pada kondisi leverage yang dialami oleh perusahaan.

Jika kondisi leverage perusahaan semakin besar maka semakin besar pula

kekuatan kreditor dalam menekan perusahaan. Menurut Luo et al. (2013),

kewajiban yang lebih besar untuk membayar utang dan bunga akan

membatasi kemampuan perusahaan untuk melakukan kegiatan pengurangan

emisi karbon dan pengungkapannya.

Pada teori stakeholder perusahaan dengan tingkat leverage tinggi

akan lebih mempertimbangkan tanggung jawabnya terhadap para

debtholders dibandingkan membuat laporan terkait pengungkapan emisi

karbon. Biasanya semakin tinggi leverage perusahaan maka semakin tinggi

pula ekspetasi atau perkiraan para kreditor terhadap kinerja perusahaan

tersebut termasuk kinerja lingkungannya. Berdasarkan penjelasan tersebut

maka dibangun hipotesa sebagai berikut:

H4: Leverage Berpengaruh Positif Signifikan Terhadap Carbon Emission

Disclosure.
31

2.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pemikiran teoritis dalam

penelitian ini dapat disajikan pada gambar 2.1 sebagai berikut

Ukuran Perusahaan (X1)

Media Exposure (X2)


Carbon Emission
Disclosure (Y)
Profitabilitas (X3)

Leverage (X4) Tipe Industri

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran Teoritis

pengaruh Ukuran Perusahaan, Media Exposure, Profitabilitas, dan Leverage

Terhadap Carbon Emission Disclosure dengan Variabel kontrol tipe Industri


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur Sub

Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Tahun

2016-2020. Penelitian ini dilakukan untuk menguji hubungan antara

variabel independen yaitu ukuran perusahaa, media exposure, profitabilitas,

dan leverage terhadap variabel dependen carbon emission disclosure

dengan variabel kontrol tipe industri.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi

Sugiyono (2018) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah

generalisasi yangterdiri atas objek/subjek yang dipelajari, yang mempunyai

karakteristik dan kuantitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitan ini

adalah perusahaan manufaktur sub pertambangan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2020.

3.2.2 Sampel

Sampel yaitu bagian atau jumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Sampel merupakan bagian dari populasi yang ada dan

pengambilan sampel menggunakan cara tertentu yang didasarkan oleh

pertimbangan yang ada (Sugiyono, 2018).

32
33

Teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling

yang ditujukan untuk mendapatkan sampel representatif sesuai dengan

kriteria yang ditentukan. Kriteria sampel yang akan digunakan sebagai

berikut:

1. Perusahaan manufaktur sub pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) Tahun 2016-2020

2. Perusahaan manufaktur sub pertambangan yang menerbitkan laporan

tahunan (annual report) dan Sustainbility Report secara lengkap dan

tidak berturut-turut untuk tahun 2016-2020.

3. Perusahaan yang secara implisit maupun eksplisit mengungkapkan

emisi karbon (mencakup minimal satu kebujakan yang terkait dengan

emisi karbon atau mengungkapkan minimal satu item pengungkapan

emisi karbon).

3.3 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data

kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka, dapat dinyatakan dan diukur

dengan satuan hitung (Sugiyono, 2011).

Sumber data yang akan digunakan sesuai dengan jenis penelitian

ini yaitu data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah laporan

keuangan (annual report) dan Sustainbility Report yang diperoleh melalui

situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id dan ditambah
34

dengan informasi dari situs masing-masing perusahaan manufaktur sub

pertambangan pada tahun 2016-2020.

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini

yaitu teknik studi pustaka dan teknik observasi. Pada metod studi pustaka

ini data diperoleh dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku yang

berhubungan dengan masalah yang dibahas. Sedangkan metode observasi

memperoleh data dengan cara menggunakan dokumentasi berdasarkan pada

laporan tahunan (annual report) dan Sustainbility Report perusahaan yang

dipublikasikan di situs resmi BEI periode tahun 2016-2020.

3.4 Definisi Konsep, Operasional, dan Pengukuran Variabel

Variabel penelitian merupakan suatu atribut, nilai, atau sifat dari

seseorang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang

diciptakan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2018). Konsep yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan 3 jenis variabel yaitu variabel dependen, independen, dan

variabel kontrol.

3.4.1. Variabel Dependen (Y)

1) Carbon emission disclosure (Y)

Carbon emission disclosure akan diukur menggunakan beberapa

item diadopsi dari penelitian choi et al dengan mengembankan checklist

berdasarkan daftar permintaan informasi yang diberikan oleh CDP (Carbon

Disclosure Project). CDP sendiri merupakan suatu organisasi non-profit


35

independen yang memegang volume terbesar mengenai informasi

perubahan iklim (Climate change) di dunia, yaitu lebih dari 3000 organisasi

di 60 negara. Checklist dibuat untuk menentukan tingkatan untuk

pengungkapan sukarela terkait perubahan iklim dan emisi karbon yang

tersedia di laporan. Ada lima kategori besar yang ditentukan oleh Choi et al

yang relevan dengan perubahan iklim dan emisi karbon sebagai berikut:

resiko dan peluang perubahan iklim (CC/Climate change), konsumsi energi

(EC/Energy Consumption), emisi gas rumah kaca (GHG/greenhouse gas),

pengurangan gas rumah kaca dan biaya (RC/Reduction and Cost) dan

akuntabilitas emisi karbon (AEC/Accountability of Emission Carbon). Ada

18 item yang akan diidentifikasi dari lima kategori tersebut. Checklist

pengungkapan emisi karbon sebagai berikut:

Tabel 3. 1
Carbon Emission Disclosure Checklist

Kategori Item
Perubahan iklim: CC-1: penilaian/deskripsi terhadap risiko
resiko dan peluang (peraturan/regulasi baik khusus maupun umum)
yang berkaitan dengan perubahan iklim dan
tindakan yang diambil untuk mengelola risiko
tersebut
CC-2: penilaian/deskripsi saat ini dan masa
depan dari implikasi keuangan, bisnis dan
peluang dari perubahan iklim
Emisi Gas Rumah GHG-1: Deskripsi metodologi yang digunakan
Kaca untuk menghitung emisi gas rumah kaca (misal
(GHG/Greenhouse protocol GRK atau ISO)
Gas)
GHG-2: Keberadaan verifikasi eksternal
kuantitas emisi GRK oleh siapa dan atas dasar
36

apa.
GHG-3: Total emisi gas rumah kaca (metrik
ton CO2-e) yang dihasilkan.
GHG-4: Pengungkapan lingkup 1 dan 2, atau 3
emisi GRK langsung.
GHG-5: Pengungkapan emisi GRK
berdasarkan asal atau sumbernya (misalnya:
batu bara, listrik, dll).
GHG-6: Pengungkapan emisi GRK
berdasarkan fasilitas atau level segmen.
GHG-7: Perbandingan emisi GRK dengan
tahun-tahun sebelumnya
Konsumsi Energi EC-1: Jumlah energi yang dikonsumsi
(EC/Energy (misalnya tera-joule atau PETA-joule)
Consumption)
EC-2: Kuantifikasi energi yang digunakan dari
sumber daya yang dapat diperbaharui
EC-3: Pengungkapan menurut jenis, fasilitas
atau segmen.
Pengurangan Gas RC-1: Detail/rincian dari rencana atau strategi
Rumah Kaca dan Biaya untuk mengurangi emisi GRK.
(RC/Reduction and
Cost)
RC-2: Spesifikasi dari target tingkat/level dan
tahun pengurangan emisi GRK.
RC-3: Pengurangan emisi dan biaya atau
tabungan (costs or savings) yang dicapai saat
ini sebagai akibat dari rencana pengurangan
emisi karbon.
RC-4: Biaya emisi masa depan yang
diperhitungkan dalam perencanaan belanja
modal (capital expenditure planning)
Akuntabilitas Emisi AEC-1: Indikasi dimana dewan komite (atau
Karbon badan eksekutif lainnya) memiliki tanggung
(AEC/Accountability jawab atas tindakan yang berkaitan dengan
of Emission Carbon) perubahan iklim.
AEC-2: Deskripsi mekanisme dimana dewan
(atau badan eksekutif lainnya) meninjau
kemajuan perusahaan mengenai perubahan
iklim.
Sumber: Choi et al dalam Suhardi (2015)
37

