Anda di halaman 1dari 9

[10:13] Endang Kiswara

pr sudah pada dikumpul ya. sekarang satu2 silakan ketik di reply tentang deskripsinya: 1) objek pbb
berupa apa? misal tanah bangunan ruko 2) luasnya berapa m2 3) njop berapa 4) tarif pajak brp 5)
njoptkp brp 6) ada sppt dan atau stts tidak?
1. Tanah dan bangunan kantor Kementerian PPN/Bappenas,
2. Luas tanah 4.218 m2 Luas Bangunan 1,369 m2, 749 m2, 793m2, dan 6.679 m2.
3. NJOP
4. Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1994 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan,
kementerian PPN/Bappenas sebagai penyelenggaraan pemerintahan termasuk Objek Pajak yang
tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan.
5. Ada Kartu Identitas Barang

hari ini topiknya tentang pbb dan bphtb.pbb p2 atau perkotaan dan pedesaan adalah pajak daerah
sejak 2011, sedangkan pbb untuk objek p3ksl atau perkebunan, pertanian, perikanan, kehutanan dan
sektor lain adalah pajak negara sejak. bphtb atau bea perolehan hak atas bumi dan atau bangunan
adalah pendapatan daerah sejak 2013
ini beda pbb sbg pajak negara dan pbb p2 sbg pajak daerah

Besarnya NJOP ditentukan berdasarkan klasifikasi objek pajak:

1.Sektor Pedesaan dan Perkotaan

2.Sektor Perkebunan

3.Sektor Kehutanan atas Hak Pengusahaan Hutan, Hak Pengusahaan Hasil Hutan, izin Pemanfaatan
Kayu serta Izin sah lainnya selain Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri.
4.Sektor Kehutanan atas HPH Tanaman Industri

5.Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi

6.Sektor Pertambangan Energi Panas Bumi

7.Sektor Pertambangan Non Migas selain Pertambangan Energi Panas Bumi dan Galian C

8.Sektor Pertambangan Non Migas Galian C

9.Sektor pertambangan yang dikelola berdasarkan Kontrak Karya atau Kontrak Kerjasama

10.Usaha bidang perikanan laut

11.Usaha bidang perikanan darat

12.Yang bersifat khusus

Objek pajak tidak dikenakan PBB adalah

a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak untuk mencari keuntungan,
antara lain:

1. Di bidang ibadah: masjid, gereja, vihara

2. Di bidang kesehatan: rumah sakit

3. Di bidang pendidikan: madrasah, pesantren

4. Di bidang sosial: panti asuhan

5. Di bidang kebudayaan nasional: museum, candi

b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis.

c. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan
yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang belum dibebani suatu hak.

d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik
(resiprositas)

e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri
Keuangan.
Termasuk dalam pengertian bangunan :

1) Jalan lingkungan dalam kompleks bangunan

(hotel, pabrik, emplasemen, bangunan yang satu

kesatuan),

2) Jalan tol,

3) Kolam renang,

4) Pagar mewah,

5) Tempat olahraga,

6) Galangan kapal, dermaga,

7) Taman mewah,

8) Kilang minyak, air, gas, & pipa minyak,

9) Fasilitas yang bermanfaat.

Sekarang saya tanya: 1) mengapa pbb dipungut dengan official assessment system? 2) komponen
apakah dalam penghitungan pbb yang dapat dimanipulasi oleh subjek pajak dalam pendataan?
silakan ketik di reply bawah sini jawabannya (tidak boleh copy paste)

1. PBB dipungut dengan official assesment karena penentuan nilai NJOP bumi dan bangunan
berdasarkan harga pasar yang jika ditetapkan secara self assesment maka bisa jadi nilainya
tidak sesuai dengan kondisi sesungguhnya.
2. jadi jawabannya yg benar adalah data harga jual beli/pemindahan hak dari penjual kepada
pembeli yang dibuktikan di atas akta notaris, karena semua pihak yg bertransaksi cenderung
lebih suka dengan basis njop, sebab pada umumnya lebih rendah dari harga jual sebenarnya.
sehingga pbb nantinya rendah
kesimpulannya, jika ada objek pbb yg dipajaki dengan tidak pada nominal yg benar, maka
peluang yg manipulasi adalah tax administratornya/fiscus