Berdasarkan pengelompokan emisi, perusahaan diklasifikasikan

menjadi tiga kaegori yaitu lingkup (scope) 1-3. Lingkup 1-2 yang

dilaporkan, sedangkan lingkup 3 merupakan pilihan (choi et al, 2013). Pada

konsep “Ruang Lingkup/Scope” yang digunakan untuk membantu akuntansi

dan pelaporan. Deskripsi ruang lingkup ini merupakan:

Tabel 3. 2
Deskripsi Ruang Lingkup 1,2, dan 3

Scope 1 Emisi GRK


langsung
- Emisi GRK terjdi dari sumber yang
dimiliki atau dikendalikan oleh
perusahan misalnya: emisi pembakaran
tungku, boiler, kendaraan milik
perushaan; emisi dari produksi kimia
pada peralatan milik dan yang
dikendlikan perusahaan
- Emisi CO2 berasal dari embakaran
biomassa tidak dimasukkan dalam
lingkup 1 tetapi dilaporkan secara
terpisah.
- Emisi GRK yang tidak terdapat pada
Protocol Kyoto misalnya CFC, NOX, dll
sebaiknya tidak dimasukkan kedalam
lingkup 1 tetapi dilaporkan secara
terpisah.
Scope 2 Emisi GRK
tidak
- Mencakup emisi GRK dari pembangkit
langsung
listrik yang dibeli atau dikonsumsi oleh
lainnya
perusahaan.
- Lingkup 2 secara fisik terjadi pada
fasilitas yang menghasilkan lisrik.
Scope 3 Emisi GRK
tidak
- Lingkup 3 adalah kategori dimana
langsung
pelaporan opsional yang memungkinkan
38

lainnya

untuk perlakuan semua emisi tidak


langsung lainnya.
- Lingkup 3 merupakan konsekuensi dari
kegiatan perusahaan, tetapi terjadi dari
sumber yang tidak dimiliki atau
dikendalikan oleh perusahaan.
- Contoh lingkup 3 adalah kegiatan
ekstraksi dan produksi bahan baku yang
dibeli dan penggunaan produk dan jasa
yang dijual.
Sumber: Choi et al dalam Suhardi (2015)

Informasi runag lingkup ini merupakan informasi penjelas dan

digunakan oleh peneliti untuk menentukan apakah sumber emisi perusahaan

dapat dimasukkan dalam kategori kedua item GHG4 atau tidak.

Langkah-langkah untuk menentukan kalkulasi indeks Carbon Emission

Disclosure:

1. Memberikan skor pada setiap item pengungkapan dengan skala diktomi.

2. Skor maksimal yaitu 18, sedangkan skor minimal yaitu 0. Setiap item

bernilai 1 sehingga apabila perusahaan mengungkapakan semua item

informasi pada laporannya maka skor perusahaan tersebut 18.

3. Skor pada masing-masing perusahaan kemudian dijumlahkan

seluruhnya dan dibagi dengan jumlah maksimal item yang dapat

diungkapkan dikali 100%. Dengan demikian, maka formula

pengungkapan emisi karbon yang digunakan pada penelitian Suhardi

(2015) yaitu:

CED = (∑ di/M)×100
39

Keterangan:

CED = Carbon Emission Disclosure/Pengungkapan Emisi Karbon

∑di = Total keseluruhan skor 1 yang didapat perusahaan

M = Total item maksimal yang dapat diungkapakan (18 item)

3.4.2. Variabel Independen (X)

1) Ukuran Perusahaan (X1)

Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan

dilihat dari total aset maupun total penjualan. Pada penelitian ini ukuran

perusahaan diukur dengan logaritma natural dari total aset. Digunakannya

logaritma natural pada penelitian ini untuk mengurangi fluktuasi data tanpaa

mengurangi nilai asal. Pada penelitian Harahap (2016) variabel ukuran

perusahaan dirumuskan sebagai berikut:

Ukuran Perusahaan = Log N (Total Asset)

2) Media Exposure

Media sangat berfungsi untuk mengontrol suatu kegiatan

perusahaan termasuk pada pengungkapan emisi karbon. Perusahaan harus

sangat mempertimbangkan mengenai keberadaan media tersebut karena jika

terdapat suatu isu negatif mengenai perusahaan tersebut maka masyarakat

mungkin akan mengecam aktivitas perusahaan dan menurunkan nilai

perusahaan. Pada penelitian Putri (2016) media exposure diukur dengan

menggunakan variabel dummy dimana nilai 1 untuk perusahaan yang lebih


40

banyak mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan emisi karbon

melalui website milik perusahaan atau media lain, sedangkan memberikan

nilai 0 untuk perusahaan yang tidak mengungkapkan emisi karbon pada

website perusahaan atau media lainnya.

3) Profitabilitas (X3)

Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui semua

kegiatan operasional perusahaan yang ada disebut profitabilitas. Semakin

tinggi profitabilitas perusahaan makaa semakin tinggi pula tingkat efisiensi

perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk memperoleh laba. Indikator

yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas pada penelitian ini

yaitu Return on Assets (ROA). ROA merupakan analisa keuangan yang

menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atas total

asset yang dimilikinya. Pada penelitian Harahap (2016) ROA diukur dengan

perhitungan sebagai berikut:

Lababersih
ROA =
Rata−rata total asset

4) Leverage (X4)

Perbandingan antara total hutang dengan total aset atau modal yang

dimiliki perusahaan disebut juga leverage. Pada penelitian Harahap (2016)

leverage diukur dengan:

Utang
Leverage =
Asset
41

3.4.3. Variabel Kontrol

1) Tipe Industri

Tipe industri yaitu mengelompokkan industri-industri yang dibagi

menjadi dua kelompok yaitu kategori industri non insensif dalam

mengahasilakn karbon dan industri yang insensif dalam menghasilkan emisi

karbon. Industri yang digolongkan insensif emisi karbon yaitu energi,

transportasi, material, dan utilitas. Sedangkan industri non insensif emisi

karbon yaitu selain energi, transportasi, material, dan utilitas. Tipe industri

ini diukur menggunakan variabel dummy yaitu industri yang termasuk

kelompok insensif falam menghasilkan emisi karbon diberi angka 1

sedangkan industri non insensif diberi akangka 0 (Suhardi, 2015).

3.5 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel menurut Sugiyono (2018) yaitu

berkaitan dengan bagaimana variabel-variabel penelitian dioperasionalkan

sehingga variabel-variabel tersebut dapat dinilai dan diukur. Menilai dan

mengukur variabel serta instrumen apa saja yang dibutuhkan untuk menilai

dan mengukurnya. Pada definisi operasional variabel menjabarkan suatu

konstruk yang dapat dinilai menjadi suatu konsep variabel. Pada penelitian

ini terdapat empat variabel independen yaitu ukuran perusahaan, media

exposure, profitabilitas, dan leverage dengan variabel dependen carbon


42

emission disclosure dan tipe industri sebagai variabel kontrol. Penjelasannya

sebagai berikut:

Tabel 3. 3
Definisi Operasional Variabel

No Variabel Pengukuran Skala


1 Carbon Rasio
Emission CED = (∑ di/M)×100
Disclosure
Sumber: Suhardi (2015)
2 Ukuran Variabel ini diukur menggunakan Nominal
Perusahaan logaritma natural dari nominal total
aset perusahaan
(Harahap, 2016)
3 Media Variabel ini diukur dengan metode Nominal
Exposure dummy, dimana nilai 1 untuk
perusahaan yang mengungkapkan
informasi yang berkaitan dengan
emisi karbon melalui website
perusahaan atau media lainnya.
Sedangkan nilai 0 juka tidak
melakukannya.
(Putri, 2016)
4 Profitabilitas Rasio
ROA =
Lababersih
Rata−rata total asset
(Harahap, 2016)
5 Leverage Rasio
Utang
Leverage =
Asset
(Harahap, 2016)
6 Tipe Industri Tipe industri ini diukur Nominal
menggunakan variabel dummy yaitu
industri yang termasuk kelompok
insensif falam menghasilkan emisi
43

karbon diberi angka 1 sedangkan


industri non insensif diberi akangka
0 (Suhardi, 2015).

3.6 Metode Analisis Data

Data-data yang telah dikumpulkan kemudian akan dianalisis

dengan melakukan aanalisis statistik deskriptif dan uji asumsi klasik. Pada

analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui desperesi dan

distribusi data. Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji kelayakan model

regresi yang selanjutnya akan digunakan untuk pengujian hipotesis pada

penelitian.

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif

Menurut Sugiyono (2018) Statistik deskriptif merupakan statistik

yang digunakan untuk menganalisis data dengan mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya dan tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi.

Pada penelitian ini statistik deskriptif ang digunakan adalah mean atau rata-

rata hitung, nilai minimum dan nilai maksimum standar deviasi.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji apakah data akan

memenuhi asumsi klasik. Hak ini ditujukan untuk menghindari terjadinya

estimasi yang bias karena tidak semua data dapat diregresi. Untuk

menggunakan uji regresi salah satu syaratnya yaitu terpenuhinya uji asumsi
44

klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji

heterokedastisitas dan uji autokorelasi.

3.6.3.1 Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas untuk menguji dalam model regresi,

apakah variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal.

Untuk menguji normalitas residual, uji statistik yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu statistik nonparametrik Kolmogrov-sminorv (K-S)

(Ghozali, 2011). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis sebagai

berikut:

Ho : Data residual berdistribusi normal apabila nilai signifikan > 5%

(0,05)

Ha : Data residual tidak berkontribusi normal apabila memiliki nilai

signifikan < 5% (0,05)

3.6.3.2 Uji Multikolinearitas

Ghozali (2011) menjelaskan uji multikolinearitas ini bertujuan

untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar

variabel bebas (independen). Pada model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas tersebut

saling berkorelasi maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Varibel

ortogonal merupakan variabel independen yang memiliki nilai korelasi

sama dengan nol antar sesama variabel.


45

Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas yaitu dilihat dari

nilai tolerance dan lawannya yaitu variance inflation factor (VIF). Kedua

ukuran ini menunjukkan variabel independen mana yang dijelaskan oleh

variabel independen lainnya. Sederhananya setiap variabel independen

menjadi variabel dependen dan di regresi terhadap variabel independen

lainnya. Tolerance mengukur variabel independen yang terpilih yang

tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai tolerance yang

rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena FIV= 1/tolerance).

Nilai coff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya

mltikolinearitas yaitu nilai tolerance < 0,10 ata sama dengan nilai FIV >

10.

3.6.3.3 Uji heteroskedasitas

Tujuan dari uji heteroskedasitas ini adalah untuk menguji apakah

pada model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain. Apabila variance residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homokedastisitas dan

bila berbeda disebut heterokedastisitas. Pada model regresi yang baik

adalah homokerokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas

menjelaskan bahwa salah satu cara untuk menguji heterokedastisitas

yaitu melakukan uji gletjer dengan menghitung absolut residual dan

kemudia meregresikan nilai tersebut atas seluruh variabel bebas dengan

ketentuan bahwa tingkat probabilitasnya signifikan berada diatas 5% ( >

0,05) (Ghozali, 2011). Dasar analisis :


46

1. Jika tingkat probabilitas signifikansinya adalah berada dibawah 5%

(< 0,05) maka mengidentifikasikan telah terjadi heterokedastisitas.

2. Jika tinfkat probabilitas signifikansinya berada diatas 5 % (> 0,05)

maka tidak terjadi heterokedastisitas.

3.6.3.4 Uji Autokorelasi

Tujuan ujiautokorelasi yaitu untuk menguji apakah dalam model

linier memiliki korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Ghozali

(2011) menyebutkan apabila autokorelasi muncul biasanya karena

observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain dan

juga karena munculnya residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari

satu observasi ke observasi lainnya.

Pada penelitian ini uji Durbin-Waston (DW test) digunakan untuk

memeriksa tanda-tanda autokorelasi dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika dHitung< dL atau dHitung> (4-dL) berarti ada autokorelasi.

2. Jika dU>dHitung< (4 – dU), berarti tidak terjadi autokorelasi.

3. Jika dL<dHitung< dU atau (4-dU) <dHitung< (4-dL), maka tidak

dapat disimpulkan ada tidaknya autokorelasi.

3.6.3 Uji Hipotesis

3.6.3.1 Regresi Linier Berganda

Analisis ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen. Persamaan regresi yang

digunakan yaitu:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + e

Y = α + β1 Size + β2 Media_exp + β3 ROA + β4 Leverage + β5


Tipe_ind + e
47

Kererangan:

Y = Carbon Emission Disclosure

α = Konstanta

β1- β6 = Koefisien Regresi

Size = Ukuran Perusahaan

Media_Exp = Media Exposure

ROA = Return on Asset (Pengukuran untuk Profitabilitas)

Leverage = Leverage (Total Debt/Total Asset)

Tipe_Ind = Tipe Industri

E = Error

3.6.3.2 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur

kemampuan model dalam menjelaskan atau menerngkan variabel

dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang

rendah artinya kemampuan variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependen sangat terbtas. Yang mendekati satu

menunjukkan bahwa variabel independen tersebut menyediakan hampir

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediskdi perubaha variabel

dependen (Ghozali, 2016;95).


48

3.6.3.3 Uji Kelayakan Model (Uji F)

Uji statistik F bertujuan untuk mengetahui apakah semua variabl

independen yang dimasukkan kedalam model mempunyai pengaruh

secara bersama-sama (uji kelayakan) terhadap variabel dependen

(Ghozali, 2011). Uji F akan menunjukkan secara keseluruhan variabel

independenpada model penelitian tersebut berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen. Dengan tingkat siginifikan 0,05 (5%), maka

kriteria pengujiannya yaitu sebagai berikut:

1. Bila nilai signifikan > 0,05, maka Ho ditolak, artinya semua variabel

independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

2. Bila nilai signifikan < 0,05 maka Ho diterima, artinya terdapat

pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel

dependen.

3.6.3.4 Uji Hipotesis (Uji T)

Uji T digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu

variabel independen secara individu dalam menjelaskan variasi variabel

dependen (Ghozali, 2011). Ho yang diujikan adalah apakah suatu

parameter dalam model sama dengan nol, jika:

1. Sig > 0,05 : Ha ditolak Ho diterima

2. Sih < 0,05 : Ha diterima Ho ditolak

Metode analisis data yaitu metode yang digunakan untuk

memproses variabel-variabel yang ada sehingga menghasilkan suatu hasil

penelitian yang berguna dan memperoleh suatu kesimpulan. Pada


49

penelitisn ini menggunakan analisis linier berganda. Analisis linier

berganda digunakan untuk menguji kepengaruhan antara variabel

independen terhadap variabel dependen.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Sampel dan Data

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sub

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-

2020. Dengan menggunakan teknik purposive samping, Berdasarkan kriteria

pengambilan sampel yang telah ditentukan, berikut ialah data sampel yang

terpilih pada penelitian ini yaitu:

Tabel 4.1

Kriteria Distribusi Sampel

No. Keterangan Jumlah


2016 2017 2018 2019 2020
Perusahaan manufaktur sub
1. pertambangan yang terdaftar di Bursa 46 46 46 46 46
Efek Indonesia (BEI) Tahun 2016-2020.
Perusahaan manufaktur sub
pertambangan yang menerbitkan
laporan tahunan (annual report) dan
2. 10 10 11 16 19
Sustainbility Report secara lengkap dan
tidak berturut-turut untuk tahun 2016-
2020.
Perusahaan yang secara implisit
maupun eksplisit mengungkapkan emisi
karbon (mencakup minimal satu
3. 10 10 11 15 18
kebujakan yang terkait dengan emisi
karbon atau mengungkapkan minimal
satu item pengungkapan emisi karbon).
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.1 diatas maka dapat dilihat bahwa kriteria sampe

pertama Perusahaan manufaktur sub pertambangan yang terdaftar di Bursa

50
51

Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2016 hingga 2020 berjumlah 230

perusahaan, pada kriteria sampel kedua Perusahaan manufaktur sub

pertambangan yang menerbitkan laporan tahunan (annual report) dan

Sustainbility Report secara lengkap dan tidak berturut-turut untuk tahun

2016-2020 berjumlah 66 perusahaan, dan kriteria sampel ketiga Perusahaan

yang secara implisit maupun eksplisit mengungkapkan emisi karbon

(mencakup minimal satu kebujakan yang terkait dengan emisi karbon atau

mengungkapkan minimal satu item pengungkapan emisi karbon) berjumlah

64 perusahaan.

Sehingga berdasarkan hasil pengambilan sampel dengan metode purposive

sampling, maka dapat dilihat jumlah sampel pada tahun 2016 hingga tahun

2020 sebanyak 64 perusahaan yang dapat dijadikan sebagai objek penelitian

dan sesuai dengan kriteria sampel.

4.2 Metode Analisis Data

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data dalam

penelitian yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), median, maksimum,

minimum dan standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian

(Ghozali,2018). Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah

ukuran perusahaan, media, profitabilitas, leverage sebagai variabel

independen, carbon emission disclosure sebagai variabel dependen, dan tipe

industri sebagai variabel kontrol. Variabel-variabel tersebut telah diuji dan

diolah secara statistik deskriptif. Berikut hasil statistik deskriptif tersebut

dapat dilihat pada tabel berikut ini:


52

Tabel 4.2
Statisik deskriptive

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Ukuran 64 22,39 32,06 28,2434 3,39677
Media 64 ,00 1,00 ,9844 ,12500
Profitabilitas 64 -,21 ,21 ,0419 ,06417
Leverage 64 -2,11 11,91 1,4566 1,92587
CED 64 6,00 16,00 11,7656 2,18757
Tipe 64 ,00 1,00 ,9688 ,17537
Valid N (listwise) 64
Sumber: Data sekunder yang telah diolah, 2021

Berdasarkan hasil olah statistik deskriptif pada tabel 4.2 diaas maka dapat

ditunjukan bahwa variabel ukuran perusahaaan menunjukan nilai minimum

sebesar 22,39 pada perusahaan Elnusa Tbk. Nilai maksimum sebesar 32,06

terjadi di perusahaan Aneka Tambang Tbk. Nilai rata-rata sebesar 28,243

lebih tinggi dari nilai standar deviasi yaitu 3,396 dengan demikian dapat

diartikan bahwa penyebaran data ukuran perusahaan terdistribusi merata,

artinya tidak terdapat perbedaan yang tinggi data satu dengan data yang

lainnya.

Variabel media mempunyai nilai minimum sebesar 0,00 terjadi pada

perusahaan manufaktur sub sektor pertambangan sedangkan nilai

maksimum sebesar 1,00 pada perusahaan sub sektor pertambangan nilai

rata-rata 0,984 lebih besar dari nilai standar deviasi sebesar 0,125 dapat

menunjukan bahwa penyebaran data media terdistribusi merata, artinya

tidak terdapat perbedaan yang tinggi data satu dengan data yang lainnya.

Variabel profitabilitas mempunyai nilai minimum sebesar -0,21 terjadi pada

perusahaan Delta Dunia Mkmur Tbk. sedangkan nilai maksimum sebesar


53

0,21 terjadi pada perusahaan Bukit Asam Tbk. Nilai rata-rata 0,419 lebih

kecil dari Nilai standar deviasi 0,064 dapat menunjukan bahwa penyebaran

data profitabilitas terdistribusi tidak merata, artinya terdapat perbedaan yang

tinggi antara data satu dengan data lainya.

Variabel leverage mempunyai nilai minimum sebesar -2,11 terjadi pada

perusahaan Bumi Resources Minerls Tbk. Sedangkaan nilai maksimum

sebesar 11,91 terjadi pada perusahaan Medco Energi Internasional Tbk.

Nilai rata-rata 1,456 lebih kecil dari Nilai standar deviasi 1,925 dengan

demikian bahwa penyebaran data leverage terdistribusi tidak merata, artinya

terdapat perbedaan yang tinggi antara data satu dengan data lainya.

Variabel carbon emission disclosure mempunyai nilai minimum sebesar

6,00 terjadi pada perusahaan Elnusa Tbk sedangkan nilai maksimum sebesar

16,00 pada perusahaan Bumi Resources Minerls Tbk nilai rata-rata 11,765

lebih besar dari nilai standar deviasi sebesar 2,187 dapat menunjukan bahwa

penyebaran data carbon emission disclosure terdistribusi merata, artinya

tidak terdapat perbedaan yang tinggi data satu dengan data yang lainnya.

Variabel tipe industri mempunyai nilai minimum sebesar 0,00 terjadi pada

perusahaan non-manufaktur sedangkaan nilai maksimum sebesar 1,00

terjadi pada perusahaan manufaktur. Nilai rata-rata 0,968 lebih besar dari

Nilai standar deviasi sebesar 0,175 dengan demikian dapat diartikan bahwa

penyebaran data tipe industri terdistribusi merata, artinya tidak terdapat

perbedaan yang tinggi data satu dengan data yang lainnya.

4.3 Uji Asumsi Klasik


54

Uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji apakah data akan memenuhi

asumsi klasik. Hak ini ditujukan untuk menghindari terjadinya estimasi

yang bias karena tidak semua data dapat diregresi. Uji asumsi klasik

dilakukan dengan menggunakan beberapa uji, antara lain uji normalitas, uji

multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi.

Hasil Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2018) Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi, vaiabel pengganggu atau residual memiliki distribusi

normal. Salah satu cara untuk megetahui apakah data tersebut terdistribusi

secara normal atau tidak yaitu dengan uji statistik non parametrik

Kolmogorov Smirnov. Data terdistribusi normal apabila hasil Kolmogorov

Smirnov menunjukkan nilai signifikan diatas 0,05 (Ghozali, 2018). Adapun

hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 64
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,49486911
Most Extreme Absolute ,100
Differences Positive ,052
Negative -,100
Test Statistic ,100
Asymp. Sig. (2-tailed) ,180c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
55

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa uji normalitas yang dilakukan

menggunakan Kolmogrov-Smirnov dengan tingkat signifikansi sebesar

0,180 menunjukan lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa

semua data tersebut berdistribusi secara normal.

Hasil Uji Multikolenieritas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen)

(Ghozali,2018). Untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antar variabel

bebas dalam penelitian ini dapat dilihat dengan melihat nilai tolerance dan

VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai toleranve lebih kecil dari 0,1 dan

nilai VIF lebih besar dari 10 maka terjadi multikolinearitas. Adapun hasil

pengujian adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4
Uji Multikolenieritas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
Ukuran ,453 2,206
Media ,983 1,017
Profitabilitas ,176 5,684
Leverage ,243 4,111
Tipe ,990 1,010
a. Dependent Variable: CED

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa nilai dari tolerance dari

setiap variabel bebas (independen) yang digunakan diatas 0,10 dan nilai VIF
56

dibawah 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap variabel independen

dalam penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas.