Yang dimaksud dengan tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan adalah objek pajak itu
diusahakan untuk melayani kepentingan umum, dan nyata-nyata tidak ditujukan mencari
keuntungan, dapat diketahui dari anggaran rumah tangga yayasan/badan dalam bidang ibadah,
sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional. Termasuk pengertian ini adalah hutan wisata
milik Negara sesuai pasal 2 UU No. 5/1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan.
Objek pajak yang digunakan oleh Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan, penentuan
mengenai pajaknya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Yang
dimiliki/dikuasai/digunakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam menyelengarakan
pemerintahan.

Mengenai bumi dan atau bangunan milik perseorangan dan atau bukan yang digunakan oleh
Negara, kewajiban perpajakannya targantung pada perjanjian.

Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan untuk masing-masing
Kabupaten/Kota setinggi-tingginya Rp 15.000.000 untuk setiap Wajib Pajak.

Apabila seorang Wajib Pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, yang diberikan NJOPTKP hanya
salah satu Objek Pajak yang nilainya terbesar.

Kepala Daerah menetapkan besarnya NJOPTKP dengan Perda.

sekarang untuk pr yg terkait dengan deskripsi bphtb, silakan ketik di bawah ini: 1) objek apa 2) npop
berapa ? 3) status peralihan haknya apa? misal hgb atau hgu atau hm atau waris atau hak negara 4)
npotkp berapa? 5) bphtb yg dibayar berapa?

1. Objek pajaknya : bangunan kantor


2. NPOP:
3. Status peralihan hak : Hak negara
4. BPHTB yang dibayar Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1997
tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangun, pasal 3 ayat (1) kementerian
PPN/Bappenas sebagai penyelenggaraan pemerintahan merupakan objek pajak yang tidak
dikenakan BPHTB.

pertanyaan selanjutnya untuk pbb 3) apakah perlu ada sinkronisasi data antara bpn dengan
pihak tax administrator, misal dppkad daerah atau kpp tempat wp pbb p3ksl terdaftar? 4) jika ya
alasannya apa? silakan ketik di bawah ini jawabannya

Jawaban Irma: Diperlukan agar keakuratan dan kesamaan data lebih terjamin. Sebenarnya kalo
sistem yang ada di pemerintahan sudah berbasis “satu data” pasti akan lebih mempermudah
karena sekali input sudah bisa digunakan berbagai pihak.

Yang betul:
3) menurut saya perlu 4) untuk lebih memperkuat pengendalian terutama sharing informasi
terkait pemecahan, peralihan hak dll sehingga informasi yang diperoleh Pemda dapat lebih
akurat dan tepat dalam melakukan pendataan, pemetaan dan updating data untuk keperluan
penetapan
lebih detailnya alasan nomor 4): karena subjek pajak pbb belum tentu pemilik dan sppt juga
bukan bukti pemilikan, maka dapat ditelusur status update-nya ke data sesuai status hak yg
tercatat di bpn
di kasus deskripsi pbb anda, tidak ada yg tentang objek pbb sbg pajak negara, yaitu p3ksl

PT. L pada 2016 menyampaikan SPOP ke KPP Pratama Balikpapan dan telah di verifikasi:

Tanah

1)Areal produktif 400 hektar kelas A48 Rp. 270 (kelas 196)

2)Areal belum produktif : a. Area survey 300 ha kelas A50 Rp. 140 b. Area Explorasi 100 ha kelas A49
Rp. 200 c. Area non produksi open 250 ha kelas 198 Rp. 200 d. Area non produksi plug and
abandone 150 ha kelas 200 e. Area tidak produktif tanah pengamanan 100 ha kelas 200 f.

3)Area penambangan khusus/perairan 1 ha kelas A39 ke samping Rp. 71,5 g.