Hasil Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model linear

terdapat korelasi antara kesalahan pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji autokorelasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah uji Durbin Watson. Dalam model

regresi tidak terjadi autokorelasi apabila nilai du < d < 4-du.

Tabel 4.5
Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
a
1 ,192 ,037 -,046 2,23744 1,797
a. Predictors: (Constant), Tipe, Media, Leverage, Ukuran, Profitabilitas
b. Dependent Variable: CED

Berdasarkan dari perhitungan tersebut, nilai durbin watson yang dihasilkan

sebesar 1,797 lebih besar dari nilai du 1,767 dan kurang dari 4 – du (1,767 <

1,797 < 2,233). Sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat masalah autokorelasi pada model regresi dalam penelitian ini.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke


57

pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda

disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2018). Untuk mengetahui ada atau

tidaknya gejala heterokestisitas dalam penelitian ini menggunakan Uji

Glejser. Hasil pengujian sebagai berikut :

Tabel 4.6
Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa

Model T Sig.

1 (Constant) 1,759 ,084


Ukuran -2,441 ,018
Media 1,307 ,196
Profitabilitas 1,224 ,226
Leverage -1,039 ,303
Tipe ,866 ,390
a. Dependent Variable: Abs_RES

Tabel 4.6 diatas menunjukan bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki

nilai signifikansi sebesar 0,018, variabel media memiliki nilai signifikansi

sebesar 0,196, variabel profitabilitas memiliki nilai signifikansi sebesar

0,226, variabel leverage memiliki nilai signifikansi sebesar 0,303, dan

variabel tipe industri memiliki nilai signifikansi sebesar 0,390. Berdasarkan

hasil uji glejser, tidak ada satupun variable independen yang signifikan

mempengaruhi variabel dependen. Hal ini terlihat dari probabilitas

signifikansinya yaitu dengan tingkat kepercayaan diatas 5%. Maka, dapat

disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya

heterokedestisitas.

4.4 Uji Regresi Linier Berganda


58

Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk menerangkan besarnya

pengaruh independent variable dan dependent variable. Hasil regresi

dengan bantuan program SPSS 25 untuk mengolah data-data tentang

pengaruh ukuran perusahaan, media, profitabilitas, leverage terhadap

carbon emission disclosure dan tipe industri sebagai variabel kontrol, yaitu:

Tabel 4.7
Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta
1 (Constant) -1,979 1,005
Ukuran ,444 ,028 ,690
Media ,913 ,524 ,052
Profitabilitas 11,229 2,414 ,329
Leverage ,035 ,068 ,031
Tipe -,228 ,372 -,018
a. Dependent Variable: CED

Dari tabel 4.7 hasil pengolahan data model regresi linier yang dihasilkan
adalah:

Y = -1,979 α + 0,44 Size + 0,913 Media_exp + 11,229 ROA + 0,035


Leverage +

-0,228 Tipe_ind + e

Dari persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Nilai konstanta sebesar -1,979 bernilai negatif, artinya ukuran perusahaan,

media, profitabilitas, leverage, dan Tipe industri, maka carbon emission

disclosure bernilai -1,979.

2) Nilai koefisien ukuran perusahaan sebesar 0,444 bernilai positif, artinya

apabila ukuran perusahaan (X1) naik satu satuan maka akan menaikan nilai
59

carbon emission disclosure (CED) (Y) sebesar 0,444 dengan asumsi

variabel independen lainnya tetap.

3) Nilai koefisien media sebesar 0,913 bernilai positif, artinya apabila media

(X2) naik satu satuan maka akan menaikan nilai carbon emission disclosure

(CED) (Y) sebesar 0,913 dengan asumsi variabel independen lainnya tetap.

4) Nilai koefisien profitabilitas sebesar 11,229 bernilai positif, artinya apabila

profitabilitas (X3) naik satu satuan maka akan menaikan nilai carbon

emission disclosure (CED) (Y) sebesar 11,229 dengan asumsi variabel

independen lainnya tetap.

5) Nilai koefisien leverage sebesar 0,035 bernilai positif, artinya apabila

leverage (X4) naik satu satuan maka akan menaikan nilai carbon emission

disclosure (CED) (Y) sebesar 0,035 dengan asumsi variabel independen

lainnya tetap.

6) Nilai koefisien tipe industri sebesar -0,228 bernilai negatif artinya apabila

tipe industri sebagai variabel kontrol naik satu satuan maka akan

menurunkan nilai carbon emission disclosure (CED) (Y) sebesar -0,228

dengan asumsi variabel independen lainnya tetap.

4.5 Uji Kelayakan Model

Koefisien Determinasi (Adjusted R²)

Pengujian statistik koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur

seberapa jauh kemampuam model dalam menerangkan variasi variabel

dependen (Ghozali, 2018). Dapat dilihat bahwa hasil uji koefisien

determinasi (R2) sebagai berikut:


60

Tabel 4.8
Uji koefisien determinasi (R2)

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
a
1 ,974 ,949 ,944 ,51576
a. Predictors: (Constant), Tipe, Media, Leverage, Ukuran,
Profitabilitas
b. Dependent Variable: CED

Berdasarkan tabel 4.8 Diatas, menunjukan hasil bahwa besarnya nilai

koefisien dterminasi ditunjukkan oleh nilai Adjusted R Square sebesar

0,944. Hal ini berarti bahwa sebesar 94,4% variabel dependen carbon

emission disclosure dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu ukuran

perusahaan, media exposure, profitabilitas, leverage. Dan tipe industri

sebagai variabel kontrol. Sedangkan sisanya yaitu 5,6% dipengaruhi oleh

variabel-variabel lain diluar model penelitian.

Uji Kelayakan (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen / terikat

(Ghozali, 2018). Hasil uji F sebagai berikut:

Tabel 4.9
Uji F

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 285,143 4 71,286 257,376 ,000b
Residual 16,341 59 ,277
Total 301,484 63
61

a. Dependent Variable: CED


b. Predictors: (Constant), Leverage, Media, Ukuran, Profitabilitas

Berdasarkan hasil tabel 4.9 menunjukkan bahwa variabel independen

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini

dapat dibuktikan dari hasil uji anova atau F test didapatkan nilai F hitung

sebesar 257,376 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini

membuktikan bahwa variabel dependen carbon emission disclosure dapat

dijelaskan oleh variabel independen yaitu ukuran perusahaan, media

exposure, profitabilitas, leverage. Dan tipe industri sebagai variabel kontrol

adalah model yang layak atau fit.

4.6 Uji Hipotesis (Uji t)

Uji ini bertujuan untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel

bebas terhadap variabel terikat dengan menggasumsikan variabel lain adalah

konstan (Ghozali, 2018). dapat dilihat hasil-hasil uji t adalah :

Tabel 4.10
Uji Hipotesis (Uji t)
Coefficientsa
Unstandardized
Model Coefficients Sig. Hasil
B
1 (Constant) -1,979 ,054
Ukuran ,444 ,000 Positif signifikan
Media ,913 ,047 Positif signifikan
Profitabilitas 11,229 ,000 Positif signifikan
62

Leverage Positif tidak


,035 ,613
signifikan
Tipe Negatif tidak
-,228 ,542
signifikan
a. Dependent Variable: CED
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2021.

Berdasarkan Berdasarkan hasil olahan data pada Tabel 4.10 diatas maka

dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

1) Pengaruh ukuran perusahaan terhadap carbon emission disclosure (CED)

berdasarkan tabel 4.10 diatas, dapat diketahui bahwa pengujian secara

parsial ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap carbon

emission disclosure (CED), hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien b

0,444, dimana nilai signifikansi 0,000 < 0,05, sehingga dapat dinyatakan

bahwa hipotesis (H1) diterima. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif signikan terhadap carbon

emission disclosure (CED).

2) Pengaruh media terhadap carbon emission disclosure (CED) berdasarkan

tabel 4.10 diatas, dapat diketahui bahwa pengujian secara parsial media

berpengaruh positif signifikan terhadap carbon emission disclosure (CED),

hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien b 0,913, dimana nilai signifikansi

0,047 < 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa hipotesis (H2) diterima.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa variabel media berpengaruh

positif signikan terhadap carbon emission disclosure (CED).

3) Pengaruh profitabilitas terhadap carbon emission disclosure (CED)

berdasarkan tabel 4.10 diatas, dapat diketahui bahwa pengujian secara


63

parsial profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap carbon

emission disclosure (CED), hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien b

11,229, dimana nilai signifikansi 0,000 < 0,05, sehingga dapat dinyatakan

bahwa hipotesis (H3) diterima. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

variabel profitabilitas berpengaruh positif signikan terhadap carbon

emission disclosure (CED).

4) Pengaruh leverage terhadap carbon emission disclosure (CED) berdasarkan

tabel 4.10 diatas, dapat diketahui bahwa pengujian secara parsial leverage

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap carbon emission disclosure

(CED), hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien b 0,035, dimana nilai

signifikansi 0,0613 > 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa hipotesis (H4)

ditolak. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas

berpengaruh positif tidak signikan terhadap carbon emission disclosure

(CED).

5) Pengaruh tipe industri terhadap carbon emission disclosure (CED)

berdasarkan tabel 4.10 diatas, dapat diketahui bahwa pengujian secara

parsial tipe industri berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap carbon

emission disclosure (CED), hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien b

-0,228, dimana nilai signifikansi 0,542 > 0,05, sehingga dari uraian diatas

dapat disimpulkan bahwa variabel tipe industri berpengaruh negatif tidak

signikan terhadap carbon emission disclosure (CED).

4.7 Pembahasan Hasil Penelitian


64

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian diatas tentang pengaruh

ukuran perusahaan, media, profitabilitas, leverage terhadap carbon emission

disclosure dan tipe industri sebagai variabel kontrol, pada perusahaan

manufaktur sub pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

tahun 2016-2020. Diperoleh hasil penelitian dengan pembahasan sebagai

berikut:

4.7.1 Pengaruh ukuran perusahaan terhadap carbon emission disclosure

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh positif signifikan terhadap carbon emission disclosure (CED),

hal ini dapat dijelaskan Perusahaan besar memiliki tekanan yang lebih besar

dari masalah lingkungan sehingga cenderung untuk meningkatkan respon

terhadap lingkungan. Perusahaan besar lebih didorong untuk memberikan

pengungkapan sukarela yang berkualitas untuk mendapatkan legitimasi.

Perusahaan yang besar diharapkan dapat memberikan lebih banyak

pengungkapan karbon sukarela. Bahwa perusahaan yang lebih besar

memungkinkan perusahaan memiliki sumber daya yang cukup untuk

membayar biaya produksi informasi (mengumpulkan dan menghasilkan

informasi) bagi pengguna laporan tahunan.

Berkaitan dengan teori legitimasi masyarakat akan memberikan tekanan

yang besar kepada perusahaan yang berskala besar ketika terdapat aktivitas

perusahaan yang dapat berdampak langsung maupun tidak langsung

terhadap lingkungan yang tidak sesuai dengan norma yang telah ditetapkan.

Untuk itu perusahaan harus merespon atas tekanan masyarakat tersebut


65

dengan melakukan pengungkapan terkait aktivitasnya tidak terkecuali

aktivitas mengenai emisi karbon. Perusahaan yang berukuran lebih besar

yang memiliki sumber daya yang besar akan lebih berpotensi untuk

menyediakan pengungkapan emisi karbon dibandingkan dengan perusahaan

yang berukuran kecil

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Desianti, & Khrisna (2019), Sari,

Dkk (2019), Endang, (2018), Kurniawati, Sarwenda Biduri (2018)

menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan

terhadap carbon emission disclosure (CED). Namun, hasil penelitian ini

tidak sejalan dengan penelitian Suci, & Anisah (2019), Windi, dkk (2019),

Karsono, & Attika (2019), Irwhantoko, & Basuki (2016) yang membuktikan

bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap carbon

emission disclosure (CED).

4.7.2 Pengaruh Media Exposure terhadap pengungkapan emisi karbon

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa media berpengaruh positif

signifikan terhadap carbon emission disclosure (CED). Hal ini berarti

bahwa dengan adanya media akan memberikan motivasi pada perusahaan

untuk melakukan pengungkapan emisi karbon dalam laporan tahunannya.

Tapi pengungkapan emisi karbon yang dilakukan perusahaan masih sebatas

sukarela dan tidak diungkapkan secara detail serta masih belum melakukan

pengungkapan sesuai dengan indeks pengungkapan emisi karbon dari Choi

et al (2013). Ini dimungkinkan karena kurangnya kepedulian perusahaan

terkait dengan peranan media terkait secara langsung dengan tingkat


66

pengungkapan emisi karbon, karena adanya kekhawatiran yang berlebihan

terkait pengawasan lingkungan perusahaan apabila aktivitas perusahaan

yang berhubungan dengan emisi karbon dipaparkan secara terbuka pada

media. Dimana hal tersebut cenderung memunculkan stigma negative dari

opini-opini masyarakat terhadap perusahaan apabila diketahui

pengendaliannya tidak berjalan optimal. Perusahaan memiliki kekhawatiran

akan paparan media mengenai aktivitas perusahaan. Oleh karena itu

perusahaan melakukan pengungkapan emisi karbon dilakukan secara

sukarela. Maka untuk mendapatkan legitimasi dan kepercayaan dari

stakeholder perusahaan memilih untuk memberi informasi mengenai emisi

karbon melalui annual report, suistainable report, website perusahaan,

media cetak maupun media online.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Suci, & Anisah (2019), Kurniawati,

Sarwenda Biduri (2018), menunjukan bahwa media berpengaruh positif

signifikan terhadap carbon emission disclosure (CED). Namun, hasil

penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Endang, (2018), Bayu, (2017),

Putri, (2016) yang menunjukan bahwa media tidak berpengaruh signifikan

terhadap carbon emission disclosure (CED).

4.7.3 Pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan emisi karbon

Berdasarkan hasil penelitian bahwa profitabilitas berpengaruh positif

signifikan terhadap carbon emission disclosure (CED). Hal ini berarti

perusahaan dengan kemampuan yang lebih baik dalam memanfaatkan aset

guna mendapat keuntungan secara finansial akan melakukan pengungkapan


67

emisi karbon. Berdasarkan pada kemampuan yang memadai secara

finansial, perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi lebih leluasa

dalam melakukan berbagai jenis pengungkapan yang dilakukan secara

sukarela bila dibandingkan dengan perusahaan dengan profitabilitas yang

rendah. Selanjutya perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi cenderung

untuk mengungkapkan kabar baik kepada pasar finansial. Kabar baik ini

dapat berupa pengungkapan wajib (mandatory disclosure) maupun

pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) seperti pengungkapan emisi

karbon. Sementara untuk perusahaan dengan profitabilitas rendah memilih

untuk lebih fokus pada hal-hal produktif seperti meningkatkan laba

perusahaan dan efisiensi dibandingkan membuat pengungkapan sosial

lingkungan karena dapat menambah beban operasional perusahaan.

Berdasarkan teori legitimasi dan stakeholder terdapat indikasi yang kuat

apabila profitabilitas suatu perusahaan berkaitan erat dengan keefektifan

suatu manajemen suatu perusahaan dalam hal untuk mengatur keuntungan

yang dihasilkan perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat laba yang

tinggi akan lebih mudah dalam menarik minat para stakehodernya dalam hal

ini investor untuk mendapatkan pendanaan bagi perusahaan. Sehingga

perusahaan akan berusaha dalam memberikan informasi yang lebih baik dan

lengkap kepada investor dan masyarakat untuk memperoleh legitimasi.