4)Area implasemen: Pabrik 20 hektar kelas 185, Gudang 2 hektar kelas 182, Kantor 1 hektar kelas 154,
Perumahan 5 hektar Rp. 10.000

Bangunan

1) Pabrik 6 hektar kelas 084 2) Gudang 5.000 m2 kelas 081 3) Kantor 200 m2 kelas 078 4) Perumahan
1 hektar kelas 075

Hasil penjualan minyak bumi/ gas tahun 2016 : 1) Triwulan I produksi 25.000 barel, US$ 45/ barel. 2)
Triwulan II produksi 30.000 barel, US$ 46/ barel. 3) Triwulan III 33.000 barel, US$ 45,5/ barel 4)
Triwulan IV 43.000 barel, US$ 46/barel

Catatan US$ 1 kursnya Rp 9.100 (berdasarkan kurs BI), dan Rp 9.150 (kurs PMK).

Berdasarkan data KPP Pratama Balikpapan membuat SPPT PBB dan menentukan angka kapitalisasi
9,5, dengan NJOPTKP Permen No. 67/ 2011.

PBB terutang:

Hasil Penjualan:

Triwulan ke-1 = 25.000 x 45 x Rp 9.150 = Rp 10.293.750.000 2) Triwulan ke-2 = 30.000 x 46 x Rp


9.150 = Rp 12.627.000.000 3) Triwulan ke-3 = 33.000 x 45,5 x Rp 9.150 = Rp 13.738.725.000 4)
Triwulan ke-4 = 43.000 x 46 x Rp 9.150 = Rp 18.098.700.000, Total penjualan = Rp 54.758.175.000

Tanah 1) Areal produktif = 9,5 x Rp 54.758.175.000 = Rp 520.202.662.500 2) Areal belum produktif a.


Area survey = 3.000.000 x Rp 140 = Rp 420.000.000 b. Area eksplorasi = 1.000 x Rp 200 = Rp
200.000.000 c. Area non produksi open = 2.500.000 x Rp 200 = Rp 500.000.000 d. Area non produksi
plug and abandone 1.500.000 x Rp 140 = Rp 210.000.000 e. Area tidak produktif = 1.000.000 x Rp
140 = Rp 140.000.000 f. Area penambangan khusus = 10.000 x Rp 71,5 = Rp 715.000 g. Area
implasemen: Pabrik = 200.000 x Rp 910 = Rp 182.000.000, Gudang = 20.000 x Rp 1.200 = Rp
24.000.000, Kantor = 10.000 x Rp 7.150 = Rp 71.500.000, Perumahan = 50.000 x Rp 10.000 = Rp
500.000.000, NJOP tanah = Rp 522.450.877.500

Bangunan 1) Pabrik = 60.000 x Rp 365.000 = Rp 21.900.000.000 2) Gudang = 5.000 x Rp 429.000 =


Rp 2.145.000.000 3) Kantor = 200 x Rp 505.000 = Rp 101.000.000 4) Perumahan = 10.000 x Rp
595.000 = Rp 5.950.000.000, NJOP bangunan = Rp 30.096.000.000.

NJOP gabungan = Rp 552.546.877.500

NJOPTKP = Rp 24.000.000 + NJOPKP = Rp 552.522.877.500

PBB terutang = 0,5% x 40% x Rp 552.522.877.500 = Rp 1.105.045.755

Pembayaran PBB dapat dilakukan oleh PT. L secara e-billing.

tentang njop atau nilai jual objek pajak:

Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual-beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak
terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek lain yang
sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Obyek Pajak pengganti.

Yang dimaksud dengan :

Perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis, adalah suatu pendekatan/metode penentuan
nilai jual suatu obyek pajak dengan cara membandingkannya dengan obyek pajak lain yang sejenis,
yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya.

Nilai perolehan baru: suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu obyek pajak dengan cara
menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperolah obyek tersebut pada saat penilaian
dilakukan, yang dikurangi dengan penyusutan berdasarkan kondisi fisik obyek tersebut.

Nilai jual pengganti adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu obyek pajak yang
berdasarkan pada hasil produksi obyek pajak tersebut.

Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan
menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman, serta untuk memudahkan penghitungan
pajak terutang.