Penelitian ini sejalan dengan Erika, dkk (2019), Kurniawati, Sarwenda

Biduri (2018), menunjukan bahwa profitabilitas berpengaruh positif

signifikan terhadap carbon emission disclosure (CED). Namun, hasil


68

penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Suci, & Anisah (2019),

Karsono, & Attika (2019), Desianti, & Khrisna (2019), Sari, Dkk (2019),

Endang, (2018), Putri, (2016) yang menunjukan bahwa profitabilitas tidak

berpengaruh signifikan terhadap carbon emission disclosure (CED).

4.7.4 Pengaruh Leverage Terhadap Carbon Emission Disclosure

Berdasarkan hasil penelitian bahwa leverage berpengaruh positif tidak

signifikan terhadap carbon emission disclosure (CED). Perusahaan dengan

leverage besar maupun kecil akan lebih berhati-hati untuk melakukan

pengungkapan sukarelanya karbon karena hal tersebut dapat menyebabkan

meningkatnya biaya operasional bagi perusahaan. Dengan peningkatan

biaya operasional bisa menyebabkan beban keuangan perusahaan semakin

besar (buruk) pula. Perusahaan akan memilih menggunakan sumber daya

yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan operasional perusahaan

daripada melakukan pengungkapan sukarelanya.

Penelitian ini sejalan dengan Rachmad, Dkk (2020), Suci, & Anisah (2019),

Windi, dkk (2019), Endang, (2018), menunjukan bahwa leverage

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap carbon emission disclosure

(CED). Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Sari, Dkk

(2019), yang menunjukan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap

carbon emission disclosure (CED).


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh

ukuran perusahaan, media, profitabilitas, leverage terhadap carbon emission

disclosure dan tipe industri sebagai variabel kontrol pada perusahaan

manufaktur subsektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) pada tahun 2016-2020. Analisis data dilakukan dengan menggunakan

Software Statistical Product and Service Solutions (SPSS 25) terhadap 64

sampel perusahaan selama 5 tahun. Dengan metode analisis regresi linier

berganda. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah

dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap carbon

emission disclosure (CED).

2. Media berpengaruh positif signifikan terhadap carbon emission

disclosure (CED).

3. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap carbon emission

disclosure (CED).

4. Leverage berpengaruh positif tidak signifikan terhadap carbon emission

disclosure (CED).

5. Tipe industri berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap carbon

emission disclosure (CED).

69
70

5.2 Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan masih terdapat beberapa

keterbatasan dalam penelitian diantaranya:

1. Penelitian ini hanya mengambil sampel pada manufaktur subsektor

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun

2016-2020. Kemungkinan akan diperoleh hasil yang berbeda jika

dilakukan penelitian dengan sampel pada perusahaan yang berbeda

dengan tahun yang berbeda.

2. Penilaian carbon emission disclosure (CED) dapat bersifat subjektif oleh

peneliti, sehingga dapat terjadi perbedaan skor carbon emission

disclosure (CED) antara peneliti satu dengan peneliti lainya.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian serta hal-hal yang terkait dengan keterbatasan

dalam penelitian ini, maka saran untuk peneliti selanjutnya adalah sebagai

berikut :

1. Bagi akademis

Untuk mahasiswa akuntansi manajemen sebaiknya diberikan tambahan

pemahan carbon emission disclosure dengan menambahkan mata kuliah

akuntansi karbon sebagai salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

menambahkan pemahamannya. Karena carbon emission disclosure pada

nantinya akan dimasukkan ke dalam laporan keuangan serta laporan tahunan

padaperusahaan.

2. Bagi Penelitian selanjutnya


71

a) diharapkan pada penelitian berikutnya penggunaan objek penelitian lebih

meluas dengan menggunakan seluruh perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

b) menambahkan variabel yang dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap

pengungkapan emisi karbon pada perusahaan di Indonesia seperti tingkat

emisi karbon, kualitas corporate governance, dan lain sebagainya.

3. Bagi investor

Bagi pelaku investor maupun calon investor agar lebih teliti lagi dalam

mengambil keputusan untuk memilih perusahaan yang ingin ditanamkan

modal. Perusahaan yang mengungkap emisi karbon pada laporan keuangan

maupun laporan tahunan perusahaan dapat dijadikan sebagai perusahaan

yang tepat karena tidak hanya mementingkan keuntungannya saja melainkan

juga mementingkan lingkungan yang berdampak sebagai kelangsungan

usaha perusahaan dalam jangka panjang. Sehingga sebagai investor dan

calon investor dapat merasa aman untuk menginvestasikan kepada

perusahaan tersebut.
72

DAFTAR PUSTAKA

Amaliyah, I., & Solikhah, B. (2019). Pengaruh Kinerja Lingkungan dan


Karakteristik Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Emisi
Karbon. Journal of Economic, Management, Accounting and Technology,
2(2), 129–141. https://doi.org/10.32500/jematech.v2i2.720

Anisa, W., Andresto, R., & Widyastuti, S. (2020). Determinan pengungkapan


emisi karbon di Indonesia. 1106–1121.

Apriliana, E. (2019). Pengaruh Tipe Industri, Kinerja Lingkungan, Dan


Profitabilitas Terhadap Carbon Emission Disclosure. Widyakala Journal,
6(1), 84. https://doi.org/10.36262/widyakala.v6i1.149

Cahya, B. T. (2016). carbon emission disclosure : ditinjau dari Media exposure,


kinerja lingkungan dan karakteristik perusahaan. 66 ,‫(עלון הנוטע‬May), 37–39.

Daniel, N. U. (2013). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage dan Likuiditas


Terhadap Luas Pengungkapan Laporan Keuangan (studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal
Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, vol.4 no., 1–12.
http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/akt/article/view/65

Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS


25. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Fatkhudin, M. I. (2017). Pengaruh Leverage, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan,


Kinerja Lingkungan, dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Pengungkapan
Emisi Karbon. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, 1–
125.

Irwhantoko, I., & Basuki, B. (2016). Carbon Emission Disclosure: Studi pada
Perusahaan Manufaktur Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 18(2).
https://doi.org/10.9744/jak.18.2.92-104
73

Kurniawati, & Biduri, S. (2018). Apakah ukuran perusahaan, media exposure, dan
profitability berpengaruh terhadap carbon emission disclosure? Seminar
Nasional Dan The 5th Call for Syariah Paper, 2460–0784.

Mujiani, S., Juardi, J., & Fauziah, F. (2019). Determinan Carbon Emission
Disclosure Pada Perusahaan Bumn Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2017. JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi),
5(1), 53–64. https://doi.org/10.34204/jiafe.v5i1.1542

Ninggolan, E. P., Pangayow, B., & Wijaya, A. (November 2018). PENGARUH


TIPE INDUSTRI, PROFITABILITAS, MEDIA EXPOSURE, UKURAN
PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP CARBON EMISSION
DISCLOSURE (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Industri Jasa Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2016). Jurusan Akuntansi,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih Volume 13, , 41–
55.

Pranasyahputra, R. H., Elen, T., & Dewi, K. S. (2020). Pengaruh Leverage,


Kompetisi, Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Carbon Emission
Disclosure. Jurnal Akuntansi Trisakti, 7(1), 75–88. https://doi.org/Doi :
http://dx.doi.org/10.25105/jat.v7i1.6168

Pratama, Y. M. (2021). Analisis Determinan Pengungkapan Emisi Karbon Di


Indonesia. 33(2), 120–137.

Pratiwi, D. N. (2018). Implementasi Carbon Emission Disclosure di Indonesia.


Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis, 13(2), 101–112.
https://doi.org/10.24843/JIAB.2018.v13.i02.p04

Pratiwi, P. C., & Sari, V. F. (2018). Pengaruh Tipe Industri, Media Exposure dan
Profitabilitas terhadap Carbon Emission Disclosure. Wahana Riset
Akuntansi, 4(2), 829–844. www.idx.co.id
74

Rahmanita, S. A. (2019). Accounting Carbon : Pengaruh Carbon Emission


Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan Dengan.

Saptiwi, N. T. ( September 2019). Pengungkapan Emisi Karbon: Menguji Peranan


Tipe Industri, Kinerja Lingkungan, Karakteristik Perusahaan dan Komite
Audit. Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol. 17, No. 2, , ISSN 1412-775.

Septriyawati, S., & Anisah, N. (2019). Pengaruh Media Exposure, Ukuran


Perusahaan, Profitabilitas dan Leverage Terhadap Pengungkapan Emisi
Karbon pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2014-2018. SNEB : Seminar Nasional Ekonomi Dan
Bisnis Dewantara, 1(01), 103–114.
https://ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/SNEB/issue/view/46

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kombinasi (mixed Methods). In Alfabet.

Tampubolon, E. G., & Siregar, D. A. (2019). Pengaruh Profitabilitas, dan Ukuran


Perusahaan Terhadap Pengungkpaan Tangging Jawab Sosial pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Maneksi, 8(2), 223–229.
75

LAMPIRAN
76

Lampiran I

Data perusahaan sampel penelitian

2020
No
. Kode Nama Perusahaan
ADR
Adaro Energy Tbk
1 O
DEW
Darmaa Henwa Tbk
2 A
3 DSSA Dian Swastatika Sentosa Tbk
4 DOID Delta Dunia Mkmur Tbk
5 INDY Indika Energy Tbk
Indo Tambangraaya Megah
ITMG
6 Tbk
MYO
Samindo Resources Tbk
7 H
8 PTBA Bukit Asam Tbk
9 PTRO Petrosea Tbk
SMM
Golden Eagle Enrgy Tbk
10 T
11 TOBA Toba Bara Sejahtera Tbk
12 APEX Apexindo Pratama Duta Tbk
13 ELSA Elnusa Tbk
MED Medco Energi Internasional
14 C Tbk
ANT
Aneka Tambang Tbk
15 M
16 BRMS Bumi Resources Minerls Tbk
17 INCO Vale Indonesia Tbk
MDK
Merdeka Copper Gold Tbk
18 A
19 TINS Timah Tbk

2019
No Kode Nama Perusahaan
ADR
Adaro Energy Tbk
1 O
DEW
Darmaa Henwa Tbk
2 A
77

3 DOID Delta Dunia Mkmur Tbk


4 INDY Indika Energy Tbk
Indo Tambangraaya Megah
ITMG
5 Tbk
MYO
Samindo Resources Tbk
6 H
7 PTBA Bukit Asam Tbk
8 PTRO Petrosea Tbk
9 APEX Apexindo Pratama Duta Tbk
10 ELSA Elnusa Tbk
MED Medco Energi Internasional
11 C Tbk
ANT
Aneka Tambang Tbk
12 M
13 BRMS Bumi Resources Minerls Tbk
14 INCO Vale Indonesia Tbk
MDK
Merdeka Copper Gold Tbk
15 A
16 TINS Timah Tbk

2018
No kode Nama Perusahaan
1 INDY Indika Energy Tbk
Indo Tambangraaya Megah
ITMG
2 Tbk
3 PTBA Bukit Asam Tbk
4 PTRO Petrosea Tbk
5 ELSA Elnusa Tbk
MED Medco Energi Internasional
6 C Tbk
ANT
Aneka Tambang Tbk
7 M
8 BRMS Bumi Resources Minerls Tbk
9 INCO Vale Indonesia Tbk
MDK
Merdeka Copper Gold Tbk
10 A
11 TINS Timah Tbk

2017
No Kode Nama Perusahaan
78

1 INDY Indika Energy Tbk


Indo Tambangraaya Megah
ITMG
2 Tbk
3 PTBA Bukit Asam Tbk
4 PTRO Petrosea Tbk
5 ELSA Elnusa Tbk
MED Medco Energi Internasional
6 C Tbk
ANT
Aneka Tambang Tbk
7 M
8 BRMS Bumi Resources Minerls Tbk
9 INCO Vale Indonesia Tbk
10 TINS Timah Tbk

2016
No Kode Nama Perusahaan
1 INDY Indika Energy Tbk
Indo Tambangraaya Megah
ITMG
2 Tbk
3 PTBA Bukit Asam Tbk
4 PTRO Petrosea Tbk
5 ELSA Elnusa Tbk
MED Medco Energi Internasional
6 C Tbk
ANT
Aneka Tambang Tbk
7 M
8 BRMS Bumi Resources Minerls Tbk
9 INCO Vale Indonesia Tbk
10 TINS Timah Tbk
79

Lampiran II

Hasil Tabulasi 2016-2020


No
. CED Size Media Profitabilitas Leverage Tipe
1 13 25,232 1 0,025 0,615 1
2 9 29,690 1 0,003 1,044 1
3 10 30,260 1 0,024 0,825 1
4 10 31,351 1 -0,214 2,695 1
5 13 31,537 1 0,030 3,028 1
6 10 23,548 1 0,030 0,369 1
7 8 28,396 1 0,035 0,171 1
8 15 30,811 1 0,149 0,420 1
9 14 22,743 1 0,100 1,289 1
10 13 24,181 1 0,061 0,562 1
11 16 29,654 1 0,036 0,667 1
12 11 32,061 1 0,033 1,022 1
13 12 27,505 1 -0,030 3,863 1
14 13 30,027 1 0,046 1,821 1
15 16 31,518 1 0,098 2,484 1
16 12 24,218 1 0,036 0,146 1
17 11 30,216 1 0,031 0,649 1
18 13 30,306 1 -0,023 1,939 1
19 13 25,339 1 0,060 0,812 1
20 9 29,671 1 0,003 1,346 1
21 10 30,437 1 0,017 3,213 1
22 13 31,556 1 0,001 2,458 1
23 10 23,552 1 0,105 0,367 1
24 8 28,439 1 0,163 0,310 1
25 15 30,893 1 0,155 0,417 1
26 14 22,766 1 0,057 1,592 1
27 11 24,131 1 0,006 0,491 1
28 9 29,549 1 0,003 3,460 1
29 13 32,063 1 0,052 0,665 1
30 13 31,579 1 0,026 6,261 1
31 12 24,161 1 -0,004 0,145 1
32 11 30,220 1 -0,004 0,815 1
33 13 30,645 1 -0,030 0,287 1
34 13 29,364 1 0,027 2,256 1
35 14 31,605 1 0,179 0,488 1
80

36 10 23,764 1 0,212 0,486 1


37 13 30,816 1 0,042 1,907 1
38 8 22,810 1 0,049 0,745 1
39 10 24,229 1 0,049 6,758 1
40 13 31,964 1 -0,005 0,714 1
41 13 31,546 1 0,040 2,786 1
42 13 24,187 1 0,027 0,169 1
43 11 31,964 1 0,073 0,890 1
44 13 30,347 1 0,042 1,318 1
45 13 31,530 1 0,088 2,261 1
46 14 23,638 1 0,186 0,418 1
47 10 29,211 1 0,208 0,593 1
48 13 31,880 1 0,027 1,447 1
49 8 30,717 1 0,005 0,623 1
50 10 22,503 1 0,052 11,909 1
51 13 24,125 1 0,026 0,591 1
52 13 31,546 1 0,066 2,679 1
53 13 24,112 1 0,007 0,201 1
54 13 30,106 1 0,041 0,959 1
55 12 30,830 0 0,008 0,456 1
56 15 23,513 1 0,008 1,459 1
57 8 29,064 1 0,008 0,333 1
58 11 30,553 1 0,008 3,039 1
59 6 22,390 1 0,008 0,760 1
60 10 24,124 1 0,054 1,314 1
61 13 31,362 1 0,002 0,629 1
62 8 24,123 1 0,039 -2,114 1
63 13 31,510 1 0,001 0,213 1
64 13 29,887 1 0,026 0,689 1

Anda mungkin juga menyukai