Dalam menentukan klasifikasi bumi/tanah diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

(a) Letak (b) Peruntukan (c) Pemanfaatan


(d) Kondisi lingkungan dan lain-lain

Dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

(a) Bahan yang digunakan (b) Rekayasa (c) Letak

(d) Kondisi lingkungan dan lain-lain

bphtb adalah

Sistem pemungutan with holding assessment,

Pajak Pemerintah kota/Pemerintah kabupaten,

Tarif 2,5% dari NPOKP (Nilai Perolehan Objek Kena Pajak), sekarang diturunkan hingga 0,5%

NPOTKP maksimal Rp 60 juta (tergantung aturan Pemkot/Pemkab setempat).

tentang batasan npotkp:

Karena waris & hibah wasiat yang diterima orang pribadi sedarah lurus satu derajat ke atas atau ke
bawah, termasuk suami/istri Rp 150 juta.

Selain hal di atas maksimal adalah Rp 20 juta.

Besarnya NPOPTKP ditetapkan oleh Pemerintah daerah setempat dengan mempertimbangkan


perkembangan perekonomian regional.

ini objek bphtb:

1. Pemindahan hak (menurut PP 34/2016): jual beli, tukar menukar, hibah, hibah wasiat,
kapitalisasi merger, pemisahan hak, lelang, putusan hakim, hadiah, warisan.
2. Pemberian hak baru (lanjutan pelepasan hak, di luar pelepasan hak).

dan ini jenis2 haknya:

1. UU PA No. 5/1960 (Hak milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai),
2. UU Rumah Susun No. 16/1985 (Hak milik atas satuan rumah susun),
3. PP No. 8/1953 juncto PP 112/2000 (Hak pengelolaan).

berikut adalah pengecualiannya: Perolehan hak oleh corps diplomat, negara, organisasi internasional,
orang pribadi/badan karena konversi hak tanpa balik nama, wakaf, ibadah.
sekarang saya tanya tentang pbb dan bphtb: 5) sebutkan celah/loophole antara ketentuan pbb dan
bphtb yang sering digunakan oleh pihak pembeli-penjual-dan notaris. silakan ketik di reply bawah ini
jawabannya
Jawab: Loophole/celah yg terjadi menyangkut baik demi keuntungan pihak pembeli maupun penjual,
krn yg satu kena bphtb dan yg lain kena pph ps 4(2)

NPOP Tidak Diketahui,

NPOP < NJOP

disamakan dengan NJOP PBB yg cenderung lebih rendah

T membeli sebidang tanah dan bangunan di Kota Semarang dari K senilai Rp 500 juta pada 20 Mei
2018 sekaligus membalik nama akta tanah dan bangunannya di depan notaris dan pejabat pembuat
akta tanah (PPAT)

Maka 1) berapakah PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari penjualan tanah dan bangunan 2)
berapakah BPHTB atas peralihan hak atas tanah dan bangunan yang diperjual-belikan itu,ketik
jawabannya di reply bawah sini beserta hitung2annya

1. PPh Pasal 4 ayat (2)


5% x Rp. 500.000.000 = Rp. 25.000.000
2. BPHTB yang benar 12,5jt.
5% x (Rp. 500.000.000 – NJOPTKP Rp. 60.000.000) = 5% x Rp. 440.000.000=Rp. 22.000.000

H mempunyai rumah dengan kualifikasi menurut SPPT PBB 2018 adalah Tanah 500 m 2 dengan NJOP
Rp. 100.000/m2. Bangunan 250 m2 dengan NJOP Rp. 300.000/m2.

Taman 150 m2 dengan NJOP Rp 50.000/m2. Pagar besi: panjang 100 m2, tinggi rata-rata 1,5 m, NJOP
Rp 150.000/m2.

hitunglah pbb p2 yg dibayar di kota semarang itu. ketik beserta hitung2annya di reply bawah sini.

Tanah = 500m2 x. Rp. 100.000= 50.000.000

Bangunan = 250m2 x Rp. 300.000= 75.000.000

Taman = 150m2x Rp. 50.000 = 7.500.000

Pagar Besi = (100m2 x1,5m2) x Rp. 150.000 = 22.500.000

Total NJOP = Rp 50jt + Rp. 75jt + Rp. 7,5 jt + Rp. 22,5jt = Rp. 155.000.000

NJKP = Rp. 145.000.000


PBB terhutang = 0,2% X 145.000.000 = Rp. 290.000

Anda mungkin juga menyukai